Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

DEMAM DENGUE

Disusun Oleh:

Daisy Liadiniar Tri Wigati

1765050127

Pembimbing:

dr. Albert Daniel Solang, Sp.A

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 25 FEBRUARI – 4 MEI 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat

serotipe virus dengue, yaitu DEN V-1, 2, 3 dan 4 yang merupakan virus RNA dari famili

flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus dengue termasuk arthropod–borne virus yang

ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes (Stegomiya) aegypti atau albopictus.

Masa inkubasi virus dengue dalam darah nyamuk 8-12 hari sebelum menularkan kepada

individu yang rentan. Transmisi dapat juga terjadi secara vertikal dari ibu hamil ke janin yang

dikandungnya atau saat melahirkan.1 Manifestasi klinis infeksi dengue memperlihatkan

spektrum yang sangat luas, sebagian besar tidak memperlihatkan gejala (asimtomatik), gejala

klinis ringan (flu-like syndrome) atau demam dengue, dan pada infeksi berat disertai

gangguan koagulasi, peningkatan fragilitas vaskular, dan peningkatan permeabilitas kapiler,

selanjutnya akan diikuti dengan syok hipovolemik.2

Pedoman diagnosis infeksi dengue yang dipakai di Indonesia adalah klasifikasi WHO

1997. Saat ini terdapat dua klasifikasi diagnosis baru yaitu WHO-TDR 2009 dan WHO-

SEARO 2011. Klasifikasi WHO-TDR 2009 membagi dengue with and without warning signs

dan severe dengue. Sedangkan pembagian secara klinis WHO-SEARO 2011 yaitu demam

dengue, demam berdarah dengue (DBD), baik tanpa syok maupun dengan syok, dan

expanded dengue syndrome(EDS).2

Infeksi virus dengue, merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga dekade

terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tersebut di berbagai negara yang dapat

menimbulkan kematian sekitar kurang dari 1%. World Health Organization (WHO) 2017

memperkirakan setiap tahunnya sekitar 50 juta manusia terinfeksi virus dengue dengan

500.000 di antaranya memerlukan rawat inap. Dan hampir 90% dari pasien rawat inap adalah
anak-anak. Infeksi dengue merupakan merupakan penyebab perawatan dan kematian pada

anak dan dewasa muda. Indonesia merupakan negara yang paling tinggi melaporkan kasus

infeksi dengue setiap tahun.2

Keterangan 2013 2014 2015 2016


Jumlah Kasus 112.511 100.347 129.650 202.314

Incidence rate 45.85 39.83 50.75 78.13


Jumlah kematian 871 907 1.071 1.593
Case fatality rate 0,77 0,9 0,83 0,79
Provinsi terkena 33 34 34 34

Kabupaten/kota terkena 412 431 436 463

Sumber : Subdit Arbovirus, Ditjen P2M, Kemenkes RI (2017)1


BAB II

KASUS

2.1 Identitas Pasien

• No. MR : 00.09.92.56

• Nama : An. AH

• Umur : 13 tahun 7 bulan

• Tanggal Lahir : 22 Juli 2005

• Jenis kelamin : Laki-laki

• Agama : Islam

• Alamat : Jl. Dewi Sartika RT/RW 09/010 Cawang, Kramat Jati

2.2 Identitas Orang Tua

Ayah Ibu

Nama Tn. ND Ny. N

Umur 37 thn 36 thn

Pekerjaan Karyawan Swasta Karyawan Swasta

Agama Islam Islam

Perkawinan 1 1

Pendidikan Terakhir SLTA SLTA

Hubungan dengan orang tua : anak kandung


2.3 Riwayat Perawatan di IGD

2.3.1 Anamnesis:

Keluhan Utama:

Demam

Keluhan tambahan:

Mual muntah, nyeri perut atas, sakit kepala dan lemas.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke IGD RSU UKI pada tanggal 5 Maret 2019 dengan keluhan

demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam timbul secara mendadak

dirasakan terus –menerus sepanjang hari, namun ibu pasien tidak sempat mengukur

suhu pasien saat di rumah, demam tidak disertai dengan kejang (-). Keluhan pasien

juga disertai dengan mual (+), muntah (+) kurang lebih 2 kali selama sehari, berisi

makanan, sakit kepala (-), dan nyeri perut(+). Pasien mengaku sebelum demam,

pasien menggigil, dan merasa pusing. Pasien sudah ke klinik dan sempat diberi obat

paracetamol, domperidone, dan vitamin tetapi keluhan tidak berkurang. Selama

demam nafsu makan pasien berkurang, dan pasien masih mau minum air meskipun

hanya sedikit. Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada buang air kecil dan buang

air besar. Pasien mengaku tidak ada batuk, tidak ada sesak, tidak ada mimisan, tidak

ada gusi berdarah, tidak ada riwayat bepergian ke luar kota, tidak ada riwayat

terjadinya banjir didekat rumah, tidak ada riwayat kulit menguning dan tidak ada

pembengkakan pada tungkai. Di lingkungan pasien, pasien mengaku teman

sekolahnya ada yang memiliki keluhan serupa seperti pasien.


Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien juga belum

pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga satu rumah pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.

2.3.2. Pemeriksaan Fisik

Tanggal : 5 Maret 2019

Pukul : 17:00 WIB

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang

(compos mentis, lemas +, demam +)

 Kesadaran : compos mentis

 Tekanan darah : 120/80 mmHg

 Frekuensi Nadi : 98 kali/menit (regular, kuat angkat, isi cukup)

 Frekuensi Pernafasan : 24 kali/menit

 Suhu tubuh : 38,6 °C axilla

 Data Antropometri

Berat Badan : 56 kg

Tinggi Badan : 161 cm

Status gizi : Obesitas

 Pemeriksaan Sistem

 Kepala : Normocephali (Lingkar kepala = 54 cm)

 Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

 Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sclera

ikterik (-/-).
 Telinga : Normotia, liang telinga lapang/lapang.

 Hidung : Cavum nasi lapang, sekret -/-, pernafasan cuping

hidung (-).

 Tonsil : T1-T1, tidak hiperemis

 Bibir : Mukosa bibir kering, warna merah muda.

 Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar

 Toraks

 Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris,

retraksi (-)

 Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan simetris

 Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor

 Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler, ronki (-/-),

wheezing (-/-), Bunyi Jantung I dan II normal, murmur

(-), gallop (-)

 Abdomen

 Inspeksi : Perut tampak datar

 Auskultasi : Bising usus terdengar 4 kali per menit

 Palpasi : Supel, nyeri tekan(+), (epigastrium, hypocondrica

sinistra et dextra) undulasi(-), Hepar dan limpa tidak

teraba membesar

 Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)

 Kulit : Petekie spontan (-), Rumple leed (+)

 Ekstremitas : Akral dingin, sianosis tidak ada,

capillary refill time <2 detik, edema -/-/-/-


2.3.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium 5 Maret 2019 di RSU UKI


Darah Perifer Lengkap Hasil Nilai Normal

Laju Endap Darah 41 mm/jam <20 mm jam

Hemoglobin 15.9 g/dl 10.5 – 18 g/dl

Leukosit 3300/uL 4.5 – 13.5 x 103/ul

Eritrosit 5.4 juta/ml 4 – 6 juta/ml

Hematokrit 46.8% 32 – 52 %

Trombosit 64.000/ul 150.000 – 400.000/ul

Hitung Jenis

Basofil 0% 0–1%

Eosinofil 0% 1–3%

Neutrofil batang 3% 3–5%

Neutrofil segmen 34% 54 – 62%

Limfosit 47% 25 – 30 %

Monosit 16% 3–7%

MCV 86.2 fl 80 – 100 fl

MCH 29.3 pg/cell 26 – 34 pg/cell

MCHC 34.0 g/dL 32 – 36 g/dL

2.3.4 Diagnosis Kerja

Demam dengue

Diagnosis Banding

Malaria
Chikungunya

2.3.5 Penatalaksanaan di IGD

Instruksi dokter penanggung jawab pasien:

 Rawat inap

 Diet: Lunak

 IVFD: RL 25 tpm (makro)

 Medikamentosa :

- Ranitidine 2 x 50 mg (IV)

- Paracetamol 3x 500 mg (PO)

2.4 Riwayat Perawatan selama di Rumah Sakit

Pada tanggal 6 Maret 2019, pukul: 06:00 WIB. Pasien masih merasa demam naik

turun, masih ada mual tetapi tidak ada muntah, nafsu makan mulai meningkat. Namun pasien

masih mengeluhkan rasa nyeri pada bagian perut atas terutama saat ditekan. Buang air kecil

sudah satu kali sejak masuk ke bangsal. BAK berwarna kuning. Buang air besar (+)

berampas, lunak, dan berwarna coklat. Pasien juga mengaku badan masih terasa lemas.

Berdasarkan pemeriksaan fisik keadaan umum pasien masih tampak sakit sedang, kompos

mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi denyut nadi 100x/menit reguler, isi cukup

dan kuat angkat, frekuensi pernapasan 23x/menit, suhu tubuh 38°C. Bibir pasien tampak

kering, mukosa bibir berwarna merah muda. Pemeriksaan paru dan jantung dalam batas

normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan bising usus pasien 4x/menit, perut supel,

terdapat nyeri tekan dan nyeri ketok pada hipokondrika sinistra, epigastrium dan

hipokondrika dextra. Hepar dan limpa tidak teraba membesar, akral hangat, tidak ada edema

pada ekstremitas atas dan bawah, CRT< 2 detik, turgor kulit kembali segera, serta pada kulit

tampak petekie disekitar lengan atas tangan. Pasien di diagnosis dengan dengue. Pada terapi
pasien mendapatkan intruksi untuk terapi dilanjutkan dan akan dilakukan pemeriksaan ulang

darah rutin setiap hari. Untuk terapinya diberikan diet dalam bentuk lunak, cairan sebanyak

25 tpm (makro), Obat injeksinya Ranitidin 2 x 50 ml (IV). Pasien direncanakan untuk

dilakukan pemeriksaan H2TL serial per 24 jam. Hasil pemeriksaan darah rutin (6/03/2019):

Hemoglobin 15,6 gr/dL, Hematokrit 45,3%, Leukosit 5500/uL, Trombosit 87.000/uL.

Pada tanggal 7 Maret 2019, pukul: 06:00 WIB. Pasien merasa keluhan membaik

dibandingkan hari kemarin. Sudah tidak ada demam, masih terasa mual namun tidak ada

muntah, nafsu makan meningkat. Keluhan nyeri pada perut atas sudah tidak ada. Buang air

kecil sudah 3 kali sejak jam 09:00 kemarin BAK berwarna jernih kekuningan. Buang air

besar terakhir pagi ini, berampas, lunak, dan berwarna coklat. Pasien mengatakan mulai

merasa segar. Berdasarkan pemeriksaan fisik keadaan umum pasien masih tampak sakit

sedang, kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi denyut nadi 80x/menit

reguler, isi cukup dan kuat angkat, frekuensi pernapasan 22x/menit, suhu tubuh 36,6°C. Bibir

tampak lembab, dan mukosa bibir berwarna merah muda. Pemeriksaan paru dan jantung

dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan bising usus pasien 4x/menit,

perut supel, tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri ketok pada abdomen. Hepar dan limpa tidak

teraba membesar, akral hangat, tidak ada edema pada ekstremitas atas dan bawah, CRT< 2

detik, turgor kulit kembali segera, serta pada kulit tampak petekie disekitar lengan atas

tangan. Pasien di diagnosis dengan demam dengue dalam perbaikan. Pada terapi pasien

mendapatkan intruksi untuk melanjutkan terapi saja. Hasil pemeriksaan darah rutin

(7/03/2019): Hemoglobin 15,5 gr/dL, Hematokrit 46,4%, Leukosit 5400/uL, Trombosit

106.000/uL.

Pada tanggal 8 Maret 2019, pukul: 06:00 WIB. Pasien sudah merasa membaik. Sudah

tidak ada demam, tidak ada mual muntah, nafsu makan meningkat. Keluhan nyeri pada perut

atas tidak ada. Buang air kecil sudah 3 kali sejak jam 19:00 kemarin. BAK berwarna jernih
kekuningan. Buang air besar pagi ini sudah 1 kali, berampas, lunak, dan berwarna coklat.

Berdasarkan pemeriksaan fisik keadaan umum pasien masih tampak sakit sedang, kompos

mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi denyut nadi 70x/menit reguler, isi cukup dan

kuat angkat, frekuensi pernapasan 26x/menit, suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kepala dan

wajah dalam batas normal. Pemeriksaan paru dan jantung dalam batas normal. Pada

pemeriksaan abdomen ditemukan bising usus pasien 4x/menit, perut supel, tidak terdapat

nyeri tekan pada epigastrium. Hepar dan limpa tidak teraba membesar, akral hangat, tidak

ada edema pada ekstremitas atas dan bawah, CRT< 2 detik, turgor kulit kembali segera.

Pasien di diagnosis dengan Demam dengue dalam perbaikan. Pada terapi pasien

mendapatkan intruksi untuk melanjutkan terapi dan rencana pulang hari ini jika trombosit

sudah meningkat dan pasien bebas demam. Hasil pemeriksaan darah rutin: Hemoglobin

15,6gr/dL, Hematokrit 47%, Leukosit 6000/uL, Trombosit 128.000/uL.


BAB III

ANALISIS KASUS

Berdasarkan identitas dan anamnesis diketahui, An. AH, laki-laki, usia 13 tahun

mengalami demam 5 hari, timbul mendadak dan terus-menerus, mual muntah, nyeri perut

regio epigastrium, dan nafsu makan menurun.

Gejala ini sesuai dengan Buku Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus

Dengue pada Anak yang menyebutkan manifestasi klinis DD timbul mendadak tinggi, terus

– menerus, berlangsung antara 2-7 hari. Gejala lain disertai dengan mual, muntah, nyeri di

daerah subkostal kanan atau nyeri abdomen difus. Pada Buku Nelson Ilmu Kesehatan Anak

Esensial menyebutkan perdarahan ringan juga dapat dijumpai seperti petekie, mimisan atau

perdarahan gusi. Atau uji torniquet positif.1

Berdasarkan riwayat penyakit orang disekitar pasien, terdapat teman pasien yang

memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Hal ini sesuai dengan faktor- faktor yang

berhubungan dengan terjadinya DD menurut Buku Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana

Infeksi Virus Dengue pada Anak yang menyebutkan, transmisi virus dengue tergantung dari

faktor biotik dan abiotik. Termasuk dalam faktor biotik adalah faktor virus, vektor nyamuk,

dan pejamu manusia. Sedangkan faktor abiotik adalah suhu lingkungan, kelembapan dan

curah hujan. Untuk faktor pejamu dijelaskan bahwa saat nyamuk menghisap darah manusia

yang sedang mengalami viremia, virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk, yaitu 2 hari

sebelum timbul demam sampai 5-7 hari fase demam. Nyamuk kemudian menularkan virus ke

manusia lain. Kerentanan untuk timbulnya penyakit pada individu antara lain ditentukan oleh

status imun dan faktor genetik pejamu.3

Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,

tampak lemas, serta nafsu makan menurun tetapi pasien masih dalam keadaan compos mentis

dan pemeriksaan tanda vital masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen
ditemukan nyeri tekan pada regio epigastrium, hipokondrika sinitra et dextra. Hal ini sesuai

dengan manifestasi DD berdasarkan Buku Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus

Dengue pada Anak yang telah dijelaskan sebelumnya.

Pada pemeriksaan kulit tidak ditemukan petekie spontan tetapi setelah di provokasi uji

tourniquet ditemukan hasil positif hal ini menunjukkan adanya perdarahan yang menurut

Buku Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial, manifestasi perdarahan dapat berupa uji

tourniquet +, petekie spontan di daerah ekstremitas, muka dan palatum mole. Epistaksis dan

perdarahan gusi dapat ditemukan kadang disertai dengan dengan perdarahan ringan saluran

cerna, sedangkan hematuria lebih jarang ditemukan.2

Pada hasil laboratorium terdapat penurunan pada hemoglobin, dan trombosit namun

pada hematokrit belum terjadi penurunan. Sesuai dengan yang dikatakan pada buku Pedoman

Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada Anak bahwa pada hasil pemeriksaan

laboratorium : trombosit dapat normal atau menurun <50 ribu/ul.

Pada tatalaksana pasien diberikan ranitidine dan parasetamol dikarenakan sesuai pada

buku Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada Anak yang

mengatakan bahwa pengobatan pada demam dengue adalah simtomatik. Ranitidine diberikan

dengan indikasi mual muntah serta adanya nyeri perut. Paracetamol diberikan sebagai

antipiretik karena pada pasien suhu mencapai 38 C axilla.

Pada pasien ditegakkan diagnosis demam dengue. Pada diagnosis ini digunakan

klasifikasi berdasarkan WHO-SEARO 2011 yaitu; demam dengue, demam berdarah dengue

(DBD), baik tanpa syok maupun dengan syok, dan expanded dengue syndrome(EDS).2
Gambar 1. Klasifikasi Infeksi Virus Dengue menurut WHO- SEARO 2011

Selain berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium,

dapat juga dilakukan pemeriksaan isolasi virus, deteksi asam nukleat virus, deteksi antigen

virus, deteksi serum respon/ uji serologis serum imun dan analisis parameter hematologi

berulang. Pemeriksaan isolasi virus dapat dilakukan dengan metode inokulasi pada nyamuk,

kultur sel nyamuk atau pada sel mamalia. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang

rumit dan hanya tersedia di beberapa laboratorium besar yang terutam dilakukan untuk tujuan

penelitian sehingga tidak tersedia di laboratorium komersial. Isolasi virus hanya dapat

dilakukan pada enam hari pertama demam.3

Saat ini uji serologi Dengue IgM dan IgG seringkali dilakukan. Pada infeksi primer,

IgM akan muncul dalam darah pada hari ke-3, mencapai puncaknya pada hari ke-5 dan

kemudian menurun serta menghilang setelah 60-90 hari. IgG baru muncul kemudian dan

terus ada di dalam darah. Pada infeksi sekunder, IgM pada masa akut terdeteksi pada 70%

kasus, sedangkan IgG dapat terdeteksi lebih dini pada sebagian besar (90%) pasien, yaitu

pada hari ke-2. Apabila ditemukan hasil IgM dan IgG negatif tetapi gejala tetap menunjukkan

kecurigaan DBD, dianjurkan untuk mengambil sampel kedua dengan jarak 3-5 hari bagi

infeksi primer dan 2-3 hari bagi infeksi sekunder. IgM pada sesorang yang terkena infeksi
primer akan bertahan dalam darah beberapa bulan dan menghilang setelah 3 bulan. Dengan

demikian, setelah fase penyembuhan, baik IgM maupun IgG dengue akan tetap terdeteksi

meskipun anak tidak menderita infeksi dengue. Setelah 3 bulan, hanya IgG yang bertahan di

dalam darah. Imunoglobulin G dapat terdeteksi pada pemeriksaan darah seseorang yang telah

terinfeksi oleh salah satu serotipe virus dengue,. Hal itu disebabkan oleh IgG dalam darah

bertahan dalam jangka waktu yang lama bahkan dapat seumur hidup. Untuk itu, interpretasi

serologi tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus dilengkapi dengan anmanesis, pemeriksaan

fisis, serta pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosis dengue. Pemeriksaan

serologis terutama berguna untuk membedakan antara infeksi primer dan sekunder.5

Pasien dirawat selama 3 hari dimana pasien telah mengalami perbaikan, hal ini sesuai

dengan tanda-tanda perbaikan pada infeksi virus dengue yaitu; frekuensi nadi, tekanan darah

dan frekuensi napas stabil, suhu tubuh normal, tidak dijumpai perdarahan baik eksternal

maupun internal, nafsu makan membaik, tidak dijumpai muntah maupun nyeri perut, volume

urin cukup, kadar hematokrit stabil pada kadar basal dan ruam konvalesens, ditemukan pada

20-30% kasus.3 Pasien lalu dipulangkan karena telah memenuhi kriteria untuk pemulangan

pasien yaitu; tidak demam minimal 24 jam tanpa pemberian antipiretik, nafsu makan

membaik, perbaikan klinis yang jelas, jumlah urin cukup, tidak tampak distress pernapasan

yang disebabkan asites atau efusi pleura dan jumlah trombosit > 50.000/uL.3

Pasien diperboleh pulang dengan edukasi untuk beristirahat yang cukup, minum air

yang banyak, makan makanan bernutrisi. Edukasi kepada keluarga mengenai program upaya

pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan pemutusan rantai penularan DBD

berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopicus. Langkah-

langkah yang dilakukan antara lain melakukan pemantauan jentik nyamuk dan PSN 3M Plus

disetiap rumah secara rutin untuk memberantas sarang nyamuk.3


Salah satu pencegahan terbaru untuk infeksi dengue adalah pemberian vaksin dengue.

Vaksin dengue yang telah di registrasi dan beredar si Indonesia serta beberapa negara yaitu

live, tetravalent, chimeric yellow fever tetravalent dengue vaccine (CYD-TDV) dengan nama

dagang Dengvaxia. Vaksin tetravalent ini mengandung empat serotipe virus dengue yang

dilemahkan. WHO merekomendasikan pemberian vaksin dengue CYD-TDV di negara-

negara endemis dengue. Imunisasi diberikan pada umur ≥9 tahun di populasi dengan

seroprevalensi dengue ≥ 70%. Vaksin dengue mempunyai efikasi yang baik pada umur ≥9

tahun dengan jadwal 0-6-12 bulan. Telah terbukti mengurangi dengue simtomatik, dengue

berat, dan perawatan di rumah sakit. Disuntikkan dengan dosis 0,5 mL secara subkutan, tiga

kali dengan interval 6 bulan.5


KESIMPULAN

Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat

serotipe virus dengue, yaitu DENV-1, 2, 3 dan 4 yang merupakan virus RNA dari famili

flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus dengue termasuk arthropod–borne virus yang

ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes (Stegomiya) aegypti atau albopictus.

Manifestasi klinis infeksi dengue memperlihatkan spektrum yang sangat luas,

sebagian besar tidak memperlihatkan gejala (asimtomatik), gejala klinis ringan (flu-like

syndrome) atau demam dengue, dan pada infeksi berat disertai gangguan koagulasi,

peningkatan fragilitas vaskular, dan peningkatan permeabilitas kapiler, selanjutnya akan

diikuti dengan syok hipovolemik.2

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:

1) vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan mengigit, kepadatan vektor di lingkungan,

transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2) pejamu: terdapatnya penderita di

lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; 3)

lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

Penatalaksaan yang dilakukan pada infeksi dengue adalah simtomatis dan suportif.

Terapi suportif berupa penggantian cairan.1


DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI. Infeksi & Penyakit Tropis. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Jakarta; 2018; h 16-7

2. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu Kesehatan

Anak Esensial Edisi Update Keenam : Dengue. Edited: IDAI. 2018; h 400-6

3. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI (2014). Pedoman Diagnosis Infeksi Virus

Dengue pada Anak.
 Badan Penerbit IDAI. Jakarta. 2014: h 1-76

4. Gupta BK, Nehara HR, Parmar S, et al. Acute abdomen presentation in dengue fever

during recent outbreak. Journal of Acute Disease. 2017;6(5): p 198-204

5. Satgas Imunisasi IDAI. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi keenam. Badan

penerbit IDAI. Jakarta. 2017; h404-9

Anda mungkin juga menyukai