Penanggung Jawab
Ahmad Subandi, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An.
Pengarah
Widyoningsih, M.Kep., Sp.Kep Kom.
Ketua
Septiana Indratmoko, M.Sc., Apt.
Sekretaris
Safitri Dewi
Editor dan Reviewer
Yuhansyah Nurfauzi, M.Si., Apt.
Kasron, M.Kep.
Agus Prasetyo, M.Kep.
Lay outer dan setting
Lasimin, M.Kom
Danies Kristanto, A.Md
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT Tuhan seru sekalian alam yang
telah memberikan Rahmat serta Barakah-Nya sehingga Prosiding seminar nasional
Prevent, Control and Treatment of Diabetes as A Major Health Problem of Non-
Communicable and Lifestyle Deseases 2016 ini dapat diterbitkan. Makalah dalam
prosiding ini berasal dari makalah presentasi ilmiah oral yang dipresentasikan di
Cilacap pada tanggal 17 Desember 2016.
Dalam Pertemuan Ilmiah tersebut telah diterima sebanyak 14 makalah dari
sejawat kesehatan. Dari makalah yang masuk, ada beberapa yang terpaksa tidak dapat
dimuat dalam prosiding ini karena kurang lengkap penulisannya sehingga tidak
memenuhi syarat untuk diterbitkan. Oleh karena itu kami mohon maaf kepada
sejawat yang makalahnya terpaksa tidak dapat diterbitkan pada prosiding ini.
Makalah presentasi ilmiah terbagi dalam tiga bidang ilmu yaitu Keperawatan,
Farmasi dan Kebidanan.
Terimakasih kami sampaikan kepada panitia pembuatan prosiding yang telah
bekerja keras dalam editing naskah, sehingga prosiding ini bisa terwujud. Sebagai
wakil dari panitia kami sadar akan adanya kekurangan dalam pembuatan prosiding
ini, untuk itu kami mohon maklum dan maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-
mudahan prosiding ini bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Halaman Cover.....
Susunan Panitia....
Kata Pengantar.....
Daftar Isi........
Formulasi dan Uji Sifat Fisik Sediaan Nanoemulsi Minyak Hati Ikan Hiu
(Centrocymnus crepidater) dan Ekstrak Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza,Roxb.)
Septiana Indratmoko, Hana Yasmin, Elisa Issusilaningtyas.
Pengaruh Faktor Biologi terhadap Gizi Kurang Anak Usia 6-11 Bulan di
Kabupaten Cilacap
Majestika Septikasari..
Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Self
Management Pasien Congestive Heart Failure di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten
Saelan, Jumrotun Nimah....
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dan Peran Petugas Kesehatan (Bidan) dengan
Kunjungan Antenatal pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Kopi
Kota Jambi Tahun 2015
Ika Murtiyarini.
Abstrak
Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat ireversibel, yang memerlukan berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Setiap
pasien gagal ginjal kronik membutuhkan beberapa bentuk akses vaskular untuk
memungkinkan aliran darah yang cukup untuk hemodialisis. AV shunt merupakan salah
satu akses vaskular yang paling sering digunakan. Selain mempermudah dialisis dengan
akses vaskular, namun ada kemungkinan muncul aneurisma sebagai salahsatu komplikasi
pasien hemodialisis terpasang AV shunt. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran lama kejadian aneurisma pada pasien hemodialisis terpasang AV shunt di ruang
hemodialisia RSUD Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
analytic, rancangan pengambilan data cross sectional. Teknik pengambilan sampel total
sampling, jumlah sampel 53 pasien yang menjalani hemodialisis terpasang AV shunt. Hasil
dari penelitian ini adalah Rata-rata umur pasien yang menjalani hemodialisis terpasang AV
shunt di ruang hemodialisa RSUD Kabupaten Cilacap adalah 49,09 tahun dengan dengan
jenis pekerjaan terbanyak adalah IRT dan swasta yaitu 18 orang (34,0%). Pasien dengan
jenis kelamin laki-laki lebih banyak menjalani hemodialisis yaitu 31 responden (58,5%).
Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 22 responden (41,5%). Rata-rata
lama Pemasangan AV shunt adalah 25,19 bulan. Pasien dengan aneurisma berjumlah 36
pasien (67,9%). Sedangkan pasien yang tidak mengalami aneurisma sebanyak 17 pasien
(32,1%). Rata-rata lama kejadian aneurisma pada pasien yang menjalani hemodialisa
terpasang AV shunt adalah 6,57 bulan. Lama kejadian aneurisma dimulai dari munculnya
tanda gejala hingga dilakukan tindakan operasi, sehingga lama kejadian aneurisma pada
masing-masing pasien berbeda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah lama kejadian
aneurisma pada pasien hemodialisis terpasang AV shunt dapat dipengaruhi oleh umur
pasien, kejadian aneurisma dan lama pemasangan, sedangkan jenis kelamin dan jenis
pekerjaan bukan merupakan faktor utama
Rusana
Abstrak
Penyakit infeksi dan malnutrisi yang terjadi pada anak merupakan hubungan yang saling
timbal balik. Anak dapat mengalami masalah ketidakadekuatan nutrisi sehingga diperlukan
konservasi agar anak dapat beradaptasi. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran
asuhan keperawatan pada anak dengan menerapkan model konservasi Levine pada anak
dengan infeksi yang mengalami ketidakadekuatan nutrisi. Metode penelitian ini
menggunakan studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan yang melalui tahapan
Levine yaitu pengkajian, merumuskan trophicognosis, merencanakan hipotesis,
melaksanakan intervensi dan evaluasi respon organismik. Fokus bahasan dilakukan pada
lima kasus, dengan hasil akhir menunjukkan bahwa anak mampu beradaptasi melalui
konservasi terhadap perubahan yang terjadi namun evaluasi respon organismik berbeda
tergantung pada kemampuan dan keparahan penyakit. Seorang perawat hendaknya
memiliki kemampuan berpikir kritis dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Abstrak
Nanoemulsi adalah sediaan emulsi dengan partikel yang memiliki ukuran nanometer.
Suatu sediaan yang dibuat dengan ukuran partikel nanometer akan meningkatkan
bioavailabilitas dalam tubuh sehingga obat lebih cepat diserap oleh tubuh. Nanoemulsi
yang dibuat pada penelitian ini menggunakan bahan alam yaitu minyak hati ikan hiu dan
ekstrak temulawak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan formulasi sediaan
nanoemulsi dengan ukuran nanometer dari minyak hati ikan hiu dan ekstrak temulawak,
serta mengetahui sifat fisik dari formulasi tersebut. Pada penelitian ini nanoemulsi
diformulasi dengan surfaktan dan ko-surfaktan terpilih kemudian dibuat denganmetode
Simplex Lattice Design (SLD). SLD digunakan untuk menentukan optimasi formula pada
berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan dan meminimalkan jumlah sampel formula.
Hasil penelitian dari formulasi sediaan nanoemulsi minyak hati ikan hiu dan ekstrak
temulawak yaitu menggunakan perbandingan formulasi 6:1:1. Hasil dari uji sifat fisik
yaitu memiliki organoleptis jernih, homogen, tidak ada pemisahan fase, memiliki rasa
manis, warna kuning muda dan berbau khas spesifik minyak hati ikan hiu. Nilai uji pH
memiliki pH 5, uji viskositas 80 mPa.s, uji bobot jenisnya 1,191 gr/mL dan ukuran droplet
yaitu 56,7 nm.
KESIMPULAN
Pembuatan formula sediaan nanoemulsi
minyak hati ikan hiu dan ekstrak temulawak
yang paling optimum yaitu formulasi dengan
PENGARUH TERAPI KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN
KEPERCAYAAN DIRI REMAJA
Abstrak
Percaya diri adalah suatu sikap yang memungkinkan individu mempunyai pandangan
realistis dan positif tentang dirinya. Individu yang percaya diri yakin akan kemampuannya,
dapat mengendalikan kehidupannya dan akan mampu melakasanakan rencana dan
harapannya secara realistis. Dalam perkembangannya remaja mengalami berbagai stress
psikologis, tekanan dari teman sebaya dan gejolak emosi akibat perubahan dalam diri dan
lingkungannya. Peningkatan kesehatan yang dilakukan pemerintah masih dipusatkan pada
pelayanan puskesmas dan posyandu bagi balita dan lansia. Peningkatan kesehatan fisik dan
psikologi bagi remaja masih belum terpikirkan. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah
mengetahui tentang pengaruh terapi kelompok dalam meningkatkan kepercayaan diri
terhadap rasa percaya diri remaja. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Quasi eksperimental, one group pre post test without control group. Jumlah sampel 42
orang remaja yang berada di 4 (empat) dari 9 (sembilan) wilayah RW yang telah dipilih.
Pengambilan data dan intervensi dilakukan Bulan Mei sampai Juli 2011. Hasil pre tes dari
rerata skor tingkat kepercayaan diri remaja sebesar 115,97 dengan standar deviasi 15,55.
Hasil post tes hasil rata-rata skor tingkat kepercayaan diri remaja sebesar 122,71 dengan
standar deviasi 13,29. Terlihat bahwa rata-rata skor tingkat kepercyaan diri meningkat,
meskipun dilihat dari kategori tidak ada perbedaan, yaitu masih dalam kategori tingkat
kepercayaan diri tinggi. Berdasarkan uji dependent T test didapatkan hasil nilai rata-rata
peningkatan skor tingkat kepercayaan diri adalah 6,738, t = -4,740 dan nilai p = 0,000.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok memang dapat
meningkatkan kepercayaan diri pada remaja. Dengan kata lain terapi aktivitas kelompok
ini merupakan salah satu metode pembinaan remaja yang dapat dipergunakan dalam
meningkatkan kepercayaan diri remaja.
Kata kunci: kepercayaan diri, remaja usia 12-19, terapi aktivitas kelompok
Abstrak
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka Kematian Ibu
(AKI) di Kabupaten Cilacap pada tahun 2013 sebesar 115/100.000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2013 kasus kematian ibu di Kabupaten Cilacap sebanyak 34 jiwa, terdiri dari
kematian selama ibu hamil, bersalin dan nifas. Penyebab AKI di Kabupaten Cilacap
tersebut salah satunya preeklampsia berat (PEB). Kejadian PEB di kabupaten Cilacap pada
tahun 2015 sebanyak 233 kasus. PEB adalah sindrom yang muncul pada trimester kedua
kehamilan dan akan selalu pulih di periode postnatal dengan ciri-ciri khas hipertensi,
edema dan proteinuria yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya umur ibu
hamil, paritas, riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, penyakit hipertensi,
pemeriksaan antenatal care (ANC) masa kehamilan, penyakit diabetes mellitus dan
obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan
yang paling dominan mempengaruhi kejadian PEB di RSUD Cilacap periode Januari-
Desember 2015. Penelitian ini menggunakan desain survey analytic,rancangan
pengambilan data case control dan pendekatan waktu retrospektif. Teknik pengambilan
sampel purposive sampling, jumlah sampel 80 dengan PEB sebagai kasus dan 80 tidak
mengalami PEB sebagai control. Menggunakan uji chi square, pengumpulan data
menggunakan lembar check list. Analisa multivariat menggunakan Regresi Logistik
Ganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa 7 faktor yang diduga mempengaruhi kejadian
PEB ternyata semua variabel secara signifikan mempengaruhi kejadian PEB. Hasil uji
statistik bivariat umur ibu hamil: pv = 0,008, paritas: pv = 0,006, riwayat preeklampsia
pada kehamilan sebelumnya: pv = 0,000, penyakit hipertensi: pv = 0,000, pemeriksaan
antenatal care (ANC) masa kehamilan: pv = 0,006, penyakit diabetes mellitus: pv = 0,000,
obesitas: pv = 0,000. Penyakit hipertensi merupakan faktor yang paling dominan
mempengaruhi kejadian PEB dengan pv = 0,000; OR = 34,929 yang bermakna ibu hamil
yang memiliki riwayat penyakit hipertensi berpeluang menderita PEB sebesar 34,929 kali
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Kesimpulan penelitian menunjukan penyakit hipertensi merupakan faktor yang paling
dominan mempengaruhi kejadian PEB.
Tabel 5. Pemeriksaan Antenatal Care Tabel 7. Obesitas (> tidak obesitas) 112
(ANC) Masa Kehamilan (> baik) 100 (70,0%).
(62,5%).
Selanjutnya analisa bivariat yang
6. Distribusi frekuensi riwayat penyakit meliputi pengaruh secara parsial antara
Diabetes Mellitus pada kehamilan di variabel umur ibu hamil, paritas, riwayat
RSUD Cilacap Periode Januari - preeklampsia pada kehamilan sebelumnya,
Desember 2015 penyakit hipertensi, pemeriksaan ANC masa
kehamilan, penyakit diabetes mellitus dan
obesitas dengan kejadian PEB.
Kejadian Preeklampsia
Berat Jumlah
No. Umur Ibu Hamil
PEB Bukan PEB
f % f % f %
1. Umur Berisiko 37 64,9 20 35,1 57 100,0
2. Umur Tidak berisiko 43 41,7 60 58,3 103 100,0
Jumlah 80 50,0 80 50,0 160 100,0
X2 hitung = 6,977 || pv = 0,008 || OR = 2,581 || CI (1,321 - 5,046)
Sumber: Data Primer diolah 2016
termasuk dalam kategori umur berisiko,
Tabel 8 Hasil uji statistik didapatkan nilai yaitu pada umur < 20 tahun atau > 35 tahun
X2 hitung (6,977) > X2 tabel (3,841), berpeluang sebesar 2,581 kali untuk
dengan p value = 0,008 (p value < 0,05), mengalami kejadian PEB dibandingkan
maka dapat diartikan terdapat pengaruh dengan umur ibu hamil yang termasuk
yang bermakna antara umur ibu hamil dalam kategori umur tidak berisiko, yaitu
terhadap kejadian PEB di RSUD Cilacap pada umur 20 35 tahun.
Periode Januari Desember 2015. Dari
hasil analisis diperoleh nilai OR = 2,581 9. Pengaruh antara faktor paritas terhadap
pada CI (1,321 5,046), hal ini dapat kejadian PEB di RSUD Cilacap Periode
diartikan bahwa umur ibu hamil yang Januari Desember 2015
Tabel 9. Pengaruh Faktor Paritas Terhadap Kejadian PEB di RSUD Cilacap Periode
Januari Desember 2015
Kejadian Preeklampsia
Berat Jumlah
No. Paritas
PEB Bukan PEB
f % F % f %
1. Primigravida 24 36,4 42 63,6 66 100,0
2. Multigravida 56 59,6 38 40,4 94 100,0
Jumlah 80 50,0 80 50,0 160 100,0
X2 hitung = 7,453 || pv = 0,006 || OR = 0,388 || CI (0,203 0,742)
Sumber: Data Primer diolah 2016
Tabel 9 Hasil uji statistik didapatkan nilai kategori multigravida berpeluang sebesar
X2 hitung (7,453) > X2 tabel (3,841), 0,388 kali untuk mengalami kejadian PEB
dengan p value = 0,006 (p value < 0,05), dibandingkan dengan paritas yang termasuk
maka dapat diartikan terdapat pengaruh dalam kategori primigravida.
yang bermakna antara paritas terhadap
kejadian PEB di RSUD Cilacap Periode 10.Pengaruh antara faktor riwayat
Januari Desember 2015. Dari hasil preeklampsia pada kehamilan
analisis diperoleh nilai OR = 0,388 pada CI sebelumnya terhadap kejadian PEB di
(0,203 0,742), hal ini dapat diartikan RSUD Cilacap Periode Januari
bahwa paritas yang termasuk dalam Desember 2015
Tabel 10. Pengaruh Faktor Riwayat Preeklampsia pada Kehamilan Sebelumnya Terhadap
Kejadian PEB di RSUD Cilacap Periode Januari Desember 2015
Kejadian Preeklampsia
Riwayat Preeklampsia
Berat Jumlah
No. pada Kehamilan
PEB Bukan PEB
Sebelumnya
f % f % f %
1. Ada Riwayat 19 90,5 2 9,5 21 100,0
2. Tidak Ada Riwayat 61 43,9 78 56,1 139 100,0
Jumlah 80 50,0 80 50,0 160 100,0
X2 hitung = 14,032 || pv = 0,000 || OR = 12,148 || CI (2,724 54,172)
Sumber: Data Primer diolah 2016
Tabel 10 Hasil uji statistik didapatkan nilai bahwa adanya riwayat preeklampsia pada
X2 hitung (14,032) > X2 tabel (3,841), kehamilan sebelumnya berpeluang sebesar
dengan p value = 0,000 (p value < 0,05), 12,148 kali untuk mengalami kejadian PEB
maka dapat diartikan terdapat pengaruh dibandingkan dengan tidak adanya riwayat
yang bermakna antara riwayat preeklampsia preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.
pada kehamilan sebelumnya terhadap
kejadian PEB di RSUD Cilacap Periode 11.Pengaruh antara faktor penyakit
Januari Desember 2015. Dari hasil hipertensi terhadap kejadian PEB di
analisis diperoleh nilai OR = 12,148 pada RSUD Cilacap Periode Januari
CI (2,724 54,172), hal ini dapat diartikan Desember 2015
Kejadian Preeklampsia
Berat Jumlah
No. Penyakit Hipertensi
PEB Bukan PEB
f % f % f %
1. Ada Riwayat 48 96,0 2 4,0 50 100,0
2. Tidak Ada Riwayat 32 29,1 78 70,9 110 100,0
Jumlah 80 50,0 80 50,0 160 100,0
2
X hitung = 58,909 || pv = 0,000 || OR = 58,500 || CI (13,409 255,223)
Sumber: Data Primer diolah 2016
Tabel 11 Hasil uji statistik didapatkan nilai hipertensi berpeluang sebesar 58,500 kali
X2 hitung (58,909) > X2 tabel (3,841), untuk mengalami kejadian PEB
dengan p value = 0,000 (p value < 0,05), dibandingkan dengan tidak adanya riwayat
maka dapat diartikan terdapat pengaruh penyakit hipertensi.
yang bermakna antara penyakit hipertensi
terhadap kejadian PEB di RSUD Cilacap 12.Pengaruh antara faktor pemeriksaan
Periode Januari Desember 2015. Dari ANC masa kehamilan terhadap kejadian
hasil analisis diperoleh nilai OR = 58,500 PEB di RSUD Cilacap Periode Januari
pada CI (13,409 255,223), hal ini dapat Desember 2015
diartikan bahwa adanya riwayat penyakit
Tabel 12. Pengaruh Faktor PemeriksaanANC Masa Kehamilan Terhadap Kejadian PEB di
RSUD Cilacap Periode Januari Desember 2015
Kejadian Preeklampsia
Pemeriksaan ANC Berat Jumlah
No.
Masa Kehamilan PEB Bukan PEB
F % f % f %
1. ANC Kurang 39 65,0 21 35,0 60 100,0
2. ANC Baik 41 41,0 59 59,0 100 100,0
Jumlah 80 50,0 80 50,0 160 100,0
2
X hitung = 7,707 || pv = 0,006 || OR = 2,672 || CI (1,376 5,189)
Sumber: Data Primer diolah 2016
Tabel 12 Hasil uji statistik didapatkan nilai kali pemeriksaan selama masa kehamilan
X2 hitung (7,707) > X2 tabel (3,841), berpeluang sebesar 2,672 kali untuk
dengan p value = 0,006 (p value < 0,05), mengalami kejadian PEB dibandingkan
maka dapat diartikan terdapat pengaruh dengan ibu yang melakukan pemeriksaan
yang bermakna antara pemeriksaan ANC ANC masa kehamilan yang termasuk dalam
masa kehamilan terhadap kejadian PEB di kategoti baik, yaitu > 4 kali pemeriksaan
RSUD Cilacap Periode Januari Desember selama masa kehamilan.
2015. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR
= 2,672 pada CI (1,376 5,189), hal ini 13.Pengaruh antara faktor penyakit diabetes
dapat diartikan bahwa ibu yang melakukan mellitus terhadap kejadian PEB di
pemeriksaan ANC masa kehamilan yang RSUD Cilacap Periode Januari
termasuk dalam kategori kurang, yaitu < 4 Desember 2015
Tabel 13. Pengaruh Faktor Penyakit Diabetes Mellitus Terhadap Kejadian PEB di RSUD
Cilacap Periode Januari Desember 2015
Kejadian Preeklampsia
Penyakit Diabetes Berat Jumlah
No.
Mellitus PEB Bukan PEB
F % f % F %
1. Ada Riwayat 20 87,0 3 13,0 23 100,0
2. Tidak Ada Riwayat 60 43,8 77 56,2 137 100,0
Jumlah 80 50,0 80 50,0 160 100,0
X2 hitung = 12,999 || pv = 0,000 || OR = 8,558 || CI (2,428 30,148)
Sumber: Data Primer diolah 2016
Tabel 13 Hasil uji statistik didapatkan nilai penyakit diabetes mellitus berpeluang
X2 hitung (12,999) > X2 tabel (3,841), sebesar 8,556 kali untuk mengalami
dengan p value = 0,000 (p value < 0,05), kejadian PEB dibandingkan dengan tidak
maka dapat diartikan terdapat pengaruh adanya riwayat penyakit diabetes mellitus.
yang bermakna antara penyakit diabetes
mellitus terhadap kejadian PEB di RSUD 14.Pengaruh antara faktor obesitas terhadap
Cilacap Periode Januari Desember 2015. kejadian PEB di RSUD Cilacap Periode
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = Januari Desember 2015
8,556 pada CI (2,428 30,148), hal ini
dapat diartikan bahwa adanya riwayat
Tabel 14. Pengaruh Faktor Obesitas Terhadap Kejadian PEB di RSUD Cilacap Periode
Januari Desember 2015
Kejadian Preeklampsia
Berat Jumlah
No. Kejadian Obesitas
PEB Bukan PEB
f % F % F %
1. Obesitas 35 72,9 13 27,1 48 100,0
2. Tidak Obesitas 45 40,2 67 59,8 112 100,0
Jumlah 80 50,0 80 50,0 160 100,0
2
X hitung = 13,125 || pv = 0,000 || OR = 4,009 || CI (1,912 8,404)
Sumber: Data Primer diolah 2016
Tabel 14 Hasil uji statistik didapatkan nilai (1,912 8,404), hal ini dapat diartikan
X2 hitung (13,125) > X2 tabel (3,841), bahwa ibu yang mengalami obesitas, yaitu
dengan p value = 0,000 (p value < 0,05), ibu yang memiliki nilai BMI 25
maka dapat diartikan terdapat pengaruh berpeluang sebesar 4,009 kali untuk
yang bermakna antara obesitas terhadap mengalami kejadian PEB dibandingkan
kejadian PEB di RSUD Cilacap Periode dengan ibu yang tidak mengalami obesitas,
Januari Desember 2015. Dari hasil yaitu ibu yang memiliki nilai BMI< 25.
analisis diperoleh nilai OR = 4,009 pada CI
Tabel 15. Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Umur Ibu Hamil, Paritas, Riwayat
Preeklampsia pada Kehamilan Sebelumnya, Penyakit Hipertensi, Pemeriksaan ANCMasa
Kehamilan, Penyakit Diabetes Mellitus dan Obesitas dengan Kejadian PEB
Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa masa kehamilan, penyakit diabetes mellitus
signifikansi log-likelihood < 0,05 (p value = dan obesitas mempunyai p value > 0,05 dan
0,000). Namun terlihat variabel umur ibu variabel paritas yang mempunyai p value
hamil, paritas, riwayat preeklampsia pada terbesar, sehingga permodelan selanjutnya
kehamilan sebelumnya, pemeriksaan ANC variabel paritas dikeluarkan dari model.
Tabel 17. Hasil Pengujian Regresi Logistik antara Variabel Umur Ibu Hamil, Riwayat
Preeklampsia pada Kehamilan Sebelumnya, Penyakit Hipertensi, Pemeriksaan ANCMasa
Kehamilan, Penyakit Diabetes Mellitus dan Obesitas dengan Kejadian PEB
Setelah variabel paritas dikeluarkan dari kehamilan, penyakit diabetes mellitus dan
model kemudian dilihat perubahan nilai OR obesitas. Tabel perubahan nilai OR
untuk variabel umur ibu hamil, riwayat disajikan pada tabel 18.
preeklampsia pada kehamilan sebelumnya,
penyakit hipertensi, pemeriksaan ANC masa
Tabel 18. Perubahan Nilai OR Variabel Umur Ibu Hamil, Riwayat Preeklampsia pada
Kehamilan Sebelumnya, Penyakit Hipertensi, Pemeriksaan ANC Masa Kehamilan,
Penyakit Diabetes Mellitus dan Obesitas dengan Kejadian PEB
Tabel 19. Hasil Pengujian Regresi Logistik antara Variabel Umur Ibu Hamil, Riwayat
Preeklampsia pada Kehamilan Sebelumnya, Penyakit Hipertensi, Pemeriksaan ANC Masa
Kehamilan dan Obesitas dengan Kejadian PEB
Parameter B Wald p value OR CI (95%)
Umur Ibu Hamil 0,655 2,071 0,150 1,924 0,789 4,692
Riwayat Preeklampsia 1,258 1,864 0,172 3,518 0,578 21,410
pada Kehamilan
Sebelumnya
Penyakit Hipertensi 3,645 22,610 0,000 38,289 8,522 172,030
Pemeriksaan Antenatal 0,514 1,298 0,255 1,672 0,691 4,050
Care (ANC) Masa
Kehamilan
Obesitas 0,768 2,422 0,120 2,155 0,819 5,667
-2 Log-Likelihood = 139,205 G = 82,602 p value = 0,000
Sumber: Analisa Data 2016
preeklampsia pada kehamilan sebelumnya,
Setelah variabel paritas dan penyakit penyakit hipertensi, pemeriksaan ANC masa
diabetes mellitus dikeluarkan dari model kehamilan dan obesitas. Tabel perubahan
kemudian dilihat perubahan nilai OR untuk nilai OR disajikan pada tabel 20.
variabel umur ibu hamil, riwayat
Tabel 20. Perubahan Nilai OR Variabel Umur Ibu Hamil, Riwayat Preeklampsia pada
Kehamilan Sebelumnya, Penyakit Hipertensi, Pemeriksaan ANC Masa Kehamilan dan
Obesitas dengan Kejadian PEB
OR Penyakit DM OR Penyakit
Variabel Perubahan OR
Ada DM Tidak Ada
Umur Ibu Hamil 1,817 1,924 5,888%
Paritas 0,929 - -
Riwayat Preeklampsia pada 3,189 3,518 10,316%
Kehamilan Sebelumnya
Penyakit Hipertensi 34,685 38,289 10,390%
Pemeriksaan Antenatal Care 1,584 1,672 5,556%
(ANC) Masa Kehamilan
Penyakit Diabetes Mellitus 2,008 - -
Obesitas 2,168 2,155 0,599%
Sumber: Analisa Data 2016
Tabel 21. Hasil Pengujian Regresi Logistik antara Variabel Umur Ibu Hamil, Riwayat
Preeklampsia pada Kehamilan Sebelumnya, Penyakit Hipertensi, Penyakit Diabetes
Mellitus dan Obesitasdengan Kejadian PEB
OR Pemeriksaan OR Pemeriksaan
Variabel Perubahan OR
ANC Ada ANC Tidak Ada
Umur Ibu Hamil 1,817 1,999 10,016%
Paritas 0,929 - -
Riwayat Preeklampsia pada 3,189 3,265 2,383%
Kehamilan Sebelumnya
Penyakit Hipertensi 34,685 34,988 0,873%
Pemeriksaan Antenatal 1,584 - -
Care (ANC) Masa
Kehamilan
Penyakit Diabetes Mellitus 2,008 2,286 13,844%
Obesitas 2,168 2,322 7,103%
Sumber: Analisa Data 2016
Tabel 22 menunjukkan hasil perbandingan dimasukkan kembali ke dalam model dan
nilai OR setelah variabel paritas dan tidak dapat dikeluarkan dari model karena
pemeriksaan ANC masa kehamilan merupakan variabel confunding dan
dikeluarkan dari model, nilai OR variabel didapatkan hasil model terbaik. Adapun
umur ibu hamil dan penyakit diabetes model yang dimaksud disajikan pada tabel
mellitus berubah > 10%, dengan demikian 23.
variabel pemeriksaan ANC masa kehamilan
Tabel 23. Hasil Pengujian Regresi Logistik antara Variabel Umur Ibu Hamil, Riwayat
Preeklampsia pada Kehamilan Sebelumnya, Penyakit Hipertensi, Pemeriksaan ANCMasa
Kehamilan, Penyakit Diabetes Mellitus dan Obesitas dengan KejadianPEB
Abstrak
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan atas maupun
bawah, biasanya menular dan dapat menimbulkan penyebaran, kadang tanpa gejala sampai
terjadi infeksi yang berat bahkan dapat menimbulkan kematian tergantung dari
penyebabnya . Salah satu penyakit ISPA yang banyak menyebabkan kematian pada balita
adalah pneumonia. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di
dunia dan merupakan 30 % dari seluruh kematian. Di negara berkembang pneumonia
masih menjadi penyebab kematian utama pada balita. Anak usia pra sekolah adalah usia
anak antara 3-6 tahun merupakan masa keemasan (gold age) yang mempunyai arti penting
dan berharga karena masa ini merupakan pondasi bagi masa depan anak. Masa ini anak
memiliki kebebasan untuk berekspresi tanpa adanya suatu aturan yang menghalangi dan
membatasinya. Perkembangan motorik kasar bertambah baik. Anak usia pra sekolah dapat
melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar. Anak dapat
mengembangkan kemampuan olahraga seperti meluncur dan berenang. Perkembangan
motorik halus menunjukan perkembangan utama yang ditunjukkan dengan meningkatnya
kemampuan menggambar. Anak dapat membangun menara 9 atau 10 balok, dapat
merekatkan sepatu, mengikat tali sepatu dan menggunakan gunting dengan baik. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pneumonia pada anak usia pra sekolah terhadap
perkembangan motorik halus dan kasar di wilayah kerja Puskesmas Cilacap Tengah 1.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jumlah responden sebanyak 15 anak,
dengan menggunakan teknik total sampling. Analisa data hasil penelitian ini menggunakan
uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden laki laki
adalah sebanyak 12 orang (80%), sedangkan sebagian kecil responden perempuan
sebanyak 3 orang (20%). Rata-rata usia responden adalah 50,6 bulan (Standar Deviasi/SD
7,61). Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia
responden berada di antara 36,00 63,00 bulan. Tidak ada pengaruh pneumonia pada anak
usia pra sekolah terhadap perkembangan motorik kasar dan halus di wilayah kerja
Puskesmas Cilacap Tengah 1. Hasil penelitian diharapkan untuk menjadi panduan untuk
penelitian yang berhubungan dengan kejadian anak usia pra sekolah yang mengalami
pneumonia dengan perkembangan motorik kasar dan halus.
Kata kunci: Anak usia pra sekolah, pneumonia, perkembangan motorik halus dan motorik
kasar
(berdasarkan diagnosis dan keluhan
PENDAHULUAN responden) (Depkes RI, 2008). Pneumonia
Kasus pneumonia pada balita secara yang terjadi pada balita berdasarkan laporan
nasional menempati urutan kedua (15,5%) dari 26 propinsi di Indonesia terdapat 3
setelah diare (25,2%). Prevalensi propinsi dengan cakupan pneumonia
pneumonia balita di Indonesia meningkat tertinggi yaitu urutan pertama adalah
dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar
pada tahun 2007. Angka kematian balita 56,50%, Jawa Barat 42,50% dan Kepulauan
akibat pnemonia yang terjadi di Indonesia Bangka Belitung sebesar 21,71%. Cakupan
diperkirakan mencapai 21% (Unicef, 2006). pneumonia yang terendah adalah di
Menurut Riskedas tahun 2007, pneumonia propinsi DIY sebesar 1,81%, Kepulauan
merupakan penyakit penyebab kematian Riau sebesar 2,08% dan NAD sebesar
kedua tertinggi setelah diare diantara balita. 4,56% (Depkes RI, 2009).
Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia Kasus pneumonia pada balita di
merupakan penyakit yang menjadi masalah Propinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak
kesehatan masyarakat utama yang 18.477 kasus dengan jumlah kematian
berkontribusi terhadap tingginya angka mencapai 18 kasus, untuk di Kabupaten
kematian balita di Indonesia. Berdasarkan Banyumas mencapai 3.422 kasus.
Kemenkes RI (2012), kasus pneumonia Sedangkan data dari Puskesmas Cilacap
pada balita di Indonesia pada tahun 2011 Tengah 1 bahwa penderita anak dengan
sejumlah 5.178 kasus. Pneumonia sebanyak 20 anak dengan
Data yang diperoleh dari Profil kisaran umur 0 6 tahun. Berdasarkan hasil
Kesehatan di Indonesia tahun 2005 bahwa studi pendahuluan ditemukan 2 anak yang
jumlah balita yang menderita pnemonia di mengalami pneumonia dengan gangguan
Indonesia sebanyak 600.720 balita yang motorik kasar.
terdiri dari 155 anak meninggal saat umur
di bawah 1 tahun dan 49 anak meninggal METODE PENELITIAN
saat umur antara 1 sampai 4 tahun (Depkes Penelitian ini termasuk penelitian
RI, 2005). Kejadian pneumonia terjadi pada deskriptif dengan pendekatan rancangan
umur di bawah satu tahun sebanyak 35,02% cross sectional. Penelitian menitikberatkan
dan pada umur 1 sampai 4 tahun sebanyak pada anak usia pra sekolah yang menderita
64,97%. (Depkes RI, 2007). Menurut pneumonia, kemudian dinilai
Depkes RI (2008), hasil survey Ditjen perkembangan motorik halus dan kasarnya
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan dengan menggunakan Kuesioner Pra
Lingkungan (PP & PL), menjelaskan bahwa Skrining Perkembangan (KPSP).
angka kematian balita secara signifikan Sampel adalah objek yang di teliti dan
semakin menurun, akan tetapi ISPA masih dianggap mewakili seluruh populasi
menjadi penyebab kematian yang terbanyak penelitian (Notoatmojo, 2010). Sampel
pada bayi dan balita. merupakan bagian dari populasi yang
Hasil survei yang dilakukan oleh subdit diharapkan dapat mewakili atau
ISPA pada tahun 2005 di 10 propinsi representatif populasi. Teknik pengambilan
didapatkan data bahwa pnemonia adalah sampel dalam penelitian ini adalah total
penyebab kematian bayi terbesar di sampling sebanyak 7 anak usia pra sekolah
Indonesia, yaitu sebanyak 22,30% dari yang menderita pneumonia dan 8 anak yang
seluruh kematian bayi dan prevalensi menderita batuk bukan pneumonia di
pneumonia secara nasional sebanyak 2,13%
wilayah kerja Puskesmas Cilacap Tengah Distribusi frekuensi responden
1. berdasarkan jenis kelamin dapat
Dalam penelitian ini kriteria inklusi dideskripsikan pada tabel 1.
yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
anak usia pra sekolah yang menderita Tabel 1. Karakteristik Responden
pneumonia dan batuk bukan pneumonia, Berdasarkan Jenis Kelamin
mampu berkomunikasi dengan baik, tidak
mengalami kecacatan, bersedia menjadi No Jenis Kelamin F %
responden. 1 Perempuan 3 20
Instrumen penelitian adalah alat yang 2 Laki Laki 12 80
digunakan untuk mengambil data Jumlah 15 100
penelitian. Pada penelitian ini, instrumen Sumber : Data Primer diolah, 2016
yang dipakai adalah lembar kuesioner
tentang identitas responden dan lembar Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
observasi dengan menggunakan KPSP yang responden laki laki adalah sebanyak 12
sesuai dengan umur anak. orang (80%), sedangkan sebagian kecil
Prosedur penelitian terdiri dari tiga responden perempuan sebanyak 3 orang
tahapan yaitu : 1) tahap persiapan, dalam (20%).
persiapan ini pengurusan ijin penelitian dan
penyusunan instrumen penelitian; 2) tahap 2. Karakteristik Responden Berdasarkan
pelaksanaan, dalam pengambilan data Umur
dilakukan dengan melihat daftar responden
anak usia sekolah yang mengalami Distribusi responden berdasarkan umur
pneumonia di wilayah kerja Puskesmas dapat dideskripsikan pada tabel 2.
Cilacap Tengah 1. Pengambilan data di
lakukan dalam waktu yang berbeda tiap- Tabel 2. Karakteristik Responden
tiap responden. Kemudian mencari Berdasarkan Umur (Dalam Bulan)
responden sesuai dengna kriteria inklusi,
memberikan kuesioner kepada responden Variabel Mean Median SD Min-Maks
yang memenuhi kriteria inklusi, selanjutnya Umur 50,6 53,0 7,61 36,0 63,0
dilakukan pengolahan data dan analisis data (f=15)
penelitian; 3) tahap akhir, penulisan
laporan, seminar hasil dan publikasi. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata usia
Analisa data yang digunakan untuk responden adalah 50,6 bulan (Standar
mengetahui pengaruh pneumonia pada anak Deviasi/ SD 7,61). Dari hasil estimasi
usia pra sekolah terhadap perkembangan interval dapat disimpulkan bahwa 95%
motorik halus dan kasar dengan diyakini rata-rata usia responden berada di
menggunakan uji Chi Square atau chi antara 36,00 63,00 bulan.
Kuadrat.
3. Deskripsi Pengaruh Pneumonia
HASIL DAN PEMBAHASAN Terhadap Perkembangan Motorik Halus
Ike Puspitaningrum
Abstract
Continuing Professional Development (CPD) of nurses is an essential process to improve
professional nursing staff. Implementation of CPD Is the purposeful maintenance of a
professionals knowledge and skills in nursing practice. The improvement of competences
influences to remain profession for the benefit of staff, patient, and manager, and also the
quality of health services. The purpose of this Study examine the barriers to continuing
professional among nurses development at SMC. The study was conducted using a
qualitative method of phenomenology. Data were collected by focus group discussions, in-
depth interviews, observation and documentation study. Focus Group Discussion (FGD)
have 14 informants and was divided to two (2) groups to discuss about perception, the
purpose of CPD and implemantation of CPD. Also, the researcher conducted In-depth
Interviews to 6 primary informants and 2 informants triangulation to identifybarrier
factors. Data were analyzed using a content analysis. The result of this study showed
thatCPD implementation was influenced by motivational factor, barriers within
organization and family support. Nursing on call, mapping of nurses workforce and
mutual aid to other units were becoming strategies to overcome these barriers. The
nursing committees and The management of nursing necessarly to make a systematic plan
of CPD according to the needs of each individual nurses, the hospital needs and the
development of science and technology. Developing of the evaluation method can assess
the quantity and quality of CPD activity to enhance the competence of nurses that are
necessary in the future nursing profession.
Kasron
Abstrak
Post-Operative Ileus (POI) terjadi sekitar 10-25% pada pasien yang mengalami
pembedahan abdomen. POI ditandai dengan distensi abdomen, konstipasi, tidak bisa
mentoleransi makanan dan minuman, penurunan bising usus, beresiko peningkatan
morbiditas, meningkatkan nyeri pasca operasi, penundaan mobilisasi dan pemulihan, dan
penundaan penyerapan obat dan nutrisi dari saluran pencernaan, peningkatan risiko
komplikasi lain, dan peningkatan biaya perawatan. Penatalaksanaan POI bertujuan untuk
mempercepat fungsi fisiologis tubuh setelah operasi yang salah satunya dengan program
fast track yang dilakukan secara tim dari semua profesi kesehatan di rumah sakit. Artikel
ini merupakan tinjauan literature (literature review). Sumber untuk melakukan tinjauan
literature ini meliputi studi pencarian sistematis database terkomputerisasi (EBSCOhost,
Pubmed, dan Google cendikia) dalam bentuk jurnal penelitian yang berjumlah 44 jurnal.
Berdasarkan penelitian bahwa manfaat fast trackadalah mempercepat peristaltik,
memperpendek hari rawat inap, mengurangi biaya perawatan. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa fast tracksecara signifikan dapat menurunkan kejadian POI.
Abstrak
Kekurangan gizi pada usia balita dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik,
perkembangan mental, menurunnya kecerdasan, bahkan dapat menjadi penyebab kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh LILA ibu awal kehamilan, berat
badan bayi baru lahir, keberhasilan ASI eksklsusif dan asupan MP-ASI terhadap kejadian
gizi kurang pada anak usia 6-11 bulan. Penelitian ini menggunakan desain studi analitik
observassiaonal dengan pendekatan kasus kontrol. Pengambilan sampel menggunkan
teknik fixed disease sampling sejumlah 144 sampel, terdiri dari 72 kasus dan 72 kontrol.
Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil
penelitian menunjukan adanya pengaruh kuat antara berat badan bayi baru lahir (p=0.009;
OR=10.14) dan asupan MP-ASI (p=0.002; OR=3.37) terhadap kejadian gizi kurang anak
usia 6-11 bulan. Sedangkan LILA ibu awal kehamilan (p=0.019; OR= 2.60) dan
keberhasilan ASI eksklusif (p=0.004; OR=2.67) berpengaruh sedang terhadap kejadian gizi
kurang anak usia 6-11 bulan. Kesimpulan penelitian yaitu LILA ibu awal kehamilan, berat
badan bayi baru lahir, keberhasilan ASI eksklusif dan asupan MP-ASI secara signifikan
berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang anak usia 6-11 bulan di Kabupaten Cilacap.
Kata kunci: gizi kurang, LILA, berat lahir, ASI eksklusif, MP-ASI
Abstract
Malnutrition among under-fives lead to disruption of physical growth, mental
development, decreased intelligence, even be the cause of child's death. This study
examined the influence of MUAC in early pregnancy, newborn weight, exclusive
breastfeeding and complementary food intake toward underweight among children aged 6-
11 months. Type of study is an analytic observational case control study. Data collected
from 144 children used fixed diseases sampling consisted of 72 cases and 72 controls.
Data analysis are univariate and bivariate with the chi square test. The results showed a
strong effect between the newborn weight (p = 0.009; OR = 10.14) and the complementary
food intake (p = 0.002; OR = 3.37) on the incidence of underweight children aged 6-11
months. While MUAC in early pregnancy (p = 0.019; OR = 2.60) and exclusive
breastfeeding (p = 0.004; OR = 2.67) were sufficiently influential on the incidence of
underweight children aged 6-11 months. MUAC in early pregnancy, newborns weight,
exclusive breastfeeding and complementary food intake have significantly affected the
incidence of underweight children aged 6-11 months in Cilacap.
Abstrak
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada beberapa negara
industri, maju dan negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit ini banyak yang
menimbulkan beban yang signifikan bagi klien dan keluarga maupun bila dirawat di rumah
sakit karena kondisinya yang kompleks. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga terhadap keberhasilan pelaksanaan self management pasien CHF di
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode penelitian yang digunakan yaitu analitik
deskriptif dengan sampel yang digunakan teknik non probability sampling dengan cara
consecutive sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pasien
CHF yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten, pernah dirawat di rumah sakit dengan CHF, responden tinggal
bersama suami/istri, dan anak, bisa membaca dan menulis, bersedia menjadi responden
dibuktikan dengan inform consent yang telah disediakan peneliti. Analisis data
menggunakan Correlation Spearman Rho. Hasil uji analisis korelasi bivariat menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan yaitu 0,002 dimana nilai p<0,005 maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan korelasi yang signifikan terhadap variabel yang
dihubungkan. Kesimpulan penelitian diketahui terdapat hubungan dukungan keluarga
dengan keberhasilan self management pada pasien gagal jantung, pengetahuan keluarga
dengan anggota keluarga yang menderita penyakit jantung perlu adanya dukungan
keluarga yang positif.
Abstrak
Sutarno
Abstrak
Merokok mengakibatkan banyak kerugian, dua diataranya adalah mengganggu stabilitas
perekonomian rumah tangga dan mengganggu kesehatan. Ganguan kesehatan akibat
merokok telah terbukti dalam berbagai penelitian seperti: berdampak pada penyakit arteri
koronaria, kanker paru dan berefek pada reproduksi wanita dan pada anak-anak berdampak
pada penyakit telinga tengah, gangguan pernafasan, penururnan fungsi paru, sindrom
kematian tiba-tiba pada bayi, penyakit saluran nafas bawah termasuk infeksi dan berat
badan lahir rendah. Meskipun berdampak negatif, perilaku merokok justru cenderung
meningkat. Ironisnya, mahasiswa kesehatan sebagai agen perubah perilaku kesehatan
justru banyak juga yang merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi
mahasiswa kesehatan yang merokok terhadap perilaku merokok dan pengendalian
merokok. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik
pengambilan sampel snowbaal dan pengumpulan data dengan wawancara terstruktur. Hasil
penelitian menunjukan persepsi mahasiswa terhadap perilaku merokok yaitu: alasan
merokok adalah karena pergaulan, merokok membuat persaan rileks, kerugian merokok
adalah boros. Persepsi mahasiswa terhadap perilaku mengendalikan merokok yaitu:
kendala berhenti merokok adalah lingkungan perokok, alasan mengendalikan merokok
adalah untuk kesehatan, keuntungan mengendalikan merokok adalah dapat menghemat
pengeluaran uang hal yang paling menghambat mengendalikan merokok adalah
lingkungan perokok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada persepsi yang dapat
mendukung perilaku merokok dan ada persepsi yang dapat menghambat perilaku merokok
dan pengendalian merokok. Saran bagi mahasiswa perokok agar dapat mengembangkan
persepsi untuk dapat mengendalikan perilaku merokok.
ABSTRAK
Asuhan yang diberikan pada masa kehamilan bertujuan untuk mendeteksi komplikasi,
mendidik, serta memberikan informasi kepada ibu hamil tentang bahaya-bahaya obstetri.
Ibu hamil perlu dilibatkan dalam semua pembuatan keputusan yang berkenaan dengan
keperawatan mereka. Wanita hamil perlu merencanakan siapa yang akan melakukan
pemeriksaan, seberapa sering ia perlu diperiksa, dan kemana ia perlu pergi untuk mencari
bantuan dan saran. Risiko tinggi pada kehamilan dapat ditemukan pada saat kunjungan
antenatal (ANC). Cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan di Indonesia masih
rendah, yaitu 90% untuk K1 (pemeriksaan pertama) dan kurang dari 95% untuk K4
(pemeriksaan keempat). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan rancangan penelitian Cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan ibu dan peran petugas (bidan) dengan kunjungan antenatal.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kebun Kopi Kota Jambi tahun 2015,
dengan sampel sebanyak 85 orang. Penelitian dilaksanakan pada bulan September s/d
Desember 2015. Analisa data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil
penelitian ini diketahui dari 85 responden sebagian besar (50,6%) memiliki kunjungan
antenatal kurang baik, sebagian besar responden (51,8%) berpengetahuan kurang baik,
dan sebagian besar (52,9%) dukungan keluarga kurang baik, serta terdapat hubungan
bermakna antara pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan peran petugas dengan
kunjungan antenatal. Bagi dinas kesehatan agar dapat menetapkan suatu kebijakan
terhadap pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Bagi Puskesmas Kebun Kopi,
diharapkan agar melakukan kerja sama dengan bidan praktik mandiri dan klinik bersalin
serta dapat memberikan informasi atau melakukan penyuluhan kepada ibu hamil. Yang
dapat disampaikan melalui leaflet dan poster.
ABSTRAK
Salah satu upaya yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dalam
mendukung percepatan penurunan AKI dan AKN adalag melalui Puskesmas
PONED. Puskesmas PONED bertugas untuk menerima rujukan, melakukan
pelayanan kegawatdaruratan sebatas wewenang dan melakukan rujuan secara
aman, namun banyak indicator yang menunjukkan belum optimalnya fungsi
Puskesmas PONED. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
desain cross sectional, dilaksanakan di Puskesmas Adipala I dengan jumlah
sampel seluruh kejadian komplikasi maternal di Puskesmas PONED Adipala 1
tahun 2014 -2015 sejumlah 418 kejadian, dianalisis univariat. Hasil penelitian
bahwa kejadian komplikasi yang ditangani sebanyak 166 (39,7%) kejadian dan
yang dirujuk sebanyak 252 (60,3%) kejadian. Komplikasi kehamilan yang
ditangani sebanyak 118 (46,1%) kejadian, dan yang dirujuk sebanyak 138
(53,9%) kejadian. Komplikasi persalinan yang ditangani sebanyak 24 (20,3%)
kejadian, dan yang dirujuk sebanyak 94 (79,7%) kejadian. Komplikasi masa
nifas yang ditangani sebanyak 24 (54,5%) kejadian, dan yang dirujuk sebanyak
20 (45,5%) kejadian. Distribusi frekuensi kasus rujukan yang ditemukan di
Puskesmas PONED Adipala 1 sebagian besar merupakan rujukan dari BPM
yaitu sebanyak 292 kasus (69,9 %).
No Komplikasi frekuensi %
1 Komp.Kehamilan 256 61,2
2 Komp. Persalinan 118 28,2
3 Komp. Nifas 44 10,5
Total 418 100,0
Sumber : data primer 2016
Dalam tabel 2 dapat diketahui
Berdasarkan tabel 1 Distribusi bahwa sebagian besar komplikasi
kejadian komplikasi maternal di kehamilan adalah hipertensi
Puskesmas PONED Adipala 1 tahun kehamilan sebanyak 66 (25,8%)
2014-2015 dapat diketahui bahwa kejadian. Jumlah komplikasi
kejadian komplikasi terbanyak kehamilan yang ditangani sebanyak
adalah komplikasi pada kehamilan 118 kejadian, dan yang dirujuk
yaitu sebanyak 256 (61,2%) sebanyak 138 kejadian dari seluruh
kejadian, yang kedua adalah kejadian komplikasi kehamilan yang
komplikasi persalinan sebanyak 118 dirujuk.
(28,2%) kejadian, ketiga adalah
komplikasi pada masa nifas yaitu
sebanyak 44 (10,5%) kejadian.