Anda di halaman 1dari 92

1

BAB I
LANDASAN TEORI
A. MEDIS
1. Pengertian
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang
artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa
gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain,
terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan
tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja,
melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala
somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual,
muntah) dan pusing. (http://www.kalbefarma.com).
Vertigo adalah penyakit dengan gangguan keseimbangan yang
ditandai dengan: perasaan berputar, dunia serasa gergoyang, benda
sekeliling berputar, rasa mau jatuh bahkan adakalanya jatuh beneran,
disertai dengan mual, muntah, keringat dingin.
Vertigo didefinisikan sebagai halusinasi atau ilusi gerakan
gerakan seseorang lingkungan seseorang yang dirasakan. Kebanyakan
orang yang menderita vertigo menggambarkan rasa berputar putar atau
merasa seolah-olah benda berputar mengitari. Vertigo adalah gejala
klasik yang dialami ketika te disfungsi yang cukup cepat dan asimetris
sistem vestibuler perifer (telinga dalam).

Gambar 1. Sistem vestibuler perifer.


(Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48)
2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2. Bagian-bagian telinga manusia.


Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat
rumit. Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang
dalam

aktivitas

kehidupan

sehari-hari.

Sangat

penting

untuk

perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan


berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat
penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau

menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian,


internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik.
Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat
raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher
dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck
nursing).
a. Anatomi Telinga Luar

Gambar 3. Telinga Luar


Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis
auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti
cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga
terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus
melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago,
kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang
kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus
adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan
dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut.
Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter.
Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana
kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit
tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit
dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang

mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme


pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian
luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.
b. Anatomi Telinga Tengah

Gambar 4. Ilustrasi membrane timpani kanan normal


Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di
sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah
terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis
aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1
cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan
translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba
eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di
bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus,
inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan
ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela

oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah
dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di
mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke
getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan
dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk
cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami
robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35
mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii
tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika
melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi
sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam
telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
c. Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal.
Organ

untuk

pendengaran

(koklea)

dan

keseimbangan

(kanalis

semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus
koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.
Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint.
Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk
sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan
kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5
cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir
untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin,
namun tidak sem-purna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam

cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan


cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin
membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis,
duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang
cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat
tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam. Banyak
kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan
angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis
dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi
aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus
kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear
merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas
elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII.
Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk),
yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang
muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus
koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di
dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis
VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan
darah ke batang otak.
d. Jaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo
1) Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di vestibulum,
reseptor cahaya di retina, reseptor mekanis di kulit, otot, dan
persendian.
2) Saraf aeren,
keseimbangan

berperan
di

otak:

menghantarkan
saraf

impuls

vestibular,

ke

saraf

pusat-pusat
optic,

saraf

spinoserebelaris.
3) Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum, korteks serebri,
hipotalamus, pusat saraf otonom di batang otak, inti okulomotorius,
formation retikularis.

3. Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas
beberapa kelompok :
a. Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang
sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul
lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.
Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
1) Yang disertai keluhan telinga :
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom
Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
2) Yang tanpa disertai keluhan telinga :
Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas
arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo
pada anak (Vertigo de Lenfance), Labirin picu (trigger
labyrinth).
3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :
Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional
paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.

b. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa
serangan akut, dibedakan menjadi:
1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika,
meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin
akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis,
sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi,

sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat,


kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik,
Vertigo servikalis.
(Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47)
c. Vertigo

yang

serangannya

mendadak/akut,

kemudian

berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi :


1) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster
otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII,
cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.
2) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom
arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo
epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan
arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
1) Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2)

Vertigo

Non-Vestibuler

akibat

somatosensorik dan visual.


4. Etiologi
Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :
a. Lesi vestibular :
-

Fisiologik
Labirinitis
Menire
Obat ; misalnya quinine, salisilat.
Otitis media
Motion sickness
Benign post-traumatic positional vertigo

kelainan

sistem

b. Lesi saraf vestibularis


-

Neuroma akustik
Obat ; misalnya streptomycin
Neuronitis
vestibular

c. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal


-

Infark atau perdarahan pons


Insufisiensi vertebro-basilar
Migraine arteri basilaris
Sklerosi diseminata
Tumor
Siringobulbia
Epilepsy lobus temporal

Menurut (http://www.kalbefarma.com)
a. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
1) Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
2) Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis
media purulenta akuta, otitis media dengan efusi,
labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
3) Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma,
serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere),
mabuk gerakan, vertigo postural.
4) Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
5) Inti
Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria
serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
b. Penyakit SSP :

10

1) Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arteriosklerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium
paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus
2)
3)
4)
5)
6)

karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.


Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
Trauma kepala/ labirin.
Tumor.
Migren.
Epilepsi.

c. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid,


tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
d.

Kelainan

psikiatrik:

depresi,

neurosa

cemas,

sindrom

hiperventilasi, fobia.
e. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
f. Intoksikasi.
5. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen
yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting
dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang
secara

terus

menerus

menyampaikan

impulsnya

ke

pusat

keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan proprioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan
vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan
ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor
vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 %

11

disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya


adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat
integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler,
visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih
lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar.
Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam
kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan
terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di
samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.

12

6. Pathway

Cochlea
Labirin
Vestibula
Serabut
aferent
Ganglion Vestibularis
(Scarpae)
Nervus
Vestibularis

Formatio
retikularis
FLM

Nuclei Vestibulares
(lat, med, sup, inf)
Korteks Cerebri

KANAN
Percepatan sirkuler

2 Organ Otolik Makula

Percepatan Linier

Tonic Rate Firing

Medula
spinalis
KIRI

3 Krista Ampularis

Stimulus Labirin
Kanan

Serebellum

Simbiosis dalam mendeteksi


gerakan tubuh dan kepala
Keseimbangan tonic Rate
Firing (Stimulus Labirin Kanan
dan seimbang
kiri Eksitatif
dan Inhibitif)
Tak
(VERTIGO)

3 Krista Ampularis
2 Organ Otolik Makula
Stimulus Labirin
Kiri
Tonic Rate
Firing

13

Mual dan muntah

Resiko cedera

Gangguan pola
tidur

7. Tanda dan Gejala


Perasaan

berputar

yang

kadang-kadang

disertai

gejala

sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala
berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan
kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah,
lidah merah dengan selaput tipis.
(Brunner & Suddart, 2000)
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik.
-

Pemeriksaan mata.
Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh.
Pemeriksaan neurologic.
Pemeriksaan otologik.
Pemeriksaan fisik umum.

b. Pemeriksaan khusus.
-

ENG (elektronistagmografi).
Audiometri dan BAEP.
Psikiatrik.

c. Pemeriksaan tambahan.
-

Laboratorium.
Radiologik dan Imaging.
EEG, EMG, dan EKG.

14

9. Penatalaksaan Medis
a. Terapi kausal.
Obati penyebab dasarnya
b. Terapi simptomatik (medikamentosa)
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita
seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut,
seringkali

menggunakan

pengobatan

simptomatik.

Lamanya

pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan


setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering
digunakan :
1) ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti
vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat
dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin
yang

mempunyai

anti

vertigo

juga

memiliki

aktivitas

antikholinergik sentral ini ada kaitannya dengan kemampuannya


sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai
ialah sedasi (mengantuk).

2) BETAHISTIN
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat
meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk

15

mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah


gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali rash di kulit.
3) BETAHISTIN MESYLATE (MERISLON)
Dapat diberikan dengan dosis 6 mg (1 tablet) 12 mg, 3
kali sehari per oral.
4) BETAHISTIN DI HCL (BETASERC)
Dapat diberikan dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali
sehari.
5) DIMENHIDRINAT (DRAMAMINE)
Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral
atau parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat
diberikan dengan dosis 25 mg 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
Efek samping ialah mengantuk.
6) DIFHENHIDRAMIN HCL (BENADRYL)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan
dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini
dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.
7) ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium)
sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena
sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium.
8) CINNARIZINE (STUGERONE)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat
mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier.

16

Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg


sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape,
diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di kulit.
9) FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetic
(anti muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil)
sangat efektif untuk nausea namun kurang berkhasiat terhadap
vertigo.
10) PROMETHAZINE (PHENERGAN)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif
mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam.
Diberikan dengan dosis 12,5 mg 25 mg (1 draze), 4 kali sehari
per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena).
Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk),
sedangkan

efek

samping

ekstrapiramidal

lebih

sedikit

disbanding obat Fenotiazine lainnya.


11) KHLORPROMAZINE (LARGACTIL)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo
yang berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang
lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali sehari. Efek
samping ialah sedasi (mengantuk).
12) OBAT SIMPATOMIMETIK

17

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah


satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk
menekan vertigo ialah efedrin.
-

EFEDRIN
Lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10

-25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila
dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping
ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah
dan gugup.
13) OBAT PENENANG MINOR
Dapat

diberikan

kepada

penderita

vertigo

untuk

mengurangi kecemasan yang diderita yang sering menyertai


gejala vertigo. Efek samping seperti mulut kering dan
penglihatan menjadi kabur.
-

LORAZEPAM
Dosis dapat diberikan 0,5-1 mg

DIAZEPAM
Dosis dapat diberikan 2-5 mg.

14) OBAT ANTI KHOLINERGIK


Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan
aktivitas sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

SKOPOLAMIN

18

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine


atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis
skopolamin ialah 0,3 mg-0,6 mg, 3-4 kali sehari.
15) Obat anti vertigo baru.
Obat golongan Calcium channel blocker, Sodium
channel

blocker,

histamin

agonist,

steroid

(decadron),

sympathomimetics, acetyleucine, selective ach antagonist


adalah jenis obat vertigo baru yang efektifitasnya masih dalam
penelitian.
c. Terapi fisik
Susunan

saraf

pusat

mempunyai

kemampuan

untuk

mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang


dijumpai beberapa penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau
tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di
susunan saraf pusat atau didapatkan defisit di sistem visual atau
proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu,
sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk
mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri
terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :
1)

Melatih

gerakan

kepala

yang

mencetuskan

vertigo

atau

disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara


lambat laun.
2) Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3) Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :

19

1) Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.


2) Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
3) Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
dengan mata tertutup.
4) Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup.
5) Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang
satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6) Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7) Melirikkan mata kea rah horizontal dan vertikal.
8) Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan
juga memfiksasi pada objek yang diam.
d. Terapi rehabilitative.
10. Pencegahan vertigo
Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah
gejala vertigo:
a.

Tidurlah dengan posisi kepala yang agak tinggi.

b.

Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita


berdiri dari tempat tidur.

c.

Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.

20

d.

Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil


suatu benda dari ketinggian.
Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar
(horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.
Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48

B. KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
- Letih, lemah, malaise.
- Keterbatasan gerak.
- Ketegangan mata, kesulitan membaca.
- Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
- Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
b. Sirkulasi
- Riwayat hypertensi.
- Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
- Pucat, wajah tampak kemerahan.
c. Integritas Ego
- Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu.
- Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depresi.
- Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala.
- Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
d. Makanan dan cairan
- Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,
keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,
hotdog, MSG (pada migrain).
- Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri).
- Penurunan berat badan.
e. Neurosensoris
- Pening, disorientasi (selama sakit kepala).
- Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
- Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
- Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
-

epitaksis.
Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore.

21

Perubahan pada pola bicara/pola piker.


Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
Penurunan refleks tendon dalam.
Papiledema.
f. Nyeri/ kenyamanan
- Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
- Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
- Fokus menyempit.
- Fokus pada diri sendiri.
- Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
- Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g. Keamanan
- Riwayat alergi atau reaksi alergi.
- Demam (sakit kepala).
- Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis.
- Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h. Interaksi sosial
- Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit.
i. Penyuluhan / pembelajaran
- Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga.
- Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi
oral/hormone, menopause.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan abnormalitas fungsi
fisiologis indera. Ditandai dengan pasien mengatakan pusing, rasa
seperti diputar atau dimiringkan, obyek disekitarnya bergerak
( subyektif ), wajah pucat, berkeringat, gelisah, berfokus paddiri
sendiri ( obyektif ).
b. Gangguan persepsi

sensori

berhubungan

dengan

perubahan

penerimaan sensori, transmisi dan intergrasi ditandai dengan rasa tidak


stabil ( subyektif ), disorientasi ruangan/halusinasi gerakan (obyektif ).
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman (nyeri).
d. Kurang mandiri dalam merawat diri berhubungan dengan kelemahan
fisik.
e. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.

22

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh
memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
N
O

DIAGNOSA

1.

2.

Nyeri (akut/kronis)
berhubungan
dengan stress dan
ketegangan, iritasi/
tekanan
syaraf,
inflamasi,
vasospasme,
peningkatan
intrakranial
ditandai
dengan
menyatakan nyeri
yang dipengaruhi
oleh faktor misal,
perubahan posisi,
perubahan
pola
tidur, gelisah.
Gangguan pola
tidur
berhubungan
dengan
ketidaknyaman
(nyeri).

TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24
jam,
nyeri
hilang
atau
berkurang
dengan kriteria hasil:
-

Klien
mengungkapka
n rasa nyeri
berkurang.
Tanda-tanda
vital normal.
Pasien tampak
tenang
dan
rileks.

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
4x24
jam kebutuhan tidur
dan istirahat klien
terpenuhi,
dengan
kriteria hasil:
-

Klien
mampu
beristirahat
/
tidur
dalam
waktu
yang
cukup.
Klien
mengungkapan

INTERVENSI
1. Identifikasi
klien
dalam
membantu
menghilangkan rasa
nyerinya.
2. Anjurkan
klien
istirahat
ditempat
tidur.
3. Atur posisi pasien
senyaman mungkin.
4. Ajarkan
teknik
relaksasi dan napas
dalam.
5. Kolaborasi
untuk
pemberian
analgetik.

1. Jelaskan pada klien dan


keluarga
penyebab
gangguan
tidur
dan
kemungkinan cara untuk
menghindari.
2. Ciptakan lingkungan dan
suasana
yang
mendukung
untuk
memenuhi
kebutuhan
tidur.
3. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
penyebab
gangguan
tidur.
4. Kolaborasi
dengan

1.
2.
3.

4.

5.

1.

2.

3.

4.

23

sudah
bisa
tidur.
Klien
mampu
menjelaskan
faktor
penghambat
tidur.

dokter untuk pemberian


obat analgesik.

Kurang
mandiri Setelah dilakukan tindakan
dalam merawat diri keperawatan 4 x 24 jam,
(mandi,
makan, klien mampu:
minum,
BAK,
- Merawat
dirinya
BAB
dan
sendiri.
Berpatisipasi
berpakaian)
dalam merawat diri
berhubungan
sebatas
dengan kelemahan
kemampuannya.
fisik ditandai oleh:
- Beraktivitas
DS:
merawat diri secara
- Klien
bertahap mandiri.
mengatakan
tidak dapat
beraktivitas
seperti
biasa
sebelum
sakit.
- Klien
mengatakan
tidak bisa
melakukan
tindakan
sendirian.

1. Kaji tingkat kemandirian


klien dalam merawat
diri.
2. Libatkan klien dalam
beraktivitas memenuhi
kebutuhannya.
3. Berikan support pada
klien bila mempunyai
kemampuan
untuk
melakukan
perawatan
diri klien.
4. Kolaborasi
dengan
fisioterapis dalam terapi
fisik.
5. Kolaborasi dengan tim
medis.

3.

DO:
-

Klien
tampak
tidak
bertenaga.
Mandi,
BAB, BAK

1.

2.
3.

4.

24

dan
berpakaian
dibantu
oleh
keluarga
terutama
istri klien.
4.
Koping
individual tidak
efektif
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
relaksasi,
metode koping
tidak adekuat,
kelebihan
beban kerja.

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24
jam koping individu
menjadi
lebih
adekuat
dengan kriteria hasil:
-

Mengidentifikas
i prilaku yang
tidak efektif.
Mengungkapka
n
kesadaran
tentang
kemampuan
koping yang di
miliki.
Mengkaji
situasi saat ini
yang akurat.
Menunjukkan
perubahan
gaya
hidup
yang
diperlukan atau
situasi
yang
tepat.

5.
Kurang
pengetahuan
mengenai kondisi
dan
kebutuhan

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24
pasien
dapat

1. Kaji kapasitas fisiologis


yang bersifat umum.
2. Sarankan klien untuk
mengekspresikan
perasaannya.
3. Berikan
informasi
mengenai penyebab sakit
kepala, penenangan dan
hasil yang diharapkan.
4. Dekati pasien dengan
ramah
dan
penuh
perhatian,
ambil
keuntungan dari kegiatan
yang dapat diajarkan.

1.

2.

3.

4.

1. Kaji
tingkat
pengetahuan klien
dan
keluarga
tentang
penyakitnya.

1.

2.

25

pengobatan
berhubungan
dengan
keterbatasan
kognitif,
tidak
mengenal
informasi
dan
kurang mengingat
ditandai
oleh
memintanya
informasi, ketidakadekuatannya
mengikuti
instruksi.

mengutarakan
pemahaman tentang
kondisi,
efek
prosedur dan proses
pengobatan dengan
kriteria hasil:
-

Melakukan
prosedur yang
diperlukan dan
menjelaskan
alasan
dari
suatu tindakan.
Memulai
perubahan
gaya
hidup
yang
diperlukan dan
ikut
serta
dalam regimen
perawatan.

2. Berikan penjelasan
pada klien tentang
penyakitnya
dan
kondisinya
sekarang.
3. Diskusikan
penyebab individual
dari sakit kepala
bila diketahui.
4. Minta
klien
dan
keluarga
mengulangi kembali
tentang
materi
yang
telah
diberikan.
5. Diskusikan
mengenai
pentingnya
posisi
atau letak tubuh
yang normal.
6. Anjurkan
pasien
untuk
selalu
memperhatikan
sakit kepala yang
dialaminya
dan
faktor-faktor
yang
berhubungan.

3.

4.

5.

6.

26

BAB II
PENGELOLAAN KASUSKUM YOGYAKARTA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR
Mahasiswa/NIM

: Marlini Sari Saragih/0902038

Tanggal

: 15 Juni 2011

Jam

: 07.00 WIB

1. Identitas
a. Pasien
Nama

: Bpk. S

Umur

: 58 Tahun

Jenis kelamin

: Pria

Alamat

: Gunung Kidul

Status

: Kawin

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Petani

Tgl. masuk RS

: 12 Juni 2011

No. RM

: 985

Ruang

: Galilea II 203B

Diagnosis kerja/medis : Vertigo

27

b. Keluarga / Penanggungjawab
Nama

: Ny. S

Umur

: 56 Tahun

Hubungan

: Istri

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Gunung Kidul

2. Riwayat Kesehatan Pasien


a. Kesehatan Pasien :
1) Keluhan utama saat dikaji :
Klien mengatakan sakit kepala dan kepala terasa memutar-mutar
2) Keluhan tambahan saat dikaji :
Klien mengatakan tangan dan kaki kanan kadang kesemutan,
mual, persendian nyeri, dan gigi kanan atas sakit, telinga
terkadang berdenging dan berdengung dan klien keringat dingin.
b. Alasan utama masuk Rumah Sakit :
Klien mengatakan sakit kepala kumat-kumatan dan sudah
diberikan obat tetapi tidak sembuh.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengatakan sakit kepala memutar-mutar sejak 6 bulan
yang lalu. Kumat-kumatan dan sudah berobat tetapi tidak sembuhsembuh. Tangan dan kaki terkadang kesemutan, mual dan
persendian terasa nyeri.
d. Riwayat penyakit yang lalu
1) Nama penyakit/waktu :

28

Klien mengatakan sejak balita telinga sering mengeluarkan


cairan dan pada tanggal 2 Desember 2010 mengalami
kecelakaan. Klien ditabrak kendaraan bermotor pada saat dia
sedang berjalan kaki. Kepalanya terbentur dengan mesin motor
dan klien tidak sadarkan diri.
2) Upaya pengobatan :
Tidak ada upaya pengobatan untuk telinga yang mengeluarkan
cairan, tetapi setelah terjadi kecelakaan, klien dibawa ke rumah
sakit dan dilakukan penjahitan pada kepala sebanyak 6 jahitan.
3) Hasil :
Klien mengatakan semenjak hingga sekarang telinga masih
keluar cairan, namun tidak terlalu sering dan telinga masih
berdenggung.
Klien mengatakan semenjak kecelakaan yang pernah, klien
merasa sering pusing seperti kepala memutar-mutar.
e. Alergi
1) Jenis
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan dan tidak ada alergi
obat.
2) Reaksi alergi : Tidak ada
3) Tindakan : Tidak ada

29

f. Kesehatan Keluarga

Keterangan :

: Pria

: Penderita

: Wanita

: Satu Rumah

: Keturunan

: Meninggal

: Menikah
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit :
a)
b)
c)
d)

Frekuensi makan : 3 x sehari.


Jenis makanan/diet : Nasi biasa, lauk pauk dan sayuran.
Porsi yang dihabiskan : 1 porsi habis sekali makan.
Makanan yang disukai : Klien menyukai makanan yang

pedas-pedas.
e) Makanan yang tidak disukai : Klien menyukai semua
makanan.
f) Makanan pantang : Makanan yang menjadi pantangan
g)
h)
i)
j)

agama yang klien anut.


Makanan tambahan/vitamin : Buah-buahan.
Kebiasaan makan : Klien makan di rumah bersama keluarga.
Nafsu makan: baik.
Alasan : Makanan yang dimakan sesuai dengan yang klien

inginkan.
k) Banyaknya minum : (1700cc/24 jam).

30

a)
b)
c)

l) Jenis minuman : Kopi, teh dan air putih.


m) Minuman yang tidak disukai : Minuman beralkohol.
n) Minuman pantang : Minuman beralkohol.
o) Perubahan BB 6 bulan terakhir : bertambah: 2 kg.
2) Selama sakit
Jenis makanan : Bubur.
Frekuensi makan : 3 x sehari.
Porsi makan yang dihabiskan :
Klien mengatakan porsi makan selama sakit hanya separuh
yang dihabiskan, tetapi tidak setiap hari selama sakit. Jika
ada nafsu makan biasanya makanan yang diberikan habis 1

d)
e)
f)

g)
h)

i)

porsi.
Banyaknya minum dalam sehari : 1700 cc.
Jenis minuman : Teh manis dan air putih
Keluhan :
Mual, muntah, tidak nafsu makan, perut terasa penuh, diare,
banyak keringat, rasa haus, rasa lapar terus.
Klien mengatakan tidak ada nafsu makan dan merasa mual.
Gangguan menelan : Tidak ada gangguan menelan.
Kesulitan menguyah :
Klien mengatakan gigi kiri atas terasa sakit saat
mengunyah.
Masalah gigi :
Gigi kiri atas klien terasa sakit dan gigi kanan bawah dan
atas klien bolong, karies dan berwarna hitam.

j)

Alat bantu untuk memasukan zat makanan :


Klien tidak menggunkan alat bantu untuk memasukkan
makanan.
k) Pengetahuan tentang zat gisi dan kegunaan makanan bagi
tubuh : Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang
zat gizi dan kegunaan makanan bagi tubuh.
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit

a)

Buang air besar (BAB)


(1) Frekuensi : 1 x sehari.

31

(2) Waktu : Pagi hari.


(3) Warna : Kuning kecoklatan.
(4) Konsistensi : Padat.
(5) Posisi waktu BAB: Jongkok.
(6) Penghantar untuk BAB : Tidak terkaji.
(7) Pemakaian obat : Tidak terkaji.
(8) Keluhan lain :
Terkadang feses yang dikeluarkan keras akibat
kurang makan sayuran dan makan makanan
berserat.
(9) Upaya yang dilakukan:
Klien makan buah-buahan dan makan banyak
sayuran.
b)

Buang air kecil (BAK)


(1) Frekuensi: 7 x sehari.
(2) Jumlah (cc/24 jam) : 1800 cc/24jam.
(3) Warna : Kuning dan bening.
(4) Bau : Bau air kencing normal yaitu bau pesing.
(5) Keluhan : Tidak ada keluhan BAK.
(6) Upaya yang dilakukan :
Tidak ada upaya dilakukan karena klien tidak ada
keluhan BAK.
2) Selama sakit
a)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Buang air besar (BAB)


Frekuensi : 7-8 x sehari.
Waktu : Pagi.
Warna : Coklat.
Konsistensi : Padat dan keras.
Keluhan :
Klien hanya mengeluh bahwa feses yang dikeluarkan
terkadang keras. Tidak ada perdarahan selama/sesudah
BAB, tidak terjadi diare. Klien juga mengatakan tidak
merasa perut kembung.

32

(6)

Upaya yang dilakukan keluarga/pasien untuk mengatasi keluhan:


Upaya klien jika feses keras adalah banyak minum air
dan makan buah-buahan.

b)

Buang air kecil (BAK)


(1) Frekuensi: 7-8 x sehari.
(2) Jumlah (cc/24 jam) : 1800 cc/24jam
(3) Warna : Merah seperti teh yang klien minum selama
dirawat di rumah sakit.
(4) Bau : Bau obat.
(5) Keluhan :
Klien mengatakan tidak merasa sakit saat berkemih.
Klien tidak terlalu sering BAK saat malam hari, hanya
beberapa kali selama sakit.
(6) Upaya yang dilakukan keluarga/ pasien :
Tidak ada upaya yang dilakukan.
Klien menggunakan pispot untuk BAK selama sakit dan
dirawat di rumah sakit.
c. Pola Aktifitas Istirahat-Tidur

1)

Sebelum sakit
a)

Keadaan aktifitas sehari-hari


(1) Kebiasaan olahraga: Tidak terkaji.
(2) Lingkungan rumah/tempat kerja: luas/panjang/sempit,
ada tangga/eskalator: Tidak terkaji.
(3) Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari: kursi
roda, tongkat, dll. : Klien tidak menggunakan alat bantu
apapun dalam memenuhi aktifitasnya sehari-hari.
(4) Apakah aktivitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri,
bantuan alat, orang lain, sangat tergantung :
Aktivitas

Mandi

Berpakaian/berdandan

Eliminasi

33

Mobilisasi di tempat tidur

Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Memasak

Belanja

Merapikan rumah

Ket.

0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total

b)

Kebutuhan tidur
(1) Jumlah tidur dalam sehari : 1-2 x sehari (10 Jam).
(2) Tidur siang :
Klien mengatakan terkadang tidur siang, tetapi jika
berladang klien tidak tidur siang.
(3) Tidur malam: 1 kali (8 Jam)
Klien mengatakan lebih mengutamakan tidur malam
daripada tidur siang karena sangat jarang sekali klien
tidur siang karena bekerja di ladang. Klien mengatakan
saat tidur selalu tidur bersama istrinya. Jika dingin
pasien memakai sarung atau selimut dan klien
menggunakan bantal dan guling.
(4) Keluhan dalam hal tidur :
Tidak ada keluhan tetapi terkadang merasa sakit kepala.

c)

Kebutuhan istirahat

34

Klien mengatakan setelah berladang (menggarap sayursayuran di ladang milik klien sendiri) dan menggembala sapi,
klien beristirahat sebentar untuk makan siang.
Klien juga mengatakan waktu 2 jam digunakan untuk
beristirahat (makan dan minum) pada siang hari, setelah itu
melanjutkan berladang dan/atau menggembala sapi. Biasanya
jika klien ada waktu luang klien mengatakan klien
menggunakan waktu luangnya untuk memancing.
Klien mengatakan terkadang menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang hari jika sudah terlalu lelah dan merasa
sakit

kepala

yang

berlebihan

saat

berladang

dan

menggembala sapi.
Klien mengatakan saat klien merasa sangat lelah dan merasa
sakit kepala klien dapat istirahat dan mengisi waktu luang
yang lainya seperti tidur siang.
2)

Selama sakit
a)

Keadaan aktifitas
Kemampuan Perawatan Diri

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di TT

Berpindah

Ambulasi/ROM

Ket.

0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain

35

3 = dibantu orang lain dan alat


4 = tergantung total
b)

Kebutuhan Tidur
(1)
(2)
(3)
(4)

Jumlah tidur dalam sehari (12 Jam).


Tidur siang : 1x sehari (3 Jam).
Tidur malam : 1 x sehari (9 Jam).
Penghantar untuk tidur : Klien tidak menggunakan alat

penghantar tidur.
(5) Keluhan tidur : Jika sakit kepala memutar-mutar sulit
untuk tidur. Klien mengatakan masih merasa sakit
kepala dan nyeri kepala.
c)

Kebutuhan Istirahat
Klien mengungkapkan perasaan jenuh dan bosan berlamalama di rumah sakit.
Klien mengatakan tidak terlalu terganggu dengan suasana
lingkungan yang baru.
Klien mengatakan ada alat-alat medik yang dipakai klien
yang mengganggu istirahat klien yaitu infus yang terpasang
di tangan kanan klien yang mengganggu klien untuk istirahat
meskipun klien tahu bahwa infus sangat bermanfaat untuk
proses penyembuhan klien.

d. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)


1) Kebersihan kulit
Klien setiap hari mandi 2 x sehari yaitu pagi dan sore. Saat mandi
klien menggunakan sabun saat mandi.
2) Kebersihan rambut
Klien mencuci rambut menggunakan shampoo dan terkadang
menggunakan sabun mandi.
3) Kebersihan telinga

36

Klien mengatakan membersihkan telinga menggunakan cotton bud


jika sudah terasa gatal.
4) Kebersihan mata
Klien membersihkan kotoran pada mata saat mandi.
5) Kebersihan mulut
a) Klien mengatakan 2 x sehari sewaktu mandi pagi dan sore klien
menggosok gigi menggunakan pasta gigi.
b) Keluhan: Gigi kanan atas dan kiri klien susah untuk dibersihkan
karena sudah berwarna hitam.
6) Kebersihan kuku
a) Klien mengatakan jika kuku sudah mulai memanjang dan kotor.
b) Klien tidak menggunakan cat kuku.
e. Pola Pemeliharaan Kesehatan
1) Penggunaan tembakau
Klien mengatakan klien adalah perokok berat. Klien sudah
berusaha untuk berhenti merokok tetapi sangat susah untuk
berhenti merokok.
Klien mengatakan klien membuat rokok dari tembakau seperti
kelintingan dan dapat menghabiskan sebanyak 50 kelintingan. Jika
rokok bungkusan dapat habis 1 hingga 2 bungkus rokok dalam
sehari.
2) NAPZA
Klien mengatakan tidak menggunakan napza seperti narkoba dan
shabu-shabu.
3) Alkohol
Klien mengatakan tidak pernah minum minuman keras dan
minuman beralkohol.
4) Intelektual

37

Klien kurang pengetahuan dan informasi yang jelas tentang


penyakit sekarang yang dia derita karena hingga saat ini klien
masih bingung apa penyebab utama seringnya sakit kepala.
Klien mengatakan mengurangi makanan yang mengandung santan
agar tidak terjadi komplikasi ke bagian tubuh lainnya.
f. Pola Reproduksi-Seksualitas
1) Gangguan hubungan seksual : Tidak terkaji
2) Pemahaman terhadap fungsi seksual : Tidak terkaji
3) Perkembangan karakteristik seks sekunder : Tidak terkaji
g. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
1)

Keadaan mental

a)
2)
a)

Sadar
Berbicara

b) Gelisah

Jelas

b) Mampu mengekspresikan pendapat


3)
4)

5)
6)
7)

8)
9)

Bahasa yang dikuasai : Indonesia dan Jawa


Kemampuan membaca
Klien menggunakan kacamata saat membaca karena faktor usia
yang sudah berlanjut.
Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik.
Kemampuan memahami informasi
Klien dapat memahami informasi yang diberikan dengan baik.
Tingkat ansietas : Ringan.
Karena klien tetap semangat untuk berjuang agar cepat sehat dan
dapat kembali melakukan aktivitas sebelum sakit.
Ketrampilan berinteraksi: memadai
Pendengaran : Terganggu
Klien mengatakan telinga kiri sejak balita mengeluarkan cairan dan
sekarang terkadang saja mengeluarkan cairan tetapi masih sering

berdenging dan berdenggung.


10) Penglihatan
Klien mengatakan klien menggunakan kacamata.

38

11) Vertigo
Klien merupakan penderita vertigo.
12) Tak nyaman/nyeri
Nyeri kepala sangat terasa jika sakit kepala.
13) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri
Klien istirahat, menenangkan dirinya dan jika sakit kepala terasa
sangat sakit dan sangat nyeri pasien ke rumah sakit.
h. Pola Konsep Diri
1) Identitas diri
Pasien mampu menyebutkan identitas dirinya secara lengkap.
2) Ideal diri:
Dengan kondisi dan keadaannya yang terbatas sekarang, klien
masih memiliki keinginan dan semangat untuk sembuh dan ingin
segera pulang untuk berladang dan menggembalakan sapi seperti
dulu.
3) Harga diri
Klien mengatakan bahwa dirinya merasa masih dibutuhkan oleh
orang lain, walaupun kondisinya sekarang terbatas.
4) Gambaran diri
Klien merasa terganggu dengan keadaannya seperti sakit kepala
yang masih kumat-kumatan.
5) Peran diri
Klien

merasa

dengan

kondisinya

sekarang,

sudah

tidak

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ayah dan


pencari nafkah sebagai tulang punggung keluarga.
i. Pola Koping
1)

Pengambilan keputusan : dibantu orang lain, seperti : istri dan anakanak serta keluarga lainnya seperti : menantunya.
2)

Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah:

39

Klien mengatakan jika mempunyai masalah terkadang marah dan


terkadang diam.
j. Pola Peran-Berhubungan
1) Status pekerjaan:
Bekerja
2) Jenis pekerjaan :
Klien sudah merupakan pensiun PNS dan sekarang bekerja
menggembala sapi milik pribadi dan berladang.
3) Sistem pendukung :
Klien mengatakan klien selalu mendapat dukung dari:
a) Pasangan (istri)
b) Tetangga/teman
c) Keluarga dalam rumah yang sama
d) Keluarga dalam rumah terpisah
e) Menantu dan cucu.
4)

Dukungan keluarga selama masuk rumah sakit :


Klien mendapatkan dukungan dari istri, anak-anak, cucu-cucu,
tetangga dan teman-teman yang datang menjenguk klien.

5) Kesulitan dalam keluarga


a) Hubungan dengan orang tua : Tidak ada kesulitan dalam hubungan
dengan orang tua.
b) Hubungan dengan anak saudara : Tidak ada kesulitan dalam
hubungan dengan anak saudara.
c) Hubungan perkawinan : Tidak ada kesulitan hubungan perkawinan.
6) Selama sakit
Klien mengatakan hubungan dengan anggota keluarga tetap terjaga
meskipun klien sakit, karena yang menjaga klien selama sakit dan
selama dirawat di rumah sakit adalah anggota keluarga.

40

Klien mengatakan hubungan dengan masyarakat sedikit terggangu


karena klien dirawat di rumah sakit tetapi masih bisa menjalin
hubungan dengan masyarakat.
Klien mengatakan klien dan keluarga dapat menjalin rasa percaya
kepada anggota kesehatan dan saling bekerja sama dengan baik
sehingga semuanya dapat berjalan dengan lancar.
k. Pola Nilai dan Keyakinan
1)

Sebelum sakit
a)

Agama : Islam

b)

Larangan agama : Ada


Pantangan makanan dan minuman yang dilarang agama.

c)

Kegiatan keagamaan
(1) Macam :
Sholat berjemaah di mesjid pada setiap hari jumat dan
sholat bersama keluarga.
(2) Frekuensi : Setiap hari dan sholat 5 waktu.

2)

Selama sakit
Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah Sakit:
Sholat 5 waktu.
Klien melakukan di atas tempat tidur dengan berbaring di atas
tempat tidur.
Klien membutuhkan kunjungan rohaniawan dan meminta kepada
para tim kesehatan juga untuk mendoakan agar cepat sembuh.

4. Pengkajian Fisik
a.

Pengukuran TB : 160 cm.

b.

Pengukuran BB : 46 kg.

c.

Pengukuran Vital Sign :

41

1) Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Diukur di

: Lengan kiri

Posisi pasien

: Posisi pasien telentang (supinasi).

2) Nadi

: 81 x/mnt.
Reguler/irregular

: Regular

Diukur di

: Arteri radialis

Kualitas

: Normal
: 37 0C

3) Suhu
Diukur di
4) Respirasi

: Aksila

: 21 x/mnt
Regular
Pernapasan perut

d.

Tingkat Kesadaran: Composmentis


GCS: 16 Kuantitatif: E:

e.

V:

M:

Keadaan Umum: Lemah


Klien tampak sakit : sedang.
Alasan : Klien masih merasa sakit kepala dan nyeri.

f.

Pemeriksaan Fisik:
1)

Kepala
a)

Bentuk kepala lonjong, kulit kepala dan


rambut bersih tidak ada luka dan ketombe, warna
rambut hitam dan sudah mulai memutih dan bagian
kepala depan botak (tidak berambut)

b)

Pertumbuhan rambut: lebat

c)

Kesan wajah simetris

2)

Mata
a)

Mata bersih dan tidak ada gangguan lain


seperti kemerahan.

42

b)

Konjungtiva : tidak anemis.

c)

Sklera : tidak ikterik.

d)

Pemeriksaan pupil : pupil isokor.

e)

Reflek pupil : +/+

f)

Pemeriksaan visus dengan kartu snellen :


tidak terkaji.

g)

Refleks terhadap cahaya : Klien merasa


silau terhadap cahaya yang terlalu terang.

3)

Telinga

a)

Fungsi pendengaran : Baik.

b)

Bentuknya : Simetris.
c)

Tidak ada keluar cairan, tetapi terkadang


masih keluar cairan dan berdenggung.

d)
4)

Kebersihan : Telinga klien bersih.

Hidung

a)

Posisi septum : simetris.

b)

Sekret hidung : Tidak ada sekret hidung.

c)

Tidak ada nyeri sinus.

d)

Fungsi pembauan : Baik.


e)

Penggunaan aksesoris (tindik) : Tidak


menggunakan aksesoris

5)

Mulut dan tenggorokan


a)

Kemampuan berbicara : Klien dapat


berbicara dengan baik.

b)

Keadaan bibir : sedikit mengalami kering


dan gusi sebelah kiri sedikit bengkak dan tidak
terlalu nyeri.

c)

Warna lidah : merah muda keputihan.

d)

Keadaan

palatum

sariawan.
e)

Uvula : berada di tengah.

baik

tidak

ada

43

f)

Kondisi gigi : Gigi kanan atas pasien sakit


dan dalam keadaan tidur, sedangkan gigi kiri atas
dan bawah klien berwarna hitam dan terdapat karies
gigi.

g)

Tonsil: T1

6)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

7)

Tengkuk : Kaku kuduk : (-)

8)

Dada

a) Inspeksi
(1) Bentuk dada semetris, kulit coklat, tidak
ada lesi.
(2) Tidak ada kelainan bentuk dada.
(3) Retraksi dada: tidak ada retraksi otot dada.
(4) Jenis pernafasan : dada.
(5) Ukuran

(konfigurasi)

dada

anterio-

posterior : transversal : simetris.


(6) Ictus cordis (-).
b) Palpasi
(1)

Bentuk simetris pada waktu bernafas.

(2)

Vokal fremitus sama antara kanan dan kiri.

(3)

Tidak ada rasa sakit.

(4)

Tidak ada nyeri tekan.

(5)

Tidak adanya masa yang teraba.


(6)

Jenis pernafasan dada dan kecepatan dan


kedalaman normal.

(7)

Ictus cordis (-).

(8)

Heart rate : 22x/menit

c) Perkusi
(1) Suara sonor di lapang paru dan dulness pada
jantung.
(2) Batas-batas jantung :

44

ICS 4-ICS 6 Mid Sternalis dekstra


ICS 4- ICS 7 Mid Klavikularis Sinistra.
(3) Batas-batas paru-paru:
Paru kanan : ICS 2-ICS 4
Paru kiri : ICS 2 ICS 5
d) Auskultasi
(1)

Suara vesikuler : diseluruh lapang paru.

(2)

Suara bronkhovesikuler : di bronkus.

(3)

Suara bronkheal : ditenggorokan.

(4)

Suara rales (-).

(5)

Suara ronkhi (+) akibat merokok.

(6)

Suara mur-mur (-)

9)

Payudara

a) Inspeksi
(1)

Bentuk : simetris.

(2)

Kebersihan : dalam keadaan bersih

b) Palpasi
(1)
10)

Tidak ada massa/tumor.


Punggung

a)

Bentuk normal.

b)

Spina bivida, meningokel, encephalokel (-)

11)

Abdomen

a) Inspeksi
(1)

Warna kulit : coklat tidak ada lesi.

(2)

Bentuk/kontur : flat

(3)

Simetris.

(4)

Scar (-).

(5)

Luka (-)

b) Auskultasi
(1)

Frekuensi peristaltik : 24x/menit.

(2)

Intensitas peristaltik : klick.

45

(3)

Suara vaskuler : epigastrium.

(4)

Suara friction rub (-)

c) Perkusi
(1)

Suara tympani pada keempat kuadran.

d) Palpasi
(1)

Massa (-).

(2)

Hernia (-).
(3)

Hepar:

tidak

teraba

dan

tidak

ada

pembesaran hepar.
(4)

Lien: tidak ada pembesaran klien dan tidak


teraba.

12)

Anus dan Rektum : Tidak terkaji.

13)

Genetalia : Tidak terkaji.

14)

Ekstermitas

a)

Atas
(1)

Anggota gerak lengkap.

(2)

Tidak ada kelainan jari.

(3)

Clubbing finger : (-).

(4)

Tidak ada odema.

b)

Bawah
(1)

Tidak ada odema.

(2)

Anggota gerak lengkap.

(3)

Kekuatan otot : Kaki kanan dan kaki kiri


5.

(4)

Bentuk kaki normal.

(5)

Telapak kaki flatfood.

(6)

Varices : (-).

15)

Refleks

a)

Refleks fisiologis:
(1)

Biseps (+).

(2)

Triseps (+).

46

(3)

Lutut (+).

(4)

Achiles (+)
b) Refleks patologis:

(1)

Babinski (-).

(2)

Oppenheim (-).

(3)

Gonda (-)
c) Tanda rangsang meningeal
(1) Neck rigidity (-).
(2) Laseque (-).
(3) Kerning (-).
(4) Brudzinki neck sign (-).
(5) Brudzinski contra lateral leg sign (-)

5. Rencana Pulang
a.

Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan : keluarga .

b.

Keinginan tinggal setelah pulang : di rumah.


c. Pelayanan

kesehatan

yang

digunakan

sebelumnya

Puskesmas.
d.

Kendaraaan yang digunakan saat pulang : taksi.

e.

Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang :


Klien mengatakan telah merundingkan dengan semua keluarga
bahwa semua biaya administrasi akan diurus keluarga. Dan
nanti setelah keluar, klien akan banyak menabung dan lebih
mementingkan biaya kesehatan daripada yang lainnya.

f.

Antisipasi masalah perawatan diri :


Klien mengatakan akan meminta bantuan keluarganya dalam
masalah perawatan diri dalam proses pemulihan di rumah.

g.

Bantuan yang diperlukan setelah pulang :


Dengan melihat keadaannya, pasien sangat membutuhkan
bantuan dalam beraktifitas terutama dalam pola perawatan diri.

47

6. Diagostik Test
1)
Pemeriksaan

Laboratorium
Hasil

Satuan

Nilai normal

48

Hemoglobin

13,7

gr/dL

13.50 - 17.50

Lekosit

9,12

L ribu/mmk

4.50 - 11.00

Eosinofil

0.4

0.0 - 5.0

Basofil

0,3

0.0 - 2.0

Segmen

H 80,7

47.0 80.0

Limfosit

14,0

13.0 40.0

Monosit

4,6

2.0 11.0

Hematokrit

L 40,3

41.0 53.0

Eritrosit

4,62

Juta/mmk

4.50-5.90

RDW

13,90

11.60 14.80

MCV

L 87,20

fL

92.00 121.00

MCH

L 29,70

pg

31.00 37.00

MCHC

34,00

g/dL

29.00 36.00

Trombosit

356

ribu/mmk

140.0 440.0

MPV

9,80

H fL

4.00 11.00

PDW

11,3

fL

Golongan Darah

AB

Hitung Jenis

Fungsi hati
SGOT (AST)

17,3

u/L

0.0 40.0

SGPT (ALT)

14,6

u/L

0.0 - 41.0

Kolesterol

H 213,3

mg/dL

<200,0

Trigliserid

79,9

mg/dL

<200,0

Asam Urat

3,6

mg/d

3.4 7.0

Lemak
Paket Lemak

49

Elektrolit
Natrium

145,0

mmol/L

130.0 150.0

Kalium

4,2

mmol/L

3.50 5.50

Ureum

31,2

mg/dL

10.0 50.0

Kreatinin

1,0

mg/dL

0.7 1.2

Uric Acid

3,6

mg/dL

3.4 7.0

Fungsi Ginjal
Paket Ginjal

2)

CT. Scan Kepala : MSCT Head Slices 5

mm axial
Soft tissue extra cranial dalam batas normal, tabula dan petrosum
kontinyu.

50

3)

CT. scan thorax


Apikal paru tenang, corakan bronchovasculer minimal, suspensi
bronchitis, dan besar cor dalam batas normal. CT. Scan :
Hematoma (-)
4)

Rontgen gigi : gigi kanan atas dalam

bentuk dan posisi tidur, bukan seperti posisi gigi normal.


5)
7. PROGRAM PENGOBATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Infus RL 500cc 20 tpm


O2 = 2lt/menit
Betarserc 8 mg 3x1 Sgr pc
Simvastatin 10 mg 1x1ml
Cetalgin 3x1 Sgr pc
Cetinal = cetirizine 1x1 ml
Antalgin 1 tb

EKG.

51

8.
9. ANALISA OBAT
10.
N

11. NAM
A
OBAT

16.
1

22. Infus
RL
500cc
20
tpm

17.
18.
19.

12. INDIKASI

Pemberian
cairan
intravena (intravenous
fluids).

Pemberian
nutrisi
parenteral (langsung
masuk ke dalam darah)
dalam jumlah terbatas.

23.

Pemberian
darah dan
darah.

Pemberian obat yang


terus-menerus
(kontinyu).

20.
21.

13. KONTRA INDIKASI

Inflamasi
(bengkak,
nyeri, demam) dan
infeksi
di
lokasi
pemasangan infus.

Daerah lengan bawah


pada pasien gagal
ginjal, karena lokasi ini
akan digunakan untuk
pemasangan
fistula
arteri-vena (A-V shunt)
pada
tindakan
hemodialisis
(cuci
darah).

Obat-obatan
berpotensi

kantong
produk

yang
iritan

14. EFEK
SAMPING
24.

15. IMPLIKASI
KEP.
-

Observasi
tanda-tanda
inflamasi.

52

terhadap
pembuluh
vena kecil yang aliran
darahnya
lambat
(misalnya
pembuluh
vena di tungkai dan
kaki).
25.26.
O2=
2 2lt/menit

Oksigen adalah obat.


Pemberian
oksigen
pada pasien dengan
henti napas bertujuan
untuk
mencegah
terjadi hipoksia, yaitu
keadaan dimana sel-sel
dalam
tubuh
kekurangan oksigen.

Pemberian pernapasan
buatan
hanya
memberikan oksigen
sekitar
18
%
sedangkan tubuh pada
saat
hipoksia
membutuhkan
kandungan
oksigen

27.

28.

29.

30.

53

yang cukup besar,


namun
pemberian
pernapasan
buatan
tetap harus dilakukan
karena selain untuk
mencegah
hipoksia
lebih lanjut, juga utuk
merangsang paru agar
dapat
timbul
pernapasan spontan.
-

Pemberian
oksigen
dengan alat tertentu
dianjurkan
untuk
diberikan
apabila
tersedia sarana yang
tepat dan pemberi
pertolongan tahu cara
pemakainya,
karena
bahaya
pemakaian
oksigen sangat fatal.

Pada umumnya ada


beberapa
keadaan
dimana
oksigen

54

dibutuhkan:

Serangan jantung
Gagal jantung.
Gagal napas
Komplikasi
saat
persalinan.
Keracunan.

Umumnya
pada
keadaan
diatas
beberapa organ yang
berfungsi menyalurkan
oksigen
(seperti
jantung dan paru) tidak
dapat berfungsi dengan
baik sehingga oksigen
harus diberikan.

Pada penurunan PaO2


(hipoksia)
dengan
gejala
dan
tanda
hipoksia,
dispnoe,
takhipnoe, disorientasi,
gelisah, apatis, atau
penurunan kesadaran,

55

takikardia
atau
bradikardia
dengan
tekanan darah turun.

31.32.
Betars
3 erc 8 mg 3x1
Sgr pc
33.

Hipoksia ringan : Pa
O2 70 0 mmHg
(dengan nasal kanul 23 liter per menit,
oxihood 6 lt/mnt).

Hipoksia sedang : Pa
O2
5070
mmHg
(dengan masker 612
liter per menit, masker
venturi 5060 %).

Keadaan lain : gagal


nafas
akut,
syok,
keracunan CO.

Pengobatan
untuk
menghilangkan gejalagejala vertigo perifer,
penyakit Meniere &
sindroma
Meniere

34.

35. Keluhan
lambung
yang
ringan.
36.
37. Kemerahan

Observasi
tanda
kemerahan
pada kulit.

56

yang ditandai dengan


serangan vertigo,
telinga
berdenging
tanpa rangsang dari
luar dan atau semakin
kehilangan
pendengaran, biasanya
disertai dengan mual
dan muntah.
38.39.
Simva
4 statin 10 mg
1x1ml
40.

Sebelum
memulai
terapi
dengan
simvastatin, singkirkan
dulu
penyebab
hiperkolesterolemia
sekunder
(misal:
diabetes melitus tidak
terkontrol,
hipertiroidisme,
sindroma
nefrotik,
disproteinemia,
penyakit
hati
obstruktif, alkoholisme
serta terapi dengan
obat lain) dan lakukan

pada kulit.

41.

Pasien yang mengalami


gagal fungsi hati atau
pernah
mengalami
gagal fungsi hati.
Pasien yang mengalami
peningkatan
jumlah
serum
transaminase
yang abnormal.
Pecandu alkohol.
Bagi wanita hamil dan
menyusui.
Hipersensitif terhadap
simvastatin.

42. Sakit
kepala,
konstipasi,
nausea,
flatulen,
diare,
dispepsia,
sakit perut,
fatigue,
nyeri dada
dan angina.
43. Astenia,
miopathy,
ruam kulit,
rhabdomyo
lisi,

51. Bila
simvastatin
dikombinasik
an
dengan
siklosporin,
eritromisin,
gemfibrozil
dan
niacin
dapat
menyebabkan
peningkatan
resiko terjadi
myopathy
dan
rhabdomyolis

57

pengukuran profil lipid


total kolesterol, HDL
kolesterol
dan
trigliserida.
-

Penurunan
kadar
kolesterol total dan
LDL pada penderita
hiperkolesterolemia
primer, bila respon
terhadap diet dan
penatalaksanaan non
farmakologik
saja
tidak memadai.

Simvastatin
meningkatkan kadar
kolesterol HDL dan
karenanya menurunkan
rasio LDL/HDL serta
rasio
kolesterol
total/LDL. Meskipun
mungkin bermanfaat
mengurangi kolesterol
LDL yang meninkat

is.
hepatitis,
angioneuro
tik edema
terisolasi.
44. Neurologik
: disfungsi
saraf
kranial,
tremor,
pusing,
gangguan
psikis,
anxiety,
insomnia,
depresi,
vertigo,
hilang
memori,
parestesia,
neuropati
perifer,
pheriphera
l
nerve
palsy.
45. Reaksi
hipersensiti
fitas:

52. Bila
simvastatin
dikombinasik
an
dengan
warfarin akan
meningkatka
n
aktivitas
warfarin
sebagai
antikoagulan.
53. Pemberian
simvastatin
bersamaan
waktu
dengan
digoksin
dapat
menyebabkan
aktivitas
jantung akan
meningkat.
54.

58

pada penderita dengan


hiperkolesterolemia
campuran
dan
hipertrigliseridemia
(dengan
hiperkolesterolemia
sebagai
kelainan
utama),
namun
simvastatin
belum
diteliti pada kelainan
utama
berupa
peningkatan
kadar
Chylemicron.

anaphylaxi
s,
angioedem
a, sindrom
menyerupai
lupus
erythemato
sus,
polymialgi
a
rheumatika
, vasculitis,
positive
ANA,
eosinophili
a, arthritis,
arthralgia,
urtikaria,
malaise,
dispepsia,
toksik
epidermal
necrolysis,
erythema
multiforme,
termasuk
syndrome

59

Stevens
Johnson
pernah
dilaporkan
(sangat
jarang).
46. Gastrointes
tinl:
anoreksia,
mual,
muntah,
diare,
pankreatitis
, dispepsia.
47. Kulit
:alopesia,
pruritus.
48. Organ
reproduksi
:
ginekomast
,
libido
berkurang,
disfungsi
erektil.
49. Mata:
oftalmoplei

60

,
progesifitas
katarak
50. Laboratori:
peningkata
n
serum
transamina
e,
serum
creatinine
phosphokin
ase
55.56.
Cetalg
5 in 3x1 Sgr pc
57.

61.62.
Cetina
6 l = cetirizine
1x1 ml
63.

64. CETINAL
diindikasikan
untuk
mengatasi
gejalagejala rinitis alergi
musiman, rinitis alergi

Sakit
kepala,
neuralgia,
sakit
pinggang,
rasa
sakit/nyeri
yang
berkaitan
dengan
penyakit lainnya.

58. Kelainan
porfiria.

perdarahan,

65. CETINAL
dikontraindikasikan
untuk:
Pasien
dengan
hipersensitivitas

59. Reaksi
alergi,
agranulosit
osis,
perdarahan
lambungusus.
66. Ada
beberapa
laporan
mengenai
efek

60. Perhatikan
efek samping
obat.

67. Perhatikan
efek samping
obat.

61

perennial, dan urtikaria


idiopatik kronik pada
orang dewasa dan
anak-anak usia 6 tahun
atau lebih dari 6 tahun.

terhadap Cetirizine atau


Hydroxyzine
atau
komponen lain dari
CETINAL.

samping
ringan dan
bersifat
sementara
seperti
sakit
kepala,
pusing,
mengantuk,
agitasi,
mulut
kering dan
kelainan
pencernaan
.
pada
beberapa
orang,
reaksi
hipersensiti
vitas
termasuk
reaksi kulit
dan
angioedem
a
dapat
terjadi.

62

68.69.
Antal
7 gin 1 tb
70.

71. Analgetik-antipiretik.
Nyeri akut hebat,
sesudah
luka/
pembedahan, tumor /
kolik & jika analgesic
lain tdk menolong
(INJ).
72. Demam tinggi yang
tdk
dapat
diatasi
antipiretik lain.

73. Alergi dipiron atau


AINS lainnya, payah
jantung, bayi < 3 bln,
wamil trimester I & 6
mgg
takhir.
Penggunaan bersama
klorpromazin.

74. Agranolosit
osis, reaksi
kulit, iritasi
lambung.

75. Perhatikan
kontraindikas
i dan efek
samping
obat.

63

76. Program Tindakan


1) Diit : BB, NCVA
2) Infus RL
3) Oksigen 2 liter/menit
4) Pengobatan

64

77.
B. ANALISA DATA
78.
N

79. Data

80. Masalah
(Problem)

81. Penyebab
(Etiologi)

65

82.115.
1
-

DS:
Klien
mengatakan
nyeri.
- Klien
mengatakan
83.
sakit kepala
- Klien
mengatakan
kepala
seperti
84.
memutar-mutar.
116. DO:
85. - Tekanan darah 120/80
mmHg.
- Nadi 70x/menit.
86. - Respirasi 20x/menit.
- Suhu 36,5 C
- Posisi berhati-hati
87. - Raut wajah klien
kesakitan
Skala nyeri 6
88.
117.
89.

118.
-

90.
91.

DS:

Klien
mengatakan
susah tidur karena
sakit kepala.

119.

DO:

92.
93.
94.
95.
2
96.
97.
98.

Klien
terlihat
meringai
menahan
sakit kepala.
120.
121.
-

Klien
mengatakan
tidak
dapat
beraktivitas
seperti
biasa sebelum sakit.
Klien
mengatakan
tidak bisa melakukan
tindakan sendirian.

122.
-

DS:

DO:

Klien tampak tidak


bertenaga.
Mandi, BAB, BAK
dan
berpakaian

126.
Ganggua
n
persepsi
sensori
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
Ganggua
n pola tidur
berhubungan
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
Kurang
mandiri dalam
merawat
diri
(mandi, makan,
minum, BAK,
BAB
dan
berpakaian)
147.

157.
peruba
han
penerimaan
sensori
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
Ketida
knyaman
(nyeri)
171.
172.
173.
174.
175.
176.
Kelema
han fisik
177.
178.
179.
180.

66

190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
199.
N

200.

Diagnosa Keperawatan

67

201. 226.
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan
1
penerimaan sensori ditandai oleh :
227.
202. -

DS:
Klien mengatakan nyeri.
- Klien mengatakan sakit kepala
203. - Klien mengatakan seperti memutar-mutar.
228. DO:
204.
- Tekanan darah 120/80 mmHg.
205. - Nadi 70x/menit.
- Respirasi 20x/menit.
206. - Suhu 36,5 C
- Posisi berhati-hati
207. - Raut wajah klien kesakitan
208. - Skala nyeri 6
229.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman (nyeri)
209. 230.
ditandai oleh:
210.
231.
DS:
211.
- Klien mengatakan susah tidur karena sakit kepala.
2
232.

DO:

212.

- Klien terlihat meringai menahan sakit kepala.


213. 233.
Kurang mandiri dalam merawat diri (mandi, makan, minum,
214. 234.
BAK, BAB dan berpakaian) berhubungan dengan kelemahan fisik
215.
ditandai oleh:
216. 235.
217. 236.
DS:
3
- Klien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti biasa sebelum sakit.
- Klien mengatakan tidak bisa melakukan tindakan sendirian.
218.
237.
DO:
219.
- Klien tampak tidak bertenaga.
220. - Mandi, BAB, BAK dan berpakaian dibantu oleh keluarga terutama istri
klien.
221.
238.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
222.
berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi ditandai
oleh:
223.
224. 239.
-

DS:
Klien selalu bertanya mengapa sakit kepalanya tidak dapat hilang.

68

241.
242.

Tanggal : 15 Juni 2011


TT : ...........................................

D. Rencana Keperawatan
243.

Nama Pasien

: Bpk. S

244.

Ruangan

: Galilea II

245.

Waktu/Tanggal

: 14.00 WIB/ 15 Juni 2011

246.

Nama Mahasiswa

: Mahasiswa Marlini

248.
Diagnosa
247.
N
249.
Keperawatan & Data
Penunjung

250.
254.

Tindakan Keperawatan

Tujuan &
Kriteria

255.

Tindakan

251.

Rasional

257. 274.
Tgl / Jam: 15 Juni
1
2011/07.00 WIB

284.
Tgl / Jam: 15
Juni 2011/07.00 WIB

288.
Tgl / Jam: 15
Juni 2011/07.00 WIB

292.
Tgl / Jam: 15 Juni
2011/07.00 WIB

275.
Gangguan persepsi
258.
sensori berhubungan dengan
perubahan
penerimaan
259.
sensori ditandai oleh :

285.
Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan 4 x 24
jam, klien mengalami
peningkatan persepsi
sensori
dengan
kriteria hasil:

1. Ajarkan klien untuk


merawat
indera
pendengaran
secara
tepat.
2. Instruksikan klien untuk
menggunakan
teknikteknik
yang
aman
sehingga
dapat
mencegah
terjadinya
ketulian lebih jauh.

1. Untuk
menjaga
kebersihan
indera
pendengaran.
2. Dapat
mencegah
terjadinya ketulian lebih
jauh.
3. Agar mengetahui tandatanda awal kehilangan
pendengaran yang lanjut.
4. Menghambat

260.
276.
261.

262.
277.

DS:
Klien mengatakan nyeri.
Klien mengatakan sakit
kepala memutar-mutar.
DO:

286.

DS:

Tekanan
darah
120/80
mmHg.
- Nadi 70x/menit.
- Respirasi 20x/menit.
- Suhu 36,5 C
- Posisi berhati-hati
- Raut wajah klien kesakitan
- Skala nyeri 6
278.

279.

263. 264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.

280.
281.
282.

Klien
mengatakan
keadaannya
mulai
membaik
Klien
mengatakan
tidak merasa sakit
kepala
memutarmutar.

287.

DO:

Klien
mengalami
peningkatan
persepsi/sensoris
pendengaran sampai
pada
tingkat
fungsional.

3. Observasi tanda-tanda
awal
kehilangan
pendengaran
yang
lanjut.
4. Instruksikan klien untuk
menghabiskan seluruh
dosis antibiotik yang
diresepkan (baik itu
antibiotik
sistemik
maupun lokal).

pertumbuhan
atau
membasmi mikroba jenis
lain
293.
294.
295.

289.
290.
291.

283.

296. 297.
Tgl / Jam: 15 Juni
2
2011/07.00 WIB

305.
Tgl / Jam: 15
Juni 2011/07.00 WIB

308.
Tgl / Jam: 15
Juni 2011/07.00 WIB

309.
Tgl / Jam: 15 Juni
2011/07.00 WIB

298.
Gangguan pola tidur
berhubungan
dengan
ketidaknyaman (nyeri)

306.
Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
4x24
jam kebutuhan tidur
dan istirahat klien
terpenuhi,
dengan

1. Jelaskan pada klien dan


keluarga
penyebab
gangguan tidur dan
kemungkinan cara untuk
menghindari.
2. Ciptakan
lingkungan

1. Agar keluarga dan


pasien
mengetahui
apa
penyebab
gangguan tidur dan
dapat
mengetahui
cara-cara
untuk

299.
-

Klien

DS:
mengatakan

susah

tidur karena sakit kepala.


300.
-

DO:

kriteria hasil:
-

Klien terlihat meringai


menahan sakit kepala.

301.

302.

303.
304.

Klien
mampu
beristirahat / tidur
dalam waktu yang
cukup.
Klien mengungkapan
sudah bisa tidur.
Klien
mampu
menjelaskan faktor
penghambat tidur.

dan
suasana
yang
mendukung
untuk
memenuhi
kebutuhan
tidur.
3. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
penyebab
gangguan
tidur.
4. Kolaborasi
dengan
dokter untuk pemberian
obat analgetik.

menghindari
gangguan tidur.
2. Lingkungan
dan
suasana
tenang
dengan mengurangi
kebisingan
dan
mengurangi rasa nyeri
(ketidaknyamanan).
3. Agar pasien merasa
puas
setelah
mengungkapkan apa
yang pasien rasakan.
4. Dapat
mengurangi
nyeri.

307.

310. 311.
Tgl / Jam: 15 Juni
3
2011/07.00 WIB

315.
Tgl / Jam: 15
Juni 2011/07.00 WIB

319.
Tgl / Jam: 15
Juni 2011/07.00 WIB

320.
Tgl / Jam: 15 Juni
2011/07.00 WIB

312.
Kurang
mandiri
dalam merawat diri (mandi,
makan, minum, BAK, BAB
dan
berpakaian)
berhubungan
dengan
kelemahan fisik ditandai
oleh:

316.
Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan 4 x 24
jam, klien mampu:

1. Kaji
tingkat
kemandirian klien dalam
merawat diri.
2. Libatkan klien dalam
beraktivitas memenuhi
kebutuhannya.
3. Berikan support pada
klien bila mempunyai
kemampuan
untuk

1. Untuk
mengetahui
kemampuan
pasien
dalam
perawatan
dirinya selama sakit.
2. Agar pasien dapat
merawat diri sendiri
(mandiri).
3. Agar klien merasa
senang karena sudah

313.

DS:

Merawat
dirinya
sendiri.
Berpatisipasi dalam
merawat diri sebatas

Klien mengatakan tidak


dapat beraktivitas seperti
biasa sebelum sakit.
Klien mengatakan tidak bisa
melakukan
tindakan
sendirian.

314.
-

kemampuannya.
Beraktivitas merawat
diri secara bertahap
mandiri.

317.
318.

DO:

Klien
tampak
bertenaga.
Mandi, BAB, BAK
berpakaian dibantu
keluarga terutama
klien.

melakukan perawatan
diri klien.
4. Kolaborasi
dengan
fisioterapis dalam terapi
fisik.
5. Kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat
analgetik.

dapat merawat diri


sendiri selama sakit.
4. Agar klien lebih aktif
dalam
merawat
dirinya sendiri.

tidak
dan
oleh
istri

321. 322.
Tgl / Jam: 15 Juni
4
2011/07.00 WIB

333.
Tgl / Jam: 15
Juni 2011/07.00 WIB

337.
Tgl / Jam: 15
Juni 2011/07.00 WIB

340.
Tgl / Jam: 15 Juni
2011/07.00 WIB

323.
Kurang pengetahuan
mengenai
kondisi
dan
kebutuhan
pengobatan
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
mengenai kondisi ditandai
oleh:

334.
Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
4x24
jam
klien
dapat
mengutarakan
pemahaman tentang
kondisi,
efek
prosedur dan proses
pengobatan dengan

1. Kaji
tingkat
pengetahuan klien dan
keluarga
tentang
penyakitnya.
2. Berikan penjelasan pada
klien
tentang
penyakitnya
dan
kondisinya sekarang.
3. Diskusikan
penyebab
individual dari sakit

1. Mengetahui seberapa jauh


pengalaman
dan
pengetahuan klien dan
keluarga
tentang
penyakitnya.
2. Dengan
mengetahui
penyakit dan kondisinya
sekarang,
klien
dan
keluarganya akan merasa
tenang dan mengurangi

324.
-

DS:
Klien

selalu

bertanya

mengapa sakit kepalanya


tidak dapat hilang.
Klien meminta penjelasan
dan informasi mengenai
penyakitnya.

325.
-

DO:

Klien dapat
mengikuti
instruksi.
Klien
terlihat
sedikit
gelisah.

kriteria hasil:
335.
-

326.
327.
328.

Klien dapat memulai


perubahan
gaya
hidup
yang
diperlukan dan ikut
serta dalam regimen
perawatan.
Klien sudah dapat
mengerti
dari
penjelasan
dan
informasi
tentang
penyakitnya.

329.

336.

330.

331.
332.

DS:

DO:

Melakukan prosedur
yang diperlukan dan
menjelaskan alasan
dari suatu tindakan.
Klien terlihat lebih
tenang.

kepala bila diketahui.


4. Minta
klien
dan
keluarga
mengulangi
kembali tentang materi
yang telah diberikan.
5. Diskusikan
mengenai
pentingnya posisi atau
letak
tubuh
yang
normal.
6. Anjurkan pasien untuk
selalu memperhatikan
sakit
kepala
yang
dialaminya dan faktorfaktor
yang
berhubungan.
338.
339.

rasa cemas.
3. Untuk
mengurangi
kecemasan klien serta
menambah pengetahuan
klien tetang penyakitnya.
4. Mengetahui seberapa jauh
pemahaman klien dan
keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan
yang dilakukan.
5. Agar
klien
mampu
melakukan dan merubah
posisi/letak tubuh yang
kurang baik.
6. Dengan memperhatikan
faktor yang berhubungan
klien dapat mengurangi
sakit
kepala
sendiri
dengan
tindakan
sederhana,
seperti
berbaring,
beristirahat
pada saat serangan.
341.

E. Catatan Perkembangan
342.

Nama Pasien

: Bpk. S

343.

Ruangan

: Galilea II

344.

Diagnosis Medis

: Vertigo

345.
N

346.
No. DK /
MK

350.
1

351.
DX. I

365.
15-0611/07.00 WIB

352.

366.

347.

Tgl /
Jam

367.
353.

368.

354.

369.
15-0611/09.00 WIB

355.

370.

356.

348.

371.

358.
359.
360.
361.
362.

I:

376.

1. Mengobservasi KU pasien
- KU
sedang,
kesadaran
composmentis, infus lancar.
2. Mengukur vital sign
- TD: 110/70 mmHg.
- Suhu : 37 C.
- Nadi : 81x/menit.
- Respirasi : 21x/menit.
372.
E:
373.
374.

357.

Perkembangan (SOAPIE)

375.

DS:
Klien
mengatakan
berkurang.
DO:
Skala nyeri 3.
Klien terpasang infus.
Klien terapsang O2.

349.
Tanda
Ta
ng
an

pusing

377.

363.
364.
378.
2

379.
DX. II

380.
15-0611/07.45 WIB
381.
382.
383.
15-0611/08.00 WIB

384.

I:

385.
1. Memberikan suasana
yang nyaman bagi pasien.
386.
2. Memposisikan klien semi
fowler menggunakan bantal kepala
dan meninggikan tempat tidur 30.
- Klien terlihat lebih nyaman.
387.
E:
388.

DS:

Klien mengatakan tadi


belum bisa tidur nyenyak.
389.
DO:
391.
3

392.
DX. III

393.
15-0611/08.30 WIB
394.
395.
396.
397.
398.
15-0611/09.00 WIB
399.
400.
15-0611/09.30 WIB

390.

malam

- Klien tampak lelah.


401.
I:

410.

402.

1. Memberikan diit pagi.


Klien dibantu oleh keluarga
(istri) saat makan.
- Klien
menghabiskan
makanannya 7-8 sendok
makan
403.
2. Menganjurkan keluarga
agar perlahan-lahan memberikan
makanan klien.
404.
3. Memberikan obat pagi
sesuai program.
405. Betaserc 1 tb.
406. Cetaligin 1 tb.
- Obat dapat diminum semua
dan tidak ada muntah.
407.
E:
-

408.
-

DS:

Klien mengatakan sudah


makan sedikit demi sedikit.

bisa

409.

DO:

411.
4

412.
DX. IV

413.
15-0611/10.45 WIB
414.
415.
15-0611/11.00 WIB

Klien dibantu untuk minum obat


pagi oleh keluarga (istri).
416.
I:

422.

417.
1. Memberikan penjelasan
tentang penyakit yang diderita
klien.
418.
2. Menjelaskan manfaat obat
yang diberikan sesuai program.
419.

E:

420.

DS:

Klien mengatakan masih kurang


mengetahui pasti apa penyebab
terjadinya penyakit yang klien
derita.
421.
DO:
423.
5

424.
DX. I

425.
16-0611/ 07.00 WIB
426.

- Klien tampak masih bingung.


438.
S: Klien mengatakan pusing
sudah berkurang.

427.

439.
O: KU sedang, kesadaran :
composmentis, tetesan infus lancar,
pusing skala 3 dan imobilisasi.

428.

440.

A : Masalah belum teratasi.

429.

441.

P: Lanjut Intervensi 1,2

430.

442.

I:

431.

443.
1. Mengobservasi status
neurologis
- KU sedang, kesadaran :
composmentis, tetesan infus
lancar,
dan
pusing
berkurang.
444.
2. Mengukur vital sign
- TD: 110/70mmHg.
- Suhu : 36,4C.
- Nadi : 70x/menit.
- Respirasi : 20x/menit.
445.
E:

432.
16-0611/07.15 WIB
433.
434.
435.
436.
16-0611/09.00 WIB

451.

437.

446.

S:

Klien
mengatakan
berkurang.
447.
O:

pusing

- Klien terpasang infus


- Tetesan cairan lancar.
- Skala nyeri kepala 3.
- Klien sudah tidak terpasang O2.
448.
A: Masalah belum teratasi
449.
P: Lanjutkan intervensi 1,2
450.
452.
6

453.
DX. II

454.
16-0611/ 10.00 WIB
455.
456.
457.
458.
459.
460.
461.
462.
16-0611/11.00 WIB
463.

464.
S: Klien mengatakan sudah
bisa tidur tetapi belum terlalu
nyenyak.
465.
O: Klien
sedikit pucat.
466.
A:
sebagian.

masih

Masalah

476.

tampak
teratasi

467.

P: Lanjutkan intervensi 1,2

468.

I:

469.
1. Memberikan suasana
yang nyaman bagi pasien.
470.
2. Memposisikan klien semi
fowler menggunakan bantal kepala
dan meninggikan tempat tidur 30.
- Klien terlihat lebih nyaman.
471.
E:
472.

S:

Klien mengatakan sudah bisa tidur


tetapi belum terlalu nyenyak.
473.
O:

477.
7

478.
DX. III

479.
16-0611/08.00 WIB

- Klien masih tampak sedikit pucat.


474.
A:
Masalah
teratasi
sebagian.
475.
P: Lanjutkan intervensi 1,2
491.
S: Klien mengatakan badan
masih lemas.

504.

480.
481.

492.
O: KU sedang, aktivitas
belum bisa mandiri dan imobilisasi.
493.

A: Masalah belum teratasi.

483.

494.
1,2,3

P:

484.
16-0611/08.00 WIB

495.

I:

482.

485.
486.
16-0611/08.30 WIB
487.
488.
489.
490.
16-0611/11.30 WIB

Lanjutkan

intervensi

496.
1. Memberikan diit NCVA
- Klien makan habis 1 porsi.
497.
2. Memberikan obat pagi
sesuai program : betaserc 1 tb dan
cetalgin 1 tb.
- Obat dapat diminum semua dan
masih dibantu sebagian oleh
keluarga.
498.
3. Melibatkan keluarga
dalam pemenuhan ADL klien.
499.

E:

500.

S:

Klien mengatakan badan masih


lemas.
501.
O:
-

KU sedang, aktivitas belum bisa


mandiri dan posisi klien berhatihati.
502.
A: Masalah belum teratasi.
503.
P:
1,2,3.
505.
8

506.
DX. IV

507.
16-0611/12.20 WIB
508.

Lanjutkan

intervensi

519.
S: Klien mengatakan masih
bingung dengan penyakit yang
dialami sekarang.

509.

520.
O: Klien
gelisah.

masih

tampak

510.

521.

A: Masalah belum teratasi.

511.

522.

P: Lanjutkan intervensi 1,2

512.

523.

I:

531.

513.
16-0611/12.20 WIB
514.
16-0611/13.00 WIB

524.
1. Memberikan penjelasan
tentang penyakit yang diderita
klien.
525.
2. Menjelaskan manfaat obat
yang diberikan sesuai program

515.

526.

E:

516.

527.

S:

517.

518.

Klien mengatakan masih kurang


mengetahui pasti apa penyebab
terjadinya penyakit yang klien
derita.
528.
O:
-

532.
9

533.
DX. I

534.
17-0611/14.00 WIB
535.
536.
537.
538.
539.
540.
541.
17-0611/14.00 WIB
542.
543.
17-0611/15.00 WIB
544.
545.
546.
17-0611/16.00 WIB

Klien tampak lebih tenang.

529.

A: Masalah belum teratasi.

530.

P: Lanjutkan intervensi 1,2

547.
S: Klien mengatakan telinga
berdenggung tetapi sakit kepala
sudah berkurang.
548.
O: KU sedang, kesadaran :
composmentis dan skala nyeri 2.
549.
A
sebagian.

Masalah

teratasi

550.

P: Lanjutkan intervensi 1,2.

551.

I:

552.
1. Mengobservasi status
neurologis
- KU sedang dan kesadaran :
composmentis.
553. 2. Mengukur vital sign
TD: 110/70mmHg.
Suhu : 36,1C.
Nadi : 80x/menit.
Respirasi : 22x/menit.
554.
3.
Melakukan
pemeriksaan fisik head to toe.
-

560.

555.

E:

556.

S:

Klien
mengatakan
pusing
berkurang.
- Klien mengatakan tidak ada rasa
sakit pada badannya, tetapi telinga
masih berdenggung dan gigi kiri
atas terasa sakit.
557.
O:
-

Klien sudah tidak terpasang infus


RL.
- Skala nyeri kepala 2.
- Gigi kanan atas dan bawah
berwarna hitan dan berlubang.
- Klien tampak tenang saat dilakukan
pemeriksaan fisik dari kepala
hingga ujung kaki.
558.
A : Masalah teratasi
sebagian.
559.
561.
1

562.
DX. II

563.
17-0611/15.30 WIB
564.
565.

P: Lanjutkan intervensi 1,2.

570.
S: Klien mengatakan sudah
bisa tidur dan badan sudah lebih
enak.
571.

O: Klien tampak lebih segar.

566.

572.
A:
sebagian.

567.

573.

P: Lanjutkan intervensi 1

568.

574.

I:

569.
17-0611/15.45 WIB

575.
1. Memberikan suasana
yang nyaman bagi pasien.
- Klien tampak lebih nyaman dan
tenang.
576.
E:
577.

Masalah

teratasi

S:

- Klien mengatakan sudah bisa tidur.


578.
O:
-

Klien tampak lebih segar.

581.

579.
A
sebagian.
580.
582.
1

583.
DX. III

Masalah

teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1

584.
17-0611/14.00 WIB

596.
S:
Klien
mengatakan
badannya sudah lebih enak.

585.

597.
O: KU sedang, aktivitas
dibantu sebagian.

586.
587.

598.
A:
sebagian.

588.

599.

P: Lanjutkan intervensi 1,2.

589.

600.

I:

590.
17-0611/14.00 WIB

593.

601.
1. Memberikan obat siang
sesuai program : betaserc 1 tb dan
cetalgin 1 tb.
- Obat dapat diminum semua.
602.
2. Memandikan klien di atas
tempat tidur.
- Klien tampak lebih segar.
603.
E:

594.

604.

595.

591.
592.
17-0611/14.20 WIB

Masalah

609.

teratasi

S:

Klien mengatakan badan lebih


membaik
- Klien mengatakan ingin pulang jika
sudah diijinkan oleh dokter.
605.
606.
O:
-

Klien tampak lebih segar.


Aktivitas sudah dapat dilakukan
sendiri.
607.
A:
Masalah
teratasi
sebagian.
608.
610.
1

611.
DX. IV

612.
17-0611/16.40 WIB
613.

P: Lanjutkan intervensi 1,2

619.
S: Klien mengatakan sudah
lebih paham tentang kondisinya
sekarang.
620.

O:

Klien

tampak

lebih

630.

614.

tenang.

615.

621.
A:
sebagian.

616.
617.
618.
17-0611/17.00 WIB

Masalah

teratasi

622.

P: Lanjutkan intervensi 1

623.

I:

624.
1. Memberi penjelasan
tentang pola hidup sehat.
- Klien dapat bekerja sama dengan
baik.
625.
E:
626.

S:

Klien mengatakan setelah sehat


klien akan lebih memperhatikan
keadaan dan pola hidupnya.
- Klien mengatakan sudah lebih
paham tentang kondisinya sekarang.
627.
O:
-

Klien tampak lebih tenang.

628.
A:
sebagian.
629.
631.
1

632.
DX. I

633.
18-0611/14.00 WIB
634.

Masalah

teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1,2

647.
S: Klien mengatakan pusing
sudah berkurang dan hari ini akan
pulang.

635.

648.
O: KU baik, kesadaran :
composmentis dan skala nyeri 1.

636.

649.

A : Masalah teratasi.

637.

650.

P: Intervensi stop.

638.

651.

I:

639.

652.
1. Mengobservasi status
neurologis
- KU baik dan kesadaran :
composmentis.
653. 2. Mengukur vital sign

640.
18-0611/14.00 WIB
641.

659.

642.
18-0611/15.00 WIB
654.

TD: 120/70mmHg.
Suhu : 36C.
Nadi : 80x/menit.
Respirasi : 21x/menit.
E:

655.

S:

643.
644.
645.
646.

Klien mengatakan hari ini akan


pulang dan keadaan sudah semakin
membaik.
656.
O:
-

Klien sudah tidak terpasang infus


RL.
- Skala nyeri kepala 1.
- Klien tampak membaik dan tenang.
657.
A : Masalah teratasi.
658.
660.
1

661.
DX. II

662.
18-0611/14.10 WIB
663.
664.
665.
666.
667.
18-0611/14.20 WIB

P: Intervensi stop.

668.
S: Klien mengatakan sudah
bisa tidur dan badan sudah lebih
enak.
669.

O: Klien terlihat lebih segar.

670.

A: Masalah teratasi.

671.

P: Intervensi stop.

672.

I:

673.
1. Memberikan suasana
yang nyaman bagi pasien.
- Klien tampak lebih nyaman dan
tenang.
674.
E:
675.

S:

- Klien mengatakan sudah bisa tidur.


676.
O:
-

Klien tampak lebih segar dan


tenang.
677.
A : Masalah teratasi.
678.

P: Intervensi stop.

679.

680.
1

681.
DX. III

682.
18-0611/14.05 WIB

695.
S:
Klien
mengatakan
badannya sudah lebih enak.

683.

696.
O: KU baik,
dilakukan sendiri.

684.
685.
686.
687.
688.
18-0611/14.05 WIB
689.
690.
18-0611/14.20 WIB
691.

aktivitas

697.

A: Masalah teratasi.

698.

P: Intervensi stop.

699.

I:

700.
1.
Mengobservasi
kemandirian.
- Klien
melakukan
aktivitasnya
sendiri
701.
2. Memandikan klien di atas
tempat tidur.
- Klien tampak lebih segar.
702.
E:
703.

692.

707.

S:

Klien mengatakan badan lebih


membaik.
- Klien mengatakan akan pulang hari
ini.
704.
O:

693.
694.

Klien tampak lebih segar.


Aktivitas sudah dapat dilakukan
sendiri.
705.
A : Masalah teratasi.
706.
708.
1

709.
DX. IV

710.
18-0611/16.00 WIB
711.

P: Intervensi stop.

717.
S: Klien mengatakan sudah
lebih paham tentang kondisinya
sekarang.

712.

718.
O:
tenang.

713.

719.

A: Masalah teratasi.

714.

720.

P: Intervensi stop.

715.

721.

I:

722.

1.

716.

18-06-

Klien

tampak

Memberi

lebih

penjelasan

728.

11/16.00 WIB

tentang pola hidup sehat.


Klien dapat bekerja sama dengan
baik selama sakit.
723.
E:
-

724.

S:

Klien mengatakan setelah pulang


klien akan menerapkan pola hidup
sehat.
- Klien mengatakan sudah lebih
paham tentang kondisinya sekarang.
725.
O:
Klien tampak lebih tenang.
Klien pulang dan diantar pulang
menggunakan kursi roda pada pukul
16.30 WIB.
726.
A : Masalah teratasi.
-

727.
729.
730.
731.
732.
733.
734.
735.
736.
737.
738.
739.
740.

P: Intervensi stop.

741.
742.
743.
744.

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil Asuhan Keperawatan pada Bpk. S di Ruang Galilea II

kamar 203B dan pada tanggal 17 Juni 2011 pindah ke kamar 203A antara teori
dan praktek tidak terlalu jauh berbeda. Dari pengkajian hingga evaluasi dari teori
hampir semua sama dengan praktek yang dilakukan saat praktek.
745.

Dari hasil Asuhan Keperawatan pada Bpk. S di Ruang Galilea II

kamar 3B yang telah di lakukan selama empat hari hingga klien pulang, keadaan
klien menunjukkan perubahan klien seperti sakit kepala klien sudah berkurang,
telinga yang berdenggung sudah tidak sering terjadi, klien sudah dapat tidur
dengan nyenyak dan pasien sudah dapat makan dan minum obat sendiri (mandiri)
hingga melakukan aktivitas sendiri.
A. Pengkajian
746. Pengkajian

merupakan alat atau tolak ukur pertama dalam

merumuskan diagnosa keperawatan, serta sebagai acuan untuk

melakukan

tindakan keperawatan.
747. Dari data yang dikumpulkan selama pengkajian secara teori yang
diambil dari:
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan Fisik.
Observasi.
Wawancara.
Studi Rekam Medis.

748.

Pengkajian secara praktek pada kasus vertigo tidak jauh

berbeda dengan pengkajian secara teori. Pengkajian secara praktek penulis


juga menggunakan pemeriksaan fisik head to toe dapat dilakukan ke klien
karena kondisi klien yang masih bisa diajak kerja sama, observasi, wawancara

langsung ke klien dan keluarga klien vertigo dan menggunakan studi rekam
medis klien.
B. Diagnosa Keperawatan
749.
Diagnosa untuk pasien dengan vertigo secara teori adalah:
1. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan abnormalitas fungsi fisiologis
indera. Ditandai dengan pasien mengatakan pusing, rasa seperti diputar
atau dimiringkan, obyek disekitarnya bergerak ( subyektif ), wajah pucat,
berkeringat, gelisah, berfokus paddiri sendiri ( obyektif ).
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan
sensori, transmisi dan intergrasi ditandai dengan rasa tidak stabil
750.
(subyektif), disorientasi ruangan/halusinasi gerakan (obyektif ).
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman (nyeri).
4. Kurang mandiri dalam merawat diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal
informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi,
ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
751.
Diagnosa yang ditegakkan untuk klien dengan kasus vertigo secara
teori dan ditegakkan setelah praktek dan diambil dari data-data pengkajian
tidak berbeda teori dan prakteknya. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan
terhadap pasien dengan vertigo, maka diagnosa keperawatan

yang dapat

ditegakkan adalah sebagai berikut :


1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan
sensori.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman (nyeri).
3. Kurang mandiri dalam merawat diri (mandi, makan, minum, BAK, BAB
dan berpakaian) berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi.
C. Rencana Tindakan
752. Rencana tindakan dan tindakan secara teori yang akan
direncanakan dan dilakukan pada pasien kasus vertigo tidak jauh berbeda

dengan yang telah penulis lakukan dan perawat lain lakukan pada pasien
dengan kasus vertigo.
753. Dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan kasus vertigo
yang penulis dapatkan tidak terlepas dari semua data yang didapatkan pada
saat pengkajian yang telah dilakukan, serta rumusan diagnosa yang telah
di susun sehingga dapat memberikan acuan terhadap pemenuhan asuhan
keperawatan

pada

pasien,

tindakan

yang

dilakukan

agar

dapat

meningkatkan kesehatan pasien, serta dapat mempercepat proses


kesembuhan penyakit pasien. Dengan masing-masing untuk diagnosa :
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan
penerimaan sensori.
754.
Hal ini terjadi karena terjadi perubahan ataupun kesalahan
dalam penerimaan sensori, oleh sebab itu dilakukan tindakan untuk
merawat indera pendengaran klien secara tepat, mengobservasi adanya
tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman (nyeri).
755.
Hal ini terjadi karena adanya rasa tidak nyaman pada klien,
oleh sebab itu dilakukan tindakan untuk menciptakan lingkungan dan
suasana

yang

mendukung

untuk

memenuhi

kebutuhan

tidur,

menjelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan


kemungkinan cara untuk menghindari dan memberi kesempatan klien
untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur.
3. Kurang mandiri dalam merawat diri (mandi, makan, minum, BAK,
BAB dan berpakaian) berhubungan dengan kelemahan fisik.
756.
Hal ini terjadi karena pasien masing lemas, oleh sebab itu
dilakukan tindakan untuk membantu klien dalam beraktivitas guna
memenuhi kebutuhan yang di butuhkan oleh pasien, seperti BAB dan
BAK, makan, minum, dan lain-lain.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi.
757.
Kurang pengetahuan dapat mempengaruhi atau menambah
tingkat kecemasan yang dialami pasien. Tindakan yang di berikan
dalam mengatasi diagnosa ini yaitu memberikan pengetahuan melalui

Satuan Acara Penyuluhan, sehingga pasien dapat mengetahui tentang


penyakit yang dideritanya.
758.
D. Evaluasi
759.

Evaluasi secara teori adalah pasien dapat menunujukkan

dan mengalani peningkatan dalam proses kesembuhan.


760.

Begitu juga evaluasi yang dilakukan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 4 hari pada pasien kasus vertigo adalah


pasien mengalami peningkatan atau kemajuan dalam proses kesembuhan.
761.

Dari

keempat

diagnosa

dibuat

intervensi

dan

diimplementasi, dan dari keempat diagnosa dapat teratasi dan klien dapat
pulang dalam keadaan sehat kembali seperti biasa.
762.
763.
764.
765.
766.
767.
768.
769.
770.
A. Kesimpulan
771.

BAB IV
PENUTUP

Dari hasil Asuhan keperawatan selama empat hari di Ruang

GALILEA II tentang Asuhan Keperawatan pada Bpk. S dengan Diagnosa


Vertigo didapatkan lima diagnosa keperawatan yaitu:

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/


tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan
posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman (nyeri).
3. Kurang mandiri dalam merawat diri berhubungan dengan kelemahan
fisik.
4. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh
memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
772. Dari lima diagnosa tersebut di ambil empat prioritas yaitu:
1. Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan
penerimaan sensori.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman (nyeri).
3. Kurang mandiri dalam merawat diri (mandi, makan, minum, BAK,
BAB dan berpakaian) berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurangnya informasi
mengenai kondisi.
773. Dari

keempat

diagnosa

dibuat

intervensi

dan

diimplementasi, dan dari keempat diagnosa dapat teratasi dan klien dapat
pulang dalam keadaan sehat kembsli seperti biasa.
774.

Jadi, secara keseluruhan Asuhan Keperawatan yang di

berikan kepada Bpk. S dapat terpenuhi dan proses asuhan keperawatan


dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
B. Saran
1. Bagi pasien

775.

Penanganan yang segera diperlukan untuk

meminimalkan komplikasi yang terjadi pada pasien.


2. Untuk Ruang Galilea II
a. Menindaklanjuti rencana keperawatan yang belum terealisasi.
b. Lebih sering mengadakan komunikasi dengan pasien untuk
membantu kesembuhan pasien.
3. Untuk STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
776.

Tetap mempertahankan RS Bethesda terutama

Ruang Galilea II sebagai lahan praktik klinik. Agar praktikan dan


mahasiswa/I praktikan dapat lebih mengenal mengenai dunia
keperawatan dan lebih peduli dengan sesama terlebih klien kerja kita
yaitu pasien.
777.
778.
779.
780.
781.
782.
783.
784.
785.
786.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, J.L, (1997), Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6,


Jakarta; EGC.

787.
Carpernito, J.L, (1999), Rencana Asuhan keperawatan dan
dokumentasi
788.
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif,
ed. 2, EGC;
789.

Jakarta.

790.
Doenges, Marilyn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk
791.

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi

3, Jakarta; EGC.
792.

http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-vertigo/

793.

http://www.scribd.com/doc/47163418/ASUHAN-

KEPERAWATAN-VERTIGO
794.
NANDA, (2009-2011), Nursing Diagnosis : Definition And
Clasification.
795.
796.
797.

Philadelphia

Price, S.A., & Wilson, L.M, (2006), Patifisiologi: Konsep klinis prosesproses
penyakit, Vol.2, Jakarta; EGC.

798.

Sherwood, L, (2001), Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2,

Jakarta; EGC.
799.

Smeltzer, Suzanne C, et. al, (2000), Buku Ajar Keperawatan Medikal

800.

Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2, Jakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai