Anda di halaman 1dari 4

Klasifikasi obat antiaritmia

Kelas Obat
IA Kuinidin, Prokainamid, Disopiramid
IB Lidokain, Meksiletin, Fenitoin, Tokainid
IC Enkainid, Flekainid, Indekainid, Propafenon
II Propranolol, Asebutolol, Esmolol
III Amiodaron, Bretilium, Sotalol, Dofetilid, Ibutilid
IV Verapamil, Diltiazem
V Digitalis, Adenosin, Magnesium

Sediaan, Dosis, dan Cara Pemberian


1. Kelas IA
a. Kuinidin
Kuinidin hanya tersedia dalam sediaan peroral, walaupun pada keadaan tertentu obat
ini dapat diberikan secara intramuskular atau intravena. Dosis oral yang biasa adalah
200-300 mg yang diberikan 3 atau 4 kali sehari untuk pasien dengan kontraksi
atrium dan ventrikel prematur atau untuk terapi pemeliharaan. Dosis yang lebih
tinggi atau pemberian yang lebih sering dapat digunakan secara terbatas untuk
pengobatan takikardia ventrikel paroksismal. Selama terapi pemeliharaan, kuinidin
biasanya mencapai kadar mantap dalam waktu 24 jam, dan kadarnya dalam plasma
berfluktuasi kurang dari 50% diantara dua dosis.
b. Prokainamid
Prokainamid hidroklorida (Pronestyl) tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul (250-
500 mg) dan sebagai tablet lepas lambat (250-1000 mg). Suntikan prokainamid
hidroklorida berisi 100 atau 500 mg/mL dan digunakan untuk suntikan
intramuskular dan intravena. Pada aritmia akut atau tidak stabil diperlukan
prokainamid IV untuk kecepatan, keteptan, dan efek yang jelas. Suatu cara yang
cepat dan aman untuk memperoleh kadar efektif dalam plasma adalah pemberian
intravena intermiten: 100 mg disuntikan selama 2-4 menit, tiap 5 menit sampai
aritmia terkontrol, atau efek samping terlihat, atau sampai dosis total (1000 mg)
tercapai tanpa ada perbaikan.
c. Disopiramid
Disopiramid tersedian dalam bentuk tablet 100 atau 150 mg. Dosis total harian
adalah 400 – 800 mg yang pemberiannya terbagi atas 4 dosis.
2. Kelas IB
a. Lidokain
Lidokain hidroklorida (Xylocain) tersedia untuk pemberian intravena dalam larutan
untuk infus. Untuk memperoleh kadar efektif dengan cepat, diberikan dosis 0,7-1,4
mg/kgBB secara intravena. Dosis berikutnya mungkin diperlukan 5 menit kemudian,
tetapi jumlahnya tidak lebih dari 200-300 mg dalam waktu 1 jam. Bila diberikan
intramuskular sebesar 4-5 mg/kgBB, maka kadar lidokain efektif tercapai dalam
waktu 15 menit dan kadar terapi bertahan selama 90 menit.
b. Fenitoin
Fenitoin dapat diberikan peroral atau intravena secara intermiten. Rancangan waktu
untuk suntikan intravena intermiten adalah 100 mg fenitoin yang diberikan tiap 5
menit sampai aritmia terkendali atau timbul efek samping. Kecepatan suntikan tidak
boleh melebihi 50 mg per menit. Biasanya diperlukan dosis sebesar 700 mg dan
jarang melebihi 1000 mg. Pengobatan dengan fenitoin peroral dimulai dengan dosis
tinggi, karena fenitoin mempunyai waktu paruh yang panjang. Hari pertama diberi
15 mg/kgBB, hari kedua 7,5 mkg/kgBB dan selanjutnya diberi dosis pemeliharaan
4-6 mg/kgBB (umumnya antara 300-400 mg/hari). Dosis pemeliharaan oral dapat
diberikan tunggal atau terbagi dua dalam sehari.
c. Tokainid
Tokainid hidroklorida (Tonocard) tersedia tablet 400 mg dan 600 mg. Dosis oral
biasanya adala 400-600 mg tiap 8 jam, tidak boleh melebihi 2400 mg/hari dan harus
diturunkan kurang dari 1200 mg pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau
hati.
d. Meksiletin
Meksiletin hidroklorida (Mexitex) tersedia dalam kapsul 150, 200, dan 250 mg.
Dosis oral biasa adalah 200-300 mg (maksimal 400 mg) yang diberikan tiap 8 jam
dengan makanan atau antasid. Untuk mendapatkan respons cepat, diberikan dosis
awal 400 mg. Penurunan dosis diperlukan pada pasien dengan gangguan hati.
3. Kelas IC
a. Flekainid
Flekainid asetat (Tambocor) tersedia untuk pemberian peroral sebagai tablet 50, 100,
dan 150 mg. Dosis awal adalah 2 kali 100 mg/hari. Dosis dapat dinaikkan tiap 4 hari
dengan menambahkan 100 mg/hari (maksimum 400-600 mg/hari), yang diberikan 2
atau 3 kali sehari. Efek terapi biasanya tercapai pada kadar plasma 0,2-1 ug/mL,
diatas itu mulai terjadi toksisitas.
b. Enkainid
Enkainid hidroklorida (Enkaid) tersedia untuk pemberian peroral sebagai kapsul 25,
35, dan 50 mg. Dosis awal adalah 25 mg, diberikan tiga kali sehari, dosis ini dapat
dinaikkan tiap 3-5 hari sampai mencapai 4 kali 50 mg/hari.
4. Kelas II
a. Propranolol
Propranolol terutama diberikan peroral untuk pengobatan aritmia jangka lama. Dosis
berkisar dari 30-320 mg per hari untuk pengobatan aritmia yang sensitif terhadap
obat ini. Untuk menekan beberapa jenis aritmia ventrikel mungkin diperlukan dosis
sebesar 1000 mg per hari.propranolol biasanya diberikan sebanyak 3-4 kali sehari.
Lama kerja dapat diperpanjang dengan pemberian dosis lebih besar, karena
propranolol mempunyai batas keamanan lebih lebar dari obat antiaritmia yang lain.
Dalam keadaan darurat, propranolol dapat diberikan secara intravena dengan dosis
antara 1-3 mg.
b. Asebutolol
Asebutolol diberikan peroral untuk pengobatan aritmia jantung. Dosis awal adalah 2
kali 200 mg. Dosis dinaikkan secara perlahan sampai mencapai 600-1200 mg tebagi
dalam dua dosis.
c. Esmolol
Esmolol diberikan secara intravena untuk pengobatan jangka pendek atau sebagai
pengobatan kegawatan pada takikardia supraventrikel.
5. Kelas III
a. Bretilium
Bretilium tosilat tersedia dalam larutan 50 mg/mL. Obat ini diencerkan menjadi 10
mg/mL dan dosisnya adalah 5-10 mg/kgBB yang diberikan per infus selama 10-30
menit. Dosis berikutnya diberikan 1-2 jam kemudian bila aritmia belum teratasi atau
setiap 6 jam sekali untuk pemeliharaan. Dalam keadaan darurat, misalnya resusitasi
jantung, dosis 5 mg/kgBB tanpa pengenceran dapat diberika secara intravena. Bila
fibrilasi ventrikel belum teratasi, dosis dapat ditingkatkan menjadi 10 mg/kgBB.
Untuk pemberian intramuskular,dosisna adalah 5-10 mg/kgBB tanpa pengenceran
dan diulangi tiap 1-2 jam bila aritmia belum teratasi atau dilanjutkan dengan
pemberian tiap 6-8 jam untuk pemeliharaan.
b. Amiodaron
Amiodaron HCl tersedia sebagai tablet 200 mg. Karena diperlukan waktu beberapa
bulan untuk mencapai efek penuh, diperlukan dosis 600-800 mg/hari (selama 4
minggu), sebelum dosis pemeliharaan dimulai dengan 400-800 mg/hari. Kadar terapi
efektif pada pengobatan jangka lama adala 1-2,5 ug/mL.
c. Sotalol
Sotalol dosisnya adalah 2 kali 80-320 mg. Dosis awal adalah 2 kali 80 mg/hari dan
bila perlu dosis ditambah tiap 3-4 hari.
d. Ibutilid
Ibutilid diberikan secara IV cepat (1 mg dalam 10 menit).
6. Kelas IV
Verapamil dengan dosis 5-10 mg diberikan secara intravena selama 2-3 menit. Untuk
mengendalikan irama ventrikel pada fibrilasi atrium, diberikan dosis 10 mg selama 2-5
menit dan bila perlu diulangi dalam waktu 30 menit. Untuk mengontrol irama ventrikel
pada fibrilasi atrium, diberikan dosis oral 240-480 mg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Untuk
diltiazem dosisnya adalah 60-90 mg diberikan tiap 6 jam.
7. Kelas V
Adenosin dengan dosis 3 mg selama 2 detik diberikan secara intravena, bila perlu diikuti
dengan 6 mg setelah 1-2 menit dan 12 mg setelah 1-2 menit lagi.

Sumber : Farmakologi dan Terapi FK UI Edisi 5

Anda mungkin juga menyukai