Anda di halaman 1dari 21

PEN1AHITAN LUKA EPISIOTOMI ATAU LASERASI

Diafukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan II







Disusun Oleh
Kelompok 7
Resti Nur Annisa 130103100002
Yoseu Novieliya P. W 130103100015
Fitri Nurmalasari 130103100036
Aliah S. Winarsih 130103100040
Seny Rumintang 130103100043
Angkatan : VI A





PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAD1AD1ARAN
BANDUNG
2011



Penjahitan luka episiotomi atau laserasi

ampir 3 juta wanita melahirkan per vaginam setiap tahunnya di Amerika
Serikat,dan kebanyakan dari mereka mengalami trauma pada traktus genital akibat
episiotomi,laserasi obstetrik spontan, atau keduanya. Data lebih dari 25 tahun
menunjukkan angkakejadian dilakukan episiotomi menurun, namun laserasi
obstetrik secara gradual meningkat.Menurunkan trauma traktus genital pada
waktu melahirkan merupakan prioritas untuk seorang ibu. Trauma seperti itu bisa
menimbulkan masalah jangka pendek dan jangka panjang untuk ibu baru.
Masalah jangka pendek meliputi hilangnya darah, kebutuhan penjahitan, dan nyeri
perineum. Sedangkan, masalah jangka panjang meliputi nyeri berkepanjangan dan
gangguan Iungsional seperti masalah intestinal, urinarius, dan seksual.Pertolongan
persalinan yang semakin manipulatiI dan traumatik akan memudahkan robekan
jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan
serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan
spontan perineum, trauma Iorseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi,
robekan perineum spontan derajat ringansampai ruptur perinei totalis, robekan
pada dinding vagina, Iorniks uteri, serviks, daerahsekitar klitoris, uretra, dan
bahkan yang terberat adalah ruptura uteri. Oleh karena itu, c


A. Robekan akibat episiotomi
pisiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkanterpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septumrektovaginal, otot-otot dan Iasia perineum dan kulit sebelah depan
perineum. pisiotomiadalah insisi pada pudenda. Perineotomi adalah insisi dari
perineum.
Namun kadang penggunaan istilah episiotomi bersinonim dengan
perineotomi. Insisi yang dilakukan didaerah tengah membentuk episiotomi
medialis atau insisi yang dilakukan di daerah tengah tapi kemudian secara lateral
ke bawah menjauhi rektum dinamakan episiotomimediolateralis.
Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu atau janin :
1. Indikasi janin.
a. Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah
terjadinyatrauma yang berlebihan pada kepala janin
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan
cunam,ekstraksi vakum, dan janin besar.
2. Indikasi ibu.
a. Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti
akanterjadi robekan perineum, umpama pada primipara, persalinan
sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar.

Tujuan dari episiotomi
pisiotomi masih merupakan salah satu prosedur obstetrik, namun
penggunaanepisiotomi telah berkurang dalam 25 tahun terakhir. Namun
belakangan diketahui bahwa prosedur ini seharusnya diaplikasikan secara selektiI
untuk indikasi yang sesuai, beberapa di antaranya adalah indikasi Ietus seperti
distosia bahu dan persalinansungsang; penggunaan Iorsep atau vakum; posisi
oksiput di posterior; dan lain-lain. Ada beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan dalam melakukan episiotomi,seperti waktu insisi, tipe insisi, dan
teknik memperbaikinya.
O Waktu dilakukannya insisi
Jika dilakukan lebih awal, perdarahan dari episiotomi bisa terjadi selama
waktu insisisampai persalinan. Namun jika dilakukan terlambat, laserasi
tidak bisa dicegah.Biasanya episiotomi dilakukan ketika kepala dengan
diameter 3-4 cm sudah terlihatselama kontraksi. Ketika digunakan dalam
penggunaan Iorsep, beberapa praktisimelakukan episiotomi setelah
memasang 'blade.

O Tipe episiotomi
Keuntungan dan kerugian dari 2 tipe episiotomi akan tampak dalam tabel.



pisiotomi medialis lebih superior namun terdapat kemungkinan terjadinya
laserasiderajat 3-4. Combs (1990) melaporkan bahwa ada beberapa Iaktor yang
berhubungandengan meningkatnya risiko laserasi derajat 3 dan 4 seperti:
O Nuliparitas
O Kala II memanjang
O Posisi oksiput posterior yang persisten
O Mild/ low Iorcep
O Penggunaan anestesi lokal
O Ras Asia

Anthony dan teman-teman (1994) menemukan bahwa laserasi perineum yang
beratlebih rendah 4 kali lipat bila dilakukan episiotomi mediolateralis
dibandingkandengan insisi medialis.
O Waktu dilakukan perbaikan episiotomi
Perbaikan prosedur episiotomi dilakukan pasling sering setelah plasenta
telahdikeluarkan.

O Teknik
Ada beberapa cara untuk menutup insisi episiotomi, namun hemostasis
dan perbaikan bentuk anatomis penting untuk keberhasilan beberapa
metode. Biasanya teknik yangdilakukan tampak pada gambar di bawah ini.
Teknik
1. pisiotomi medialis
O Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina
sampai batas atas sIingter ani. Cara anestesi yang dipakai adalah
larutan procaine1-2; atau larutan lidonest 1-2; atau larutan
xylocaine 1-2. Setelah pemberian anestesi, dilakukan insisi
dengan mempergunakan gunting yangtajam dimulai dari bagian
terbawah introitus vagina menuju anus, tetapi tidak sampai
memotong pinggir atas sIingter ani, hingga kepala dapatdilahirkan.
Bila kurang lebar bisa disambung ke lateral
(episiotomimediolateralis)
O &ntuk menjahit luka episiotomi medialis. Mula-mula otot
perineum kiridan kanan dirapatkan dengan beberapa jahitan.
Kemudian Iasia dijahitdengan beberapa jahitan. Lalu selaput lendir
vagina dijahit pula dengan beberapa jahitan. Terakhir kulit
perineum dijahit dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat
dilakukan secara interuptus atau kontinu. Benangyang dipakai
untuk menjahit otot, Iasia, dan selaput lendir adalah catgutkhromik,
sedang untuk kulit perineum dipakai benang sutera.
2. pisiotomi mediolateralis
O Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus
vaginamenuju ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat
dilakukanke arah kanan atau kiri, tergantung pada kebiasaan orang
yangmelakukannya. Panjang insisi kurang lebih 4 cm.
O Teknik menjahit luka pada episiotomi mediolateralis hampir
samadnegan teknik menjahit medialis. Penjahitan dilakukan
sedemikianrupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus
simetris.
3. pisiotomi lateralis
O Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira
pada jam 3 atau jam 9 menurut arah jarum jam.
O Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi karena banyak
menimbulkankomplikasi. Luka insisi ini dapat melebar ke arah di
mana terdapat pembuluh darah pundendal interna, sehingga dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi
dapatmenimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.




Perbaikan episiotomi medialis.
a. Jahitan menggunakan Chromic 2-0 atau 3-0dengan tipe kontinu untuk
menutup mukosa dan submukosa vagina.
b. Setelahmenutup insisi vagina, jahitan diikat dan dipotong. Kemudian 3-4
jahitaninteruptus diletakkan pada Iasia dan otot dari perineum.
c. Jahitan kontinu ke bawah untuk menyatukan Iasia superIisialis.
d. Jahitan kontinu ke atas sebagai jahitan subkutis.
e. Beberapa jahitan interuptus chromic 3-0 diletakkan disepanjang kulit dan
Iasia dan diikat.

Robekan perineum
Ada beberapa penyebab robekan pada perineum, antara lain :
1. Kepala janin terlalu cepat lahir
2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4. Pada persalinan dengan distosia bahu.

Laserasi vagina dan perineum diklasiIikasikan menjadi derajat I-IV.
O Laserasi derajat I melibatkan Iourchette, kulit perineum, dan membran
mukosa vaginatapi tidak mengenai Iascia dan otot. Penjahitan robekan
perineum derajat I dapatdilakukan hanya dengan catgut yang dijahitkan
secara kontinu atau dengan cara angkadelapan.


O Laserasi derajat II melibatkan Iascia dan otot (muskulus perinei
transversalis) dari badan perineum tapi tidak mengenai sIinkter anus.
Robekan ini biasanya melebar keatas pada salah satu atau kedua sisi
vagina, membentu luka segitiga yang ireguler.Sebelum dilakukan
penjahitan pada robekan perineum tingkat II atau III, jikadijumpai pinggir
robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang
bergerigitersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah
kiri dan kananmasing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting.
Setelah pinggir robekanrata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
Mula-mula otot dijahit dengan catgut.Kemudian selaput lendir vagina
dijahit dengan catgut secara interuptus atau kontinu. Penjahitan selaput
lendir vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit perineumdijahit
dengan benang sutera secara interuptus.











O Laserasi derajat III meluas melewati kulit, membran mukosa, dan badan
perineum,dan melibatkan sIinkter anus. Sama seperti teknik menjadi pada
laserasi derajat 2,namun otot-oto levator ani dijahit terlebih dahulu dengan
jahitan interuptus.


O Laserasi derajat IV meluas sampai mukosa rektum sampai ke lumen
rektum. Robekandi daerah uretra dengan perdarahan hebat bisa menyertai
laserasi tipe ini. Teknik menjahit : Mula-mula dinding depan rektum yang
robek dijahit. Kemudian Iasia perirektal dan Iasia septum rektovaginal
dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. &jung-ujung otot
sIingter ani yang terpisah oleh karena robekandikelm dengan klem Pean
lurus, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik sehingga
bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis
sepertimenjahit robekan perineum tingkat II.


Dari penelitian yang ada, insidensi robekan jalan lahir pada proses persalinan
spontan per vaginam yang pertama adalah sebagai berikut.
O Tidak ada robekan jalan lahir (50,2)
O Robekan jalan lahir derajat I (18,8)
O Robekan jalan lahir derajat II (29)
O Robekan jalan lahir derajat III (1,3)
O Robekan jalan lahir derajat IV (0,7)Sedangkan , insidensi robekan jalan
lahir pada persalinan spontan per vaginam kedua ataulebih, sebagai
berikut:
a. Tidak mengalami robekan jalan lahir (64)
b. Robekan jalan lahir derajat I (26,2)
c. Robekan jalan lahir derajat II (9,4)
d. Robekan jalan lahir derajat III (0,3) Robekan jalan lahir derajat IV
(0,1)


Menjahit laserasi perineum atau episiotomi
Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali
jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke dalam jaringan
tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya
inIeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan
benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk
mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis.

Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur:
Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau
dua jenis simpul)
Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan
Menggunakan lebih sedikit jahitan

Mempersiapkan penjahitan
1. Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi
tempat tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta
anggota keluarga untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada
dalam posisi litotomi.
2. Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
3. Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa
dilihat dengan jelas.
4. Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi,
memberikan anestesi lokal dan menjahit luka .
5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
6. Pakai sarung tangan disinIeksi tingkat tinggi atau yang steril.
7. Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-
bahan disinIeksi tingkat tinggi untuk penjahitan
8. Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah
dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.
9. Gunakan kain/kasa disinIeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka
vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau
bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka.
10.Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa
laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua. Jika
laserasinya dalam atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk
memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan
jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari
tersebut perlahan-lahan untuk mengidentiIikasi sIingter ani. Raba tonus
atau ketegangan sIingter. Jika sIingter terluka, ibu mengalami laserasi
derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika
mengalami laserasi serviks.
11.Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinIeksi tingkat tinggi atau
steril yang baru setelah melakukan pemeriksaan rektum.
12.Berikan anestesia lokal (kajilah teknik untuk memberikan anestesia lokal
di bawah ini).
13.Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang.
Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersiIat lentur, kuat,
tahan lama dan paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan.
14.Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan
jepit jarum tersebut.



Memberikan anestesia lokal
Berikan anestesia lokal pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi atau
episiotomi. Penjahitan sangat menyakitkan dan menggunakan anestesia lokal
merupakan asuhan sayang ibu. Jika ibu dilakukan tindakan episiotomi dengan
anestesia lokal, lakukan pengujian pada luka untuk mengetahui bahwa bahan
anestesia masih bekerja. Sentuh luka dengan jarum yang tajam atau cubit dengan
Iorseps atau cunam. Jika ibu merasa tidak nyaman, ulangi pemberian anestesia
lokal.
Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4 cm.
Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar bisa digunakan,
tapi, jarum harus berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang
memerlukan anestesia. Obat standar untuk anestesia lokal adalah 1 lidokain
tanpa epineIrin (silokain). Jika lidokain 1 tidak tersedia, gunakan lidokain 2
yang dilarutkan dengan air steril atau normal salin dengan perbandingan 1:1
(sebagai contoh, larutkan 5 ml lidokain 2 dengan 5 ml air steril atau normal
salin untuk membuat larutan lidokain 1).
1. Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa
santai.
2. isap 10 ml larutan lidokain 1 ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran
10 ml (tabung suntik yang lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan).
Jika lidokain 1 tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2 dengan 1
bagian normal salin atau air steril yang sudah disuling.
3. Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut.
4. Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lain tarik jarum
sepanjang tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum).
5. Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum
tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik,
jangan suntikkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi
jarum dan suntikkan kembali.
Alasan Ibu bisa mengalami kefang dan kematian bisa terfadi fika
lidokain disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
6. Suntikkan anestesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik
ditarik perlahan-lahan.
7. Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat di mana jarum tersebut
disuntikkan.
8. Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke-4.
Tusukkan jarum untuk ketiga kalinya seperti yang ditunjukkan di Gambar
L-4.1 dan sekali lagi ulangi langkah ke-4 sehingga tiga garis di satu sisi
luka mendapatkan anestesia lokal (lihat garis putus-putus pada Gambar L-
4.1). &langi proses ini di sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan
memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1 untuk mendapatkan anestesia
yang cukup.
9. Tunggu selama dua menit dan biarkan anestesia tersebut bekerja dan
kemudian uji daerah yang dianestesia dengan cara dicubit dengan Iorseps
atau disentuh dengan jarum yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau
cubitan tersebut, tunggu dua menit lagi dan kemudian uji kembali sebelum
mulai menjahit luka.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan pada saat melakukan penjahitan luka
episiotomi atau laserasi perineum adalah sebagai berikut.
1. Aseptik dan antisepsis pada daerah episiotomi.
2. Jika luka episiotomi meluas, tangani seperti robekan derajat III dan IV.
3. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut cromic 2-0.
4. Mulai dari sekitar 1 cm di atas puncak luka episiotomi sampai pada batas
vagina.
5. Gunakan pinset untuk menarik jarum melalui jaringan vagina.
6. Jahit otot perineum dengan benang 2-0 secara interuptus.
7. Jahit kulit secara intruptus dan subkutikuler dengan benang 2-0.


Gambar L-41 : Cara Penyuntikan anestesi Lokal untuk penjahitan laserasi

Penjahitan laserasi pada perineum
Prinsip dasar penjahitan perineum adalah sebagai berikut.
1. Ibu dalam posisi litotomi.
2. Penggunaan cahaya yang cukup terang.
3. Anatomi dapat dilihat dengan jelas.
4. Tindakan cepat.
5. Teknik yang steril.
6. Bekerja hati-hati.
7. ati-hati jangan sampai kasa/kapas tertinggal dalam vagina.
8. Penjelasan dan pendekatan yang peka terhadap perasaan ibu selama tindakan.
9. Pentingnya tindak lanjut jangka panjang untuk menilai teknik dan pemilihan
bahan untuk penjahitan.

Pemilihan Benang 1ahit
Benang jahit terdiri atas dua macam yaitu sebagai berikut.
1. Benang yang dapat diserap (plain catgut): terbuat dari jaringan ikat usus
domba Larut dalam seminggu, namun catgut yang direndam dalam larutan
khromik oksida (chromic catgut) lebih lama absorpsinya dan bertahan selama
10-40 hari. Catgut chromic baik untuk penjahitan luka episiotomi dan
robekan akibat persalinan. Benang buatan/sintetis (vicryl atau polyglatin 910)
juga dapat diserap dalam 60-90 hari.
2. Benang yang tidak diserap.
a. Terbuat dari katun, sutera jaringan tumbuh-tumbuhan, logam, dan bahan
sintetis.
b. Cenderung menimbulkan reaksi jaringan.
Beberapa ukuran benang jahit adalah sebagai berikut.
1. 2/0 atau 3/0 : baik untuk menjahit luka.
2. 6/0 untuk menjahit luka pada wajah.
3. 9/0 untuk pembedahan mata.
Benang yang ideal untuk episiotomi/perlukaan jalan lahir adalah 2/0 atau 3/0.

Prinsip pengikatan simpul adalah sebagai berikut.
1. Simpul harus terikat kuat.
2. Simpul harus sekecil mungkin.
3. &jung benang dipotong 11/2 cm dari simpul.
4. Simpul mati adalah yang terbaik.















Penjahitan Episiotomi atau Laserasi
Secara umum prosedur untuk menjahit episiotomi sama dengan menjahit laserasi
perineum. Jika episiotomi telah selesai, lakukan penilaian secara hati-hati untuk
memastikkan lukanya tidak meluas. Semaksimal mungkin, gunakan jahitan
jelujur. Jika ada sayatan yang terlalu dalam hingga mencapai otot, mungkin
diperlukan penjahitan secara terputus untuk merapatkan jaringan.
Langkah-langkah penjahitan laserasi pada perineum adalah sebagai berikut.
1. Cuci tangan secara saksama dan gunakan sarung tangan disinIeksi tingkat
tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi atau jika
tertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya
2. Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk
melakukan penjahitan sudah didisiimIeksi tingkat tinggi atau sterul.
3. Setelah memberikan anastesi lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut
telah dianastesi, telusuri dengan hati-hati dengan menggunakan satu jari
untuk secara luas menentukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan
lapisan jaringan yang terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan
bagaimana cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah.
4. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian
dalam vagina. Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong
pendek benang yang lebih pendek dari ikatan.
5. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin
himen.
6. Tepat sebelum cincin himen, masukan jarum ke dalam mukosa vagina lalu
ke bawah cincin himen sampai jarum berada di bawah laserasi. Periksa
bagian antara jarum di perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan
seberapa dekat jarum ke atas puncak luka.
7. Teruskan ke arah bawah, tetapi tetap pada luka, hingga jelujur mencapai
bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak antara jahitan sama dan otot
yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin
perlu melakukan satu atau dua lapisan putus-putus untuk menghentikan
perdarahan dan atau mendekatkan jaringan tubuh secara eIektiI.
8. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan
penjahitan dengan menggunakan jahitan jelujur untuk menutup jaringan
subkutikuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang
bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan
menutup dengan sendirinya saat penyembuhan luka.
9. Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus
keluar dari belakang cincin himen.
10.Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung
benang dan sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu
pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan terbuka.
11.&langi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada
kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam.
12.Dengan lembut, masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah
ada jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan
rektum enam minggu pascapersalinan. Jika penyembuhan belum sempurna
(misalnya jika ada Iistula rektovaginal atau ibu melapor inkontinensia alvi
atau Ieses), ibu segera dirujuk ke Iasilitas kesehatan rujukan.
13.Cuci daerah genital secara lembut dengan sabun dan air disinIeksi tingkat
tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang nyaman.
14.Nasihati ibu untuk melakukan hal-hal berikut.
a. Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering.
b. indari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineum.
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga
sampai empat kali per hari.
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksakan penyembuhan
lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika is mengalami demam atau
mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika
daerah tersebut menjadi lebih nyeri.
Ingat:
a. Tidak usah menjahit laserasi derajat satu yang tidak mengalami
perdarahan dan dapat mendekat dengan baik.
b. Gunakan seminimal mungkin jahitan untuk mendekatkan jaringan dan
memastikan hemostasis.
c. Selalu gunakan teknik aseptik.
d. Jika ibu mengeluh sakit pada saat dilakukan penjahitan. Berikan lagi
anastesi lokal untuk memastikan kenyamanan ibu, inilah yang disebut
asuhan sayang ibu.














DAFTAR PUSTAKA
1. Al ber s LL et a l . Fact or s Rel at ed t o Geni t al Tr a ct
Tr auma i n Nor ma l Spont a neous Vaginal Births. irth 2006
: 33;2
2. http://www.mayoclinic.com/health/vaginaltears/PR00143&slide2
3. Cunni ngham FG, et al. Williams Obst etrics, ed.
23. Appl et on and Lange 2010.
4. Sastrawinata S. Obstetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi, ed.
2. Bandung :GC, hal. 179-186.
5. Prawiroharjo S. Il mu Bedah Kebi danan, ed. 1. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka, hal. 170-186.
6. htt p:// www.pri marysuregery. org/ ps/ vol 1/sect0040. ht ml

Anda mungkin juga menyukai