Anda di halaman 1dari 27

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Obstetri Patologi

Disusun oleh:
Kelompok 7


Angkatan VI - A


PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PAD1AD1ARAN
BANDUNG
2001





ABORTUS

1. Definisi
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, di mana janin
belum mampu hidup di luar rahim (belum viable; dengan criteria usia kehamilan
20 minggu atau berat janin 500 gr.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar,
tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin akan hidup di dunia luar
bila berat badannya telah mencapai ~500 gr atau umur kehamilan ~20 minggu.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan (Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan
masih mungkin berlanjut dan dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002 : 147).
Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya (FK-UNPAD, 1984 : 8).
Partus Immaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu
37 minggu atau bayi dengan berat badan 1000 gr 2500 gr.
Partus Maturus atau partus alIerme adalah pengeluaran buah kehamilan
antara 37 mg 42 mg atau bayi dengan berat badan 2500 gr atau lebih.
Partus Postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah
kehamilan setelah kehamilan 42 minggu. (FK-UNPAD, 1984 : 222).

2. Etiologi
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa Iaktor. Umumnya
abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor Iaktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu:
1. Faktor Janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan
pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau
kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi)
b. Embrio dengan kelainan local
c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi troIoblas)
2. Faktor Maternal
a. InIeksi inIeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara pasti,
apakah janin menjadi terinIeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebabnya.
Penyakit penyakit yang dapat menyebabkan abortus:
O Virus
Misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks,
varicella :oster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan
enseIalomietis.
O Bakteri
Misalnya salmonella typhi
O Parasit
Misalnya %axoplasma gondii, Plasmodium
b. Penyakit Vaskular
Misalnya hipertensi vascular


c. Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesterone tidak
mencukupi atau pada penyakit disIungsi tiroid, deIisiensi insulin.
d. Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (inkompatibilitas) system HLA (uman Leukocyte
Antigen).
e. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah
trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
O pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum
graviitatum sebelum minggu ke 8
O pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat
hamil.
I. Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks
inkompeten atau retroflexio uteri gravid incarcerate.
g. Faktor Psikosomatik
Pengaruh dari Iaktor ini masih dipertanyakan.
3. Faktor Eksternal
a. Radiasi
Dosis 1 10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
keguguran.
b. Obat-obatan
Antagonis asam Iolat, antikoagulan, dan lain-lain.
Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16
minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak
membahayakan janin, atau untuk penhobatan penyakit ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan
benzene.

3. Patogenesis
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi
perubahan perubahan nekrotik pada daerah implantasi, inIiltrasi sel-sel
peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas
seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam
rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah
itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu
ditekankan bahwa pada abortus spontan, ematian embrio biasanya terjadi
paling lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karna itu, pengobatan untuk
mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak
karena abortus tidak dapat dihindari.
Sebelum minggu ke 1-, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan
lengkap. Hal ini disebabkan minggu ke 10 vili korialis belum menanamkan diri
dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara
minggu ke 10 12 korion tunmbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis
dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa sisa korion
(plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua lebih dalam, sehingga
hasil konsepsi mudah dilepaskan. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi
koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin disusul dengan plasenta. Pedarahan jumlahnya tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas (blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu yang lama
(missed abortion).
Apabil mudigah yang mati tidak dikeluarkan secepatnya, maka akan
menjadi mola karneosa. Mola karneosa merupakan suatu ovum yang dikelilingi
oleh kapsul bekuan darah. Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan villi
koriales yang telah berdegenerasi tersebar diantaranya. Rongga kecil didalam
yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah
lama yang tebal. Bentuk lainnya adalah mola tuberosa, dalam hal ini amnion
tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumiIikasi. MumiIikasi merupakan proses pengeringan janin karena cairan
amnion berkurang akibat diserap, kemudian janin menjadi gepeng (Ietus
kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut janin dapat menjadi tipis seperti kertas
perkamen (Ietus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak cepat dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi. Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh
cairan yang mengandung darah. Kulit melunak dan terkelupas in utero atau
dengan sentuhan ringan. Organ-organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis
Pengeluaran hasil onsepsi didasaran 4 cara:
1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan
sisa desidua
2. Kantong amnion dan isinya (Ietus) didorong keluar, meninggalkan korion
dan desidua
3. Pecahnya amnion terjasi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin
yang dikeluarkan).
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
Sebagian besar abortus termasuk dalam tiga tiper pertama, karena itu
kuretasi diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan
atau inIeksi lebih lanjut.
Abortus bentuk yang istimewa, seperti:
a. Telur kosong (-lighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion berisi
air ketuban tanpa janin.
b. Mola kruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola kruenta
terbentuk kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah sempat
membeku antara desidua dan korion. Kalau darah beku ini sudah seperti
daging, disebut jyga mola karnosa.
c. Mola tuberose ialah telur yang memperlihatkan benjolan benjolan,
disebabkan oleh hematom hematom antara amnion dan korion.
d. Nasib janin yang mati bermacam macam, kalau masih sangat kecil dapat
diabsorpsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan amnion
diabsorpsi hingga janin tertekan (foetus compressus).
Kadang kadang janin menjadi kering dan mengalami mumiIikasi hingga
menyerupai perkamen (foetus papyracus). Keadaan ini lebih sering terdapat pada
kehamilan kembar (vanished twin). Mungkin juga janin yang sudah agak besar
mengalami maserasi.




4. Klasifiasi
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi
medis maupun mekanis
2. abortus provokatus
abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20
minggu akibat suatu tindakan. Abortus provokatus dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Abortus provokatus terapeutik / artiIicialis
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum
janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus
terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan
riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi
tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasiI. American
College Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan
petunjuk untuk abortus terapeutik :
O Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa
ibu atau mengganggu kesehatan secara serius. Dalam
menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan
perlu dipertimbangkan Iaktor lingkungan pasien.
O Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest.
Dalam hal ini pada evaluasi wanita yang bersangkutan
perluditerapkan kriteria medis yang sama.
O Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar
menyebabkan lahirnya bayi dengan retardasi mental atau
deIormitas Iisik yang berat.


b) Abortus provokatus kriminalis
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum
janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan,
tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan
ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk
dalam katagori ini.

Gambaran linis
Secara klinis abortus dibedakan menjadi:
1. A-ortus iminens (keguguran mengancam)
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya, ostium uteri tertutup uterus sesuai umur kehamilan.
Didiagnosis bila seseorang wanita hamil 20 minggu mengeluarkan darah
sedikit pervaginam. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat
berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri
punggung bawah seperti saat menstruasi. Setengah dari abortus iminens
akan menajdi abortus komplet atau inkomplet, sedangkan pada sisanya
kehamilan akan terus berlangsung. Beberapa kepustakaan menyebutkan
adanya resiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan
dalam rahim (intrauterine growth retardation) pada kasus seperti ini.
Perdarahan yang sedikit paa hamil muda mungkin juga disebabkan oleh
hal-hal lain, misalnya placenta sign ialah perdarahan dari pembuluh-
pembuluh darah sekitar plasenta. Gejala ini selalu terdapat pada kera
Macacus rhesus yang hamil.
Erosi porsio lebih mudah berdarah pada kehamilan, demikian juga
polip serviks, ulerasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan
kelainan troIoblas harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat
memberikan perdarahan per vaginam. Pemeriksaan speculum dapat
membedakan polip, uselerasu, vagina, atau karsinoma serviks, sedangkan
kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonograIi.

Dasar Diagnosis Abortus Iminens secara Klinis
1. Anamnesis
Perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau
ringan.
2. Pemeriksaan dalam
Fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai
dengan umur kehamilan.
3. Pemeriksaan penunjang
Hasil USG dapat menunjukan:
a. Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin
b. Meragukan
c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati


. A-ortus Insipiens (keguguran berlangsung)
Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi,
ostium terbuka, teraba ketuban, berlangsung hanya beberapa jam saja.
Didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan
banyak, kadang-kadang gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi
rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa
dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat
menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat
menyebabkan inIeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan.
Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada
keadaan ini merupakan indikasi kontra.



Dasar Diagnosis
1. Anamnesis
Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim
2. Pemeriksaan dalam
Ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim, dan ketuban utuh
(mungkin menonjol).

3. A-ortus Inkompletus/ fe-rilis (keguguran tidak lengkap)
Abortus inkompletus atau abortus insipiens yang disertai inIeksi.
Segabian dari buah kehamilan telah dilahirkan, tapi sebagian (biasanya
jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim, ostium terbuka teraba
jaringan.
ManinIestasi klinis ditandai dengan adanya demam, lokia yang berbau
busuk, nyeri di atas simIisis atau di perut bawah, abdomen kembung atau
tegang sebagian tanda peritonitis.
Abortus ini dapat menimbulkan syok endotoksin. Keadaan hipotermi pada
umumnya menunjukan keadaan sepsis.
Dasar Diagnosis
1. Anamnesis
Waktu masuk ke rumah sakit mungkin disertai syok septic.
2. Pemeriksaan dalam
Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan, rahim maupun
adneksa nyeri pada perabaan, dan Iulkus berbau.

4. A-ortus Kompletus (keguguran lengkap)
Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap, ostium
tertutup uterus lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka cavum
uteri.
Kalau telur lahir dengan lengkap, abortus disebut komplet. Pada keadaan
ini kuretasi tidak perlu dilakukan.
Pada setiap abortus penting untuk selalu memeriksa jaringan yang
dilahirkan apakah komplet atau tidak dan untuk membedakan dengan
kelainan troIoblas (Molahidatidosa).
Pada abortus kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi
rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan
berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan
epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali.
Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus
inkompletus atau endometritis pascaabortus harus diperkirakan.

5. A-ortus %ertunda (missed abortion)
Keadaan di mana janin telah mati sebelum minggu ke 20, tetapi
tertahan di dalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati.
Batasan ini berbeda dengan batasan ultrasonograIi.
Apabila buah kehamilan yang telah mati tertahan dlam rahim selama 8
minggu atau lebih. Dengan pemeriksaan USG tampak janin tidak utuh, dan
membentuk gambaran kompleks, diagnosis USG tidak selalu harus
tertahan _8 minggu.
Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam
sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens. Selanjutnya,
rahim tidak membesar bahkan mengeci karena absorpsi air ketuban dan
absorpsi janin. Buah dada mengecil kembali. Gejala-gejala lain yang
penting tidak ada, hanya amenore berlangsung terus. Abortus spontan
biasanya berakhir selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati.
Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali, janin
akan lebih cepat dikeluarkan. Sebaliknya, kalau kematian janin terjadi
pada kehamilan yang lebih lanjut, retensi janin akan lebih lama.

Dasar Diagnosis
1. Anamnesis
Perdarahan bias ada atau tidak
2. Pemeriksaan Obstetri
Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung janin
tidak ada.
3. Pemeriksaan penunjang
USG, aboratorium (Hb, trombosit, Iibrinogen, waktu perdarahan, eaktu
pembekuan, dan waktu protrombin).

6. A-ortus a-itualis (keguguran berulang)
Abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi; sekurang-
kurangnya 3 kali berturut turut.
Bila abortus spontan terjadi 3 kali berturut-turut atau lebih.
Kejadiannya jauh lebih sedikit daripada abortus spontan (kurang dari 1)
lebih sering terjadi pada primi tua. Etiologi abortus ini adalah kelainan
genetic (kromosomal), kelainan hormonal (imunologik), dan kelainan
anatomis.
Pengelolaan abortus habitualis bergantung pada etiologinya. Pada
kelainan anatomi, mungkin dapat dilakukan operasi Shirodkar atau
McDonald.

7. A-ortus infeksiosa, a-ortus septik
Abortus inIeksiosa adalah abortus yang disertai inIeksi pada
genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus inIeksiosa berat disertai
penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
8. Abortus servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus
dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga
semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis, dan serviks uteri menjadi
besar dengan dinding yang menipis.
Diagnosis Abortus
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan
tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan
bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau
imunologik (Pregnosticon, Gravindex).
Sebagai kemungkinan diagnosis yang lain harus dipikirkan kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, atau kehamilan dengan kelainan pada serviks.
Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang sulit
dibedakan dengan abortus dimana uterus posisi retroversi. Pada keduanya
ditemukan amenorea disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di perut bagian
bawah, dan tumor dibelakang uterus. Tetapi keluhan nyeri biasanya lebih hebat
pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala menunjukan kehamilan ektopik
terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis untuk memastikan diagnosanya. Pada
molahidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenorea dan
muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan terhadap molahidatidosa, perlu
dilakukan pemeriksaan ultrasonograIi.
Karsinoma serviks uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai
kehamilan. Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan
dengan spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis
dengan pasti.

1. Abortus imminens
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena adanya perdarahan
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama
sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan , serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positiI. Pada beberapa wanita hamil
dapat timbul perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang
jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi
koriales kedalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan
implantasi biasanya sedikit, darah berwarna merah, dan cepat berhenti,
serta tidak disertai rasa mulas.
Pemeriksaan penunjang yang dapat menegakan diagnosis abortus
imminens salah satuya adalah dengan pemeriksaan USG. Pada USG
dapat ditemukan buah kehamilan masih utuh. Diagnosis meragukan
jika kantong kehamilan masih utuh, tetapi pulsasi jantung janin belum
jelas.

2. Abortus insipiens
Diagnosis abortus insipiens ditentukan karena adanya perdarahan
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi
uterus. Pada pemeriksaan dalam,ostium terbuka, buah kehamilan
masih didalam uterus, serta ketuban masih utuh dan dapat menonjol.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak
banyak dan bahaya perIorasi pada kerokan akan lebih besar, maka
sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian inIus oksitosin.

3. Abortus inkomplit
Diagnosis abortus inkomplit ditentukan karena adanya perdarahan
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi
uterus. Apabila perdarahan banyak dapat menyebabkan syok dan
perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksterum.

Abortus inkomplit sering berhubungan dengan aborsi yang tidak aman,
oleh karena itu periksa tanda-tanda komplikasi yang mungkin terjadi
akibat abortus provokatus seperti perIorasi, dan tanda-tanda inIeksi
atau sepsis.

4. Abortus komplit
Pada abortus komplit ditemukan adanya perdarahan yang sedikit,
ostium uteri telah menutup, dan uterus telah mengecil. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.

5. Abortus tertunda (missed abortion)
Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali
pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai
tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan mengecilnya uterus yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala
subyektiI kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi,
uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil, tes kehamilan menjadi
negatiI, serta denyut jantung janin menghilang. Dengan ultrasonograIi
(USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya
sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed
abortion kadang-kadang disertai gangguan pembekuan darah karena
hipoIibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini perlu dilakukan.


6. Abortus habitualis
Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis.
Khususnya diagnosis abortus habitualis karena inkompetensia
menunjukan gambaran klinik yang khas yaitu dalam kehamilan
triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas,
ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah. Kemudian timbul mulas
yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap
minggu. Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan
banyak lender dari vagina. Diluar kehamilan penentuan serviks
inkompeten dilakukan dengan histerosalIingograIi yaitu ostium
internum uteri melebar lebih dari 8 mm.

7. Abortus inIeksiosa, abortus septik
Diagnosis abortus inIeksiosa ditentukan dengan adanya abortus yang
disertai dengan gejala dan tanda inIeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar,
lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang
menggigil. Demam tinggi, dan tekanan darah menurun. Untuk
mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan
getah pada serviks uteri.

8. Abortus servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi
oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya
terkumpul dalam kanalis servikalis, dan serviks uteri menjadi besar
dengan dinding yang menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks
membesar dan diatas ostium uteri eksternum teraba jaringan.
Penanganan Abortus
1. Penilaian awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :
a. Keadaan umum pasien
b. Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan,
tekanan sistolik 90 mmHg, nadi ~ 112 x/menit
c. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut
bawah, adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, pikirkan
kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.
d. Tanda-tanda inIeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret
berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang,
nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan.
e. Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat
ditatalaksana pada Iasilitas kesehatan setempat atau dirujuk
(setelah dilakukan stabilisasi)











Penanganan spesifi
1. Abortus imminens
a. Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring
total
b. Anjurkan untuk tidak melakukan aktiIitas Iisik secara berlebihan
atau melakukan hubungan seksual.
c. Bila perdarahan :
O Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian
ulang bila terjadi perdarahan lagi.
O Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG).
Lakukan konIirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil
ektopik atau mola).
O Pada Iasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan
hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan
ginekologis.

2. Abortus insipiens
a. Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi. Bila usia gestasi _ 16
minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum
manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila usia
gestasi _ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi
dan kuretase (D&K)
b. Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia
gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan
dengan :
O InIuse oksitosin 20 unit dalam 500ml NS atau RL mulai dengan
8 tetes/menit yang dapat dinaikan hingga 40 tetes/menit, sesuai
dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran
hasil konsepsi.
O Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.
O Misoprostol 400mg per oral dan apabila masih diperlukan,
dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis
awal.
c. Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan
dengan AVM atau D&K (hati-hati resiko perIorasi)

3. Abortus inkomplit
a. Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap
komplikasi (perdarahan hebat, syok, inIeksi atau sepsis).
b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai dengan
perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau
cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :
O Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral
O Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil
konsepsi dengan AVM atau D&K (pilihan tergantung dari
usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-
bagian janin).
c. Bila tidak ada tanda-tanda inIeksi, beri antibiotik proIilaksis (ampisilin
500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
d. Bila terjadi inIeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap
8 jam.
e. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu,
segera lakukan evakuasi dengan AVM.
I. Bila pasien tampak anemik, berikan sulIas Ierosus 600 mg perhari
selama 2 minggu (anemia sedang) atau transIusi darah (anemia berat).
g. Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus
tidak aman, oleh sebab itu perhatikan hal-hal berikut:
O Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perIorasi
uterus, atau cidera intra abdomen (mual/muntah, nyeri
punggung, demam, perut kembung, nyeri perut bawah, dinding
perut tegang, nyeri ulang lepas).
O Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu, atau
benda-benda lainnya dari region genitalia.
O Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor
pada dinding vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah
diimunisasi.
O Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum
anti tetanus (ATS) 1500 unit IM diikuti dengan pemberian
tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
O Konseling untuk kontrasepsi pascakeguguran dan pemantauan
lanjut.

4. Abortus komplit
a. Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrin 31
tablet/hari untuk 3 hari.
b. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulIas Ierosus
600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi
makanan bergizi. Untuk anemia berat berikan transIuse darah.
c. Apabila tidak terdapat tanda-tanda inIeksi tidak perlu diberi
antibiotika, atau apabila khawatir akan inIeksi dapat diberi antibiotik
proIilaksis.

5. Abortus inIeksiosa
a. Kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila Iasilitas
kesehatan setempat tidak mempunyai Iasilitas yang memadai, rujuk
pasien ke RS
b. Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan
NS atau RL melalui inIuse dan berikan antibiotika(misalnya ampisilin
1 gr dan metronidazol 500 mg).
c. Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.
d. Pada Iasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotik
berspektrum luas dan upaya sbilisasi hingga kondisi pasien memadai,
dapat dilakukan pengosongan uterus dengan segera (lakukan secara
hati-hati karena tingginya kejadian perIorasi pada kondisi ini)

Tabel 2.1 ombinasi antibiotia untu abortus infesiosa
Kombinasi antibiotia Dosis oral catatan
Ampisilin dan
metronidazol
31 gr oral dan
3500 mg
Berspektrum luas dan mencakup untuk
gonorrhea dan bakteri anaerob
Tetrasiklin dan
klindamisin
4500 mg dan
2x300mg
Baik untuk klamidia,
gonorrhea,bakteroides Iragilis
Trimethoprim dan
sulIamethoksazol
160 mg dan
800 mg
Spectrum cukup luas dan harganya
relatiI murah




Table 2.2 antibiotia parenteral untu abortus septi
Antibiotia Cara pemberian Dosis
Sulbenisilin
Gentamisin
metronidazol
IV 31 gr
280 mg
21 gr
SeItriaksone IV 11 gr
Amoksisiklin klavulanik acid
klindamisin
IV 3500 mg
3600 mg

6. Abortus tertunda (missed abortion)
Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan :
a. Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur
evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan resiko perIorasi lebih tinggi.
b. Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga
perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.
c. Tingginya kejadian komplikasi hipoIibrinogenemia yang berlanjut
dengan gangguan pembekuan darah.

7. Abortus habitualis
a. Penyebab abortus habitualis sebagian besar tidak diketahui oleh karena itu
penanganannya terdiri dari: memperbaiki keadaan umum, pemberian
makanan yang sempurna, menganjurkan untuk istirahat yang cukup,
larangan koitus dan olahraga.
b. Terapi dengan hormone progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnya
mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis karena penderita
mendapat kesan penderita diobati.
c. Apabila pada pemeriksaan histerosalIingograIi yang dilakukan dluar
kehamilan menunjukan kelainan miom submukoa atau uterus bikornu
maka kelainan tersebut dapat diperbaiki dengan pengeluaran miom atau
penyatuan kornu uterus dengan operasi menurut Strassman.
d. Pada serviks inkompeten, apabila penderita telah hamil maka operasi
untuk mengecilkan ostium uteri internum sebaiknya dilakukan pada
kehamilan 12 minggu atau lebih sedikit. Dasar operasi adalah memperkuat
jaringan serviks yang lemah dengan melingkari daerah ostium uteri
internum dengan benang sutera atau dakron yang tebal. Bila terjadi gejala
dan tanda abortus insipiens , maka benang harus segera diputuskan, agar
pengeluaran janin tidak terhalangi. Apabila operasi berhasil, maka
kehamilan dapat dilanjutkan sampai hampir cukup bulan dan benang
dipotong pada kehamilan 38 minggu. Operasi tersebut dapat dilakukan
menurut cara Shirodkar atau cara Mac Donald.

8. Abortus servikalis
a. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan
untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.










Kompliasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perIorasi, inIeksi,
dan syok.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu diberikan transIusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b. PerIorasi
PerIorasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretroIleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan
tergantung dari luas dan bentuk perIorasi, penjahitan luka perIorasi atau
perlu histerektomi.
c. InIeksi
d. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank
arena inIeksi berat (syok endoseptik).





PARTUS PRAEMATURUS
PARTUS SEROTINUS
Daftar Pustaa
Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri & Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bagian II Ginekologi. Editor : Hidayat Wijayanegara, dkk. Bandung : Bagian
Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP Dr.
Hasan Sadikin, 1997.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kandungan. Editor : HaniIa Wiknjosastro, dkk.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007.
Wibowo, Budiono. Ilmu Kebidanan. Editor : HaniIa Wiknjosastro, dkk. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.

Sastrawinata, Sulaiman. 2005. ILMU KESEA%AN REPRODUKSI. OBS%E%RI
PA%OLOGI. Jakarta: EGC.

M, Achdiat. 2004. PROSEDUR %E%AP OBS%E%RI DAN GINEKOLOGI. Jakarta:
EGC
A.Graber, Mark. 2006. Dokter Keluarga University of Lowa. Jakarta: EGC
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Patologi Obstetri. Elstar OIIset. Bandung
Wiknjosastro H, SaiIuddin AB, Rachimhadhi T. 1997 Ilmu Kandungan. Edisi ke-
. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. PT Gramedia. Jakarta.
Abdul,Bari saiIudin,dkk.2002. Ilmu ke-idanan Jakarta:yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Abdul,Bari dkk.2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Jakarta:yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai