STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Usia : 44 tahun
Pekerjaan : IRT
No.RM : 00-14-xx-xx
Anamnesis
Keluhan Tambahan : mual, muntah, pusing, lemas, sakit perut, nafsu makan menurun
Os datang ke RSIJ Sukapura dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS, BAB >10x/hari,
BAB seperti air, tidak ada darah, tidak ada lendir,tidak ada ampas, tidak berbau dan berwarna
kuning muda disertai mual, muntah sebanyak 10x/hari, berisi makanan. OS juga mengeluh
sakit perut dan merasa sangat lemas dan pusing. Nafsu makan os juga menurun namun os
mengaku sangat merasa haus dalam 2 hari SMRS ini. BAK jarang dalam 2 hari terakhir.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- DM disangakal
- HT disangkal
- DM disangakal
- HT disangkal
Riwayat Alergi :
Riwayat Psikososial :
Makan teratur 3x/hari, sebelum BAB cair riwayat makan makanan yg pedas (lalap+sambal)
Riwayat Pengobatan :
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,2o C
Pernapasan : 18x/m
Antropometri
Berat Badan : 50 kg
Status Generalis
Thorax
P : vocal fremitus teraba sama dikedua lapang paru. Tidak terdapat nyeri tekan
Jantung
Abdomen
I: bentuk perut datar, simetris, kontur rata, tidak teraba adanya massa tumor, jaringan
parut, dan caput medusa.
P: tidak ada pembesaran hepar dan spleen, bimanual ginjal (-), terdapat nyeri tekan
epigastrium, CVA (-).turgor kulit turun
P: hipertimpani
Tonus : 5 5
5 5
Laboratorium tanggal 06 Juni 2018
ENZYM
SGOT 20 U/L
FAAL GINJAL
Creatinin 0.9 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 148 m Eq/L
Kalium 3.8 m Eq/L
Chlorida 106 m Eq/L
HEMATOLOGI
DLK, Ht, Trombo
LED 8 mm/1 jam
Hemoglobin 15.3 g/dl
Leukosit
Differential Count 17.79 103/ul
Basofil
Eusinofil 0 %
Neutrofil 0 %
88 %
Limfosit
6 %
Monosit
6 %
Hematokrit
45.4 %
Trombosit
343 103/ul
RESUME
Ny.A, 44 tahun, datang ke RSIJ Sukapura dengan keluhan diare sejak 1 hari SMRS, BAB
>10x/hari, diare seperti air, tidak ada darah, tidak ada lendir,tidak ada ampas, tidak berbau
dan berwarna kuning muda disertai nausea, dan vomiting sebanyak 10x/hari, berisi makanan.
OS juga mengeluh abdominal pain dan merasa sangat fatique dan chepalgia. Nafsu makan os
juga menurun namun os mengaku sangat merasa haus dalam 2 hari SMRS ini. BAK jarang
dalam 2 hari terakhir.
TTV= KU: sakit sedang KES: cm, TD: 120/80mmHg, N: 90x/m, RR: 20x/m
Pada PF di temukan :
DAFTAR MASALAH
1. Gastroenteritis akut
ASSESMENT
1. Gastroenteritis akut
Subjective : Berdasarkan anamnesa didapatkan os mengeluh BAB cair > 6x/ hari sejak
1 hari SMRS, BAB cair, tidak ada darah, ampas, maupun lendir. Nyeri perut melilit
selalu menyertai BAB. Os juga mengeluh mual.
Objective : KU: sakit sedang KES: cm, TD: 120/80mmHg, N: 90x/m, RR: 20x/m
Pada PF di temukan :
Mulut : mukasa oral dan bibir kering (+)
Abdomen: nyeri tekan pada seluruh kuadran abdomen. Pada auskultasi:
hiperperistaltik usus 15x/menit.
Extremitas : Akral dingin (+/+/+/+)
Assesment : GEA dehidrasi sedang
Planning :
Rencana diagnostik : Feces rutin
Elektrolit
1. Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Infeksi saluran pencernaan disebabkan berbagai
enterogen, termasuk bakteri,virus dan parasit, intoleransi makanan tertentu yang ditandai
dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan
atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
Secara klinis Gastro Enteritis dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Gastro Enteritis Desentriform. Disebabkan oleh antara lain: Shigella, Entamoeba
Hystolitica.
b. Gastro Enteritis Koleriform. Disebabkan oleh antara lain: Vibrio, Klastrida, atau
Intoksikasi makanan.
2. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karena sebab-
sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya.
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
Gastroenteritis. Infeksi enteral meliputi:
a) Infeksi Bakteri :
- Salmonella (Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp)
Infeksinya kebanyakan disebabkan oleh kontaminasi makanan dan minuman terutama terjadi
pada anak-anak, identifikasi salmonella dari feses penderita.
- Escherichia coli
Merupakan suatu kuman penghuni kolon yang tidak patogen tetapi dapat menjadi patogen pada
bagian tubuh yang lain, dapat menimbulkan radang pada vesika urinaria.
- Vibrio (Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non 01, Vibrio parachemolyticus)
Kebanyakan merupakan organisme non patogen, hanya beberapa jenis yang menimbulkan
penyakit pada manusia, seperti vibrio cholera dan vibrio eltor.
- Shigella (Shigella dysentriae, Shigella Flexneri)
Ditularkan secara oral melalui air dan makanan, lalat yang tercemar oleh sekresi / feses
penderita. Lokalisasi yang paling sering terkena adalah usus besar dengan bagian terbesar
adalah bagian sigmoid.
- Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp,
Yersinia intestinalis, Coccidosis.
b) Infeksi Virus :
- Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
- Adenovirus
- Rotavirus
- Norwalk virus
- Astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi Parasit :
- Cacing, (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides)
-Protozoa (Entamoeba Histtolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas Haminisis)
- Jamur (Candida Albicans).
2) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Ortitis
Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia (Radang Paru), Encephalitas
(Radang Otak) dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi Karbohidrat :
- Disakarida (Intoleransi Laktosa, Maltosa, Dan Sukrosa)
- Monosakarida (Intoleransi Glukosa, Fruktosa Dan Galaktosa)
2) Malabsorbsi lemak
- Long Chain Triglyceride
3) Malabsorbsi protein
- Asam Amino dan B-Laktoglobulin
c. Faktor makanan :
- Makanan basi dan Makanan yang belum waktunya diberikan.
d. Keracunan
e. Alergi :
- Alergi Susu
- Alergi Makanan
- Cow's Milk Potein Sensitive Enteropathy (CMPSE)
f. Imunodefisiensi
g. Faktor lain :
- psikis
- lingkungan
- cuaca
3. Patofisiologis
Sebanyak sekitar 9 - 10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal dari luar
(diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian
besar (75 - 85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya
sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90 % dari cairan tersebut di usus besar
akan diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150 - 250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor faal yang menyebabkan Gastro Enteritis sangat erat hubungannya satu sama lain,
misalnya saja, cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya usus secara
mekanisme meningkatnya volume, sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu
henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan
dengan mukosa usus sehingga waktu penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.
Mekanisme dasar yang menimbulkan Gastro Enteritis :
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Gastro Enteritis juga dapat terjadi karena Kuman Patogen masuk ke dalam traktus gastro
intestinal melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman tersebut, kemudian
merusak sel-sel mukosa usus, khususnya melibatkan ileum dan kolon, sehingga akan terjadi
peradangan.
Gastro Enteritis yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :
a. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk ke dalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri
kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh
asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos ke dalam
usus 12 jari (duodenum).
Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta
koloni atau lebih per-ml cairan usus. Dengan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil
mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat
masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan
toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. Sub unit B melekat di dalam membrane dari sub
unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic
Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta
vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel
epitel tersebut.
Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut,
volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan
dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan
kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke
baeah atau ke usus besar.
Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan
yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai
dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui
kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
b. Bakteri Enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk
dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S.
Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia)
patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi
dengan jasad renik lain.
Pada Gastro Enteritis yang disebabkan oleh virus, lapisan mukosa usus menjadi merah dan
meradang, dan terjadi edema. Biasanya hanya terbatas pada lapisan mukosa usus, terjadi
pengrusakan terhadap sel-sel epithel yang matang dan kemudian digantikan oleh absorbsi, yang
tidak matang yang tidak dapat menyerap karbohidrat atau gizi lain dan air secara
efisien. Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel
epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit.
Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke
dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang
menyebabkan intoleransi yang akhirnya memperlama diare. Gastro Enteritis Akut dapat terjadi
disebabkan oleh infeksi langsung virus ataupun oleh efek neurotoksik yang dihasilkan oleh
bakteri. Akibatnya terjadi peningkatan frekuensi buang air besar.
6. Pemeriksaan penunjang
laboratorium meliputi :
a. Pemeriksaan darah lengkap.
Pada diare karena virus biasanya didapatkan nilai leukosit dan hitung jenis normal /
leukositosis
Pada diare yang disebabkan bakteri invasif ke mukosa leukositosis dengan kelebihan sel
darah putih muda.
Penyebab salmonellosis neutropenia
7. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan penderita Gastroenteritis adalah pemberian cairan, 4 hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian :
a) Jenis cairan.
Cairan rehidrasi oral dan cairan rehidrasi parenteral.
b) Jalan pemberian.
Cairan rehidrasi oral diberikan untuk penderita dehidrasi atau belum, tetapi kesadarannya
menurun, tidak terdapat muntah-muntah hebat.
c) Jumlah cairan.
Jumlah cairan yang harus diberikan adalah:
- Dehidrasi ringan, penggantinya 50 cc/kg berat badan perhari.
- Dehidrasi sedang, penggantinya 60 – 90 cc/kg berat badan perhari.
- Dehidrasi berat, penggantinya 100 cc/hari berat badan perhari.
d) Jadwal pemberian.
Jadwal pemberian cairan tergantung pada derajat dehidrasi.
- Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
- Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
- Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis.
Penatalaksanaan Gastroenteritis terdiri atas :
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat,
yaitu:
a) Jenis cairan yang hendak digunakan.
1) Cairan rehidrasi oral (oral rehidration salts)
Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa. Kadar natrium 90 meEq/l
untuk kolera dan diare akut pada anak diatas 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang atau
tanpa dehidrasi (untuk pencegahan dehidrasi).
Kadar Natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut non –kolera pada anak dibawah 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi. Formula lengkap sering disebut oralit.
Formula sederhana atau tidak lengkap hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat
lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam dan
sebagainya untuk pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik
sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.
2) Cairan Intravena.
Cairan infus seperti Ringer Laktat .
b) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan.
Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan:
BJ Plasma – 1.025 x BB (Kg) x 4 ml
0.001
- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
- Metode Daldiyono
Pemeriksaan Skor
Rasa haus/muntah 1
Suara serak 2
Kesadaran apatis 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Bila skor <3 dan tidak ada syok cairan peroral (sedikit demi sedikit)
Bila skor ≥3 + syok cairan per intravena
c) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta
kesadaran baik
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi tetapi anak tidak mau minum
atau kesadaran menurun
3) Intravena untuk dehidrasi berat
2. Pengobatan Dietetik
Makanan dan minuman diberikan khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan
menjaga kesehatan.
Antiemetic:
Obat antiemetik seperti chlorpromazine dan prochlorperazine mempunyai efek sedative. Obat
antiemetik seperti klorpromazin (largaktil)terbukti selain mencegah muntah juga mengurangi
sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan
1mg/kgBB/hari) kiranya cukup bermanfaat, tetapi juga perlu diingat efek samping dari obat
ini. Penderita menjadi ngantuk sehingga intake cairan kurang.
Antipiretika :
Probiotik :
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces
boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40%
kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised.
Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor), Balai Penerbit UI,
2009.
Naskah Lengkap Penyakit Dalam. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2007.
Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. Dalam buku: Text book of
Gastroenterology, 4th edition. Yamada T (Editor). Limphicot Williams & Wiekeins
Philadelphia. USA. 2003.