Anda di halaman 1dari 17

HERNIA UMBILIKALIS

PEMBIMBING :
dr. Moch Ilfan Gunadi, Sp.B

DISUSUN OLEH:
Mohammad Yordan Gandara
2010730065
M Fachry Rahman
2017730073

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena berat rahmat dan
hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan mengenai “Hernia
Umbilikalis”. Laporan kasus ini penulis buat sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik
stase ilmu bedah RSIJ Cempaka Putih.

Dengan rasa hormat saya juga menyampaikan banyak terima kasih dari semua pihak
atas bantuan, terutama, kepada dr. Moch Ilfan Gunadi, Sp.B selaku pembimbing tugas ini.

Penulis menyadari dalam penulisan dan pembuatan laporan ini masih ada kekurangan
dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis harapkan kritik dan saran guna perbaikan
dalam pembuatan makalah selanjutnya. Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita bersama. Aamiin.

Jakarta, Januari 2024

Penulis

i
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. SN
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cempaka Putih Timur
Tanggal Masuk : 7 Januari 2024
B. Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan yang hilang timbul dan membesar di bagian
pusar sejak 2 tahun SMRS.
Keluhan Tambahan : Pusing terkadang mual. Demam(-). Batuk(-) pilek(-).
Diare(-). Konstipasi(-)
Riw. Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poli bedah RSIJ CP dengan keluhan
benjolan sebesar bola ping pong di pusar sejak 2 tahun SMRS. Awalnya benjolan
hanya sebesar koin logam yang semakin lama semakin membesar seiring
berjalannya waktu. Benjolan dirasakan tidak nyeri dan timbul lebih parah
mengangkat beban berat dan kemudian berkurang ketika pasien istirahat. Keluhan
ini baru pertama kali dirasakan pasien. Selain benjolan, pasien juga mengeluhkan
pusing dan mual. Keluhan lain seperti nyeri, demam, konstipasi, kembung, dan
muntah disangkal oleh pasien. Sehari-hari pasien banyak dengan orang lain karena
pekerjaan pasien sebagai ibu rumah tangga mengangkut cucian dari lantai 1 ke
lantai 2, mencuci piring. Kebiasaan merokok disangkal pasien dan tidak ada
anggota keluarga di rumah yang merokok. Pasien diketahui memiliki riwayat
melahirkan 4 orang anak secara normal. Selain itu, pasien juga memiliki
kebiasaan mengangkat barang berat selama hampir 20 tahun selama dirumah
bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Riw. Penyakit Dahulu : Hipertensi (+), Diabetes Mellitus (+)
Riw. Keluarga : Riwayat keluhan yang sama disangkal.
Riw. Pengobatan : Riwayat tindakan medis sebelumnya disangkal

3
C. Pemeriksaan Fisik
Status generalisata : Sakit sedang, compos mentis
Tanda vital
a. TD : 110/80 mmHg
b. Nadi : 82 x, kuat angkat
c. Pernapasan: 22 x
d. Suhu : 36,6 C
Status Gizi:
BB : 56 kg
TB : 140 cm
IMT : 28.6 (Obese grade 1)
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : Septum deviasi (-)
Telinga : Nyeri (-), Sekret(-)
Bibir : Sianosis (-)
Thoraks
Inspeksi : Simetris kanan = kiri, Tidak ada ketinggalan nafas, tidak ada vulnus
Palpasi : nyeri tekan (-), Massa (-), Krepitasi (-), vokal fremitus ki= ka
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Vesikuler kiri = kanan, Bunyi tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak nafas, distensi (-), nampak penonjolan pada umbilikal
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal.
Palpasi : Massa (+) daerah umbilikus berbatas tegas, mobile (-), fluktuasi (-),
nyeri tekan sulit dinilai pasien menangis
Perkusi : tympani, nyeri ketuk (-)
Ekstremitas
Dalam batas normal
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI

4
Hemoglobin 11,4 12 - 14
Leukosit 10.20 5.000 - 11.000
Hematokrit 34 35 - 47
Trombosit 307.000 150.000 - 440.000
Hitung Jenis Leukosit
-
Basofil 0 0-1
-
Eusinofil 0 1-3
-
Batang 0 2-6
-
Segmen 47 50 - 70
-
Limfosit 37 20 - 40
-
Monosit 7 2-8

Eritrosit 3,53 4-5


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Neutrofil Limfosit Rasio


-
Neutrofil Absolut 900 2.500 - 7.000
-
Limfosit Absolut 700 1.000 - 4.000

Masa Pendarahan 2 2-3

Masa Pembekuan 4 4- 6

KIMIA KLINIK

SGOT 18 < 31

SGPT 21 < 31

Ureum 33 10-50

Creatinine 0,8 0,5 - 1,3

eGFR 80 ⩾50

5
GD S 285 < 200

Pemeriksaan

SEROLOGI/IMUNOLOGI

HBsAg (Penyaring) Non reaktif Non Reaktif

ANTI HCV (Penyaring) Non Reaktif Non Reaktif

SARS-CoV-2 IgG, IgM 20 10-50

-
IgG Negatif Negatif

-
IgM Negatif Negatif

Swab SARS-CoV-2 negatif Negatif

Pemeriksaan Radiologis

6
E. Diagnosis
Hernia Umbilicalis Inkarserata
Hipertensi
DM Tipe 2
F. Penatalaksanaan
Farmakologi:
Bisoprolol 1x 2,5 mg
Nitrokaf 2x 2,5 mg
Glikuidon 1x1
Metformin 500 mg 3x 1

Surgical:
Open Repair, Hernioraphy + Mess

7
G. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam

8
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi
3 Lapisan otot pada dinding lateral abdomen:
M. Oblikus eksternus
M. Oblikus internus
M. Transversus abdominis
3 otot tersebut memanjang ke bagian medial → membentuk lapisan aponeurosis
(fasia rektus) → menyatu di garis tengah → linea alba
M. rectus abdominis terletak di kiri dan kanan linea alba
Aponeurosis M. Oblikus eksternus akan membentuk sisi anterior fascia rectus.
Terdapat linea arkuata yang terletak sekitar 3-6 cm dibawah umbilikus →
merupakan daerah lemah → Spigelian hernia

Diatas linea arkuata


● Aponeurosis M. Obliquus internus → membentuk sisi anterior dan
posterior fascia rectus
● M. Transversus abdominis → membentuk sisi posterior fascia rectus
Dibawah linea arkuata
● Aponeurosis M. Obliquus internus dan M. Transversus abdominis →
membentuk sisi anterior fascia rectus.
● Sisi posterior fascia rectus hanya terbentuk dari fascia transversalis dan
peritoneum
II. Definisi
Hernia berarti penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Hernia umbilikalis merupakan hernia

9
congenital pada umbilicus yang hanya ditutup peritoneum dan kulit, berupa
penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin
umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis.
Angka kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature. Hernia umbilikalis
pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak. Peninggian
tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan faktor predisposisi.

III. Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B
Saunders, penyebab hernia adalah:
1) Kelemahan otot dinding abdomen.Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
c. Trauma
2) Peningkatan tekanan intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan dan Konstipasi
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
3) Faktor resiko: kelainan kongenital

10
IV. Manifestasi Klinik
a. Penonjolan di daerah umbilikalis
b. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram
dan distensi abdomen.
d. Terdengar bising usus pada benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien
berdiri atau mendorong.

V. Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam,
sifat dan proses terjadinya.
1) Macam-macam hernia menurut letaknya :
a) Inguinal
Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :

● Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati

korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Hal ini umumnya terjadi pada
pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini
dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa
mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau
mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.

● Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,

tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini
lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada
area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta
karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus
inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul

11
benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke
bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada
anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena
besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.
b) Femoral :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis
yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari
inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
c) Umbilikal :
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi
tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
d) Incisional :
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
2) Macam-macam Hernia berdasarkan terjadinya:
a. Hernia bawaan atau kongenital Patogenesa
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
3) Macam-macam Hernia menurut sifatnya :
a. Hernia reponibel/reducible,
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.

b. Hernia ireponibel,
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong

12
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretes = perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =
penjara),
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti
isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.Secara klinis “hernia
inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan
Vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulate
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat
darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan
gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

VI. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intraabdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat
parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2000).

VII. Diagnosis
Hernia umbilikalis kongenital

13
 E.c. penutupan inkomplit dan tidak adanya fasia umbilikalis.
 Hanya tertutup peritoneum dan kulit
 Bayi menangis → ↑tekanan intra abdomial → hernia, nyeri (-)
 Regresi spontan dalam 2 tahun dan sangat jarang terjadi inkarserasi
Hernia umbilikalis akuisita
● Faktor risiko → multipara, obesitas, asites, distensi abdominal kronis,
tumor intraabdominal yang besar, merokok, riwayat hernia umbilikalis
sebelumnya
● Manifestasi klinis
● Asimptomatik (>>) → jarang: nyeri dan GI discomfort,
● PF → nyeri tekan +
● Reponibel → timbul ketika batuk/mengejan/bersin/angkat beban
berat dan hilang ketika berbaring/istirahat
● Tanda inkarserasi → mual, muntah, konstipasi, gangguan flatus,
ireponibel
● Tanda strangulasi → ireponibel, perubahan warna +, demam, nyeri
hebat, toksik, peritonitis bila terjadi perforasi usus

VIII. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan diameter
Dengan inspeksi, adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup jelas.
2. Pemeriksaan lab:
a. Darah lengkap: Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran
diferensial.
b. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
3. Pemeriksaan rontgen
a. Rontgen abdomen, untuk mendeteksi penyebab lain
b. Rontgen dada, untuk mengesampingkan pneumonia

IX. Penatalaksanaan
1) Konservatif

14
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Istirahat baring
d. Watchful Waiting
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,
minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2) Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Jika
reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi
segera.
3) Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.
a. Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioraphy
Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil annulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplastik
seperti metode Bassini, atau metode McVay. Bila defek cukup besar atau terjadi

15
residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene
mesh atau marleks untuk menutup defek.

X. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Arief Mansyur, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jaharta.


2. Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol, EGC,
Jakarta.
3. Engram, Barbara,1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Volume I, EGC, Jakarta
4. Gayton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, EGC, Jakarta.
5. Keliat, B.A. 1994, Proses Keperawatan, Arcan, Jakarta.
6. Made Kusala Girl, Farid Nur Mantu, 2000, Hernia Inguinalis Lateralis pada
Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, Ujung Pandang
7. Soeparman A. Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam jilid II, UI,
Jakarta.
8. Susan Martin Tucker, 1999, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai