Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS JANUARI 2020


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

CARSINOMA MAMMAE SINISTRA

Oleh :
Rezky Syarifuddin, S.Ked
K1A1 14 106

PEMBIMBING
dr. Faruly Wijaya S. Limba., Sp. B (K) Onk

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH RSU BAHTERAMAS SULAWESI TENGGARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Rezky Syarifuddin, S.Ked
NIM : K1A1 14 106
Judul Laporan Kasus : Carsinoma mammae sinistra
Telah menyelesaikan laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Januari 2020


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Faruly Wijaya S. Limba., Sp. B (K)


Onk
NIP: 19770711 2002 12 1 003

2
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. Neni Lusianty
Umur : 38 Tahun
Alamat : Jl. Ahmad Yani, Lrg. Ilmiah No.III
Agama : Islam
Status : Sudah Menikah
Suku : Bugis
Tanggal Masuk : 07 Desember 2019
No. Rekam Medik : 21 79 88
Lama Perawatan : 07 - 14 Desember 2019

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Benjolan pada payudara kiri.
Anamnesis Terpimpin :
Pasien masuk RS dengan keluhan benjolan pada payudara kiri sejak 1
tahun lalu. Awalnya benjolan kecil seperti kelereng dan terus membesar.
Menurut pasien benjolan memiliki tepi tidak rata, berbenjol-benjol, keras,
tidak dapat digerakan dan tidak nyeri serta puting yang tertarik kedalam.
Keluhan lain lemah pada kedua kaki sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya pasien terjatuh dengan posisi terduduk saat berjalan 3 hari yang lalu,
kemudian pasien merasa kedua kakinya mulai lemah untuk di gerakan. Pasien
merasakan berat badannya menurun. Pasien juga tidak BAB sejak 3 hari.
Riwayat batuk lama tidak ada. Riwayat kontak dengan pasien batuk lama
tidak ada. Riwayat penyakit dahulu tidak ada. Riwayat penyakit keluarga
yang menderita tumor tidak ada. Riwayat mentruasi pertama usia 15 tahun
dengan frekuensi sekali dalam sebulan, 3-5 pembalut. Riwayat pernikahan
pada usia 29 tahun. Riwayat melahirkan dan menyusui tidak pernah. Riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal tidak ada. Riwayat pengobatan

3
mengkonsumsi obat herbal. Riwayat konsumsi alkohol dan rokok tidak ada.
Riwayat kontak lama dengan radiasi dan bahan kimia tidak ada.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Keadaan umum : Sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Kurang
2. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36.5 oC
3. Status Generalis
Kepala : Normosefal
Mata : Pupil bulat isokor Ø 2,5 mm kanan=kiri, konjungtiva
anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Otorhea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1/T1, Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru
Inspeksi : Gerak napas simetris kiri dan kanan, Massa (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-)
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesikuler +/+ │Rhonki -/- │ Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak

Batas kanan atas ICSII parasternal dextra


Batas kanan bawah ICS IV parasternal dextra

4
Batas kiri atas ICSII parasternal sinistra
Batas kiri bawah ICS V linea midklavikularis
sinistra
Auskultasi : BJ I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, ikut gerak nafas
Auskultasi : Peristaltik normal
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-)

Lien : Tak teraba


Hepar : Teraba membesar, konsistensi lunak, tepi tidak rata, tidak
nyeri tekan, ukuran 5 cm dibawah arcus costae.
Kel. Limfe : Tidak ada pembesaran
Ekstremitas : Akral hangat, CTR < 2 detik
Kekuatan otot :5 5 Sensibilitas :N
N
3 3 N
N
Edema :- -
- -

Refleks : Fisiologis (+/+), patologis (-/-)

4. Status Lokalis
Regio Payudara Kiri
Inspeksi : Tampak massa pada payudara kiri batas tegas, permukaan tidak
rata berbenjol-benjol dan terdapat retraksi puting. Tidak
tampak: Peau d’orange, ulkus, dimpling, sekret puting, maupun
lecet pada areola mammae.
Palpasi : Teraba massa pada payudara kiri dengan ukuran 15 cm x 15 cm
konsistensi padat keras, permukaan tidak rata berbenjol-benjol,
batas tegas, terfiksir pada dinding dada, tidak nyeri tekan.
Teraba pembesaran kelenjar getah bening aksila berukuran 1cm,
konsistensi kenyal, mudah digerakan.

5
Leher

Aksila kiri
Gambar 1. Foto Klinis (Payudara Kiri)

Gambar 2. Foto Klinis (Ektremitas Inferior)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tabel 1. Pemeriksaan Darah Rutin (08 Desember 2019)
Parameter Hasil Nilai Rujukan
WBC 11.38 [10^3/ul] 4.00-10.0
RBC 4.68 [10^6/ul] 4.00-6.00
HB 13.6 [g/dl] 12.0-16.0
PLT 395 [10^3/ul] 150-400

6
Tabel 2. Kimia Darah (08 Desember 2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

SGOT 11 U/L L = <45


P = <31
SGPT 17 U/L L = <41
P = <31

2. Radiologi
a. X-Ray Thoraks Ap/Lateral.
b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.
Kesan: Efusi Pleura Kanan.

b. X-Ray Thoracolumbal

Kesan: Fraktur Kompresi Vertebra

T5 dan T12

7
c. USG Abdomen
d.

e.

f.

g.

h.

i.

j.

Kesan: Multipel nodul hepar susp. tumor metastase

E. RESUME
Pasien masuk RS dengan keluhan benjolan pada payudara kiri sejak 1
tahun lalu. Awalnya benjolan kecil seperti kelereng dan terus membesar.
Menurut pasien benjolan memiliki tepi tidak rata, berbenjol-benjol, keras,
tidak dapat digerakan dan tidak nyeri serta puting yang tertarik kedalam.
Keluhan lain lemah pada kedua kaki sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya pasien terjatuh dengan posisi terduduk saat berjalan 3 hari yang lalu,
kemudian pasien merasa kedua kakinya mulai lemah untuk di gerakan. Pasien
merasakan berat badannya menurun. Pasien juga tidak BAB sejak 3 hari.
Riwayat batuk lama tidak ada. Riwayat kontak dengan pasien batuk lama
tidak ada. Riwayat penyakit dahulu tidak ada. Riwayat penyakit keluarga
yang menderita tumor tidak ada. Riwayat mentruasi pertama usia 15 tahun
dengan frekuensi sekali dalam sebulan, 3-5 pembalut. Riwayat pernikahan
pada usia 29 tahun. Riwayat melahirkan dan menyusui tidak pernah. Riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal tidak ada. Riwayat pengobatan
mengkonsumsi obat herbal. Riwayat konsumsi alkohol dan rokok tidak ada.
Riwayat kontak lama dengan radiasi dan bahan kimia tidak ada.

8
Pemeriksaan Fisik, keadaan umum sakit berat, status gizi kurang,
compos mentis. TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/mnt, P: 20x/mnt, S: 36.5 oC.
Paru: simetris kiri dan kanan, massa tak nampak, sonor +/+, Rh -/-. Abdomen:
cembung ikut grak napas, peristaltik kesan normal, timpani, teraba pembesar
hepar dengan konsistensi lunak, tepi tidak rata, tidak nyeri tekan, ukuran 5 cm
dibawah arcus costae. Ekstremitas bawah susah digerakan, kekuatan otot 3/3.
Pemeriksaan lokalis payudara kiri: tampak massa pada payudara kiri
batas tegas, permukaan tidak rata berbenjol-benjol dan terdapat retraksi
puting. Tidak tampak: Peau d’orange, ulkus, dimpling, sekret puting, maupun
lecet pada areola mammae. Teraba massa pada payudara kiri dengan ukuran
15 cm x 15 cm konsistensi padat keras, terfiksir pada dinding dada, batas
tegas, permukaan tidak rata berbenjol-benjol, tidak nyeri tekan. Teraba
pembesaran kelenjar getah bening aksila berukuran 1cm, konsistensi kenyal,
mudah digerakan.
Pemeriksaan penunjang Darah rutin: WBC 11.38 10^3/ul, RBC 4.68
10^6/ul, HB 13.6 g/dl, PLT 395 10^3/ul, Kimia darah: SGOT 11 U/L, SGPT
17 U/L, X-Ray Thoraks kesan Efusi pleura kanan, X-Ray Thorakolumbal
kesan Fraktur kompresi vertebra T5 dan T12, USG abdomen kesan Multipel
nodul hepar suspek tumor metastase.

F. DIAGNOSA KERJA
1. Tumor mammae sinistra susp. Ganas, T4N1M1
2. Paraparese
3. Efusi pleura dekstra

G. DIAGNOSIS BANDING
Tumor phyllodes susp. ganas

H. PENATALAKSANAAN
1. Diagnostik

9
Pada kasus ini dilakukan pembedahan biopsi insisi untuk
pengambilan sampel guna pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini
dilakukan pada tanggal 12 desember 2019.
Makroskopis: Diterima 1 pot jaringan tanpa keterangan berisi 2 buah
jaringan berukuran 1,9 x 1 x 0.4 cm dan 1.3 x 0,8 x 0,3 cm
warna putih kecoklatan.
Mikroskopis: Sediaan berupa masa tumor terdiri dari sel-sel bentuk bulat,
oval yang tumbuh hiperplastik, memadat, sebagian kecil
membentuk struktur kelenjar, inti sel pleomorfik,
hiperkromatik, sebagian vesicular, anak inti jelas, mitosis
ditemukan 19/10 HPF. Tidak Nampak gambaran DCIS.
Stroma jaringan ikat fibrokolagen diantaranya bersebukan sel
limfosit dengan daerah perdarahan. Tidak tampak invasi
limfovaskuler pada sedian ini.
Kesimpulan: Invasive carcinoma of NST grade 3. Tidak tampak invasi
limfovaskuler pada sediaan ini.
2. Stadium Tumor
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem TNM dari
AJCC (American Joint Committee on Cancer) edisi 7 tahun 2010. Pada
pasien ini didapatkan TNM sebagai berikut.
a. T4: Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada
atau kulit.
b. N1: Metastase ke kelenjar getah bening aksila ipsilateral yang mudah
digerakan.
c. M1: Terdapat metastase jauh.
Sehingga pada pasien ini didapatkan kanker payudara stadium IV: Semua
T, Semua N dan M1 (T4 N1 M1)
3. Terapi
Dari kasus didapatkan kanker payudara stadium IV. Prinsip terapi
pada kasus ini yaitu bersifat paliatif. Terapi sistemik merupakan terapi
primer (kemoterapi dan hormonal terapi). Terapi lokoregional (radiasi dan

10
bedah) apabila diperlukan. Pada kasus pasien diberikan terapi farmakologi
dan non farmakologi yaitu sebagai berikut:
a. Farmakologi
1) Infus IVFD RL 28 tpm
2) Ketorolak 30mg/iv/8 jam
3) Omeprazole 40 mg/iv/8 jam
4) Cefobactam 1gr/iv/12 jam
b. Non Farmakologi
1) Bed rest total
2) Diet tinggi serat

I. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
Hari I Sesak, nyeri Sakit Berat, Compos PH1 Tumor
07/12/2019
pada kedua kaki Mentis, Status Gizi Baik Mammae (S) a. Infus IVFD RL 28
TD = 110/70 mmHg,
Susp. Ganas + tpm
N = 84 x/mnt,
P = 20 x /mnt paraparese + b. Ketorolak 30mg/iv/8
S = 36,8°C
Efusi pleura (D) jam
c. Omeprazole 40
mg/iv/8 jam
d. Cefobactam 1gr/iv/12
jam
e. Badrest total dan diet
tinggi serat.
f. Pemeriksaan DR,
Kimia Darah, X-Ray
thoraks dan
Thoracolumbal
AP/Lat, USG
Abdomen

Hari II Sesak Sakit Berat, Compos PH2 Tumor a. Infus IVFD RL 28


08/12/2019
berkurang, Mentis, Status Gizi Baik Mammae (S) tpm
TD = 110/70 mmHg,
nyeri pada Susp. Ganas + b. Ketorolak 30mg/iv/8
N = 80 x/mnt,
kedua kaki. paraparese + jam

11
P = 20 x /mnt Efusi pleura (D) c. Omeprazole 40
S = 36,6°C
mg/iv/8 jam
d. Cefobactam 1gr/iv/12
jam
e. Hasil lab dan
Radiologik terlampir
Hari III Nyeri pada Sakit Berat, Compos PH3 Tumor a. Infus IVFD RL 28
09/12/2019
kedua kaki. Mentis, Status Gizi Baik Mammae (S) tpm
TD = 110/70 mmHg,
Susp. Ganas + b. Ketorolak 30mg/iv/8
N = 80 x/mnt,
P = 20 x /mnt paraparese + jam
S = 36,7°C
Efusi pleura (D) c. Omeprazole 40
mg/iv/8 jam
d. Cefobactam 1gr/iv/12
jam
Hari IV Nyeri pada Sakit Berat, Compos PH4 Tumor a. Infus IVFD RL 28
10/12/2019
kedua kaki. Mentis, Status Gizi Baik Mammae (S) tpm
TD = 110/70 mmHg,
Susp. Ganas + b. Ketorolak 30mg/iv/8
N = 84 x/mnt,
P = 20 x /mnt paraparese + jam
S = 36,8°C
Efusi pleura (D) c. Omeprazole 40
mg/iv/8 jam
d. Cefobactam 1gr/iv/12
jam
Hari V Nyeri pada Sakit Berat, Compos PH5 Tumor a. Infus IVFD RL 28
11/12/2019
kedua kaki Mentis, Status Gizi Baik Mammae (S) tpm
TD = 120/70 mmHg,
berkurang Susp. Ganas + b. Ketorolak 30mg/iv/8
N = 84 x/mnt,
P = 20 x /mnt paraparese + jam
S = 36,8°C
Efusi pleura (D) c. Omeprazole 40
mg/iv/8 jam
d. Cefobactam 1gr/iv/12
jam
Hari VI Nyeri pada Sakit Berat, Compos PH6 Tumor a. Infus IVFD RL 28
12/12/2019
kedua kaki Mentis, Status Gizi Baik Mammae (S) tpm
TD = 110/70 mmHg,
berkurang Susp. Ganas + b. Ketorolak 30mg/iv/8
N = 84 x/mnt,
P = 18 x /mnt paraparese + jam
S = 36,8°C
Efusi pleura (D) c. Omeprazole 40
mg/iv/8 jam
d. Cefobactam 1gr/iv/12
jam

12
Hari VII Nyeri pada luka Sakit Berat, Compos POH1 Biopsi a. Infus IVFD RL 28
13/12/2019
operasi Mentis, Status Gizi Baik Insisi Tumor tpm
TD = 110/70 mmHg,
berkurang, tidak Mammae (S) b. Ketorolak 30mg/iv/8
N = 84 x/mnt,
demam. P = 18 x /mnt Susp. Ganas + jam
S = 36,8°C
paraparese + c. Omeprazole 40
Luka post op:
Nyeri (-), pus (-), darah (-) Efusi pleura (D) mg/iv/8 jam
verban basah d. Cefobactam 1gr/iv/12
jam
e. Evaluasi Perdarahan,
Keluhan klinis pasien,
Penyembuhan luka
dan tanda infeksi
Hari VIII Nyeri pada luka Sakit Berat, Compos POH2 Biopsi a. Aff Infus
14/12/2019 b. Boleh pulang
operasi Mentis, Status Gizi Baik Insisi Tumor
TD = 110/70 mmHg, c. Cefixime 2x200 mg
berkurang. Mammae (S) d. Asam Mefenamat 3x
N = 84 x/mnt,
P = 18 x /mnt Susp. Ganas + 500mg
S = 36,8°C
paraparese +
Luka post op:
Nyeri (-), pus (-), darah (-) Efusi pleura (D)
verban basah

J. DIAGNOSIS AKHIR
1. Carsinoma mammae sinistra.
2. Paraparese
3. Efusi pleura dekstra

K. PROGNOSIS
Ad Vitam: Dubia ad Malam.
Ad Functionam: Dubia ad Malam.
Ad Sanactionam: Dubia ad Malam.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau
lobulus payudara, penyakit ini merupakan masalah global. Kanker ini
merupakan keganasan paling sering pada wanita di Negara maju.

B. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on
Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus
baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Pada
Gambar 1 menunjukkan bahwa kanker payudara merupakan jenis kanker
dengan persentase kasus tertinggi yaitu 43,3%, serta urutan penyebab
kematian kedua setelah kanker paru yaitu 12,9 %.

14
Gambar 1. Persentase kasus baru dan kematian akibat kanker pada penduduk
di dunia tahun 2012

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013 Badan Litbangkes


persentase kejadian kanker payudara di Indonesia 61.682 kasus dan di
Sulawesi Tengara terdapat 590 kasus.

Gambar 2. Prevalensi penderita kanker payudara di Indonesia tahun 2013

15
C. ETIOLOGI
Penyebab secara pasti belum diketahui. Namun resiko untuk menderita
kanker payudara meningkat pada wanita yang mempunyai faktor resiko.
Faktor resiko kanker payudara:
1. Jenis kelamin wanita
2. Usia
3. Riwayat keluarga
4. Riwayat menderita kanker payudara
5. Usia melahirkan anak pertama
6. Predisposisi genitikal
7. Perubahan gaya hidup
8. Hormonal

D. PATOLOGI
Kanker payudara memiliki beragam tipe yaitu sebagai berikut
1. Karsinoma Non Invasif
a. Karsinoma ductal in situ (DCIS) merupakan tipe paling sering
dari kanker payudara non invasif. Berkisar 15% dari semua
kasus baru di USA. In situ berarti di tempat, sehingga DCIS
berarti pertumbuhan sel tak terkontrol yang masih dalam duktus
(belum menembus membran basalis) sehingga beberapa pakar
menganggap DCIS sebagai lesi prakanker.
b. Karsinoma lobular in situ (LCIS) ditandai oleh perubahan sel
dalam lobules atau lobus. Insiden tidak sering yaitu 4.200 kasus
pertahun di USA. Disebut juga lobular intraephitelial neoplasma
saat ini kebanyakan pakar meyakini LCIS bukan lesi
premaligna, tapi merupakan marker untuk peningkatan resiko
kanker payudara. Tanda khas pada LCIS yaitu lesi multiple
sering bilateral, sering ditemukan secara insidental dari biopsi
payudara. Jarang ditemukan secara klinis atau mamografi.

2. Karsinoma invasive

16
Merupakan tumor yang secara histologik heterogen. Mayoritas
tumor ini adalah adenokarsinoma yang tumbuh dari terminal duktus.
Terdapat lima jenis histologik yang sering dari adenokarsinoma
payudara yaitu:
a. Karsinoma duktal merupakan 75% dari keseluruhan kanker
payudara. Lesi ini tidak memiliki gambaran histologik yang
khusus. Memiliki konsistensi keras dan terasa berpasir ketika
dipotong. Umumnya bermetastase ke kgb (kelenjar getah
bening) aksila, metastase jauh sering ke tulang, paru, hepar dan
otak. Prognosis lebih buruk di bandingkan sub tipe histologik
yang lain.
b. Karsinoma lobular merupakan 5%-10% dari keseluruhan kanker
payudara. Secara klinis memiliki area abnormal yang menebal di
dalam payudara. Secara mikroskopik memiliki gambaran khas
sel kecil tunggal atau Indian file pattern. Cenderung tumbuh
disekitar ductus dan lobulus, multisentris dan bilateral lebih
sering dari karsinoma infasif lobular, metastase ke kgb aksila,
metastase jauh yang tidak umum (mening dan permukaan
serosa). Prognosis serupa dengan karsinoma duktal invasif
c. Karsinoma tubular 2% merupakan dari keseluruhan kanker
payudara. Diagnosa ditegakan bila lebih dari 75% tumor
menunjukan formasi tubule. Jarang metastase ke kgb aksila.
Prognosis sangat bagus dibandingkan tipe lain.
d. Karsinoma meduller merupakan 5%-7% dari keseluruhan kanker
payudara. Secara histologi lesi ditandai oleh inti dengan
deferensiasi buruk (a syncytial growth pattern), batas tegas,
banyak infiltrasi limfosit dan plasma sel dan sedikit atau tanpa
DCIS. Prognosis jika murni karsinoma meduller yaitu baik.
Tetapi bila bercampur dengan duktal infasif maka prognosisnya
sama dengan prognosis duktal infasif.

17
e. Karsinoma mucinous atau kolloid merupakan 5%-7% dari
keseluruhan kanker payudara, ditandai oleh adanya akumulasi
yang menonjol dari mucin ekstraseluler melingkupi sel tumor.
Karsinoma kolloid tumbuh lambat dan cenderung kurang yang
besar (bulky). Prognosis baik jika predominan musinous.

E. STADIUM
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem TNM dari AJCC
(American Joint Committee on Cancer) edisi 7 tahun 2010.
T: Ukuran tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai.
T0 : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Tis (DCIS) : Ductal carcinoma in situ.
Tis (LCIS) : Lobular carcinoma in situ.
Tis (Paget's) : Penyakit Paget pada puting tanpa
adanya tumor.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm
sampai 5 cm.
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding
dada atau kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b : Edema ( termasuk peau d'orange ), ulserasi, nodul satelit pada
kulit yang terbatas pada 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal diatas.

18
T4d : Mastitis karsinomatosa.

N: Kelenjar getah bening regional


Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).
N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.
N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mudah digerakan.
N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi,
atau adanya pembesaran kgb mamaria interna ipsilateral tanpa adanya
metastasis ke kgb aksila.
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau
melekat ke struktur lain.
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara
klinis dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.
N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb mamaria
interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kgb aksila atau
metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis pada kgb aksila atau mamaria interna.
N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.

M: Metastase jauh
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
Grup Stadium
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium 1 : T1* N0 M0
Stadium IIA : T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0

19
Stadium IIB : T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA : T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIB : T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IIIc : Semua T N3 M0
Stadium IV : Semua T semua N M1

F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya.
Benjolan, kecepatan tumbuh, rasa sakit, nipple discharge, nipple
retraksi dan sejak kapan, krusta pada areola, kelainan kulit: dimpling,
peau d’orange, ulserasi, venectasi, perubahan warna kulit, benjolan
ketiak, edema lengan.
b. Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastase.
Nyeri tulang (vertebra, femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak,
sakit kepala hebat.
c. Faktor-faktor resiko
Usia penderita, usia melahirkan anak pertama, punya anak atau tidak,
riwayat menyusui, riwayat menstruasi, menstruasi pertama pada usia
berapa, keteraturan siklus menstruasi, menopause pada usia berapa,
riwayat pemakaian obat hormonal, riwayat keluarga sehubungan
dengan kanker, payudara atau kanker lain, riwayat pernah operasi
tumor payudara atau tumor ginekologik, riwayat radiasi dinding dada.

2. Pemeriksaan Fisik

20
a. Status generalis, cantumkan performance status
b. Status lokalis :
1) Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
2) Masa tumor : Lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan, bentuk dan
batas tumor, jumlah tumor, terfiksasi atau tidak ke jaringan mama
sekitar, kulit, M. Pectoralis dan dinding dada
3) Perubahan kulit : Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit, peau
d’orange, ulserasi
4) Nipple : Tertarik, erosi, krusta, discharge
5) Status kelenjar getah bening: KGB aksila, infra clavicula, supra
clavicula.
6) Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis: Lokasi organ
(paru, tulang, hepar, otak)

3. Pemeriksaan Radiologik
a. Diharuskan (recommended)
USG payudara dan Mamografi untuk tumor 3 cm, foto Thorax, USG
abdomen
b. Optional (atas indikasi)
Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi atau klinis
sangat mencurigai pada lesi > 5 cm), CT scan

4. Pemeriksaan sitologi (Fine Needle Aspiration Biopsy)


Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas

5. Pemeriksaan Histopatologik (Gold Standard Diagnostic).


Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan atau
paraffin. Bahan pemeriksaan Histopatologi diambil melalui: Core Biopsy,
Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm, Biopsi Insisional untuk
tumor operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitive dan inoperable,
Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB, Pemeriksaan

21
imunohistokimia: ER, PR, c-erb B-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53
(situasional).

6. Laboratorium
Pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan
perkiraan metastasis.

G. DETEKSI DINI
Metode:
a. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Dilaksanakan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 minggu setelah
hari pertama menstruasi terakhir
b. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan Oleh dokter secara lige artis.
c. Mamografi
Pada wanita diatas 35 tahun - 50 tahun : setiap 2 tahun
Pada wanita diatas 50 tahun : setiap 1 tahun.
Jika Pada daerah yang tidak ada mamografi dan USG, maka deteksi dini
dilakukan dengan SADARI dan pemeriksaan fisik saja.

H. RENCANA TERAPI
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan
yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Sehingga terapi dapat bersifat
kuratif dan paliatif.
1. Modalitas terapi
a. Operasi
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker
payudara. Beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu:
1) CRM (Clasik Radical Mastektomi) merupakan operasi
pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple

22
aerola komplek, kulit di atas tumor, otot pectoralis mayor dan
minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada
infiltrasi tumor ke fascia atau otot pektoralis tanpa ada metastase
jauh. Jenis operasi ini mulai ditinggalkan karena morbiditas tinggi
sementara nilai kuratifitas sebanding dengan MRM.
2) MRM (Modified Radikal Mastektomi) adalah operasi
pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
aerola komplek, kulit di atas tumor dan fascia pektoralis serta
diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada kanker
payudara stadium dini dan local lanjut, serta merupakan operasi
yang banyak dilakukan, kuratifitas sebanding dengan CRM
3) SSM (Skin Sparing Mastectomy) adalah operasi pengangkatan
seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple aerola komplek
dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi
aksila level I-II. Operasi harus disertai rekontruksi payudara secara
langsung yang umumnya adalah TRAM flap (tranverse rectus
abdominis musculocutaneus flap) LD flap (Latisimus dorsi flap)
atau implant silicon. Dilakukan pada tumor stadium dini dengan
jarak tumor ke kulit jauh (>2cm) atau stadium dini yang tidak
memenuhi sarat untuk BCT.
4) NSP (Nipple Sparing Mastectomy) adalah operasi pengangkatan
seluruh jaringan payudara beserta tumor dengan mempertahankan
nipple aerola komplek dan kulit serta diseksi aksila level I-II.
Operasi harus disertai rekontruksi payudara secara langsung yang
umumnya adalah TRAM flap (tranverse rectus abdominis
musculocutaneus flap) LD flap (Latisimus dorsi flap) atau implant
silicon. Dilakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke
kulit jauh (<2cm) lokasi perifer, secara klinis NAC tidak terlibat,
KGB N0, Histopatologi baik, potong beku bebas.
b. Radioterapi
Radioterapi merupakan modalitas terapi yang cukup penting
untuk kanker payudara. Mekanisme utama kematian sel yaitu
kerusakan DNA dengan gangguan proses replikasi. Radioterapi

23
menurunkan resiko rekurensi loksl dan berpotensi unuk menurunkan
modalitas jangka panjang penderita kanker payudara.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika)
untuk menghancurkan sel kanker. Obat ini bekerja dengan menhambat
atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Obat sitostatika di
bawa melalui aliran darah atau langsung ke dalam tumor. Kemoterapi
bekerja paling efektif pada tumor yang berukuran kecil dan masih
dalam fase pertumbuhan linear (linear growth phase) adjuvant
menurunkan 25% mortalitas kanker payudara. Indikasi kemoterapi
adjuvant pada protokol PERABOI 2003 adalah penderita dengan
kelenjar getah bening aksila positif atau penderita KGB negatif tapi
pasien dalam kelompok resiko tinggi, (usia <40 tahun, high grade,
ER/PR negatif, invasi limfatik atau vaskular).
Neoadjuvant kemoterapi untuk pasien stadium lokal lanjut
(stadium IIIA, IIIB, IIIC) bertujuan untuk memperkecil ukuran tumor
dan kontrol harus mikrometastasis.
Kemoterapi primer diberikan pada stadium lanjut untuk
mengendalikan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker.
Tujuannnya untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik, kontol
progresi tumor dan memperlama harapan hidup. Respon terbaik
diperoleh dengan first line kemoterapi dan kombinasi regimen.
Kombinasi yang sering dianjurkan adalah antracycline dan taxane.
d. Hormonal terapi
Adjuvan hormonal terapi di indikasikan hanya pada kanker
payudara yang menunjukan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER)
dan atau progesterone reseptor (PR) tanpa memandang usia, status
menopause, status KGB aksila maupun ukuran tumor. Tujuan terapi
hormonal yaitu untuk menghilangkan atau mengurang esterogen dalam
sel tumor. Contohnya yaitu: Tamoxifen diberikan 20 mg/hari, diberikan
selama 5 tahun.
e. Terapi target (Biologi).
Terapi ini ditunjukan untuk menghambat proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker yang termasuk terapi ini yaitu Tra

24
stuzumab (Herceptin), Bevacizumab (Avastin) dan Lapatinib ditosylate
(Tykerb).

I. REHABILITASI dan FOLLOW UP


1. Rehabilitasi :
a. Pra operati
1) Latihan pernafasan
2) Latihan batuk efektif
b. Pasca operatif :
Hari 1-2
1) Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari
lengan daerah yang dioperasi
2) Untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh
3) Untuk lengan atas bagian operasi latihan esometrik
4) Latihan relaksasi otot leher dan toraks
5) Aktif mobilisasi
Hari 3-5
1) Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap)
2) Latihan relaksasi
3) Aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani
Hari 6 dan seterusnya
1) Bebas gerakan
2) Edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha
untuk mencegah/menghilangkan timbulnya lymphedema

2. Follow up
a. tahun 1 dan 2 : kontrol tiap 2 bulan
b. tahun 3 s/d 5 : kontrol tiap 3 bulan
c. setelah tahun 5 : kontrol tiap 6 bulan
d. Pemeriksaan fisik : tiap kali kontrol
e. Thorax foto : tiap 6 bulan

25
f. Lab, marker : tiap 2-3 bulan
g. Mamografi kontra lateral : tiap tahun atau ada indikasi
h. USG Abdomen/lever : tiap 6 bulan atau ada indikasi
i. Bone scaning : tiap 2 tahun atau ada indikasi

BAB III
ANALISA KASUS

A. DASAR DIAGNOSIS
Seorang perempuan berusia 38 tahun masuk RS dengan keluhan
benjolan pada payudara kiri sejak 1 tahun lalu. Awalnya benjolan kecil seperti
kelereng dan terus membesar. Menurut pasien benjolan memiliki tepi tidak
rata, berbenjol-benjol, keras, tidak dapat digerakan dan tidak nyeri serta
puting yang tertarik kedalam. Keluhan lain lemah pada kedua kaki sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien terjatuh dengan posisi
terduduk saat berjalan 3 hari yang lalu, kemudian pasien merasa kedua
kakinya mulai lemah untuk di gerakan. Pasien merasakan berat badannya
menurun. Pasien juga tidak BAB sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat batuk lama tidak ada. Riwayat kontak dengan pasien batuk lama
tidak ada. Riwayat penyakit dahulu tidak ada. Riwayat penyakit keluarga
yang menderita tumor tidak ada. Riwayat mentruasi pertama usia 15 tahun
dengan frekuensi sekali dalam sebulan, 3-5 pembalut. Riwayat pernikahan
pada usia 29 tahun. Riwayat melahirkan dan menyusui tidak pernah. Riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal tidak ada. Riwayat pengobatan
mengkonsumsi obat herbal. Riwayat konsumsi alkohol dan rokok tidak ada.
Riwayat kontak lama dengan radiasi dan bahan kimia tidak ada.

Menurut Teori:

26
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau
lobulus payudara. Kanker ini merupakan keganasan paling sering pada wanita
di Negara maju dan No.2 setelah kanker servik dan di Negara berkembang
merupakan 29% dari seluruh kanker yang di diagnosa tiap tahun. Penyebab
secara pasti belum diketahui. Namun resiko untuk menderita kanker payudara
meningkat pada wanita yang mempunyai faktor resiko. Pada kasus pasien
memiliki faktor resiko yaitu Riwayat mentruasi pertama usia 15 tahun dengan
frekuensi sekali dalam sebulan, 3-5 pembalut. Riwayat pernikahan pada usia
29 tahun. Riwayat melahirkan dan menyusui tidak pernah. Riwayat
pengobatan mengkonsumsi obat herbal.
Pada kasus pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum sakit berat,
status gizi kurang, compos mentis. TD: 110/70 mmHg, N: 80x/mnt, P: 20
x/mnt, S: 36.5 oC. Paru: simetris kiri dan kanan, massa tak nampak, sonor -/-,
Rh -/-. Abdomen: cembung ikut gerak napas, peristaltik kesan normal,
timpani, teraba pembesar hepar dengan konsistensi lunak, tepi tidak rata, tidak
nyeri tekan, ukuran 5 cm dibawah arcus costae. Ekstremitas bawah susah
digerakan, kekuatan otot 3/3.
Pemeriksaan lokalis payudara kiri: tampak massa pada payudara kiri
batas tegas, permukaan tidak rata berbenjol-benjol dan terdapat retraksi
puting. Tidak tampak: Peau d’orange, ulkus, dimpling, sekret puting, maupun
lecet pada areola mammae. Teraba massa pada payudara kiri dengan ukuran
15 cm x 15 cm konsistensi padat keras, terfiksir pada dinding dada, batas
tegas, permukaan tidak rata berbenjol-benjol, tidak nyeri tekan. Teraba
pembesaran kelenjar getah bening aksila.

Menurut Teori
Pada pemeriksaan fisik dapat di nilai: 1). Masa tumor: Lokasi, ukuran,
konsistensi, permukaan, bentuk dan batas tumor, jumlah tumor, terfiksasi
atau tidak ke jaringan mama sekitar, kulit, M. Pectoralis dan dinding dada. 2).
Perubahan kulit: Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit, peau d’orange,
ulserasi. 3). Nipple : Tertarik, erosi, krusta, discharge. 3). Status kelenjar

27
getah bening: KGB aksila, infra clavicula, supra clavicula. 4). Pemeriksaan
pada daerah yang dicurigai metastasis: Lokasi organ (paru, tulang, hepar,
otak). Dari pemeriksaan fisik pada kasus di curigai terdapatkan tanda-tanda
metastasis pada paru, tulang dan hepar, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang lebih lanjut.

Pada kasus dilakukan pemeriksaan penunjang Darah rutin: WBC 11.38


10^3/ul, RBC 4.68 10^6/ul, HB 13.6 g/dl, PLT 395 10^3/ul, Kimia darah:
SGOT 11 U/L, SGPT 17 U/L. Pemeriksaan radiologi: USG Abdomen kesan
multiple nodul hepar curiga tumor metastase, Foto X-Ray Thoraks Ap/Lat
kesan efusi pleura dekstra, X-Ray Thoracolumbal kesan Fraktur kompresi
vertebra T5 dan T12. Pemeriksaan Histopatologi kesan invasive carcinoma of
NST grade 3, tidak tampak invasi limfovaskuler. Dari hasil pemeriksaan
penunjang didapatkan leukosit meningkat yang menandakan adanya infeksi,
serta dicurigai adanya metastasis ke hepar, tulang dan paru. Penegakan
diagnosis pada kanker payudara yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pada kanker payudara yaitu
pemeriksaan histopatologi. Pada kasus telah dilakukan pemeriksaan gold
standar hisptopatologi dengan kesan invasive carcinoma of NST grade 3,
tidak tampak invasi limfovaskuler.

Menurut Teori
Karsinoma duktal infasif merupakan 75% dari keseluruhan kanker
payudara. Lesi ini tidak memiliki gambaran histologik yang khusus. Memiliki
konsistensi keras dan terasa berpasir ketika dipotong. Umumnya bermetastase
ke kgb (kelenjar getah bening) aksila, metastase jauh sering ke tulang, paru,
hepar dan otak. Prognosis lebih buruk di bandingkan sub tipe histologik yang
lain.
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem TNM dari AJCC
(American Joint Committee on Cancer) edisi 7 tahun 2010. Pada pasien ini
didapatkan TNM. T4: Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke
dinding dada atau kulit. N1: Metastase ke kelenjar getah bening aksila ipsilateral

28
yang mudah digerakan. M1: Terdapat metastase jauh. Sehingga pada pasien ini
didapatkan kanker payudara stadium IV: Semua T, Semua N dan M1 (T4 N1
M1), sesuai protokol PERABOI Prinsip terapi pada kasus ini yaitu bersifat
paliatif. Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan hormonal
terapi). Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan.

Pada kasus di berikan terapi farmakologi dan non farmakologi. Adapun


pemberian farmakologi berupa: 1). Infus IVFD RL 28 tpm, 2). Ketorolak
30mg/iv/8 jam, 3). Omeprazole 40 mg/iv/8 jam, 4). Cefobactam 1gr/iv/12
jam. Terapi pemberian non farmakologi berupa: Bed rest total dan diet tinggi
serat.

Menurut Teori
Ketorolak merupakan analagesik kuat golongan AINS (Anti Inflamasi
Non Steroid) dengan efek anti inflamasi sedanng, dosis pemberian intavena
yaitu 15-30 mg/8 jam. Omeprazole merupakan golongan PPI (Proton Pump
Inhibitor) yang berfungsi menghambat sekresi asam lambung, dosis intravena
20-40 mg/24 jam. Cefobactam merupakan kombinasi Natrium Sefoperazon
dan Natrium Sulbaktam. Natrium sefoperazon merupakan antibiotik golongan
sefalosporin generasi ketiga berspektrum luas. Natrium Sulbaktam
merupakan turunan penisilin, golongan beta-laktam, kombinasi obat ini
menunjukan aktifitas sinergi dan aktif terhadap semua organisme yang
sensitif terhadap bakteri gram positif, gram negatif dan bakteri Anaerob, dosis
1gr/12 jam. Pada kasus ini diberikan ketorolak sebagai anti nyeri dan
omeprazole untuk mengatasi efek samping dari penggunaan ketorolak serta di
berikan cefobactam untuk mengatasi infeksi pada pasien.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Anggorowati, L. 2013. Faktor Risiko Kanker Payudara Wanita. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Vol.8 No.2. Jawa Tengah.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2635
2. Dasen van. 2008. Buku Ajar Ongkologi Klinik Edisi ke-2. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta; Badan Penerbit FK UI
3. Desanti, I.M. Sunarsih, Supriyati. 2010. Persepsi Wanita Berisiko Kanker
Payudara tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kota Semarang. Vol 26,
No 3. Jawa Tengah. https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3468.
4. Gunawan, S.G. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi ke-5. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; Badan Penerbit FK UI.
5. Hapsari Indri, dkk. 2007. Pola Penggunaan Analgetik Pada Pasien pasca
Bedah. Pharmacy Vol 05 No 03. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Jawa Tengah.

30
6. Indrati, Rini. 2005. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Kanker Payudara Wanita. Jurnal Epidemiologi. Jawa Tengah.
7. Kemenkes RI. 2016. Kanker Payudara. Infododatin Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.
8. Manuaba, T.W. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid PERABOI
2010. Jakarta; Sagung seto.
9. PERABOI. 2004. Protokol Penatalaksanaan Kasus Bedah Ongkologi 2003.
Jakarta.
10. Ramli Muchlis. 2015. Update Breast Cancer Management Diagnostic And
Treatment. Majalah Kedokteran Andalas, Vol 38, No Supl. Divisi Bedah
Onkologi, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
11. Suyatno., T. Pasaribu Emir. 2014. Bedah Ongkologi Diagnosis dan Terapi
Edisi Ke-2. Jakarta; Sagung seto.
12. Wirsma, H.A. 2015. Pembedahan Pada Tumor Ganas Payudara. Majalah
Kedokteran Andalas, Vol. 38, No. Supt. Divisi Bedah Onkologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Sumatra Barat.

31

Anda mungkin juga menyukai