Anda di halaman 1dari 23

ABORTUS HABITUALIS

Nama: Nanda Aisyah Humairah, S.Ked


NIM: 712018003

PEMBIMBING: dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG (K)


Latar Belakang
AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia
mencapai 228/100.000 kelahiran hidup

Penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan,


infeksi, hipertensi, partus macet dan aborsi

Abortus  penghentian kehamilan sebelum gestasi 20 minggu


atau dengan janin memiliki berat lahir kurang dari 500 gram

Wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko yang lebih


tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang,
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Abortus :
• Ancaman berakhirnya atau dikeluarkannya hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai
batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat anak kurang dari 500 gram.
KLASIFIKASI
Abortus Spontan
Abortus yang terjadi yang tidak dlalui oleh factor mekanis maupun faktor
medisinalis semata-mata disebabkan oleh factor alamiah

1 Abortus Iminens
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks

2 Abortus Insipiens

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan


adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus
3 Abortus Inkompletus

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu


dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus

4 Abortus Kompletus

Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di


keluarkan dari kavum uteri.

5 Missed abortion

Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan
di dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih
6 Abortus Habitualis

Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut tiga kali


atau lebih

7 Abortus infeksiosus

abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik


adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya
ke dalam peredaran darah atau peritoneum

8 Abortus septik

virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba,


parametrium, dan peritoneum
Abortus Provokatus
Tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan kehamilan
sebelum umur 20 minggu atau berat janin 500 gram, baik dengan memakai alat-
alat atau menggunakan obat-obatan

1 Abortus terapeutik

Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan


dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli

2 Abortus Kriminalis

Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.

3 Unsafe Abortion

Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan


tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman
sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien
ABORTUS HABITUALIS
Abortus habitualis  abortus spontan yang terjadi tiga kali atau
lebih secara berturut-turut
• (Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia, 2004).

Etiologi
1. Faktor Genetik
2. Fakto Endokrinologi
3. Infeksi dan Penyakit Ibu
4. Faktor Autoimun
5. Defek trombofilik
6. Fakto Alloimun
PATOFISIOLOGI
Kematian janin  pendarahan dalam desidua basalis  diikuti oleh
nekrosis jaringan disekitarnya  hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya dan diinterpretasikan sebagai benda asing dalam uterus 
uterus mulai berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut

• Pada kehamilan kurang dari 10 minggu vili korialis belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi mudah terlepas seluruhnya.
• Pada kehamilan 10 sampai 14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna.
• Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta.
Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera dilepas dengan lengkap
MANIFESTASI KLINIS`

Terjadi abortus spontan secara berulang dan berturut-turut sekurang -


kurangnya 3 kali.

Gejala terjadinya abortus adalah sebagai berikut :

• Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu


• Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi
• Rasa nyeri atau kram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
DIAGNOSIS
1. Manifestasi Klinis (sekurang kurangnya 3 kali)
2. Pemeriksaan Ginekologi 

• inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan


hasil konsepsi

• Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau


sudah tertutup,ada/tidak jaringan keluar dari ostium uteri

• Periksa dalam vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup,


teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai
atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi
tidak menonjol dan tidak nyeri.
3. Pemeriksaan Penunjang

• Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup. Bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
• Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
atau
TATALAKSANA
Penatalaksanaan sesuai dengan penyebabnya

1. Pada serviks inkompeten, apabila penderita telah hamil maka operasi untuk
menguatkan ostium uteri internum sebaiknya dilakukan pada kehamilan 12
minggu
2. Tindakan untuk mengatasi inkompetensi serviks yaitu dengan penjahitan
mulut rahim yang dikenal dengan teknik Shirodkar Suture atau dikenal juga
dengan cervical cerclage atau pengikatan mulut lahir
3. Tindakan ini biasanya dilakukan sebelum kehamilan mencapai usia 20
minggu dengan mengikat mulut rahim agar tertutup kembali sampai masa
kehamilan berakhir dan janin siap untuk dilahirkan. Jahitan iniakan dilepas
pada saat kehamilan mencapai usia 36-37 minggu, atau saat bayi sudah
siap dilahirkan
Shirodkar suture
4. Pemeriksaan kadar β-HCG secara periodik pada awal kehamilan dapat
membantu pemantauan kelangsungan kehamilan sampai pemeriksaan
USG dapat dikerjakan.
5. Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung janin maka perlu
segera dilakukan evakuasi serta pemeriksaan kariotip jaringan hasil
konsepsi tersebut
6. Bila belum terjadi kehamilan pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil
investigasi yang ada. Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas
sel telur atau spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan indukrin, infeksi
dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi imunologi.
7. Jika abortus habitualis disebabkan oleh APS, maka terapi untuk
trombosis pada sindroma antifosfolipid adalah dengan menggunakan
antikoagulan yang aman digunakan pada kehamilan, yaitu Tinzaparin
(heparin dengan berat molekul rendah/LMWH)
(GUIDELINES FOR THERAPEUTIC ANTICOAGULATION IN PREGNANCY . O & G
DIRECTORATE MEDICAL GUIDELINE. 2009)

Syringe size weight (kg) injection vol prescribed dose


(tinzaparin) (ml) (anti Xa iu)
0.5ml 40 0.35 7000
45 0.40 7875
50 0.45 8750
55 0.50 9625
0.7ml 60 0.55 10500
65 0.55 11375
70 0.60 12250
75 0.65 13125
80 0.70 14000
0.9ml 85 0.75 14875
90 0.80 15750
95 0.85 16625
100 0.90 17500
105 0.90 18375
>105 combine doses
to reach weight
eg if 120kg use
2 x 60kg = 2 x
0.7ml syringes
KOMPLIKASI

1. Perdarahan  dapat disebabkan oleh abortus yang tidak


lengkap atau cedera organ panggul atau usus

2. Infeksi  lebih sering ditemukan pada abortus inkompletus


atau abortus provokatus yang tidak memperhatikan aseptik
dan antiseptik

3. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan


(syok hemoragik) dan karena infeksi berat
PROGNOSIS
• Koreksi kelainan endokrin pada wanita dengan abortus habitualis memiliki
prognosis yang baik untuk terjadinya kehamilan yang sukses (> 90%).

• Pada wanita dengan etiologi tidak diketahui, kemungkinan mencapai kehamilan


yang sukses adalah 40-80%.

• Prognosis yang kurang baik bila pada pemeriksaan USG didapatkan tingkat
aktivitas jantung janin kurang dari dari 90 kali per menit, suatu kantung
kehamilan berbentuk atau berukuran tidak normal, dan perdarahan subchorionic
yang hebat.

• Tingkat keguguran secara keseluruhan untuk pasien di atas 35 tahun adalah 14%
dan untuk pasien yang berumur di bawah 35 tahun adalah 7%
KESIMPULAN
1. Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali
atau lebih berturut-turut.
2. Etiologi dari abotus habitualis adalah kelainan genetik, gangguan
hormonal, ganguan nutrisi, penyakit infeksi, autoimun, kelainan
anatomi.
3. Patofisiologi terjadinya abortus mulai dari terlepasnya sebagian
atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan
sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas
dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk
mengeluarkan dengan kontraksi.
4. Gambaran klinis abortus habitualis adalah kontraksi uterus,
perdarahan uterus, dilatasi servix, dan presentasi atau ekspulsi
seluruh atau sebagian hasil konsepsi
5. Komplikasi dari abortus habitualis adalah perdarahan, infeksi, dan
syok.
-TERIMA KASIH-

Anda mungkin juga menyukai