Anda di halaman 1dari 28

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa yang penting karena masa ini adalah masa

peralihan ke masa dewasa. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan

yang dinamis dalam kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini,

terjadi proses transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan

percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial serta berlangsung

pada dekade kedua masa kehidupan. Pada masa remaja, seorang anak perempuan

akan mengalami pubertas yang ditandai dengan konsepsi yaitu menarche. Setiap

bulannya, wanita usia subur akan mengalami menstruasi. Sebelum terjadinya

menstruasi, selama 7- 10 hari seorang wanita akan mengalami gejala-gejala

perubahan emosional maupun fisik atau yang sering disebut sindrom

pramenstruasi dan akan mereda ketika menstruasi dimulai1.

Sindrom pramenstruasi yang dalam bahasa inggris disebut Premenstrual

Syndrome (PMS) pertama kali dijelaskan pada 1931 oleh Frank dan Horne2.

Premenstrual syndrome merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada

wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang

konsisten, terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi(Saryono, 2009)3.

Berdasarkan hasil penelitian American College of Obstetricians and

Gynecologists (ACOG) di Sri Lanak, melaporkan bahwa gejala premenstrual

syndrome dialami sekitar 65,7% remaja putri3. Studi epidemiologi tahun 2007
2

menunjukkan bahwa 5-10 % wanita kelompok usia reproduksi dari populasi yang

diteliti, mengalami gejala-gejala sementara bersifat sedang sampai berat yang

berkaitan dengan siklus menstruasi (Freeman, 2007). Prevalensi sindrom

pramenstruasi di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan hasil yang berbeda.

Penelitian yang dilakukan terhadap siswi SMK di Jakarta Selatan menunjukkan

45% siswi mengalami sindrom pramenstruasi. Penelitian yang dilakukan di Kudus

didapatkan bahwa prevalensi PMS pada mahasiswi Akademi Kebidanan sebanyak

45,8%. Penelitian yang dilakukan di Padang menunjukkan 51,8% siswi SMA

mengalami sindrom pramenstruasi, sedangkan penelitian yang dilakukan di

Purworejo pada siswi sekolah menengah atas, prevalensi sindrom pramenstruasi

sebanyak 24,6%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Semarang tahun 2003

didapatkan prevalensi kejadian sindrom pramenstruasi sebanyak 24,9%1.

Dampak PMS terhadap penurunan produktivitas kerja, sekolah dan

hubungan interpersonal penderita cukup besar. Hasil survei pada penderita PMS

oleh Robinson dan Swindle (2000) yang menganalisis persepsi subjektif penderita

tentang dampak gangguan PMS terhadap aktivitas sosial dan pekerjaan penderita

menunjukkan bahwa 46,8% subyek menilai PMS yang dideritanya memberikan

gangguan dalam derajat ringan, 36% menilai sedang, 14,2% menilai berat dan

2,9% menilai sangat berat2.

Borenstein (2004) melaporkan penurunan produktivitas 436 penderita PMS yang

sangat bermakna dibandingkan kontrol, yang dikaitkan dengan keluhan sukar

berkonsentrasi, menurunnya entusiasme, menjadi pelupa, mudah tersinggung dan

labilitas emosi, serta menurunnya kemampuan koordinasi. Data yang diperoleh


3

menunjukkan lebih tingginya angka tidak masuk kerja selama lebih dari 5 hari

kerja per bulan, berkurangnya produktivitas kerja sebesar 50%, serta lebih

tingginya kejadian terganggunya hubungan interpersonal dan aktivitas sosial,

pekerjaan atau sekolah pada kelompok penderita PMS yang diteliti2.

Berdasarkan etiologi, faktor pemicu terjadinya sindrom pramenstruasi

belum dapat disimpulkan dengan pasti, diduga bahwa PMS terjadi secara

multifaktoral yang saling berinteraksi2. Salah satu faktor risiko sindroma

premenstruasi adalah indeks massa tubuh (IMT). Perempuan yang memiliki skor

indeks massa tubuh >30, memiliki risiko tiga kali lipat mengalami sindroma

premenstruasi dibandingkan perempuan dengan indeks massa tubuh < 30. Indeks

massa tubuh merupakan salah satu ukuran untuk memprediksi presentase lemak di

dalam tubuh manusia. Lemak merupakan salah satu senyawa di dalam tubuh yang

mempengaruhi proses pembentukan hormon estrogen, dan faktor dominan

penyebab sindroma premenstruasi adalah ketidakseimbangan hormon estrogen4.

Cross et al.,6 telah menjelaskan mengenai faktor yang berhubungan dengan

sindroma premenstruasi, namun masih sedikit data yang ada mengenai hubungan

indeks massa tubuh dengan sindroma premenstruasi4. Berdasarkan permasalahan

tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengena hubungan IMT dengan

Premenstrual Syndrome.
4

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan

sebagai berikut: “Adakah hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan

Premenstrual Syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2012 dan

2013?”

1.3 Batasan Masalah

Ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti yaitu hubungan antara IMT

dengan Pre Menstrual Syndrome. Penelitian ini akan dilakukan pada minggu

pertama bulan juni 2014, pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Nusa Cendana

angkatan 2012 dan 2013.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Hipotesis yang tidak diharapkan

Tidak ada hubungan antara IMT dengan Premensturual Syndrome.

H1: Hipotesis yang diharapkan

Ada hubungan antara IMT dengan Premenstrual syndrome.

1.5 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara indeks masa tubuh (IMT) dengan

Premenstrual Syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2012 dan

2013.
5

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti

a. Peneliti sekarang

Untuk meningkatan pengetahuan mengenai hubungan IMT dengan

Premenstrual syndrome.

b. Peneliti selanjutnya

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk

penelitian selanjutnya.

2. Bagi Subjek Penelitian

Menambah wawasan mengenai hubungan IMT dengan Premenstrual

Syndrome.

3. Bagi Institusi Penelitian

a. Sebagai bahan masukan untuk mengetahui hubungan antara IMT

dengan Premenstrual Syndrome.

b. Menjadi bahan untuk program Edukasi.

4. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai wacana

dalam memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi wanita terutama

remaja.
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO

tahun 1985 bahwa batasan orang normal ditentukan berdasarkan indeks massa

tubuh. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa (usia 18 tahun keatas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan. IMT tidak dapat ditetapkan pada bayi, anak, ibu hamil,

remaja, dan olahragawan. Juga tidak dapat ditetapkan pada keadaan khusus

(penyakit) seperti edema, asites dan hepatomegali5.

Perhitungan IMT dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

BB (Kg)
IMT =
TB2 (m)

Interpretasi IMT berdasarkan perhitungan diatas ialah :

Tabel 2.1 Interpretasi Perhitungan IMT

IMT Status Gizi Resiko Komorbiditas


< 16,0 Malnutrisi berat Berat
16,0 – 16,9 Malnutrisi Sedang Sedang
17,0 – 18,4 Malnutrisi Ringan Ringan
18,5 – 22,9 Normal Normal
23,0 – 24,9 Overweight Meningkat
25,0 – 29,9 Obesitas 1 Moderat
≥ 30 Obesitas 2 Berat
7

2.2 Pre Menstrual Syndrome

Pre Menstrual Syndrome adalah gejala fisik , psikologis dan perilaku yang

menyusahkan yang tidak disebabkan oleh penyakit organik yang terjadi secara

teratur dan berulang selama fase siklus menstruasi yang sama dan banyak

mengalami regresi atau menghilang selama waktu haid yang tersisa. (Hacker,

Moore, 1992)6.

Pre Menstrual Syndrome adalah gangguan yang dipicu oleh perubahan

hormonal satu sampai dua minggu sebelum menstruasi. Diperkirakan 40 juta

wanita mengalaminya dan lebih dari 5 juta wanita memerlukan perawatan medis.

Gejala ini akan berkurang dan menghilang sampai terjadinya haid. (Edward,

2006)6.

Menurut dr. Sheila Agustina (2007) Pre Menstrual Syndrome adalah

sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental, dialami 7-10 hari

menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi.

Keluhan yang dialami bisa bervariasi dari bulan ke bulan, bisa lebih ringan

ataupun lebih berat dan berupa gangguan mental (mudah tersinggung, sensitif)

maupun gangguan fisik6.

Gejala Premenstrual Syndrome sangat beragam, namun yang pasti

semuanya itu berhubungan dengan perubahan hormon yang memicu terjadinya

ketidakstabilan emosi dalam diri masing- masing wanita. Gejala ini bersifat

temporer yang akan berkurang dan menghilang dengan sendirinya jika sang

wanita telah mendapatkan haid. Meskipun hanya bersifat temporer, gejala ini
8

tetap memerlukan perhatian khusus, karena dapat mempengaruhi kehidupan

wanita yang mengalaminya baik dari segi produktifitas dan hubungan sosial.

Karena sifatnya yang hormonal dan temporer maka gejala yang ditumbulkannya

pun sangat beragam. Tidak setiap bulan sang wanita mengalami gejala Pre

Menstrual Syndrome ini. Adakalanya sang wanita tidak mengalaminya sama

sekali6.

Gejala yang sering ditimbulkan dari Pre Menstrual Syndrome bisa berupa

gejala emosional dan gejala fisik. Gejala emosional yang biasanya terjadi adalah

emosi yang seperti tidak terkontrol, perasaan cemas, selalu terlihat murung,

mudah marah, mudah tersinggung, mudah panik, libido yang tinggi hingga

keadaan sedih yang tak terbendung dan pada akhirnya menangis. Selain gejala

emosional terdapat juga gejala fisik yang kerap mendatangi wanita saat

mengalami Pre Menstrual Syndrome. Umumnya gejala fisik ini berhubungan

dengan kondisi kesehatan seperti sakit kepala, migren, penat yang biasanya

memunculkan sikap malas dalam bekerja atau untuk melakukan rutinitas

keseharianya6.

Banyak ahli medis berusaha untuk menemukan teori yang sekiranya dapat

menjelaskan perubahan emosi serta perilaku wanita yang mengalami Pre

Menstrual Syndrome. Akan tetapi tidak satupun teori secara universal yang benar-

benar dapat menjelaskannya secara terperinci.

Teori – teori yang ada saat ini ialah ketidakseimbangan hormon estrogen

dan progesteron. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa defisiensi endorfin

dalam tubuh dapat mengakibatkan Pre Menstrual Syndrome1. Selain itu juga
9

terdapat teori yang membahas mengenai faktor biokimia, kekurangan vitamin dan

mineral, rendahnya jumlah prolaktin, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan

stres, nutrisi dan gaya hidup6.

2.2.1 Etiopatogenesis Pre Menstrual Syndrome

Hal yang menyebabkan seorang wanita mengalami Pre Menstrual

Syndrome belum dapat diketahui secara pasti. Banyak dugaan bahwa Pre

Menstrual Syndrome terjadi akibat kombinasi berbagai faktor yang kompleks

dimana salah satunya adalah akibat perubahan hormonal yang terjadi sebelum

menstruasi6.

Sejalan dengan penelitian Thys Jacob, dkk (2008), estrogen berperan

penting terhadap munculnya Pre Menstrual Syndrome, dalam hal ini estrogen

mempengaruhi regulasi secara luas di daerah otak dengan memodulasi

metabolisme monoamin dan jalur neuropeptida sehingga mempengaruhi

mekanisme yang terlibat dalam gangguan mood dan afektif yang kebanyakan

muncul pada wanita yang mengalami Pre Menstrual Syndrome. Meskipun

demikian pengaruh estrogen terhadap monoamin dan neuropeptida belum dapat

dijelaskan secara pasti2.

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa defisiensi endorfin dalam tubuh

dapat mengakibatkan Pre Menstrual Syndrome, namun dengan berupa olahraga

dapat merangsang hormon endorfin keluar dan menimbulkan perasaan tenang saat

Pre Menstrual Syndrome terjadi1.


10

Gangguan metabolisme dan pola hidup yang tidak sehat juga juga

memungkinkan turut berperan dalam Pre Menstrual Syndrome. Diduga terjadi

gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya Gamma Linolenic Acid

(GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur

efek hormon estrogen, progesteron), sistem saraf (mengatur kerja

neurotransmitter) dan sebagai sebagai anti perdangan. Selain gangguan

metabolisme pola nutrisi yang tidak seimbang berupa diet tinggi lemak, tinggi

garam dan gula, rendah vitamin dan mineral. Mengonsumsi sedikit serat juga

dapat menimbulkan Pre Menstrual Syndrome6.

Banyak faktor yang diduga mempengaruhi Pre Menstrual Syndrome,

menurut Dharmady Agus (2006) diantaranya adalah :

a. Psikososial

Menurut teori psikososial gejala-gejala Pre Menstrual Syndrome merupakan

manifestasi dari konflik peran sebagai wanita. Menstruasi diartikan sebagai

sebagai suatu stimulus yang mengancam konflik yang telah diresepsi. Secara tidak

sadar, penderita Pre Menstrual Syndrome menggunakan fungsi menstruasinya

untuk menyatakan ketegangan sebagai akibat situasi lingkungan yang menekan,

kesukaran dalam hubungan antar pribadi, atau oleh sikapnya sendri terhadap

kewanitaannya. Hasil penelitian di Malang menunjukan penderita Pre Menstrual

syndrome orang yang suka merengek, suka mengeluh, mudah marah, feminim,

pasif, keterpaksaan untuk menerima tugas-tugas yang berat karena tak kuasa atau

berani menolak.
11

b. Genetik

Sekitar 70% anak wanita dengan ibu Pre Menstrual Syndrome juga menderita

Pre Menstrual Syndrome.

c. Biologik

Berbagai teori neuroendokrin, biokimia dan asupan gizi telah dilaporkan

sebagai Pre Menstrual Syndrome. Itu berarti, antara lain keseimbangan hormon

estrogen dan progesteron berperan besar6.

2.2.2 Gejala klinis

Terdapat kurang lebih 200 gejala yang dihubungkan dengan Pre Menstrual

Syndrome namun gejala yang paling sering ditemukan adalah iritabilitas (mudah

tersinggung) dan disforia (perasaan sedih). Gejala mulai dirasakan 7-10 hari

menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang mengganggu

aktifitas sehari-hari dan menghilang setelah menstruasi.

Menurut American Standart Association-DSM IV menyebutkan bahwa gejala-

gejala Pre Menstrual Syndrome dapat meliputi gejala fisik dan psikis diantaranya:

a. Suasana hati yang tidak menentu, putus asa, pikiran yang tertekan.

b. Perasaan cemas, tertekan, gelisah, gembira.

c. Perasaan yang labil yang ditandai dengan dengan perasaan sedih tiba-tiba,

lebih sensitif terhadap penolakan.

d. Mudah marah dan adanya gangguan interpersonal.

e. Kurang konsetrasi.

f. Mudah lelah/fatique.
12

g. Perubahan nafsu makan.

h. Insomnia/hipersomnia

i. Perasaan subyektif yang tidak terkontrol.

j. Keluhan fisik yang meliputi : payudara tegang, sakit kepala, nyeri otot,

kenaikan berat badan.

Dari gejala-gejala klinis yang dialami selama masa Pre Menstrual Syndrome

maka menurut Dr. Guy E. Abraham (1984), ahli kandungan dan kebidanan dari

Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi Pre Menstrual Syndrome menurut

gejalanya yakni tipe A,H,C dan D. Sekitar 80% gangguan Pre Menstrual

Syndrome termasuk tipe A, sedangkan tipe H sekitar 60%, pre menstrual

syndrome tipe C sebanyak 40% dan pre menstrual syndrome D sebanyak 20%.

Kadang-kadang seorang wanita bisa mengalami gejalaa gabungan misalnya tipe A

dan C secara bersamaan.

Setiap tipe pre menstrual syndrome memiliki gejala sendiri yaitu tipe A

(anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang,

perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang

saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon

estrogen yang terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteron.

Pre Menstrual Syndrome tipe H (hyperhidration) memiliki gejala edema

(pembengkakan, perut kembung, nyeri pada buang dada, pembengkakan tangan

dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid ). Gejala ini biasanya disebakan

oleh hormon estrogen yang memiliki efek hampir sama dengan aldosteron yaitu

meningkatkan reabsorpsi NaCl pada tubulus renalis.


13

Pre menstrual syndrome tipe C (craving) ditandai dengan lapar ingin

mengonsumsi makanan yang manis- manis (biasanya cokelat) dan karbohiddrat

sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap

gula dalam jumlah banyak timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung

berdebar, kepala pusing yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul

karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin makan

yang manis-manis dapat dissebaabkan oleh stres.

Pre menstrual syndrome tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa

depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam

mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin

bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya pre menstrual syndrome tipe D

berlangsung bersamaan dengan pre menstrual syndrome tipe A, hanya sekitar 3%

kasus yang benar-benar murni pre menstrual syndrome tipe D6.

2.2.3 Diagnosis

Kriteria Diagnosis menurut DSM-IV-TR :

a. Pada kebanyakan siklus menstruasi selama setahun, lima atau lebih dari

gejala-gejala berikut terjadi dalam minggu terakhir dari fase luteal, dan

mulai berkurang dalam beberapa hari setelah permulaan fase folikular,

dan menghilang dalam seminggu setelah menstruasi, dan salah satu

gejalanya haruslah salah satu dari empat gejala pertama :

 suasana hati yang depresi,putus asa atau mencela diri sendiri

 ditandai kecemasan, ketegangan, perasaan gelisah


14

 suasana hati yang mudah berubah (seperti merasa sedih atau

menangis tiba-tiba atau meningkatnya sensitivitas pada penolakan).

 kemarahan atau iritabilitas yang nyata dan menetap atau

meningkat konflik antar pribadi.

 Penurunan minat pada aktivitas yang biasa (misalnya, pekerjaan,

sekolah, teman, hobi).

 Perasaan subjektif kesulitan dalam berkonsentrasi.

 kelesuan,mudah lelah,atau kurangnya energi.

 Perubahan selera makan, makan berlebihan, atau mengidam

makanan tertentu

 Hipersomnia atau insomnia

 Rasa subjektif menjadi kewalahan atau di luar kendali.

 Gejala fisiklainnya, seperti pembengkakan atau nyeripayudara atau,

sakit kepala, nyeri send iatau otot, sensasi"kembung", penambahan

berat badan

b. Gangguan ini secara nyata mempengaruhi pekerjaan, sekolah ataupun

aktivitas sosial, menurunnya produktivitas dan efisiensi ditempat kerja

atau sekolah.

c. Gangguan ini bukan sekedar eksaserbasi gejala-gejala dari gangguan

lain seperti depresif mayor, panik, gangguan distimik ataupun gangguan

personalitas, meskipun kemungkinan itu nyata pada gangguan lain7.


15

2.3 Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Pre Menstrual Syndrome

Dalam penelitian Deuster (1999), berat badan juga berpengaruh terhadap

PMS dimana wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas 27

megalami gejala PMS yang lebih berat (12%) daripada wanita yang memiliki IMT

dibawah 27 yaitu 5,9%2.

Salah satu faktor resiko pre menstrual syndrome adalah indeks massa tubuh

(IMT). Perempuan yang memiliki skor IMT > 30, memiliki resiko tiga kali lipat

dibandingkan perempuan dengan IMT <30. (Masho SW dkk, 2005). Indeks

massa tubuh merupakan salah satu ukuran untuk memprediksi persentase lemak di

dalam tubuh manusia. Lemak merupakan salah satu senyawa di dalam tubuh

yang mempengaruhi proses pembentukan hormon estrogen, dan faktor dominan

penyebab pre menstrual syndrome adalah hormon estrogen4.

Peningkatan kadar estrogen adalah berbanding lurus dengan peningkatan

persentase lemak di dalam tubuh, yang artinya semakin tinggi indeks massa

tubuh, akan semakin besar resiko seorang perempuan untuk mengalami pre

menstrual syndrome. ( Price SAP, Lorr MC, 2006)4.

Menurut Moran dan Norman (2002), hubungan antara indeks massa tubuh

dengan pre menstrual syndrome adalah melalui kerja hormon insulin. Kadar

insulin di dalam tubuh berbanding lurus dengan persentase lemak di dalam tubuh.

Peningkatan persentase lemak di dalam tubuh menimbulkan perubahan

sensitivitas dan sekresi insulin. (Speroff dkk, 2005). Hal ini disebabkan karena

jaringan adiposa (lemak) dapat menghasilkan citokine pro-inflamasi dan hormon

antagonis insulin (resistin) yang kemudian menyebabkan resistensi insulin,


16

sehingga menyebabkan insulin terus dihasilkan dan akhirnya menyebabkan

hiperinsulinemia. (Natasya, 2007) Insulin dapat berefek menurunkan Sex-

Hormon Binding Globulin (SHBG). Sex hormon Binding Globulin (SHBG)

merupakan protein yang berperan untuk mengikat estrogen sehingga menjadi

bentuk inaktif. Apabila kadar SHBG menurun maka estrogen aktif meningkat dan

akhirnya menyebabkan pre menstrual syndrome3.

2.4 Kerangka Teori

Berat Badan (BB) Tinggi Badan (TB)

Indeks Masa Tubuh (IMT)

Asupan makan

 Sensitivitas meningkat

Aktifitas fisik  Iritabilitas


Pre Menstrual
Syndrome  Emosi labil, cemas,
gelisah
Psikososial
 Konsentrasi menurun
Genetik  Sakit kepala
 Mudah lupa
 Perubahan selera
makan

Gambar 2.4 Kerangka Teori


17

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Indeks Masa Tubuh Pre menstrual


(IMT) syndrome (PMS)

- Asupan makanan
- Aktivitas fisik
- Psikososial
- Genetik

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

: yang diteliti

: yang tidak diteliti

3.2 Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yakni sebagai berikut :

1. Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi nilai variabel terikat.

Pada penelitian in variabel bebas ialah Indeks Masa Tubuh (IMT)8.


18

2. Variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya akan berubah apabila

terjadi perubahan pada variabel bebas. Pada penelitian ini variabel

terikat ialah Pre Menstrual Syndrome (PMS)8.

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.3 Definisi Operasional

Variabel
penelitianDefinisi Alat Ukur Kriteria Skala Sumber
Indeks Merupakan Antropometrik Kurang Ordinal Kriteria
Masa perhitungan BB/TB2 Normal WHO
Tubuh sederhana dalam Lebih
(IMT) menentukan
status gizi
dewasa (usia 18
tahun ke atas)
Pre Gangguan yang Kuisioner Mengalami. Nominal Jurnal tentang
Menstrual dipicu oleh Tidak Premenstrual
Syndrome perubahan mengalami. Syndrome
(PMS) hormonal 1-2 and
minggu sebelum Premenstrual
menstruasi, Dysphoric
gangguan dapat Disorder:
berupa gejala Issues of
fisik , psikologis Quality of
dan perilaku life, Stress
yang and Exercise,
menyusahkan hasil
yang tidak penelitian M.
disebabkan oleh Kathleen, B.
penyakit organik Lustyk, W.G.
dan berkurang Gerrish(2010)
atau menghilang
selama waktu
haid yang
tersisa. (Edward,
2006), (Hacker,
Moore, 1992).
19

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analitikal observasional

dengan pendekatan cross sectional, dimana dilakukan pengambilan data mengenai

indeks massa tubuh dengan menggunakan antropometri dan pengambilan data

mengenai pre menstrual syndrome menggunakan kuisioner. Alasan

menggunakan jenis ini karena peneliti ingin melihat hubungan antara indeks

massa tubuh dan pre menstrual syndrome pada saat yang sama8.

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian ini dilakukan sebagai berikut :

1. Lokasi Pelaksanaan Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas

Nusa Cendana, Jl. Adisucipto, Penfui, Kupang.

2. Waktu Pelaksanaan Penelitian : minggu pertama bulan juni 2014

3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi penelitian adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Nusa

Cendana angakatan 2012 dan 2013. Alasan peneliti mengambil populasi ini

karena menurut peneliti populasi ini sudah mengalami menarche dan populasi ini

dianggap kooperatif. Selain itu juga gejala PMS dapat mengganggu produktivitas

kerja, konsentrasi belajar dan aktifitas sosial, sehingga peneliti tertarik untuk

meneliti pada populasi ini karena aktifitas belajarnya sangat padat.


20

3.6.2 Sampel

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling yaitu total sampling

dengan cara setiap responden yang memenuhi kriteria penelitian (inklusi dan

eksklusi) dimasukan sebagai subjek penelitian8.

3.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.7.1 Kriteria Inklusi

a. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana angkatan

2012 dan 2013.

b. Bersedia menjadi subjek penelitian.

c. Sudah menarche.

d. Siklus menstruasi teratur.

e. Mahasiswi yang bersedia diukur IMT.

f. Mahasiswi yang menjawab dan mengumpulkan kuisioner dengan

lengkap

3.7.2 Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswi yang tidak bersedia menjadi responden penelitian sampai

selesai.

b. Menderita penyakit kandungan.

c. Sedang hamil.
21

3.8 Alur Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.8.1 Alur Penelitian

Rangkaian alur atau prosedur dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Pemelihan sampel

Informed Consent

Melakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh

Pengisian Kuisioner untuk gejala Pre Menstrual Syndrome

Pengolahan hasil penelitian

Laporan hasil penelitian

Gambar 3.8.1 Alur Penelitian

3.8.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data mengenai Indeks Massa Tubuh dilakukan dengan

menggunakan pengukuran antropometri TB dan BB kemudian dihitung

berdasarkan rumus yang ada dan dinterpretasikan berdasarkan standar yang ada.

Pengumpulan data untuk gejala Pre Menstrual Syndrome dapat menggunakan

kuisioner.
22

3.9 Analisis Data

3.9.1 Identifikasi Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer atau data yang

berasal langsung dari subyek penelitiannya. Data yang diteliti memiliki skala data

berupa skala ordinal pada pada variabel bebas (IMT) dan skala nominal untuk

variabel terikat ( PMS).

3.9.2 Jenis pengolahan Data

Tahap analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat

dan bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui karakteristik

responden meliputi, usia dan interpretasi IMT. Analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan 2 variabel yakni variabel bebas (IMT) dan variabel terikat

(PMS). Data yang sudah diperoleh akan diolah menggunakan program komputer

dengan uji Chi Squere untuk mengetahui hubungan 2 variabel, apabila terbukti

terdapat hubungan kemudian dilanjutkan dengan uji Koefisien Phi untuk

menentukan seberapa kuatnya hubungan tersebut8.


23

3.10 Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 3.10 Jadwal Kegiatan Penelitian

2014 2015
No. Kegiatan Bulan Bulan
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
1. Penyusunan
Proposal
2. Seminar
Proposal
3. Persiapan
Penelitian
4. Pengumpulan
Data
5. Pengelolaan
Data
6. Analisis
Data
7. Penyusunan
Laporan
8. Ujian Skripsi

3.11 Rencana Anggaran

Tabel 3.11 Rencana Anggaran

No. Uraian Volume Biaya satuan Total biaya


1. Kertas 2 Rim Rp. 40.000 Rp.80.000
2. Tinta 3 buah Rp.35.000 Rp.105.000
3. Foto kopi kuisioner 200 lembar Rp. 150 Rp.30.000
4. Foto kopi informed consent 100 lembar Rp.150 Rp.15.000
5. Meteran pengukur 1 buah Rp.50. 000 Rp.50.000
6. Alat timbangan BB 1 buah Rp.200.000 Rp.200.000
7. Hadiah subjek 100 Rp.5.000 Rp.500.000
8. Lain-lain Rp.150.000 Rp.150.000
Total Rp. 1.130.000
24

3.12 Masalah Etika

Inform Consent merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada subyek

penelitian. Informasi yang jelas penting untuk disampaikan. Ethical Clearance

diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Nusa Cendana.


25

DAFTAR PUSTAKA

1. Pratita R, Margawati A. Jurnal of Nutrition College Hubungan antara


Derajat Sindrome Pramenstruasi dengan Aktifitas Fisik dan Perilaku
Makan pada Remaja Putri [Internet]. 2013;2:645–51. Available from:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc

2. Dewi R, Natsir R, Bukhari A. Hubungan Kadar Kolesterol, IMT, Lingkar


Pinggang dengan Derajat Premenstrual Syndrome pada Wanita Usia Subur
[Internet]. 2012; Available from:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/d3be499c0bdb81cf0194ec63bfe7f5cb.p
df

3. Basir A, Bahrun U, Idris I. Hubungan High Sensitivity C-reactive Protein,


IMT, dan Lingkar Pinggang terhadap Derajat Premenstrual Syndrome pada
Wanita Usia Subur. 2012;2(1):9–17. Available from:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4fd15856db71127cda39f5ecd62dba97.p
df

4. Retissu R, Sanusi S, Muhaimin A, Rujito L. Hubungan Indeks Massa Tubuh


dengan Sindroma Prementruasi. 2010;XXVII(1):1–6. Available from:
http://www.majalahfk.uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2010-01-artikel-
01.pdf

5. Proverwati A, Wati E. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.


Ed 1. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

6. Pujiastuti A. Pre Menstrual Syndrom terhadap Tenaga Kerja Wanita di


Pabrik Korek Api Pematangsiantar (internet). 2008; Available from: USU-e
Repository

7. Lustyk, Kathleen B D. Premenstrual Syndrome and Premenstrual


Dysphoric Disorder: Issues of Quality of Life, Stress and Exercise
(Internet). 2010;1951–75. Available from: Springer Science+Business
Media LLC 2010 (USA)

8. Sastroasmoro S, Ismail S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed.


4. CV. Sagung Seto; 2011.

9. Anonyme. Appendix (Internet). Appendix [Internet]. 2010; Available from:


USU-e Repository
26

LAMPIRAN I

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH

MENDAPAT PENJELASAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : _____________________________________________________

Umur : _____________________________________________________

Tanggal Lahir : ______________________________________________

Bersedia untuk :

1. Mengisi Kuesioner

2. Diukur Tinggi Badan dan Berat Badan

Saya tahu bahwa keikutsertaan saya ini bersifat suka rela tanpa paksaan,

sehingga saya bisa menolak ikut atau mengundurkan diri dari penelitian ini. Juga

saya berhak bertanya atau meminta penjelasan pada peneliti bila masih ada hal yang

ingin saya ketahui tentang penelitian ini.

Nama Tanda tangan Tgl/Bln/Thn

Klien : …………………. ………………….. ..….……………


27

LAMPIRAN II

KUISIONER

PREMENSTRUAL SYNDROME

PETUNJUK

1. Responden diharapkan bersedia menjawab pertanyaan yang ada dengan

jujur.

2. Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai.

3. Jika ada yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.

Data Responden

Nama : ....................................................................

Umur : .....................................................................

Angkatan : .....................................................................

KUISIONER

1. Apakah selama 1-2 minggu sebelum menstruasi saudara mengalami gejala-

gejala seperti berikut :

 Suasana hati yang depresi, putus asa

 Cemas, gelisah

 Cepat sensitif (marah, kesal)

 Susana hati tidak menentu/mudah berubah (sedih, ingin menangis)

 Menurunnya minat pada aktifitas biasa, seperti: kuliah, belajar, hobi

 Sulit berkonsentrasi

 Lesu, mudah lelah


28

 Perubahan selera makan, makan berlebihan atau mengidam makanan

tertentu

 Gangguan tidur (lebih/kurang)

 Pelupa

 Nyeri payudara

 Payudara menjadi lebih kencang

 Penambahan berat badan

 Sakit kepala

2. Apakah gejala-gejala tersebut mengganggu aktifitas saudara seperti: belajar

,kuliah atau aktifitas sosial?

a. YA

b. TIDAK

Anda mungkin juga menyukai