Anda di halaman 1dari 2

ASFIKSIA

No. Dokumen : SOP/RP/15/2018

SOP No. Revisi :-


Tanggal Terbit : Januari 2023
Halaman : 1-3
SUMIATRY YANTI EMPING, SKM
UPTD PUSKESMAS
SIMPONG NIP. 19851011 200904 2 004

1. Pengertian Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk manangani Asfiksia pada bayi dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD PUSKESMAS SIMPONG Nomor : 001/KAPUS/I/2019
tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : 064 /KAPUS/VII/2016
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Tahun 2016
4. Referensi Buku acuan asuhan persalinan normal

5. Prosedur 1. Penanganan Umum


a. Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan kain yang hangat
yang kering.
b. Jika belum dilakukan, segera klem & potong tali pusat
c. Letakan bayi ditempat keras dan hangat ( dibawah lampu ) untuk resusitasi
d. Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan tindakan perawatan
dan resusitasi
2. Resusitasi.
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan .
Indikator terpenting bahwa diperlukan resusitasi adalah kegagalan nafas setelah bayi
lahir.
3. Membuka jalan nafas / mengatur posisi bayi sebagai berikut :
Posisi bayi :
a. Terlentang
b. Kepala lurus dan sedikit tengadah / ekstensi (posisi mencium bau)
c. Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada
d. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung, jika terdapat
darah/ meconium dimulut atau hidung, hisap segera untuk menghindari
aspirasi.
Catatan : Jangan menghisap terlalu dalam ditenggorokan, karena dapat
mengakibatkan turunnya rekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhenti bernafas.
e. Tetap jaga kehangatan tubuh bayi.
f. Nilai kembali keadaan bayi :
- Jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan dengan asuhan awal
bayi baru lahir.
- Jika bayi tetap tidak bernafas lanjutkan dengan ventilasi.

4. Ventilasi bayi baru lahir.


a. Cek kembali posisi bayi ( kepala sedikit ekstensi )
b. Posisi sungkup dan cek perlekatannya
c. Pasang sungkup diwajah, menutupi pipi, mulut dan hidung
d. Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah
e. Remas balon dengan 2 jari atau seluruh tangan tergantung besarnya balon.
5. Ventilasi bayi jika perlekatan baik dan terjadi pengembangan dada. Pertahankan
frekuensi ( sekitar 40 x / menit ) dan tekanan ( amati dada mudah naik dan
turun ).
a. Jika dada naik maka kemungkinan tekanan adekuat.
b. Jika dada tidak naik :
- Cek kembali dan koreksi posisi bayi
- Reposisi sungkup untuk pelekatan lebih baik
- Remas balon lebih kuat untuk mukus, darah / meconium
6. Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti dan nilai apakah terjadi nafas
spontan
a. Jika pernafasan normal ( frekwensi 30 – 60 x / menit ), tidak ada tarikan
dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan
lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
b. Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai nafas
spontan terjadi.
7. Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama 5 menit
setelah tangis berhenti.
a. Jika pernafasan normal (frekwensi 30 – 60 x / menit), tidak ada tarikan
dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit resusitasi tidak diperlukan.
Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
b. Jika frekwensi 30 x / menit, lanjujtkan ventilasi.
c. Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oxygen, jika
tersedia, rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yangh dituju.
8. Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi :
a. Rujuk ke pelayanan yang dituju.
b. Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika diperlukan.
9. Jika tidak ada usaha bernafas, megap – megap atau tidak ada nafas setelah 20
menit ventilasi, hentikan ventilasi, bayi lahir mati, berikan dukungan psikologis
kepada keluarga.

6. Unit terkait 1. Bidan/Dokter


2. Ruangan
7. Rekaman TANGGAL MULAI
NO YANG DIUBAH ISI PERUBAHAN
DIBERLAKUKAN
Historis
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai