DEMAM DENGUE
Disusun Oleh:
1765050127
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat
serotipe virus dengue, yaitu DEN V-1, 2, 3 dan 4 yang merupakan virus RNA dari famili
flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus dengue termasuk arthropod–borne virus yang
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes (Stegomiya) aegypti atau albopictus.
Masa inkubasi virus dengue dalam darah nyamuk 8-12 hari sebelum menularkan kepada
individu yang rentan. Transmisi dapat juga terjadi secara vertikal dari ibu hamil ke janin yang
spektrum yang sangat luas, sebagian besar tidak memperlihatkan gejala (asimtomatik), gejala
klinis ringan (flu-like syndrome) atau demam dengue, dan pada infeksi berat disertai
Pedoman diagnosis infeksi dengue yang dipakai di Indonesia adalah klasifikasi WHO
1997. Saat ini terdapat dua klasifikasi diagnosis baru yaitu WHO-TDR 2009 dan WHO-
SEARO 2011. Klasifikasi WHO-TDR 2009 membagi dengue with and without warning signs
dan severe dengue. Sedangkan pembagian secara klinis WHO-SEARO 2011 yaitu demam
dengue, demam berdarah dengue (DBD), baik tanpa syok maupun dengan syok, dan
Infeksi virus dengue, merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga dekade
terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tersebut di berbagai negara yang dapat
menimbulkan kematian sekitar kurang dari 1%. World Health Organization (WHO) 2017
memperkirakan setiap tahunnya sekitar 50 juta manusia terinfeksi virus dengue dengan
500.000 di antaranya memerlukan rawat inap. Dan hampir 90% dari pasien rawat inap adalah
anak-anak. Infeksi dengue merupakan merupakan penyebab perawatan dan kematian pada
anak dan dewasa muda. Indonesia merupakan negara yang paling tinggi melaporkan kasus
KASUS
• No. MR : 00.09.92.56
• Nama : An. AH
• Agama : Islam
Ayah Ibu
Perkawinan 1 1
2.3.1 Anamnesis:
Keluhan Utama:
Demam
Keluhan tambahan:
Pasien datang ke IGD RSU UKI pada tanggal 5 Maret 2019 dengan keluhan
demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam timbul secara mendadak
dirasakan terus –menerus sepanjang hari, namun ibu pasien tidak sempat mengukur
suhu pasien saat di rumah, demam tidak disertai dengan kejang (-). Keluhan pasien
juga disertai dengan mual (+), muntah (+) kurang lebih 2 kali selama sehari, berisi
makanan, sakit kepala (-), dan nyeri perut(+). Pasien mengaku sebelum demam,
pasien menggigil, dan merasa pusing. Pasien sudah ke klinik dan sempat diberi obat
demam nafsu makan pasien berkurang, dan pasien masih mau minum air meskipun
hanya sedikit. Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada buang air kecil dan buang
air besar. Pasien mengaku tidak ada batuk, tidak ada sesak, tidak ada mimisan, tidak
ada gusi berdarah, tidak ada riwayat bepergian ke luar kota, tidak ada riwayat
terjadinya banjir didekat rumah, tidak ada riwayat kulit menguning dan tidak ada
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien juga belum
Keluarga satu rumah pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.
Data Antropometri
Berat Badan : 56 kg
Pemeriksaan Sistem
ikterik (-/-).
Telinga : Normotia, liang telinga lapang/lapang.
hidung (-).
Toraks
retraksi (-)
Abdomen
teraba membesar
Hematokrit 46.8% 32 – 52 %
Hitung Jenis
Basofil 0% 0–1%
Eosinofil 0% 1–3%
Limfosit 47% 25 – 30 %
Demam dengue
Diagnosis Banding
Malaria
Chikungunya
Rawat inap
Diet: Lunak
Medikamentosa :
- Ranitidine 2 x 50 mg (IV)
Pada tanggal 6 Maret 2019, pukul: 06:00 WIB. Pasien masih merasa demam naik
turun, masih ada mual tetapi tidak ada muntah, nafsu makan mulai meningkat. Namun pasien
masih mengeluhkan rasa nyeri pada bagian perut atas terutama saat ditekan. Buang air kecil
sudah satu kali sejak masuk ke bangsal. BAK berwarna kuning. Buang air besar (+)
berampas, lunak, dan berwarna coklat. Pasien juga mengaku badan masih terasa lemas.
Berdasarkan pemeriksaan fisik keadaan umum pasien masih tampak sakit sedang, kompos
mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi denyut nadi 100x/menit reguler, isi cukup
dan kuat angkat, frekuensi pernapasan 23x/menit, suhu tubuh 38°C. Bibir pasien tampak
kering, mukosa bibir berwarna merah muda. Pemeriksaan paru dan jantung dalam batas
normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan bising usus pasien 4x/menit, perut supel,
terdapat nyeri tekan dan nyeri ketok pada hipokondrika sinistra, epigastrium dan
hipokondrika dextra. Hepar dan limpa tidak teraba membesar, akral hangat, tidak ada edema
pada ekstremitas atas dan bawah, CRT< 2 detik, turgor kulit kembali segera, serta pada kulit
tampak petekie disekitar lengan atas tangan. Pasien di diagnosis dengan dengue. Pada terapi
pasien mendapatkan intruksi untuk terapi dilanjutkan dan akan dilakukan pemeriksaan ulang
darah rutin setiap hari. Untuk terapinya diberikan diet dalam bentuk lunak, cairan sebanyak
dilakukan pemeriksaan H2TL serial per 24 jam. Hasil pemeriksaan darah rutin (6/03/2019):
Pada tanggal 7 Maret 2019, pukul: 06:00 WIB. Pasien merasa keluhan membaik
dibandingkan hari kemarin. Sudah tidak ada demam, masih terasa mual namun tidak ada
muntah, nafsu makan meningkat. Keluhan nyeri pada perut atas sudah tidak ada. Buang air
kecil sudah 3 kali sejak jam 09:00 kemarin BAK berwarna jernih kekuningan. Buang air
besar terakhir pagi ini, berampas, lunak, dan berwarna coklat. Pasien mengatakan mulai
merasa segar. Berdasarkan pemeriksaan fisik keadaan umum pasien masih tampak sakit
sedang, kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi denyut nadi 80x/menit
reguler, isi cukup dan kuat angkat, frekuensi pernapasan 22x/menit, suhu tubuh 36,6°C. Bibir
tampak lembab, dan mukosa bibir berwarna merah muda. Pemeriksaan paru dan jantung
dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan bising usus pasien 4x/menit,
perut supel, tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri ketok pada abdomen. Hepar dan limpa tidak
teraba membesar, akral hangat, tidak ada edema pada ekstremitas atas dan bawah, CRT< 2
detik, turgor kulit kembali segera, serta pada kulit tampak petekie disekitar lengan atas
tangan. Pasien di diagnosis dengan demam dengue dalam perbaikan. Pada terapi pasien
mendapatkan intruksi untuk melanjutkan terapi saja. Hasil pemeriksaan darah rutin
106.000/uL.
Pada tanggal 8 Maret 2019, pukul: 06:00 WIB. Pasien sudah merasa membaik. Sudah
tidak ada demam, tidak ada mual muntah, nafsu makan meningkat. Keluhan nyeri pada perut
atas tidak ada. Buang air kecil sudah 3 kali sejak jam 19:00 kemarin. BAK berwarna jernih
kekuningan. Buang air besar pagi ini sudah 1 kali, berampas, lunak, dan berwarna coklat.
Berdasarkan pemeriksaan fisik keadaan umum pasien masih tampak sakit sedang, kompos
mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi denyut nadi 70x/menit reguler, isi cukup dan
kuat angkat, frekuensi pernapasan 26x/menit, suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kepala dan
wajah dalam batas normal. Pemeriksaan paru dan jantung dalam batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen ditemukan bising usus pasien 4x/menit, perut supel, tidak terdapat
nyeri tekan pada epigastrium. Hepar dan limpa tidak teraba membesar, akral hangat, tidak
ada edema pada ekstremitas atas dan bawah, CRT< 2 detik, turgor kulit kembali segera.
Pasien di diagnosis dengan Demam dengue dalam perbaikan. Pada terapi pasien
mendapatkan intruksi untuk melanjutkan terapi dan rencana pulang hari ini jika trombosit
sudah meningkat dan pasien bebas demam. Hasil pemeriksaan darah rutin: Hemoglobin
ANALISIS KASUS
Berdasarkan identitas dan anamnesis diketahui, An. AH, laki-laki, usia 13 tahun
mengalami demam 5 hari, timbul mendadak dan terus-menerus, mual muntah, nyeri perut
Gejala ini sesuai dengan Buku Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus
Dengue pada Anak yang menyebutkan manifestasi klinis DD timbul mendadak tinggi, terus
– menerus, berlangsung antara 2-7 hari. Gejala lain disertai dengan mual, muntah, nyeri di
daerah subkostal kanan atau nyeri abdomen difus. Pada Buku Nelson Ilmu Kesehatan Anak
Esensial menyebutkan perdarahan ringan juga dapat dijumpai seperti petekie, mimisan atau
Berdasarkan riwayat penyakit orang disekitar pasien, terdapat teman pasien yang
memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Hal ini sesuai dengan faktor- faktor yang
Infeksi Virus Dengue pada Anak yang menyebutkan, transmisi virus dengue tergantung dari
faktor biotik dan abiotik. Termasuk dalam faktor biotik adalah faktor virus, vektor nyamuk,
dan pejamu manusia. Sedangkan faktor abiotik adalah suhu lingkungan, kelembapan dan
curah hujan. Untuk faktor pejamu dijelaskan bahwa saat nyamuk menghisap darah manusia
yang sedang mengalami viremia, virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk, yaitu 2 hari
sebelum timbul demam sampai 5-7 hari fase demam. Nyamuk kemudian menularkan virus ke
manusia lain. Kerentanan untuk timbulnya penyakit pada individu antara lain ditentukan oleh
Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
tampak lemas, serta nafsu makan menurun tetapi pasien masih dalam keadaan compos mentis
dan pemeriksaan tanda vital masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen
ditemukan nyeri tekan pada regio epigastrium, hipokondrika sinitra et dextra. Hal ini sesuai
dengan manifestasi DD berdasarkan Buku Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus
Pada pemeriksaan kulit tidak ditemukan petekie spontan tetapi setelah di provokasi uji
tourniquet ditemukan hasil positif hal ini menunjukkan adanya perdarahan yang menurut
Buku Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial, manifestasi perdarahan dapat berupa uji
tourniquet +, petekie spontan di daerah ekstremitas, muka dan palatum mole. Epistaksis dan
perdarahan gusi dapat ditemukan kadang disertai dengan dengan perdarahan ringan saluran
Pada hasil laboratorium terdapat penurunan pada hemoglobin, dan trombosit namun
pada hematokrit belum terjadi penurunan. Sesuai dengan yang dikatakan pada buku Pedoman
Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada Anak bahwa pada hasil pemeriksaan
Pada tatalaksana pasien diberikan ranitidine dan parasetamol dikarenakan sesuai pada
buku Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada Anak yang
mengatakan bahwa pengobatan pada demam dengue adalah simtomatik. Ranitidine diberikan
dengan indikasi mual muntah serta adanya nyeri perut. Paracetamol diberikan sebagai
Pada pasien ditegakkan diagnosis demam dengue. Pada diagnosis ini digunakan
klasifikasi berdasarkan WHO-SEARO 2011 yaitu; demam dengue, demam berdarah dengue
(DBD), baik tanpa syok maupun dengan syok, dan expanded dengue syndrome(EDS).2
Gambar 1. Klasifikasi Infeksi Virus Dengue menurut WHO- SEARO 2011
dapat juga dilakukan pemeriksaan isolasi virus, deteksi asam nukleat virus, deteksi antigen
virus, deteksi serum respon/ uji serologis serum imun dan analisis parameter hematologi
berulang. Pemeriksaan isolasi virus dapat dilakukan dengan metode inokulasi pada nyamuk,
kultur sel nyamuk atau pada sel mamalia. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang
rumit dan hanya tersedia di beberapa laboratorium besar yang terutam dilakukan untuk tujuan
penelitian sehingga tidak tersedia di laboratorium komersial. Isolasi virus hanya dapat
Saat ini uji serologi Dengue IgM dan IgG seringkali dilakukan. Pada infeksi primer,
IgM akan muncul dalam darah pada hari ke-3, mencapai puncaknya pada hari ke-5 dan
kemudian menurun serta menghilang setelah 60-90 hari. IgG baru muncul kemudian dan
terus ada di dalam darah. Pada infeksi sekunder, IgM pada masa akut terdeteksi pada 70%
kasus, sedangkan IgG dapat terdeteksi lebih dini pada sebagian besar (90%) pasien, yaitu
pada hari ke-2. Apabila ditemukan hasil IgM dan IgG negatif tetapi gejala tetap menunjukkan
kecurigaan DBD, dianjurkan untuk mengambil sampel kedua dengan jarak 3-5 hari bagi
infeksi primer dan 2-3 hari bagi infeksi sekunder. IgM pada sesorang yang terkena infeksi
primer akan bertahan dalam darah beberapa bulan dan menghilang setelah 3 bulan. Dengan
demikian, setelah fase penyembuhan, baik IgM maupun IgG dengue akan tetap terdeteksi
meskipun anak tidak menderita infeksi dengue. Setelah 3 bulan, hanya IgG yang bertahan di
dalam darah. Imunoglobulin G dapat terdeteksi pada pemeriksaan darah seseorang yang telah
terinfeksi oleh salah satu serotipe virus dengue,. Hal itu disebabkan oleh IgG dalam darah
bertahan dalam jangka waktu yang lama bahkan dapat seumur hidup. Untuk itu, interpretasi
serologi tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus dilengkapi dengan anmanesis, pemeriksaan
fisis, serta pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosis dengue. Pemeriksaan
serologis terutama berguna untuk membedakan antara infeksi primer dan sekunder.5
Pasien dirawat selama 3 hari dimana pasien telah mengalami perbaikan, hal ini sesuai
dengan tanda-tanda perbaikan pada infeksi virus dengue yaitu; frekuensi nadi, tekanan darah
dan frekuensi napas stabil, suhu tubuh normal, tidak dijumpai perdarahan baik eksternal
maupun internal, nafsu makan membaik, tidak dijumpai muntah maupun nyeri perut, volume
urin cukup, kadar hematokrit stabil pada kadar basal dan ruam konvalesens, ditemukan pada
20-30% kasus.3 Pasien lalu dipulangkan karena telah memenuhi kriteria untuk pemulangan
pasien yaitu; tidak demam minimal 24 jam tanpa pemberian antipiretik, nafsu makan
membaik, perbaikan klinis yang jelas, jumlah urin cukup, tidak tampak distress pernapasan
yang disebabkan asites atau efusi pleura dan jumlah trombosit > 50.000/uL.3
Pasien diperboleh pulang dengan edukasi untuk beristirahat yang cukup, minum air
yang banyak, makan makanan bernutrisi. Edukasi kepada keluarga mengenai program upaya
pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan pemutusan rantai penularan DBD
berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopicus. Langkah-
langkah yang dilakukan antara lain melakukan pemantauan jentik nyamuk dan PSN 3M Plus
Vaksin dengue yang telah di registrasi dan beredar si Indonesia serta beberapa negara yaitu
live, tetravalent, chimeric yellow fever tetravalent dengue vaccine (CYD-TDV) dengan nama
dagang Dengvaxia. Vaksin tetravalent ini mengandung empat serotipe virus dengue yang
negara endemis dengue. Imunisasi diberikan pada umur ≥9 tahun di populasi dengan
seroprevalensi dengue ≥ 70%. Vaksin dengue mempunyai efikasi yang baik pada umur ≥9
tahun dengan jadwal 0-6-12 bulan. Telah terbukti mengurangi dengue simtomatik, dengue
berat, dan perawatan di rumah sakit. Disuntikkan dengan dosis 0,5 mL secara subkutan, tiga
Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat
serotipe virus dengue, yaitu DENV-1, 2, 3 dan 4 yang merupakan virus RNA dari famili
flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus dengue termasuk arthropod–borne virus yang
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes (Stegomiya) aegypti atau albopictus.
sebagian besar tidak memperlihatkan gejala (asimtomatik), gejala klinis ringan (flu-like
syndrome) atau demam dengue, dan pada infeksi berat disertai gangguan koagulasi,
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:
transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2) pejamu: terdapatnya penderita di
lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; 3)
Penatalaksaan yang dilakukan pada infeksi dengue adalah simtomatis dan suportif.
1. IDAI. Infeksi & Penyakit Tropis. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu Kesehatan
Anak Esensial Edisi Update Keenam : Dengue. Edited: IDAI. 2018; h 400-6
3. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI (2014). Pedoman Diagnosis Infeksi Virus
4. Gupta BK, Nehara HR, Parmar S, et al. Acute abdomen presentation in dengue fever