Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Thalassemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakanpenyakit


keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai
di Indonesia dan Italia . Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia
membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah , kemungkinan untuk
mempunyai anak penderita thalassemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat
(carrier) thalassemia, dan 25% kemungkinan bebas thalassemia . Sebagian besar penderita
thalassemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun .1
Thalassemia juga merupakan sindroma kelainan darah herediter yang paling sering
terjadi di dunia, sangat umum dijumpai di sepanjang sabuk thalassemia yang sebagian
besar wilayahnya merupakan endemis malaria. Heterogenitas molecular penyakit tersebut
baik carrier thalassemia- maupun carrier thalassemia- sangat bervariasi dan berkaitan
erat dengan pengelompokan populasi sehingga dapat dijadikan petanda genetic populasi
tertentu.2
Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi juga di Asia
Tenggara yang sering disebut sebagai sabuk thalassemia (WHO, 1983) sebelum pertama
sekali ditemui pada tahun 1925 . Di Indonesia banyak dijumpai kasus thalassemia, hal ini
disebabkan oleh karena migrasi penduduk dan percampuran penduduk. Menurut hipotesis,
migrasi penduduk tersebut diperkirakan berasal dari Cina Selatan yang dikelompokkan
dalam dua periode. Kelompok migrasi pertama diduga memasuki Indonesia sekitar 3.500
tahun yang lalu dan disebut Protomelayu (Melayu awal) dan migrasi kedua diduga 2.000
tahun yang lalu disebut Deutromelayu (Melayu akhir) dengan fenotip Mongoloid yang
kuat. Keseluruhan populasi ini menjadi menjadi Hunian kepulauan Indonesia tersebar di
Kalimantan, Sulawesi, pulau Jawa, Sumatera, Nias, Sumba dan Flores.3
Pada tahun 1955, Lie-Injo Luan Eng dan Yo Kian Tjai, telah melaporkan adanya 3
orang anak menderita thalassemia mayor dan 4 tahun kemudian ditemukan 23 orang anak
dengan penyakit yang serupa di Indonesia. Dalam kurun waktu 17 tahun, yaitu dari tahun
1961 hingga tahun 1978 telah menemukan tidak kurang dari 300 penderita dengan sindrom
thalassemia ini.

1
Kasus-kasus yang serupa telah banyak pula dilaporkan oleh berbagai rumah sakit di
Indonesia, di antaranya Manurung (1978) dari bagian Ilmu Kesehatan Anak F.K.
Universitas Sumatera Utara Medan telah melaporkan 13 kasus, Sumantri (1978) dari
bagian Kesehatan Anak F.K. Universitas Diponegoro Semarang, Untario (1978) dari
bagian Ilmu Kesehatan Anak F.K. Airlangga, Sunarto (1978) dari bagian Ilmu Kesehatan
Anak F.K. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Demikian pula telah dilaporkan kasus-
kasus yang serupa dari F.K.Universitas Hasanuddin Ujung Pandang (Wahidayat, 1979).
Vella (1958), Li-Injo& Chin (1964) dan Wong (1966). Demikian juga di Malaysia dengan
kasus yang serupa dilaporkan oleh George et.al. (1992).3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi2,3,4,5
Thalassemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan
penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai
di Indonesia dan Italia . Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia
membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan
untuk mempunyai anak penderita thalassemia berat adalah 25%, 50% menjadi
pembawa sifat (carrier) thalassemia, dan 25% kemungkinan bebas thalassemia .
Sebagian besar penderita thalassemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun 1.
Thalassemia juga merupakan sindroma kelainan darah herediter yang paling
sering terjadi di dunia, sangat umum dijumpai di sepanjang sabuk thalassemia yang
sebagian besar wilayahnya merupakan endemis malaria. Heterogenitas molecular
penyakit tersebut baik carrier thalassemia- maupun carrier thalassemia- sangat
bervariasi dan berkaitan erat dengan pengelompokan populasi sehingga dapat
dijadikan petanda genetic populasi tertentu2.
Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi juga di
Asia Tenggara yang sering disebut sebagai sabuk thalassemia (WHO, 1983) sebelum
pertama sekali ditemui pada tahun 1925 . Di Indonesia banyak dijumpai kasus
thalassemia, hal ini disebabkan oleh karena migrasi penduduk dan percampuran
penduduk. Menurut hipotesis, migrasi penduduk tersebut diperkirakan berasal dari
Cina Selatan yang dikelompokkan dalam dua periode. Kelompok migrasi pertama
diduga memasuki Indonesia sekitar 3.500 tahun yang lalu dan disebut Protomelayu
(Melayu awal) dan migrasi kedua diduga 2.000 tahun yang lalu disebut Deutromelayu
(Melayu akhir) dengan fenotip Mongoloid yang kuat. Keseluruhan populasi ini
menjadi menjadi Hunian kepulauan Indonesia tersebar di Kalimantan, Sulawesi, pulau
Jawa, Sumatera, Nias, Sumba dan Flores 3.
Pada tahun 1955, Lie-Injo Luan Eng dan Yo Kian Tjai, telah melaporkan adanya
3 orang anak menderita thalassemia mayor dan 4 tahun kemudian ditemukan 23 orang
anak dengan penyakit yang serupa di Indonesia. Dalam kurun waktu 17 tahun, yaitu

3
dari tahun 1961 hingga tahun 1978 telah menemukan tidak kurang dari 300 penderita
dengan sindrom thalassemia ini.
Kasus-kasus yang serupa telah banyak pula dilaporkan oleh berbagai rumah
sakit di Indonesia, di antaranya Manurung (1978) dari bagian Ilmu Kesehatan Anak
F.K. Universitas Sumatera Utara Medan telah melaporkan 13 kasus, Sumantri (1978)
dari bagian Kesehatan Anak F.K. Universitas Diponegoro Semarang, Untario (1978)
dari bagian Ilmu Kesehatan Anak F.K. Airlangga, Sunarto (1978) dari bagian Ilmu
Kesehatan Anak F.K. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Demikian pula telah
dilaporkan kasus-kasus yang serupa dari F.K.Universitas Hasanuddin Ujung Pandang
(Wahidayat, 1979). Vella (1958), Li-Injo& Chin (1964) dan Wong (1966). Demikian
juga di Malaysia dengan kasus yang serupa dilaporkan oleh George et.al. (1992)3.

B. Pembentukan Hemoglobin3,4,6,7,8
Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan globin. Hem terdiri
dari zat besi (atom Fe) sedangkan globin suatu protein yang terdiri dari rantai
polipeptida. Hemoglobin manusia normal pada orang dewasa terdiri dari 2 rantai alfa
() dan 2 rantai beta () yaitu HbA (22 = 97%), sebagian lagi HbA2 (22 = 2,5%)
dan sisanya HbF (22) kira-kira 0,5%.4
Dikarenakan hemoglobin terdiri dari dua unsur yaitu hem dan globin maka
sintesis hemoglobin terdiri dari sintesis hem dan sintesis globin. Sintesis hem
merupakan suatu rangkaian reaksi biokimia yang terjadi dalam mitokondria. Sintesis
hem ini dimulai dari adanya kondensasi antara suksinil koenzim A (suksinat) dengan
asam amino glisin membentuk asam -amino -ketoadipat dan kemudian menjadi
asam -levulinat (ALA= -amino laevulinic acid) yang dipengaruhi oleh kerja enzim
ALA sintetase yang juga merupakan enzim yang mengatur kecepatan bagi
keseluruhan sintesis hemoglobin. Dan juga dipengaruhi oleh piridoksal fosfat (vitamin
B6) sebagai koenzim yang dirangsang oleh eritropoetin . Dua molekul ALA
berkondensasi menjadi satu molekul porfobilinogen, monopirol pengganti, dan empat
molekul porfobilinogen berkondensasi (menggunakan uroporfirinogen I sintetase dan
uroporfirinogen III kosintetase untuk membentuk komponen isomer tetrapirol
(porfirin) siklik, uroporfirinogen seri I dan III. Uroporfirinogen I merupakan precursor
porfirin lain, tetapi tidak berperan lebih lanjut dalam sintesis hem. Uroporfirinogen III

4
merupakan precursor seri porfirin III dan dikonversikan menjadi koproporfirinogen III
serta kemudian melalui protoporfirinogen menjadi protoporfirinogen IX yang
mengikat besi dalam bentuk ferro (Fe 2+) untuk membentuk hem . Hem menghambat
ALA sintetase dan ini merupakan control umpan balik atas sintesis porfirin serta
hemoglobin.7
Sintesis rantai globin terjadi di dalam ribosom sitoplasma yang dipengaruhi oleh
gen-gen penentu rantai globin dengan susunan asam amino. Sintesis globin ini
dikendalikan oleh gen yang mengatur susunan asam amino dan gen yang mengatur
kecepatan sintesis rantai globin . Rantai polipeptida alfa terdiri atas 141 asam amino
dan rantai beta, delta, dan gamma terdiri dari 146 asam amino. Rantai globin dapat
dibagi menjadi dua kelompok:
1. Kelompok (Alpha like) terdiri dari rantai alfa dan rantai zeta.
2. Kelompok (Beta like) terdiri dari rantai beta, gamma, delta, dan epsilon.
Kedua kelompok tersebut ditentukan oleh kelompok gen (gene cluster) yang
terletak pada kromosom yang berbeda, yaitu masing-masing pada kromosom nomor
16 untuk kelompok dan kromosom nomor 11 untuk kelompok . Kelompok gen
pada kromosom 16 mengandung dua gen zeta (diantaranya pseudogen) dan tiga gen
alfa (satu diantaranya pseudogen). Pseudogen adalah gen strukturnya mirip sekali
dengan gen asli tetapi tidak menghasilkan protein fungsional dan ditandai dengan
awalan psi ()3.
Urutan gen pada kromosom 16 (5-3) adalah : gen 5-2-1-2-1-2-1-
1-3. Sebaliknya kluster gen globin- terdiri dari gen 5--G-A----3 3.

Fungsi Hemoglobin8,9
Fungsi Hemoglobin berikatan secara longgar dan reversibel dengan oksigen.
Fungsi utamanya bergantung pada kemampuannya bergabung dengan O2 dalam paru-
paru dan melepaskan O2 dalam kapiler jaringan dimana tekanan gas O2 jauh lebih
kecil daripada paru-paru. Oksigen diangkut ke jaringan sebagai oksigen molekular dan
dilepaskan ke dalam cairan jaringan dalam bentuk oksigen molekuler terlarut.

Proses pengikatan O2 oleh Hb

5
Eritrosit dalam darah arteri sistemik mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan
dan kembali dalam darah vena dengan membawa CO2 dari paru-paru. Pada saat
molekul Hb mengangkut dan melepas O2, masing-masing rantai globin dalam
molekul Hb bergerak satu sama lain. Pada waktu O2 dilepaskan, rantai-rantai tarik
terpisah, sehingga memungkinkan masuknya metabolit 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG)
yang menyebabkan makin rendahnya afinitas molekul Hb terhadap O2.

C. Sintesis Thalasemia2,3,4
Pada awal kehidupan embrio sampai delapan minggu kehamilan (masa transisi
embrio ke fetus) . Yolk sac dan hati akan mensistensi rantai globin yang mirip dengan
rantai globin alpha dan berkomunikasi dengan rantai untuk membentuk hemoglobin
Gower I dan kemudian diganti dengan hemoglobin Gower II dan hemoglobin Portland
. Pada masa fetus hingga akhir kehamilan akan dibentuk hemoglobin fetal atau Hb-F
dan hemoglobin A2. Organ yang bertanggung jawab pada periode ini adalah hati,
limpa, dan sumsum tulang. Hb-F bersifat heterogen karena ada dua lokus gen yang
berbeda. Kedua gen ini dibedakan oleh susunan asam amino pada posisi 136 yang
terdiri dari glisin pada G dan alanin pada A . Setelah bayi lahir kadar Hb-F akan
segera menurun dan diganti oleh HbA1 yang dibentuk oleh sumsum tulang. Setelah
enam minggu kelahiran hingga individu dewasa, hemoglobin normal akan
dikendalikan oleh empat gen utama yaitu gen 2.
Sintesis globin dimulai dari proses transkripsi gen dalam inti sel atau nucleus.
Baik bagian exon atau intron akan ditranskripsikan ke precursor mRNA atau nuclear
messenger RNA (nmRNA) dengan bantuan enzim polymerase RNA. Di dalam
nucleus molekul ini akan mengalami modifikasi. Intron akan dihilangkan melalui
proses splicing dan exon-exon dan kemudian bergabung satu sama lain. Diperbatasan
exon dan intron selalu ada basa GT pada ujung 5 dan AG pada ujung 3 yang sangat
penting dalam proses splicing yang tepat. Jika terjadi mutasi pada daerah ini maka
proses splicing tidak dapat berlangsung. mRNA akan mengalami modifikasi dengan
penambahan CAP pada ujung 5 dan poli-A pada ujung 3.Setelah transkripsi dimulai
dengan bantuan ikatan 5-5 trifosfat ujung 5 RNA yang baru disintesis akan berikatan
dengan 7-metil-guanosin pada ujung terminal nukleotida. Proses metilasi ini
berhubungan dengan proses penambahan CAP sehingga ujung 5 RNA transkrip

6
mempunyai CAP. Selanjutnya, mRNA menuju ke dalam sitoplasma dan menjadi
cetakan rantai globin yang akan disintesis. 3
Dalam sitoplasma asam amino akan diangkut ke cetakan (mRNA) dengan
bantuan tRNA yang bersifat khusus pada setiap asam amino. Urutan asam amino pada
rantai polipeptida globin ditentukan oleh triplet kodon yang terdiri dari tiga basa.
tRNA merupakan antikodon yang mempunyai tiga basa dan komplementer dengan
basa-basa penyusun mRNA. tRNA membawa asam amino ke mRNA dan mencari
posisi pasangan yang tepat antara kodon dan antikodon. Jika tRNA pertama sudah
berada pada posisi yang tepat, kompleks inisiasi protein dengan sub-unit ribosom
terjadi. Kemudian, jika tRNA kedua sudah mengambil posisi yang tepat, kedua asam
amino baru yang terbentuk tersebut membentuk ikatan peptida rantai globin dan
demikian seterusnya terjadi sepanjang mRNA yang ditransiasi dari 5 ke 3. tRNA
selalu berada dalam konfirmasi sterik dengan mRNA yang melalui dua sub-unit
pembentuk ribosom. Pada mRNA selalu terdapat kodon inisiasi (AUG) dan kodon
terminasi (UAA, UAG, dan UGA). Pada saat ribosom bertemu dengan kodon
terminasi, proses transiasi terhenti, rantai globin lengkap dihentikan, dan kemudian
sub-unit ribosom terlepas dari asam amino yang dibentuk dan didaur ulang.
Selanjutnya rantai globin yang terbentuk akan berikatan dengan molekul hem
pembentuk hemoglobin.4

D. Epidemiologi2,3
Penelitian Humris-Pleyte tahun 2001 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta menemukan bahwa dari 192 kasus thalassemia yang diteliti sebanyak 59,4%
kasus diagnosanya sudah dapat ditegakkan sebelum anak berumur 1 tahun, 33,3 %
pada anak berumur1-2 tahun, 7,3 % pada saat anak berumur 2-4 tahun ,dan lebih dari
90% ditegakkan pada saat anak berumur sebelum 2 tahun.
Berdasarkan data thalassemia yang berobat di Pusat Thalassemia RSCM Jakarta
dari tahun 1993 sampai Juli 2007 yang berjumlah 1.267 kasus, terdapat 499 kasus
(39,38%) berusia 0-5 tahun, 394 kasus (31,10 %) berusia 6-10 tahun, 224 kasus
(17,68%) berusia 11-15 tahun, 104 kasus (8,04 %) berusia 16-20 tahun, dan 46 kasus
(3,63 %) berusia > 20 tahun.
Thalassemia ditemukan secara terbatas di daerah Mediterania, tetapi sekarang
ini sudah ditemukan di seluruh dunia. Saat ini thalassemia diidentifikasi telah

7
ditemukan di daerah Eropa Selatan dari Portugal ke Spanyol, Italia dan Yunani, serta
beberapa kasus di daerah Eropa Tengah dan sebagian di daerah bekas Uni Soviet .
Thalassemia juga ditemukan di derah Asia Tengah seperti Iran, Pakistan, India,
Bangladesh, Thailand, Malasyia, Indonesia, dan Cina Selatan, sama halnya juga di
daerah Pantai Afrika Utara dan Amerika Serikat.
Carrier thalassemia ditemukan di seluruh dunia, tapi thalassemia pada
umumnya terdapat pada penduduk Asia Tenggara (Vietnam, Laos, Thailand,
Singapura, Filipina, Kamboja, Malaysia, Burma dan Indonesia), Cina, India bagian
selatan, Afrika, Mediterania, Yunani, dan Italia.
Thalassemia- ditemukan dalam jumlah yang besar di Asia Tenggara (Thailand,
Semenanjung Melayu, dan Indonesia), Mediterania dan Afrika Barat.
Thalassemia- mempunyai distribusi yang luas di dunia ini. Sering ditemukan
di daerah sekitar Mediterania dan beberapa bagian dari Timur Tengah, India, Pakistan,
dan Asia Tenggara di daerah ini frekuensi pembawa gen thalassemia bervariasi antara
2 dan 30 %.
Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut gen globin alpha dan gen
globin beta yang terletak pada kromosom 11 dan kromosom 16. Pada manusia
kromosom selalu ditemukan berpasangan. Bila hanya sebelah gen yang mengalami
kelainan disebut carrier thalassemia. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua
kromosom, dinamakan penderita thalassemia (homozigot/mayor).
Thalassemia mayor terjadi apabila kedua orangtua carrier thalassemia. Anak-
anak dengan thalassemia mayor tampak normal saat lahir, dan akan mengalami
kekurangan darah pada usia antara 3-18 bulan. Penderita memerlukan transfuse darah
secara berkala seumur hidupnya. Apabila para penderita mayor tidak dirawat, maka
hidup mereka hanya bertahan antara 1-8 tahun.
Pada thalassemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut sudah
terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalassemia minor
yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada usia 4-6 tahun.

E. Klasifikasi2,3,4,5
Sejumlah besar sindrom thalasemia; masing-masing melibatkan penurunan
produksi satu atau lebih rantai globin, yang membentuk bermacam-macam jenis Hb

8
yang ditemukan pada sel darah merah. Jenis yang paling penting dalam praktek
klinis adalah sindrom yang mempengaruhi baik atau sintesis rantai maupun .
Thalassemia-
Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin- banyak
ditemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi gen
globin- menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin- pada
individu normal, dan empat bentuk thalassemia- yang berbeda telah diketahui sesuai
dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua empat gen ini.
Tabel 1. Thalassemia-
Genotip Jumlah gen Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis
Saat Lahir > 6 bulan
/ 4 Normal N N
-/ 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts N
--/ atau 2 Trait thal- 2-10% Hb Barts N
/-
--/- 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb Bart Hb H
--/-- 0 Hydrops fetalis >75% Hb Bart -
Ket : N = hasil normal, Hb = hemoglobin, Hb Barts = 4, HbH = 4
Silent carrier thalassemia-
o Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya
ditemukan secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik Afro-
Amerika. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen yang
terletak pada kromosom 16.
o Pada tipe silent carrier, salah satu gen pada kromosom 16 menghilang,
menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara
hematologis, hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit (sel darah merah)
yang rendah dalam beberapa pemeriksaan.
o Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan
elektroforesis Hb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih.
Bisa juga dicari akan adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga
( misalnya orangtua) untuk mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah
lengkap pada salah satu orangtua yang menunjukkan adanya hipokromia
dan mikrositosis tanpa penyebab yang jelas merupakan bukti yang cukup
kuat menuju diagnosis thalasemia.
Trait thalassemia-
o Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah
yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen pada satu

9
kromosom 16 atau satu gen pada masing-masing kromosom. Kelainan ini
sering ditemukan di Asia Tenggara, subbenua India, dan Timur Tengah.
o Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts ( 4) dapat
ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak
terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal.

Gambar 3. Thalassemia alpha menurut hukum Mendel


Penyakit Hb H
o Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin , merepresentasikan thalassemia-
intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali, ikterus, dan jumlah sel
darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah tepi yang diwarnai dengan
pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah merah yang diinklusi oleh rantai tetramer
(Hb H) yang tidak stabil dan terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan
gambaran golf ball. Badan inklusi ini dinamakan sebagai Heinz bodies.

Gambar Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang
menunjukkan Heinz-Bodies
Thalassemia- mayor

10
o Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen
globin-, disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali.
o Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka tidak
satupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts ( 4) mendominasi pada bayi yang
menderita, dan karena 4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-
bayi itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah
kecil Hb embrional normal (Hb Portland = 22), yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen.
o Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang
lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik,
dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang dapat
hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat
bergantung dengan transfusi.
Thalassemia-
Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-;
antara lain :
Silent carrier thalassemia-
o Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai eritrosit
yang rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan merepresentasikan
suatu thalassemia-+.
o Bentuk silent carrier thalassemia- tidak menimbulkan kelainan yang dapat
diidentifikasi pada individu heterozigot, tetapi gen untuk keadaan ini, jika
diwariskan bersama-sama dengan gen untuk thalassemia-, menghasilkan
sindrom thalassemia intermedia.

11
Gambar Thalassemia beta menurut Hukum Mendel

Trait thalassemia-
o Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan
elektroforesis Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2,
Hb F, atau keduanya

o Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah sebagai


anemia defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan
preparat besi selama waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu dengan
trait thalassemia- mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti (3,4%-7%).
Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF, sekitar
2-6%. Pada sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas, dijumpai Hb
A2 normal dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%, yang mewakili
thalassemia tipe .
Thalassemia- yang terkait dengan variasi struktural rantai

12
o Presentasi klinisnya bervariasi dari seringan thalassemia media hingga
seberat thalassemia- mayor
o Ekspresi gen homozigot thalassemia (+) menghasilkan sindrom mirip
anemia Cooley yang tidak terlalu berat (thalassemia intermedia).
Deformitas skelet dan hepatosplenomegali timbul pada penderita ini, tetapi
kadar Hb mereka biasanya bertahan pada 6-8 gr/dL tanpa transfusi.
o Kebanyakan bentuk thalassemia- heterozigot terkait dengan anemia
ringan. Kadar Hb khas sekitar 2-3 gr/dL lebih rendah dari nilai normal
menurut umur.
o Eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan poikilositosis, ovalositosis,
dan seringkali bintik-bintik basofil. Sel target mungkin juga ditemukan tapi
biasanya tidak mencolok dan tidak spesifik untuk thalassemia.
o MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26 pg). Penurunan
ringan pada ketahanan hidup eritrosit juga dapat diperlihatkan, tetapi tanda
hemolisis biasanya tidak ada. Kadar besi serum normal atau meningkat.
Thalassemia- homozigot (Anemia Cooley, Thalassemia Mayor)
o bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6 bulan
kedua kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada penderita
ini untuk mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung yang
disebabkan oleh anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita meninggal pada 5
tahun pertama kehidupan.
o Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang menerima
transfusi pada waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan eritropoetik
disumsum tulang maupun di luar sumsum tulang. Tulang-tulang menjadi
tipis dan fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum tulang
di wajah dan tengkorak menghasilkan bentuk wajah yang khas.

13
Gambar Deformitas tulang pada thalassemia beta mayor (Facies Cooley)

o Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklat


kekuningan. Limpa dan hati membesar karena hematopoesis ekstrameduler
dan hemosiderosis. Pada penderita yang lebih tua, limpa mungkin
sedemikian besarnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan mekanis dan
hipersplenisme sekunder.

Gambar Splenomegali pada thalassemia


o Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat atau
tidak terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang
disebabkan oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung,
termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh
siderosis miokardium sering merupakan kejadian terminal.
o Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia- homozigot yang
tidak ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan mikrositosis

14
berat, banyak ditemukan poikilosit yang terfragmentasi, aneh (sel bizarre)
dan sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah tepi,
terutama setelah splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang merupakan
presipitasi kelebihan rantai , juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb
turun secara cepat menjadi < 5 gr/dL kecuali mendapat transfusi. Kadar
serum besi tinggi dengan saturasi kapasitas pengikat besi (iron binding
capacity). Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya kadar HbF yang
sangat tinggi dalam eritrosit.
Stadium Thalassemia
Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan jumlah
kumulatif transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk menentukan tingkat
gejala yang melibatkan kardiovaskuler dan untuk memutuskan kapan untuk
memulai terapi khelasi pada pasien dengan thalassemia- mayor atau intermedia.
Pada sistem ini, pasien dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

Stadium I
Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed Red
Cells (PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram (ECG) hanya
ditemukan sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri, dan elektrokardiogram
(EKG) dalam 24 jam normal.
Stadium II
Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC dan
memiliki keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan dilatasi pada
dinding ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan ventrikular abnormal
pada EKG dalam 24 jam
Stadium III
Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif, menurunnya fraksi
ejeksi pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan pulsasi prematur dari atrial
dan ventrikular.

F. Patofisiologi10
Penyebab anemia pada thalassemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah
berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran

15
sel-sel eritrosit intramedular. Sedangkan yang sekunder ialah karena defisiensi asam
folat, bertambahnya volume plasma intravaskular yang mengakibatkan hemodilusi,
dan destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limpa dan hati.Penelitian
biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai
alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil
kombinasi antara transfusi berulang, peningkatan absorbsi besi dalam usus karena
eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis, serta proses hemolisis.

G. Patogenesis10,11
Thalassemia-
-globin adalah sebuah komponen (subunit) dari protein yang lebih besar
yang disebut hemoglobin, yang merupakan protein dalam sel darah merah yang
membawa oksigen ke sel dan jaringan di seluruh tubuh.Hemoglobin terdiri dari empat
subunit: dua subunit alfa-globin dan dua subunit jenis lain globin.
HBA1 (Hemoglobin, - 1) adalah gen yang memberikan instruksi untuk
membuat protein yang disebut -globin. Protein ini juga diproduksi dari gen yang
hampir identik yang disebut HBA2 (Hemoglobin, -2). Kedua gen globin alpha-
terletak dekat bersama-sama dalam sebuah wilayah kromosom 16 yang dikenal
sebagai lokus globin alfa. HBA1 dan HBA2 terletak dikromosom 16 lengan pendek
di posisi 13.3. HBA1 terletak di gen pasangan basa 226.678 ke 227.519 sedangkan
HBA 2 terletak di pasangan basa222.845 ke 223.708 .
Pada manusia normal terdapat 4 kopi gen -globin yang terdapat masing-masing
2 pada kromosom 16. Gen-gen ini membuat komponen globin- pada hemoglobin
orang dewasa normal, yang disebut hemoglobin A, dan juga merupakan komponen
dari hemoglobin pada janin dan orang dewasa lainnya, yang disebut hemoglobin A2.
Mutasi yang terjadi pada gen -globin adalah delesi.
Delesi 1 gen : tidak ada dampak pada kesehatan, tetapi orang tersebut mewarisi gen
thalasemia, atau disebut juga Thalassaemia Carier/Trait.
Delesi 2 gen : hanya berpengaruh sedikit pada kelinan fungsi darah.
Delesi 3 gen : anemia berat, disebut juga Hemoglobin H (Hbh) disease.
Delesi 4 gen : berakibat fatal pada bayi karena - globin tidak dihasilkan sama
sekali.

16
2. Thalassemia-8,9

Globin- adalah sebuah komponen (subunit) dari protein yang lebih besar
yang disebut hemoglobin, yang terletak di dalam sel darah merah. HBB gen yang
memberikan instruksi untuk membuat protein yang disebut globin-.
Lebih dari 250 mutasi pada gen HBB telah ditemukan menyebabkan talasemia
beta. Sebagian besar mutasi melibatkan perubahan dalam satu blok bangunan DNA
(nukleotida) dalam atau di dekat gen HBB. Mutasi lainnya menyisipkan atau
menghapus sejumlah kecil nukleotida dalam gen HBB. Mutasi gen HBB yang
menurunkan hasil produksi globin- dalam kondisi yang disebut -plus
(B +) thalassemia.
Tanpa globin-, hemoglobin tidak dapat terbentuk yang mengganggu
perkembangan normal sel-sel darah merah. Kekurangan sel darah merah akan
menghambat oksigen yang akan dibawa dan membuat tubuh kekurangan
oksigen. Kurangnya oksigen dalam jaringan tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ, dan masalah kesehatan lainnya termasuk thalassemia-.
HBB gen yang terletak di kromosom 11 lengan pendek di posisi 15.5. HBB gen
dari pasangan basa 5.203.271 sampai pasangan basa 5.204.876 pada kromosom 11.

Pada manusia normal terdapat 2 kopi gen - globin yang terdapat pada
kromosom 11, yang membuat -globin yang merupakan komponen dari hemoglobin
pada orang dewasa, yang disebut hemoglobin A. Lebih dari 100 jenis mutasi yang
dapat menyebabkan thalasemia , misalkan mutasi - 0 yang berakibat tidak adanya
- globin yang diproduksi, mutasi beta +, dimana hanya sedikit dari - globin yang
diproduksi.
Jika seseorang memiliki 1 gen - globin normal, dan satu lagi gen yang sudah
termutasi, maka orang itu disebut carier/trait.

H. Manifestasi Klinis2,3,4
Tanda dan gejala dari penyakit thalassemia disebabkan oleh kekurangan oksigen
di dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup membuat sel-sel darah
merah dan hemoglobin. Keparahan gejala tergantung pada keparahan dari gangguan
yang terjadi.Tidak Gejala

17
-Thalassemia silent carrier umumnya tidak memiliki tanda-tanda atau
gejala. Hal ini terjadi karena kekurangan protein globin- sangat kecil sehingga
hemoglobin dalam darah masih dapat bekerja normal.ia ringan
Orang yang telah menderita thalassemia- atau dapat mengalami anemia
ringan. Namun, banyak orang dengan jenis thalassemia tidak memiliki tanda-tanda
atau gejala yang spesifik. Anemia ringan dapat membuat penderita merasa lelah dan
hal ini sering disalahartikan menjadi anemia yang kekurangan zat besi.gejala lainnya
Orang dengan beta talasemia intermedia dapat mengalami anemia ringan
sampai sedang. Mereka juga mungkin memiliki masalah kesehatan lainnya, seperti:
1. Memperlambat pertumbuhan dan pubertas. Anemia dapat memperlambat
pertumbuhan anak dan perkembangannya.
2. Masalah tulang, thalassemia dapat membuat sumsum tulang (materi spons
dalam tulang yang membuat sel-sel darah) tidak berkembang. Hal ini menyebabkan
tulang lebih luas daripada biasanya. Tulang juga dapat menjadi rapuh dan mudah
patah.
3. Pembesaran limpa. Limpa adalah organ yang membantu tubuh melawan infeksi
dan menghapus materi yang tidak diinginkan. Ketika seseorang menderita talasemia,
limpa harus bekerja sangat keras. Akibatnya, limpa menjadi lebih besar dari
biasanya. Hal ini membuat penderita mengalami anemia parah. Jika limpa menjadi
terlalu besar maka limpa tersebut harus disingkirkan.at dan tanda serta gejala lainnya
Orang dengan penyakit hemoglobin H atau thalassemia- mayor (disebut juga
Cooley's anemia) akan mengalami thalassemia berat. Tanda dan gejala-gejala muncul
dalam 2 tahun pertama kehidupannya. Mereka mungkin akan mengalami anemia
parah dan masalah kesehatan serius lainnya, seperti:
1. Pucat dan penampilan lesu
2. Nafsu makan menurun
3. Urin akan menjadi lebih pekat
4. Memperlambat pertumbuhan dan pubertas
5. Kulit berwarna kekuningan
6. Pembesaran limpa dan hati
7. Masalah tulang (terutama tulang di wajah)
Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang telah
agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan pertumbuhan,
anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut membuncit akibat hepatosplenomegali

18
dengan wajah yang khas mongoloid, frontal bossing, mulut tongos (rodent like
mouth), bibir agak tertarik, maloklusi gigi.

I. Komplikasi Thalasemia
Perawatan yang ada sekarang yaitu hanya dengan membantu penderita
thalassemia berat untuk hidup lebih lama lagi. Akibatnya, orang-orang ini harus
menghadapi komplikasi dari gangguan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Jantung dan Liver Disease
Transfusi darah adalah perawatan standar untuk penderita thalassemia. Sebagai
hasilnya, kandungan zat besi meningkat di dalam darah. Hal ini dapat merusak organ
dan jaringan, terutama jantung dan hati.
Penyakit jantung yang disebabkan oleh zat besi yang berlebihan adalah
penyebab utama kematian pada orang penderita thalassemia. Penyakit jantung
termasuk gagal jantung, aritmis denyut jantung, dan terlebih lagi serangan jantung.
Infeksi
Di antara orang-orang penderita thalassemia, infeksi adalah penyebab utama
penyakit dan kedua paling umum penyebab kematian. Orang-orang yang limpanya
telah diangkat berada pada risiko yang lebih tinggi, karena mereka tidak lagi memiliki
organ yang memerangi infeksi.
Osteoporosis
Banyak penderita thalassemia memiliki tulang yang bermasalah, termasuk
osteoporosis. Ini adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi sangat lemah, rapuh dan
mudah patah.

J. Diagnosis Thalasemia2,3,4
1. Anamnesis
Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan
tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada
umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan.
2. Pemeriksaan fisis
a. Pucat
b. Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)
c. Dapat ditemukan ikterus
d. Gangguan pertumbuhan
e. Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar

19
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah tepi :
o Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
o Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis
berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic
stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih
kurang khas.

b. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :


o Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis
asidofil.
o Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
c. Pemeriksaan khusus :
o Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
o Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
o Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor
merupakan trait(carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
d. Pemeriksaan lain :
o Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe
melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
o Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang
sehingga trabekula tampak jelas.

20
Diagnosis dari thalassemia diketahui dengan melakukan beberapa pemeriksaan
darah, seperti :
FBC (Full Blood Count)
Pemeriksaan ini akan memberikan informasi mengenai berapa jumlah sel
darah merah yang ada, berapa jumlah hemoglobin yang ada di sel darah
merah, dan ukuran serta bentuk dari seldarah merah.
Sediaan Darah Apus
Pada pemeriksaan ini darah akan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat
jumlah dan bentuk dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Selain
itu dapat juga dievaluasi bentuk darah, kepucatan darah, dan maturasi darah.
Iron studies
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui segala aspek penggunaan dan
penyimpanan zat besi dalam tubuh. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
untuk membedakan apakah penyakit disebabkan oleh anemia defisiensi besi
biasa atau thalassemia.
Haemoglobinophathy evaluation
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif
hemoglobin yang ada dalam darah.
Analisis DNA
Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang
memproduksi rantai alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang
paling efektif untuk mendiagnosa keadaan karier pada thalassemia.

Diagnosis banding 2,3


Thalasemia minor :
o Anemia kurang besi
o Anemia karena infeksi menahun
o Anemia pada keracunan timah hitam (Pb)
o Anemia sideroblastik

K. Pengobatan 3,4,6,12,13,14,15,16,17

21
Pengobatan thalassemia bergantung pada jenis dan tingkat keparahan dari
gangguan. Seseorang pembawa atau yang memiliki sifat alfa atau beta talasemia
cenderung ringan atau tanpa gejala dan hanya membutuhkan sedikit atau tanpa
pengobatan. Terdapat 3 (standar) perawatan umum untuk thalassemia tingkat
menengah atau berat, yaitu transfusi darah, terapi besi dan chelation, serta
mmenggunakan suplemen asam folat. Selain itu, terdapat perawatan lainnya adalah
dengan transplantasi sum-sum tulang belakang, pendonoran darah tali pusat, dan HLA
(Human Leukocyte Antigens).
1. Transfusi darah12
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini
merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang
atau berat. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan
sel darah merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan
tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120 hari
sel darah merah akan mati. Khusus untuk penderita beta thalassemia intermedia,
transfuse darah hanya dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan untuk
beta thalssemia mayor (Cooleys Anemia) harus dilakukan secara teratur (2 atau 4
minggu sekali).
2. Terapi Khelasi Besi (Iron Chelation)
Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein.
Apabila melakukan ransfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan
penumpukan zat besi dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan
organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi
diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh. Terdapat dua obat-
obatan yang digunakan dalam terapi khelasi besi, yaitu:
1. Deferoxamine
Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit
secara perlahan-lahan dan biasanya dengan bantuan pompa kecil yang
digunakan dalam kurun waktu semalam. Terapi ini memakan waktu lama
dan sedikit memberikan rasa sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran.
2. Deferasirox

22
Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek
sampingnya adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, dan
kelelahan .

3. Suplemen Asam Folat dan Vitamin E


Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel
darah merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping
melakukan transfusi darah ataupun terapi khelasi besi. Asam folat 2-5 mg/hari
untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Vitamin E 200-400 IU setiap hari
sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah.Vitamin C 100-
250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi.
4. Transplantasi sum-sum tulang belakang18
Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan.
Darah dan sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel
induk yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang
membuat sel-sel darah merah. Transplantasi sel induk adalah satu-satunya
pengobatan yang dapat menyembuhkan talasemia. Namun, memiliki kendala
karena hanya sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang baik
antara donor dan resipiennya.
5. Pendonoran darah tali pusat (Cord Blood)
Cord blood adalah darah yang ada di dalam tali pusat dan plasenta.Seperti
tulang sumsum, itu adalah sumber kaya sel induk, bangunan blok dari sistem
kekebalan tubuh manusia. Dibandingkan dengan pendonoran sumsum tulang,
darah tali pusat non-invasif, tidak nyeri, lebih murah dan relatif sederhana.
6. HLA (Human Leukocyte Antigens)
Human Leukocyte Antigens (HLA) adalah protein yang terdapat pada sel di
permukaan tubuh. Sistem kekebalan tubuh kita mengenali sel kita sendiri sebagai
'diri,' dan sel asing' sebagai lawan didasarkan pada protein HLA ditampilkan
pada permukaan sel kita. Pada transplantasi sum-sum tulang, HLA ini dapat
mencegah terjadinya penolakan dari tubuh serta Graft versus Host
Disease (GVHD). HLA yang terbaik untuk mencegah penolakan adalah
melakukan donor secara genetik berhubungan dengan resipen (penerima).

23
7. Bedah3,6
Splenektomi, dengan indikasi:
Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita,
menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya
ruptur.
Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam
satu tahun.
8. Diet

pasien dinasehati untuk menghindari makanan yang kaya akan zat besi,
seperti daging berwarna merah, hati, ginjal, sayur-mayur bewarna hijau, sebagian
dari sarapan yang mengandung gandum, semua bentuk roti dan alkohol.
Tabel 1. Daftar makanan dan kandungan zat besi 13
FOODVOID TO A

Foods with high content of Iron Iron Content

Organ meat (liver, kidney, spleen) 5 14 mg / 100 g

Beef 2.2 mg / 100 g

Chicken gizzard and liver 2 10mg / 100 g

Ikan pusu (with head and entrails) 5.3 mg / 100 g

Cockles (kerang) 13.2 mg / 100 g

Hen eggs 2.4 mg / whole egg

Duck eggs 3.7 mg / whole egg

Dried prunes / raisins, Peanuts (without shell),


2.9 mg / 100 g
other nuts

Dried beans (red, green, black, chickpeas, dhal) 4 8 mg / 100 g

Baked beans 1.9 mg / 100 g

Dried seaweed 21.7 mg / 100 g

Dark green leafy vegetables bayam, spinach, > 3 mg 1 100 g


kailan, cangkok manis, kangkung, sweet potato
shoots, ulam leaves, soya bean sprouts, bitter
gourd, paku, midi, parsley,

24
Food Allowed

Foods with moderate content of Iron

Chicken, pork allow one small serving a day (= 2


matchbox size)

Soya bean curd (towkwa, towhoo, allow one serving only (= one piece)
hookee)

Light coloured vegetables (sawi, 1 -2 servings a day (= 1/2 cup)


cabbage, long beans and other
beans, ketola, ladys fingers)

Ikan pusu head and entrails removed

Onions use moderately

Oats

Foods with small amount of Iron

Rice and Noodles

Bread, biscuits

Starchy Root vegetables ( carrot, yam,


tapioca, pumpkin, bangkwang, lobak)

Fish (all varieties)

Fruits (all varieties except dried fruits)

Milk, cheese

Oils and Fats

L. Pemantauan2,3,4
1. Terapi
Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan
besi sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah berulang.
Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala,
gatal, sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.
2. Tumbuh Kembang

25
Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang,
karenanya diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.
3. Gangguan jantung, hepar dan endokrin
Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi
jantung (gagal jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes
melitus, hipoparatiroid) dan fraktur patologis.

M. Pencegahan
1. Pencegahan Primer6
Pencegahan primer adalah mencegah seseorang untuk tidak menderita
thalassemia ataupun menjadi carrier thalassemia yaitu dengan konseling genetic
pranikah. Konseling genetic pranikah ditujukan untuk pasangan pranikah
terutama pada populasi yang berprevalensi tinggi (prevalensi >5%) agar
memeriksakan diri apakah mereka mengemban sifat genetic tersebut atau tidak.
Konseling juga ditujukan kepada mereka yang mempunyai kerabat dekat
penderita thalassemia.
Tujuan utama dari konseling pranikah adalah untuk mencegah terjadinya
perkawinan antar carrier. Hal ini mengingat mereka berpeluang 50% untuk
mendapatkan keturunan carrier thalassemia, 25% thalassemia mayor, 25%
menjadi anak normal yang bebas thalassemia.
2. Pencegahan Sekunder6
a. Diagnosis Prenatal
Diagnosis prenatal selain ditujukan untuk pasangan carrier, juga
dimaksudkan bagi pasangan beresiko lainnya yang telah mempunyai bayi
thalassemia. Tujuan dari diagnosis prenatal adalah untuk mengetahui sedini
mungkin apakah janin menderita thalassemia mayor atau tidak. Diagnosis
prenatal dapat dilakukan pada usia 8-10 minggu kehamilan dengan sampel
villi chorialis sehingga masih memungkinkan untuk melakukan terminasi jika
dibutuhkan.
b. Skrining
Skrining merupakan pemantauan perjalanan penyakit dan pemantauan
hasil terapi yang lebih akurat. Pemeriksaan ini meliputi :
Hematologi rutin untuk mengetahui kadar Hb dan ukuran sel-sel darah.

26
Gambaran darah tepi untuk melihat bentuk, warna, dan kematangan sel-
sel darah.
Feritin, iron serum (SI) untuk melihat status besi.
Analisis hemoglobin untuk diagnosis dan menentukan jenis thalassemia.
Analisis DNA untuk diagnosis prenatal (pada janin) dan penelitian.
c. Transfusi darah
Pemberian transfusi darah berupa sel darah merah sampai kadar sekitar
11 gr/dL. Kadar hemoglobin setinggi ini akan mengurangi kegiatan
hemopoesis yang berlebihan di dalam sum-sum tulang juga mengurangi
absorbs Fe di traktus digestivus. Pasien dengan kadar Hemoglobin yang
rendah untuk waktu lama, perlu ditransfusi dengan hati-hati dan sedikit demi
sedikit. Frekuensi sebaiknya sekitar 2-3 minggu. Sebelum dan sesudah
transfuse ditentukan hematokrit. Berat badan perlu dipantau, paling sedikit
dua kali setahun.
3. Pencegahan Tersier6
Pencegahan tersier adalah mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi bagi penderita thalassemia. Pencegahan tersier bagi penderita
thalassemia adalah dengan mendirikan pusat rehabilitasi medis bagi penderita
thalassemia. Saat ini telah berdiri Yayasan Penderita Thalassemia Indonesia di
Jakarta. Yayasan ini bertujuan untuk menghimpun dana bagi penderita yang
kurang mampu. Selain itu yayasan ini juga menjadi wadah untuk bertukar
informasi, pikiran, dan pengalaman dalam mengatasi masalah kesehatan dan
psikologis penderita thalassemia.

27
BAB III
KESIMPULAN

Thalassemia merupakan penyakit genetik yang disebabkan oleh ketidaknormalan


pada protein globin yang terdapat di gen. Jika globin alfa yang rusak maka penyakit itu
dinamakan alfa-thalassemia dan jika globin beta yang rusak maka penyakit itu dinamakan
alfa thalassemia.
Gejala yang terjadi bermacam-macam, dimulai dari tidak ada gejala hingga
osteoporosis, tergantung dari beratnya thalassemia yang dialami.
Thalassemia harus sudah diobati sejak dini, yaitu pada thalassemia mayor agar tidak
berdampak fatal. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan melakukan transfusi darah,
meminum beberapa suplemen asam folat, menghindari diet tinggi zat besi, dan beberapa
terapi.
Mengingat penyakit thalassemia merupakan penyakit yang diturunkan secara
genetik, maka untuk pencegahannya diperlukan skrining yang berguna untuk mencegah
terjadinya perkawinan antara 2 individu yang memiliki gen thalassemia sehingga
mengurangi peluang untuk menghasilkan keturunan thalassemia.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Http://wikipedia.com/penyakit/167/Thalassemia. Html (diakses tanggal


10 September 2014, 20.00)
2. Bain, Barbara J. 2009. Diagnosis from The Blood Smear. Department of
Haematology St Marys Hospital London.
3. Ganie RA. 2005. Thalassemia : permasalahan dan penanganannya dalam Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Patologi pada Fakultas
Kedokteran, Diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara
4. Hassan R, Alatas H.2005. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia. Percetakan INFOMEDIKA
Jakarta. Halaman : 444-9
5. Dorland, W.A.Newman.2002.Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.
6. Hassanzadeh, Morteza. 2013. Extramedullary Hematopoiesis in Thalassemia. Iran
University Sciences Tehran.
7. Pusponegoro D, Hadinegoro S.2003. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak
Edisi 2004. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Halaman : 82-4
8. Dewi, Syarifurnama. 2009. Karakteristik Penderita Thalassemia yang Rawat Inap
di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan Tahun 2006-2008. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
9. Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
10. Permono B, Ugrasena IDG, A Mia. Talasemia.Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran UNAIR Surabayawww.Pediatrik.com (Diakses tanggal 10
September 2014)
11. Rund, Deborah. 2009. Medical Progress -Thalassemia. Haematology Department,
Hebrew University Hadassah Medical Centre, Ein Kerem, Jerussalem.
12. Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi IV.Jakarta:
Pusat Penerbit Departemen IPD FKUI. Halaman : 675-9
13. Brittenham, Gary M. 2011. Iron-Chelating Therapy for Transfusional Iron
Overload. Department of Pediatrics Columbia University College of Physicians
and Surgeon, New York.
14. Permono, Bambang. 2006. Buku Ajar Hematologi - Onkologi . Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Halaman: 64-84
15. Sutedjo, A.Y. 2007. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books. Halaman :

29
16. Hemoglobin: Structure & Function.2007.httpwww_med-ed_virginia_edu-courses-
path-innes-images-nhgifs-hemoglobin1_gif.htm ( Diakses 11 September 2014)
17. Camaschela, Clara. 2013. Treating Iron Overload. Vita-Salute University and San
Raffaele Scientific Institute, Milan.
18. Copelan, Edward A. 2010. Hematopoietic Stem Cell Transplantation. Arthur G.
James Cancer Hospital and Richard J. Solove Research Institute, the Ohio State
University.

30

Anda mungkin juga menyukai