Anda di halaman 1dari 42

KELOMPOK D

Permasalahan yang Berkaitan


dengan Perkembangan Peserta Didik

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik


Dosen Pengampu : Dr. Sinta Verawati Dewi, M.Pd.
Anggota :
Ai Nur Kholifah Faujiah 212151058

Rani Sriharyani 212151061

Nura Ayudari 212151048

Amelia Hayatul Fardah 212151069

Erisa Nurhaliza 212151037

Santi Salamah 212151070


Pokok Pembahasan
04 Masalah Kognitif
01 Masalah Moral

Masalah
02 Masalah Spiritual
05 Psikomotorik

03
Masalah Sosio
Emosional 06 Masalah Fisik
01
Masalah Moral
Pengertian Moral
 Menurut Suseno (1987: 19) kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai
manusia.
 Bertenz (2007: 4) menjelaskan definisi arti kata moral berasal dari bahasa latin mos (jamak:
mores) yang berarti: kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan bahasa lain, termasuk bahasa
Indonesia, kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Secara etimologi kata “etika” sama
dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan.
Hanya bahasa asalnya berbeda: yang pertama dari bahasa Yunani dan yang kedua berasal dari
bahasa Latin.
 Secara etimologis kata moral berasal dari bahasa latin yaitu “Mores” yang berasal dari suku kata
“Mos”. Mores berarti adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, yang kemudian artinya
berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik (Darmadi, 2009: 50).
Moralita berarti mengenai tentang kesusilaan (kesopanan, sopan-santun, keadaban) orang yang
susila adalah orang yang baik budi bahasanya. Al-Ghazali (1994: 31) mengemukakan pengertian
akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam
jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan
ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.
Kesimpulannya moral merupakan semua tindakan baik dan tindakan buruk
pada diri manusia yang terbentuk karena sebuah kebiasan, sedangkan etika
merupakan ilmu pengetahuan mengenai asas-asas atau norma. Jadi kebisaan
baik dan buruk itulah yang memberntuk moral baik dan moral buruk, oleh sebab
itu sebuah kebiasan akan menjadi mengkristal atau membentuk moral seseorang.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Moral
Menurut Berns, dalam Pranoto, mengatakan terdapat tiga keadaan yang
bisa memberikan pengaruh terhadap moralitas anak, yaitu situasi, individu dan
sosial (Pranoto & Khamidun, 2019). Adapun ketiganya peneliti lihat dari kacamata
yang sedikit berbeda sebagaimana berikut:

Keadaan atau situasi yang ada di dekat anak atau hubungan dengan
lingkungan sosial.

Konteks individu yang memiliki fitrah

Konteks sosial, yaitu terdiri dari: keluarga, teman seumur (teman sebaya),
media masa, institusi pendidikan dan masyarakat.
Sedangkan, Maharani (2014) terdapat penyebab yang bisa memberikan
pengaruh bagi moralitas anak, yaitu (Maharani, 2014):

Pengetahuan terhadap perilaku baik dan buruk sehingga membutuhkan


pengambilan keputuasan yang harus dilakukan anak

Adanya rasa salah dalam diri anak dan malu jika harus melakukan
tindakan yang salah

Peranan dari kondisi sosial anak, sehingga anak akan cenderung apa
yang ia lihat di lingkungannya sebab anak merupakan peniru yang ulung

Berdasarkan penjelasan beberapa para ahli sebelumnya, maka bisa diambil


kesimpulan, bahwa perkembangan moralitas pada anak usia dini tidak tumbuh sejak
lahir, namun terus berkembang seiring didapatkannya berbagai pengalaman dalam
rentang usia anak.
Jenis Permasalahan atau Contoh Masalah Moral
1. Kenakalan remaja
Kenakalan berasal dari kata dasar nakal secara nominal atau harfiah, muncul dari kata
anak danakal artinya ada akal atau timbul akalnya. Analogi dari definisi kenakalan
diproyeksikan seperti seorang anak kecil baru memulai berpikir, anak keciltimbul akal
atau pikirannya, memiliki semangat ingin tahu besar untuk menirukan sesuatu seperti
orang dewasa. Seiring dengan perkembangan jiwa dialami setiap individu, masyarakat
telah mengetahui secara umum bahwa puncak kenakalan timbul pada saat individu pada
masa usia remaja (Harahap,2010:75 (Syafaruddin, 2016).

Beberapa contoh kenakalan remaja pada jaman sekarang sebagai berikut:


a. Ngebut dan Balap liar
b. Obat-obatan terlarang (narkoba)
c. Bentuk kelompok atau geng dengan norma menyeramkan

Secara umum faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja ada dua internal dan
eksternal, sedangkan penyebab kenakalan remaja secara khusus sebagai berikut:
a. Lemahnya kontrol diri
b. Keluarga tidak harmonis
c. Lingkungan dan pergaulan
2. Korupsi
Korupsi masalah klasik dari mulai jaman orde baru sampai sekarang, tak terkecuali sektor
pendidikan. Walaupun menjadi tempat menyemai harapan untuk generasi bersihdari masalah
korupsi, sektor pendidikan tidak lepas dari korupsi (Rifa'i, 2011). Hasil studi menunjukkan
bahwa Sebagian besar pelaku korupsi merasa tidak melakukan korupsi karena korupsi
dipahami oleh mereka terkait kerugian Negara saja. Sehingga saat uang digunakan
menyuap bukan dari uang Negara maka menurut mereka bukanlah korupsi. Selain itu,
didukung dari data responden ASN sekitar 80% di salahsatu pemerintah daerah menjadi
fokus eksperimen, memiliki kecenderungan suap-menyuap termasuk lembaga pendidikan.

Sedangkan penyebab korupsi setidaknya ada 6, :


a. Faktor Internal Individu:
Lemahnya moral dan etika dalam diri seseorang, gayahidup mewah, persepsi tentang
korupsi terbatas, permisif.

b. Faktor Sistem pada Lingkungan Kerja:


Regulasi lemah, kompensasi belum memadai, ruang diskresi terlalu tinggi, mekanisme
pengawasan lemah, minimnya transparansi, minimnya akuntabilitas.

c. Faktor kepemimpinan lemah:


baik kepemimpinan pada level Negara tidakmemberikan keteladanan, maupun
kepemimpinan pada organisasi dari mulaikepemimpinan puncak hingga level terendah.
d. Faktor sistem politik:
kondisi perpolitikan tidak berintegritas sehingga menyebabkan terpilihnya pemimpin juga
tidak berintegritas. Proses pemilu penuh money politic juga menjadikan adanya politik balas
budi antara donator kampanye dengan pemimpin/penguasa terpilih.

e. Faktor penegakan hukum lemah:


proses hukum tebang pilih, tidak adanya efekjera bagi para koruptor.

f. Faktor budaya:
budaya permisif, mendahulukan kepentingan golongan (solidaritas buta).
Solusi dari Permasalahan Moral
1. Kenakalan remaja
Solusi dari masalah kenakalan remaja sebagai berikut:

a. Pembinaan dalam keluarga


b. Membentuk lingkungan baik

2. Korupsi
Langkah-langkah strategis menanggulangi korupsi yakni:

1. Harus ada gerakan bersama dan masyarakat (social movement) untuk


memberantas korupsi
2. Menjalin kerja sama politik lebih erat dalam menguatkan orientasi politik anti
korupsi
3. Diperlukan partai politik berkomitmen dalam pemberantasan korupsi.
02
Masalah Spiritual
Pengertian
Echoks dan Shadily dalam Desmiata
(2009:264) berpendapat bahwa, kata
spiritual berasal dari bahasa Inggris yaitu
”spirituality”. Kata dasarnya “spirit” yang
berarti roh, jiwa, semangat. Sedangkan
Ingersoll dalam Desmiata (2009:264)
berpendapat bahwa, kata spiritual berasal
dari kata latin “spiritus” yang berarti, luas
atau dalam (breath), keteguhan hati atau
keyakinan (caorage), energy atau
semangat (vigor), dan kehidupan. Kata sifat
spiritual berasal dari kata latinspiritualis
yang berarti ”of the spirit” (kerohanian)
Menurut Aliah dan purwakaniahasan dalam
Desmita (2009:265) menyatakan
spiritualitas memiliki ruang lingkup dan
makna pribadi yang luas, dengan kata
kunci sebagai berikut :

● Meaning(makna)
● Values (nilai-nilai)
● Transcendence (transendensensi)\
● Connecting (bersambung)
● Becoming (menjadi)

Dari kutipan diatas dapat diartikan bahwa


perkembangan spiritual adalah jiwa
seorang manusia memiliki semangat dan
memiliki kepercayaan yang dalam
terhadap diiri sendiri, orang lain, tuhan dan
alam, yang terjadi karena pengalaman
dan kesadaran dalam kehidupan diatas
diri seseorang.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Spiritual
Menurut Syamsu Yusuf (2002:136) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan keadaan spiritual anak, yaitu faktor pembawaan (internal) dan
lingkungan (ekstrnal) adapaun penjelasannya yaitu:
● Faktor Internal
Secara hakiki perbedaan manusia dengan binatang adalah manusia mempunyai
fitrah beragama. Oleh sebab itu manusia disebut juga dengan homo religius. Fitrah
beragama ni tidak memilih kapan manusia tersebut itu berada dan dilahirkan. Dari
zaman yang masih primitif sampai modern, bahkan sejak Nabi adam sampai akhir
jaman, maupun setiap anak yang lahir dari rahim orangtua yang baik ataupun jahat,
bahwasanya secara kodrati setiap manusia memiliki kepercayaan terhadap sesuatu
yang berada di luar kekuasaannya yang memiliki kekuatan untuk mengatur
kehidupan alam semesta.
● Faktor Eksternal
Fitrah beragam merupakan salah satu potensi yang memiliki kecenderungan untuk
berkembang ke arah yang lebih baik lagi. Namun potensi tersebut tidak akan
berkembang manakala tidak ada faktor luar (eksternal) yang turut serta mewarnai
pertumbuhan dan perkembangan setiap individu. Jika kita menginginkan potensi
beragama setiap anak berkembang ke arah yang lebih baik, tentu kita harus dapat
menkondisikan situasi dan lingkungan yang ada disekitar mengarah kepada hal
tersebut untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Disini lingkungan yang dimaksud
menurut Syamsu Yusuf (2002: 139) yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Adanya keserasian antara keluarga, sekolah, dan masyarakat akan dapat
memberikan dampak positif bagi anak, termasuk dalam pembentukan jiwa
keagamaan dalam diri anak. Adapun penjelasan dari masing-masing lingkungan
adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Masyarakat.
Jenis Permasalahan atau Contoh
Masalah Spiritual

● Pergaulan bebas
● Sex bebas
● Etika sopan dan santun
● Tindakan anarkis seperti
pembunuhan dan lainnya
Solusi dari Permasalahan
Spiritual

1. Pengembangan hati nurani


sebagai kendali internal
bagi individu;
2. Pengembangan rasa
bersalah dan rasa malu;
3. Memberikan contoh/model
perilaku yang baik.
03
Socio-Emosional
Pengertian
Menurut Santrock (2011), Sosial-Emosional merupakan suatu proses yang dialami individu ketika
berhubungan atau berinteraksi dengan individu lain, proses perubahan emosi serta perubahan
kepribadian.
Menurut American Academy of Pediatric (2015), mengatakan bahwa perkembangan sosial-emosional
mengarah kepada kemampuan anak untuk memiliki pengetahuan dalam mengelola dan
mengekspresikan emosi dengan baik, mampu menjalin hubungan dengan anak-anak dan orang
dewasa disekitarnya dan secara aktif mengeksplorasi lingkungan melalui belajar.
Menurut Campos (2003), emosi didefenisikan sebagai upaya seseorang individu untuk membangun atau
mengubah hubungan antara individu tersebut dengan lingkungannya.
Menurut Raver dan Zigler (1997), Kompetensi emosional melibatkan pengendalian emosi seseorang untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan kompetensi sosial mencakup kemampuan anak untuk terlibat
dalam hubungan yang positif baik dengan orangtua, teman sebaya, saudara kandung, dan guru.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial-emosional adalah proses perubahan tingkah
laku yang dialami oleh seorang anak, dimana anak mampu untuk berinteraksi dengan anak dan
orang dewasa disekitarnya serta mampu mengekspresikan emosinya dengan baik.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Socio-Emosional
Perkembangan emosional anak tidak selamanya stabil. Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas
emosi dan kesanggupan sosial anak, baik yang berasal dari anak itu sendiri maupun berasal dari
luar dirinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak menurut Setiawan
(dalam Tirtayani, 2014) sebagai berikut :
1. Keadaan di dalam Individu
2. Konflik-konflik dalam proses perkembangan
3. Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan.
Anak-anak hidup dalam 3 macam lingkungan yang mempengaruhi perkembangan emosinya dan
kepribadiannya. Ketiga faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan tersebut adalah:
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan tempat tinggal
c. Lingkungan sekolah
Hurlock (dalam Tirtayani, 2014), dalam mengungkapkan berbagai kondisi yang mepengaruhi
perkembangan sosial-emosional anak, menyebutkan ada tiga kondisi utama yang sangat berpengaruh,
di antaranya:
1. Kondisi Fisik
2. Kondisi Psikologis
3. Kondisi Lingkungan
Jenis Permasalahan atau Contoh Masalah Socio-Emosional
1. Tunalaras
2. Menarik Diri (Withdrawl)
3. Kecemasan (Anxiety)
4. Hipersensitivitas
5. Bunuh Diri
Solusi dari Permasalahan Socio-Emosional

Sebelum melakukan penanganan, seperti yang telah diketahui bahwa langkah awal
adalah melakukan asesmen dahulu sebagai bentuk deteksi dini pada kondisi anak
agar dapat memastikan jenis gangguan dan kondisi tingkat gangguan yang
terjadi pada anak. Dengan demikian, baik orangtua maupun guru dapat
memberikan penanganan atau tindakan yang tepat untuk menghadapi anak
yang mengalami gangguan sosial dan emosional.

Beberapa penanganan yang dapat dilakukan, yaitu :


1. Agresivitas (salah satu bentuk ketunalarasan)
2. Menarik Diri (With Drawl)
3. Kecemasan (Anxiety)
4. Hipersensitivitas
5. Bunuh Diri
04
Masalah Kognitif
Pengertian
Perkembangan Kognitif Menurut Susanto (2012:52) Perkembangan kognitif merupakan perkembangan
pikiran. Pikiran merupakan bagian dari proses berpikirnya otak yang digunakan untuk pemahaman,
penalaran, pengetahuan, dan pengertian.

Bicara tentang anak usia dini, pikiran anak mulai berkembang sejak anak lahir. Setiap hari dalam
kehidupannya anak mengalami perkembangan pikiran, seperti belajar mengenal orang, belajar
mengenal sesuatu, belajar tentang kemampuan-kemampuan baru, memperoleh banyak ingatan, dan
menambah banyak pengalaman. Secara terus menerus pikiran berkembang dan terus dilakukan
stimulasi dengan baik, perkembangan pikiran anak akan optimal.

Menurut Piaget yang dikutip oleh Slavin (2008:42) mengemukakan bahwa perkembangan sebagian besar
bergantung pada manipulasi anak dan interaksi aktif dengan lingkungan. Kemampuan manipulasi dan
interaksi aktif anak dengan lingkungan dicirikan pada tahap-tahap kecerdasan atau kemampuan
kognisi. Setiap tahap-tahap kecerdasan itu dicirikan oleh kemunculan kemampuan-kemampuan baru
dan cara mengolah informasi.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak menunjukkan perkembangan dari cara berpikir anak. Ada faktor yang
mempengaruhi perkembangan tersebut. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
menurut Piaget dalam Siti Partini (2003: 4) bahwa “pengalaman yang berasal dari lingkungan dan
kematangan, keduanya mempengaruhi perkembangan kognitif anak”. Sedangkan menurut
Soemiarti dan Patmonodewo (2003: 20) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh pertumbuhan sel
otak dan perkembangan hubungan antar sel otak. Kondisi kesehatan dan gizi anak walaupun masih
dalam kandungan ibu akanmempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurut Piaget dalam Asri Budiningsih (2005: 35) makin bertambahnya umur seseorang maka makin
komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat pada kemampuannya. Ketika individu
berkembang menuju kedewasaan akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang
akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam sruktur kognitifnya.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif. Menurut Ahmad Susanto (2011: 59- 60) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif antara lain:
1. Faktor Hereditas/Keturunan
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor Kematangan
4. Faktor Pembentukan
5. Faktor Minat dan Bakat
6. Faktor Kebebasan
Jenis Permasalahan atau Contoh Masalah Kognitif
JENIS – JENIS GANGGUAN KOGNITIF
1. Mental Retardasi/Intelelektual Disabilitas
2. Mental Retardation dan Fungsi Adaptif
3. Learning Disabilities
4. Demensia Jenis demensia yang kerap kali terjadi atau umum terjadi pada orang dewasa adalah
Alzheimer dan demensia vaskular atau gangguan pada pembuluh darah di otak.
Jenis gangguan kognitif pada anak yang meliputi gangguan perkembangan (developmental disorders)
merupakan hal umum yang terjadi pada anak-anak namun tetap perlu penanganan khusus supaya
masa depannya tidak terganggu.
Beberapa gangguan kognitif pada anak yang berkaitan dengan gangguan perkembangan adalah
sebagai berikut:
a. ASD (Autism Spectrum Disorder)
b. ADHD (Attention-deficit hyperactivity disorder)
c. Gangguan Kecemasan Umum
d. Bipolar
e. Cerebral Palsy
f. Conduct Disorder
g. CAPD (Central Auditory Processing Disorder)
Jenis Gangguan Kognitif pada Anak
1. Speech Delay (Keterlambatan Berbicara)
2. Kognitif Delay (Keterlambatan Perkembangan)
3. Kebiasaan
4. Psikologis
5. Waktu Tidur
6. Kecemasan (Ansietas)
Solusi dari Permasalahan Kognitif
Karena tidak ada penyebab yang pasti dari gangguan kognitif dan gejalanya berbeda dari setiap
penderitanya, maka tak ada obat penyembuh utama. Perawatan bervariasi dan sering
disesuaikan tergantung pada kondisi dan gejalanya. Pengelolaan masalah kognitif dilakukan oleh
penyedia layanan kesehatan yang berbeda, mulai dari dokter sampai pekerja sosial.

Beberapa perawatan gangguan kognitif terkenal adalah:

1. Terapi, termasuk terapi perilaku dan okupasi untuk memungkinkan pasien tersebut berfungsi
senormal dan semandiri mungkin

2. Obat-obatan seperti penguat suasana hati dan obat yang menghalangi atau memperkuat
neurotransmitter tertentu yang terkait dengan gangguan tertentu

3. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan penyimpanan informasi dan ingatan

4. Menciptakan lingkungan yang membuat penerimaan lebih baik terhadap perawatan pasien
05
Masalah
Psikomotorik
Pengertian
Pengertian Psikomotorik Menurut Para Ahli
1) Bloom
Ranah psikomotorik adalah pencapaian yang dimiliki oleh seseorang berbentuk sebuah keterampilan
manipulasi yang melibatkan kinerja otot dan segala kekuatan fisik. Hal ini akan membuat seseorang
dapat dilihat telah mencapai standar yang diukur atau belum.
2) Arikunto
Penilaian psikomotorik berkaitan dengan hubungan kerja otot dan menyebabkan gerakan tubuh,
gerakan dimulai dari hal yang sederhana sampai kegiatan yang rumit. Ranah psikomotorik adalah
hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas fisik.
3) Anwar
Psikomotorik adalah sebuah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan yang
dimiliki seseorang. Penilaian dilakukan dengan melihat gerak yang dilakukan baik gerakan dasar
atau gerakan yang dilakukan secara kreatif.
4) Simpson
Psikomotorik adalah hasil belajar yang akan tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan
individu dalam melakukan sesuatu yang bersifat nyata. Proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila telah menunjukkan hasil yang sesuai dengan apa yang disampaikan dalam kegiatan
tersebut.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik
Penting untuk dicatat bahwa, meskipun tahapan yang dilalui perkembangan psikomotor sama pada
semua anak, namun rasio kecepatan di mana keterampilan ini diperoleh tidak akan sama untuk
semua orang dan akan bergantung pada berbagai faktor. Secara khusus, faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan psikomotorik anak adalah:
1. Faktor genetik
Beberapa hal-hal berikut juga memiliki dampak lingkungan besar pada perkembangan anak:
• Temperamen
• Kemandirian
• Berat lahir
• Kemampuan beradaptasi
2. Faktor lingkungan
Faktor-faktor lingkungan berikut ini sangat krusial dalam menentukan perkembangan psikomotor anak:
• Waktu yang dihabiskan untuk menyusui
• Tingkat sosial ekonomi keluarga
• Kehadiran ayah dan ibu
• Jumlah anak
• Tingkat pendidikan orang tua.
3. Penyakit atau masalah saat lahir
4. Pola asuh otoriter
5. Gangguan emosional yang tinggi.
Jenis Permasalahan atau Contoh Masalah Psikomotorik

Gangguan Perkembangan Psikomotorik


1. Hipokinesia atau hipoaktifitas, dimana seseorang mengalami kurang gerak
2. Hiperkinesia atau hyperaktifitas, yang merupakan kondisi manusia terlalu banyak
gerak atau bergerak berlebihan
3. katalepsi, dimana seseorang secara kaku mempertahanan posisi badan tetentu
4. Fleksibilitascerea, yaitu mempertahankan posisi badan seseorang yang dibuat oleh
orang lain
Ciri Keterlambatan Perkembangan Psikomotorik
1. Tangan Dan Kaki Sangat Kaku Dan Tidak Flesibel
2. Memiliki Tubuh Yang Lembek Atau Lemas Dibandingkan Dengan Anak Lain
Seusianya
3. Hanya Atau Jauh Lebih Sring Menggunakan Salah Satu Sisi Dari Badannya
4. Sangat Ceroboh Jika Dibandingkan Dengan Anak Lain Seusianya
Solusi dari Permasalahan Psikomotorik
1. Memberikan stimulasi kepada orang tersebut
2. Perbaikan pola asuh khususnya oleh orang tua
3. Selektif dalam memilih lingkungan
4. Melakuan terapi
06
Masalah Fisik
Pengertian

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu dan
berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan itu bersifat kuantitatif dan berkisar hanya
pada aspek-aspek fisik individu.
Kuhlen dan Thomson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat
aspek, yaitu :
1. Sistem syaraf sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;
2. Otot-otot, yang mempengaruhi pekembangan kekuatan dan kemampuan motorik,;
3. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkahlaku baru, seperti pada
usia remaja berkembang perasaan senang dan aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian
anggoitanya terdiri atas lawan jenis
4. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi berat dan proporsi.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik yakni :
- faktor internal yang berasal dari dalam diri individu seperti sifat jasmaniah yang diwariskan dari
orang tuanya (gen) dan kematangan
- faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu seperti kesehatan, makanan dan lain-
lain.

Namun ditinjau dari kondisi-kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan fisik antara lain adalah :
1. Pengaruh Keluarga
2. Pengaruh Gizi
3. Gangguan Emosional
4. Kurang Rangsangan Fisik Dari Lingkungan
5. Jenis Kelamin
6. Kesehatan
7. Pengaruh Bentuk Tubuh
Jenis Permasalahan atau Contoh Masalah Fisik
Perkembangan aspek fisik terkait dengan keutuhan dan kemampuan fungsi panca indera anak,
kemampuan melakukan gerakangerakan sesuai perkembangan usianya serta kemampuan
mengontrol pembuangan. Anak yang mengalami hambatan dalam hal-hal tersebut dapat
dikatakan mengalami masalah secara fisik. Lebih lanjut permasalahan-permasalahan fisik
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Gangguan fungsi pancaindera
2. Cacat tubuh
3. Kegemukan (obesitas)
4. Gangguan gerak peniruan (stereotipik)
5. Kidal
6. Gangguan Kesehatan (penyakit)
7. Hiperaktif
8. Neuropati
Solusi dari Permasalahan Fisik

Langkah Penanganan Kasus/ Masalah :

1. Identifikasi Kasus , yaitu dengan menandai subyek atau anak yang diperkirakan
mengalami masalah.
2. Identifikasi masalah, yaitu upaya untuk mengetahui inti permasalahan yang dialami
anak.
3. Diagnosis , yaitu Langkah untuk mengetahui karakteristik serta factor penyebab
masalah yang dialami anak.
4. Prognosis, yaitu langkah untuk merumuskan alternatif upaya bantuan sesuai dengan
karakteristik masalah yang dialami anak, menentukan jalan yang diambil orangtua untuk
menangani masalah yang terjadi pada anaknya.
5. Treatment , merupakan upaya pemberian bantuan baik secara sendiri atau melakukan
perawatan dan terapi medis/non medis sesuai masalah anak demi kesembuhannya.
6. Menindaklanjuti, yaitu sebagai bentuk evaluasi terhadap upaya pemberian bantuan
yang telah dilakukan serta kemungkinan pengggunaan Langkah-Langkah berikutnya.
1. Permainan
Permainan dan bermain merupakan kebutuhan bagi anak. Melalui permainan anak mampu mengembangkan
berbagai aspek, termasuk aspek Kesehatan fisik.

2. Saran dan Nasihat


Saran dan nasihat sangat diperlukan untuk mengarahkan anak dan menjelaskan nilai baik-buruk kepada
anak.

3. Cek Kesehatan Secara Rutin


Dengan mengecek Kesehatan secara berkala, orangtua dapat mengetahui kondisi anaknya.

4. Mengajarkan Pola Hidup Sehat dan Benar sejak dini.


Dengan mengajarkan pola hidup sehat dan benar sejak dini, maka anak tidak akan mengalami masalah-
masalah fisik seperti gangguan Kesehatan, kidal ataupun cadel.
Thanks
Do you have any questions?
!

Anda mungkin juga menyukai