Pembimbing :
Disusun Oleh :
1361050085
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
penyertaan dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat ini dengan judul
“Space Occupying Lesion Intracranial”. Penulisan Case Report ini disusun dengan tujuan
untuk memenuhi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Bekasi.
Penulis menyadari bahwa Case Report ini masih banyak kekurangan. Apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan Case Report ini, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga Case Report ini dapat bermanfaat
untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis,
NIM. 1361050085
BAB I
LAPORAN KASUS
STATUS NEUROLOGI
A. IDENTITAS
Nama : Ny. R
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
GCS : E2M4V1
Tanda vital :
TD = 180/110 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 24 x/menit
Suhu = 36,7 0 C
2. Status Neurologi
Rangsang meningeal
Kaku kuduk :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II : -
Kerniq : -/ -
Laseque : -/ -
Saraf Kranial
N.I : Cavum nasi : lapang/lapang
Tes penghidu : sulit dinilai
N.III, IV, VI :
N.V
Motorik : Buka tutup mulut : sulit dinilai
Gerakan rahang : sulit dinilai
Mengigit : sulit dinilai
Sensorik : Rasa nyeri : sulit dinilai
Rasa raba : sulit dinilai
Rasa suhu : sulit dinilai
Refleks : Refleks kornea : +/+
Refleks maseter : +/+
N.VII
Mimik : Biasa
Lagoftalmus : -/-
N. VIII
Uvula : Di tengah
N. XI
N. XII
Sensibilitas :
Eksteroseptif :
Rasa Raba : sulit dinilai
Rasa Nyeri : sulit dinilai
Rasa Suhu : sulit dinilai
Propioseptif :
Rasa Getar : sulit dinilai
Rasa Gerak : sulit dinilai
Rasa Sikap : sulit dinilai
Koordinasi :
Triceps +/+
KPR +/+
APR +/+
Patologis : Babinski +/-
Chaddock -/-
Gordon -/-
Oppenheim -/-
Schaefer -/-
Rossolimo -/-
Vegetatif :
Miksi : sulit dinilai
Defekasi : sulit dinilai
Fungsi Luhur :
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid diantar oleh anak pasien
dengan penurunan kesadaran sejak ± 7 jam SMRS. Menurut anak pasien, sebelumnya
pasien mengeluh merasa lemas dan mual, lalu pasien mengalami penurunan respon dan
bicara meracau. Kemudian pasien tampak semakin lemas dan seperti mengantuk.
Sebelumnya, demam (-) pusing (-) kejang (-) muntah (-).
Menurut anak pasien, 1 bulan terakhir pasien sering mengeluh nyeri di bagian kepala
hilang timbul. Untuk mengurangi nyeri kepala, pasien meminum obat sakit kepala dari
warung dan beristirahat. Lalu sejak 2 hari SMRS pasien tampak lemas namun masih
bisa beraktivitas.
Riwayat pemasangan VP shunt 2 tahun yang lalu karena ada massa di bagian kepala.
Riwayat DM (-) HT (-) Stroke (-) penyakit jantung (-). Riwayat Penyakit Keluarga
disangkal. Riwayat merokok (-) konsumsi alkohol (-)
Kesadaran : Somnolen
GCS : E2M4V1
Tanda vital :
TD = 180/110 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 24 x/menit
Suhu = 36,7 0 C
Elektrolit
Natrium : 138 mmol/L
Kalium : 3.7 mmol/L
Clorida : 101 mmol/L
H2TL
Hemoglobin : 13.4 gr/dL
Hematokrit : 39.5 %
Trombosit : 198 ribu/uL
Leukosit : 11.4 ribu/uL
Albumin : 4.13 g/dL
SGOT : 23 U/L
SGPT : 24 U/L
Ureum : 27 mg/dL
Creatinin : 0.51 mg/dL
eGFR : 132 mL/mnt/1.73 m2
GDS : 160 mg/dl
Foto Thorax PA
Diagnosis
Penurunan kesadaran
Suspect SOL
Post VP shunt
Pengobatan :
IVFD : I RL : I Livamin
Mm/ :
Methyloprednisolone 2x62.5 mg IV
Omeprazole 1x1 amp IV
Cefoperazone 2x1 gr IV
Neurobion 5000 1x1 IV drip
Amlodipine 1x10 mg per NGT
Prognosis
Profil Lipid
Trigliserida 80 mg/dL
SOL di daerah
Cerebellopontine Angle kiri
yang mendesak pons kiri dan
ventrikel IV
Curiga perdarahan
subarachnoid
Hidrosefalus obstruktif
02/08/2018 -Nyeri kepala (+) KU : TSS SOL CT Scan kepala dengan kontras
namun berkurang.
PH : 3 Kes: CM Post VP Shunt
Nyeri kepala semakin O2 nasal 3 LPM
berat saat pasien batuk VAS : 2/3
5555/5555
Penunjang : -
03/08/2018 -Nyeri kepala (+). KU : TSS SOL Pasien menolak tindakan dari
Nyeri kepala semakin Intracranial Sp.BS, VP Shunt Efektif, terapi
PH : 4 Kes: CM
berat saat pasien batuk konservatif
Post VP Shunt
VAS : 2/3
- Batuk (+) tidak IVFD : Ringer Asetat I : Futrolit I
berdahak GCS: E4M6V5
Mm/ :
-Nyeri di bagian TD = 138/81
pinggang (+) mmHg - Methyloprednisolone 2 x 62.5mg
IV
N = 81 x/menit
-Nyeri di bagian
tenggorokan (+) - Dexamethasone 4x2 amp IV
RR=20 x/menit
namun berkurang - Omeprazole 1x1 amp IV
Suhu = 36, 20 C
- Sesak (-) mual (-) - Cefoperazone 2x1 gr IV
Rangsang
muntah (-)
patologis :
- Neurobion 5000 1x1 IV drip
Babinski -/-
Penunjang : -
04/08/2018 -Nyeri di bagian KU : TSS SOL IVFD : Ringer Asetat I : Futrolit I
pinggang (+) Intracranial
PH : 5 Kes: CM
Mm/ :
-Nyeri di bagian Post VP Shunt
VAS : 2/3
tenggorokan (+) - Citicoline 2x500 mg IV
namun berkurang GCS: E4M6V5
- Neurobion 5000 1x1 IV drip
- Nyeri kepala (-) TD = 130/100
mmHg - Omeprazole 1x40 mg IV
- Batuk berkurang
N = 94 x/menit - Methyloprednisolone 4x62.5mg
- Sesak (-) mual (-) IV
RR=24 x/menit
muntah (-) - Dexamethasone 4x2 amp IV
Suhu = 36, 70 C
- Cefoperazone 2x1 gr IV
Rangsang
patologis : - Amlodipine 1x10 mg PO
Babinski -/-
Motorik :
5555/5555
5555/5555
Penunjang : CT
Scan kepala
dengan kontras
CT Scan kepala dengan kontras (03/08/2018)
TINJAUAN PUSTAKA
2. Malignant
a. Astrocytoma (grade 2)
b.Oligodendroglioma
c. Apendymoma
1. Tumor Intradural
a. Ekstramedular
b. Cleurofibroma
c. Meningioma Intramedular
d. Apendimoma
e. Astrocytoma
f. Oligodendroglioma
g. Hemangioblastoma
2. Tumor ekstradural
Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan Kepala. CT-Scan merupakan merupakan alat diagnostik yang penting
dalam evaluasi pasien yang diduga menderita tumor otak. CT-Scan merupakan
pemeriksaan yang mudah, sederhana, non invasif, tidak berbahaya, dan waktu
pemeriksaan lebih singkat. Ketika kita menggunakan CT-Scan dengan kontras, kita
dapat mendeteksi tumor yang ada. CT-Scan tidak hanya dapat mendeteksi tumor,
tetapi dapat menunjukkkan jenis tumor apa, karena setiap tumor intrakranial
menunjukkan gambar yang berbeda pad CT-Scan.9
Gambaran CT-Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal
berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak
dikelilingi jaringan oedem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah.
Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan
sekitarnya karena sifatnya hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih
nyata bila pada waktu pemeriksaan CT-Scan disertai dengan pemberian zat
kontras. Kekurangan CT-Scan adalah kurang peka dalam mendeteksi massa tumor
yang kecil, massa yang berdekatan dengan struktur tulang kranium, maupun massa
di batang otak.9
Pada subdural akut CT-Scan kepala (non kontras) tampak sebagai suatu massa
hiperdens (putih) ekstra-aksial berbentuk bulan sabit sepanjang bagian dalam
(inner table) tengkorak dan paling banyak terdapat pada konveksitas otak didaerah
parietal. Terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit didaerah bagian atas tentorium
serebeli. Perdarahan subdural yang sedikit (small SDH) dapat berbaur dengan
gambaran tulang tengkorak dan hanya akan tampak dengan menyesuaikan CT
window width. Pegeseran garis tengah (middle shift) akan tampak pada perdarahan
subdural yang sedang atau besar volumenya. Bila tidak ada middle shift harus
dicurigai adanya massa kontralateral dan bila middle shift hebat harus dicurigai
adanya edema serebral yang mendasarinya.8
Pada fase akut subdural menjadi isodens terhadap jaringan otak sehingga lebih sulit
dinilai pada gambaran CT-Scan, oleh karena itu pemeriksaan CT-Scan dengan
kontras atau MRI sering dipergunakan pada kasus perdarahan subdural dalam
waktu 48-72 jam setelah trauma. Pada pemeriksaan CT dengan kontras, vena-vena
kortikal akan tampak jelas dipermukaan otak dan membatasi subdural hematoma
dan jaringan otak. Perdarahan subdural akut sering juga berbentuk lensa
(bikonveks) sehingga membingungkan dalam membedakannya dengan epidural
hematoma.8
Pada fase kronik lesi subdural pada gambaran CT-Scan tanpa kontras menjadi
hipodens dan sangat mudal dilihat. Bila pada CT-Scan kepala telah ditemukan
perdarahan subdural, sangat penting untuk memeriksa kemungkinan adanya lesi
lain yang berhubungan seperti fraktur tengkorak, kontusio jaringan otak dan
perdarahan subarakhnoid.8
Pada abses, CT-Scan dapat digunakan sebagai pemandu untuk dilakukannya
biopsi. Biopsi aspirasi abses ini dilakukan untuk keperluan diagnostik maupun
terapi.
b. MRI. MRI merupakan pemeriksaan yang paling baik terutama untuk mendeteksi
tumor yang berukuran kecil ataupun tumor yang berada dibasis kranium, batang
otak dan di fossa posterior. MRI juga lebih baik dalam memberikan gambaran lesi
perdarahan, kistik, atau, massa padat tumor intrakranial.7
c. Darah Lengkap. Pemeriksaan darah lengkap dapat dijadikan salah satu kunci untuk
menemukan kelainan dalam tubuh. kelainan sitemik biasanya jarang terjadi,
walaupun terkadang pada abses otak sedikit peningkatan leukosit.9
d. Foto Thoraks, dilakukan untuk mengetahui apakah ada tumor dibagian tubuh lain,
terutama paru yang merupakan tempat tersering untuk terjadinya metastasis primer
paru. Pada hematoma, mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan /edema), dan fragmen tulang.9
e. USG Abdomen, dilakukan untuk mengetahui aakah ada tumor dibagian tubuh lain.
Pada orang dewasa. Tumor otak yang merupakan metastase dari tumor lain lebih
sering daripada tumor primer otak.9
f. Biopsi Untuk tumor otak, biopsi dilakukan untuk mengetahui jenis sel tumor
tersebut, sehingga dapat membantu dokter untuk mengidentifikasi tipe dan stadium
tumor dan menentukan pengobatan yang tepat seperti apakah akan dilakukan
pengangkatan seluruh tumor ataupun dilakukan radioterapi.7
g. Lumbal Pungsi, pemeriksaan ini hanya dilakukan untuk beberapa jenis tumor otak
tertentu. Dengan mengambil cairan serebro spinal, diharapkan dapat diketahui jenis
sel dari tumor otak tersebut. Jika tekanan intrakranial terlalu tinggi, pemeriksaan
ini kontraindikasi untuk dilakukan.7
h. Analisa Gas Darah, untuk mendeteksi ventilasi atau masalah pernapasan jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.7
i. Angiography. Angiography tidak selalu dilakukan, tetapi pemeriksaan ini perlu
dilakukan untuk beberapa jenis tumor. Pemeriksaan ini membantu ahli bedah untuk
mengetahui pembuluh darah mana saja yang mensuplai area tumor, terutama
apabila terlibat embuluh darah besar. Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama
untuk tumor yang tumbuh ke bagian sangat dalam dari otak.7
8. Penatalaksanaan Space Occupying Lesions (SOL) Intracranial
Pembedahan. Jika hasil CT-Scan didapati adanya tumor, dapat dilakukan
pembedahan. Ada pembedahan total dan parsial, hal ini tergantung jenis
tumornya. Pada kasus abses seperti loculated abscess, pembesran abses
walaupun sudah diberi antibiotik yang sesuai, ataupun terjadi impending
herniation. Sedangkan pada subdural hematoma, operasi dekompresi harus
segera dilakukan jika terdapat subdural hematoma akut dengan middle shift > 5
mm. Operasi juga direkomendasikan pada subdural hematoma akut dengan
ketebalan lebih dari 1 cm.7
Radioterapi. Ada beberapa jenis tumor yang sensitif terhadap radioterapi,
seperti low grade glioma. Selain itu radioterapi juga digunakan sebagai lanjutan
terapi dari pembedahan parsial.7
Kemoterapi. Terapi utama jenis limpoma adalah kemoterapi. Tetapi untuk
oligodendroglioma dan beberapa astrocytoma yang berat, kemoterapi hanya
digunakan sebagai terapi tambahan.7
Antikolvusan. Mengontrol kejang merupakan bagian terapi yang penting pada
pasien dengan gejala klinis kejang. Pasien SOL sering mengalami peningkatan
tekanan intrakranial, yang salah satu gejala klinis yang sering terjadi adalah
kejang.7 Phenytoin (300-400mg/kali) adalah yang paling umum digunakan.
Selain itu dapat juga digunakan Carbamazepine (600-1000mg/hari),
phenobarbital (90- 150mg/hari) dan asam valproat (750-1500mg/hari).7
Antibiotik. Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya abses, maka antibiotik
merupakan salah satu terapi yang harus diberikan. Berikan antibiotik intravena,
sesuai kultur ataupun sesuai data empiris yang ada. Antibiotik diberikan 4-6
minggu atau lebih, hal ini disesuaikan dengan hasil pencitraan, apakah ukuran
abses sudah berkurang atau belum. Carbapenem, fluorokuinolon, aztreonam
memiliki penetrasi yang bagus ke sistem saraf pusat, tetapi harus
memperhatikan dosis yang diberikan (tergantung berat badan dan fungsi ginjal)
untuk mencegah toksisitas.9
Kortikosteroid. Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangu
tekana intrakranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat.
Dexamethasone adalah kortikosteroid yang dipilh karena aktivitas
mineralkortikoid yang minimal. Dosisnya dapat diberikan mulai dari 16mg/hari,
tetapi dosisnya dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk mencapai dosis
yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik.6
Head up 30-45˚, berfungsi untuk mengoptimalkan venous return dari kepala,
sehingga akan membantu mengurangi TIK.7
Menghindari Terjadinya Hiperkapnia PaCO2 harus dipertahankan dibawah 40
mmHg, karena hiperkapnia dapat menyebabkan terjadinya peningkatan aliran
darah ke otak sehingga terjadi peningkatan TIK, dengan cara hiperventilasi
ringan disertai dengan analisa gas darah untuk menghindari global iskemia pada
otak.7
Manitol 20% dengan dosis 0,25-1 gr/kgBB diberikan cepat dalam 30-60 menit
untuk membantu mengurangi peningakatan TIK dan dapat mencegah edema
serebri.7
DAFTAR PUSTAKA