Masalah
02 Masalah Spiritual
05 Psikomotorik
03
Masalah Sosio
Emosional 06 Masalah Fisik
01
Masalah Moral
Pengertian Moral
Menurut Suseno (1987: 19) kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai
manusia.
Bertenz (2007: 4) menjelaskan definisi arti kata moral berasal dari bahasa latin mos (jamak:
mores) yang berarti: kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan bahasa lain, termasuk bahasa
Indonesia, kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Secara etimologi kata “etika” sama
dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan.
Hanya bahasa asalnya berbeda: yang pertama dari bahasa Yunani dan yang kedua berasal dari
bahasa Latin.
Secara etimologis kata moral berasal dari bahasa latin yaitu “Mores” yang berasal dari suku kata
“Mos”. Mores berarti adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, yang kemudian artinya
berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik (Darmadi, 2009: 50).
Moralita berarti mengenai tentang kesusilaan (kesopanan, sopan-santun, keadaban) orang yang
susila adalah orang yang baik budi bahasanya. Al-Ghazali (1994: 31) mengemukakan pengertian
akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam
jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan
ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.
Kesimpulannya moral merupakan semua tindakan baik dan tindakan buruk
pada diri manusia yang terbentuk karena sebuah kebiasan, sedangkan etika
merupakan ilmu pengetahuan mengenai asas-asas atau norma. Jadi kebisaan
baik dan buruk itulah yang memberntuk moral baik dan moral buruk, oleh sebab
itu sebuah kebiasan akan menjadi mengkristal atau membentuk moral seseorang.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Moral
Menurut Berns, dalam Pranoto, mengatakan terdapat tiga keadaan yang
bisa memberikan pengaruh terhadap moralitas anak, yaitu situasi, individu dan
sosial (Pranoto & Khamidun, 2019). Adapun ketiganya peneliti lihat dari kacamata
yang sedikit berbeda sebagaimana berikut:
Keadaan atau situasi yang ada di dekat anak atau hubungan dengan
lingkungan sosial.
Konteks sosial, yaitu terdiri dari: keluarga, teman seumur (teman sebaya),
media masa, institusi pendidikan dan masyarakat.
Sedangkan, Maharani (2014) terdapat penyebab yang bisa memberikan
pengaruh bagi moralitas anak, yaitu (Maharani, 2014):
Adanya rasa salah dalam diri anak dan malu jika harus melakukan
tindakan yang salah
Peranan dari kondisi sosial anak, sehingga anak akan cenderung apa
yang ia lihat di lingkungannya sebab anak merupakan peniru yang ulung
Secara umum faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja ada dua internal dan
eksternal, sedangkan penyebab kenakalan remaja secara khusus sebagai berikut:
a. Lemahnya kontrol diri
b. Keluarga tidak harmonis
c. Lingkungan dan pergaulan
2. Korupsi
Korupsi masalah klasik dari mulai jaman orde baru sampai sekarang, tak terkecuali sektor
pendidikan. Walaupun menjadi tempat menyemai harapan untuk generasi bersihdari masalah
korupsi, sektor pendidikan tidak lepas dari korupsi (Rifa'i, 2011). Hasil studi menunjukkan
bahwa Sebagian besar pelaku korupsi merasa tidak melakukan korupsi karena korupsi
dipahami oleh mereka terkait kerugian Negara saja. Sehingga saat uang digunakan
menyuap bukan dari uang Negara maka menurut mereka bukanlah korupsi. Selain itu,
didukung dari data responden ASN sekitar 80% di salahsatu pemerintah daerah menjadi
fokus eksperimen, memiliki kecenderungan suap-menyuap termasuk lembaga pendidikan.
f. Faktor budaya:
budaya permisif, mendahulukan kepentingan golongan (solidaritas buta).
Solusi dari Permasalahan Moral
1. Kenakalan remaja
Solusi dari masalah kenakalan remaja sebagai berikut:
2. Korupsi
Langkah-langkah strategis menanggulangi korupsi yakni:
● Meaning(makna)
● Values (nilai-nilai)
● Transcendence (transendensensi)\
● Connecting (bersambung)
● Becoming (menjadi)
● Pergaulan bebas
● Sex bebas
● Etika sopan dan santun
● Tindakan anarkis seperti
pembunuhan dan lainnya
Solusi dari Permasalahan
Spiritual
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial-emosional adalah proses perubahan tingkah
laku yang dialami oleh seorang anak, dimana anak mampu untuk berinteraksi dengan anak dan
orang dewasa disekitarnya serta mampu mengekspresikan emosinya dengan baik.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Socio-Emosional
Perkembangan emosional anak tidak selamanya stabil. Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas
emosi dan kesanggupan sosial anak, baik yang berasal dari anak itu sendiri maupun berasal dari
luar dirinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak menurut Setiawan
(dalam Tirtayani, 2014) sebagai berikut :
1. Keadaan di dalam Individu
2. Konflik-konflik dalam proses perkembangan
3. Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan.
Anak-anak hidup dalam 3 macam lingkungan yang mempengaruhi perkembangan emosinya dan
kepribadiannya. Ketiga faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan tersebut adalah:
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan tempat tinggal
c. Lingkungan sekolah
Hurlock (dalam Tirtayani, 2014), dalam mengungkapkan berbagai kondisi yang mepengaruhi
perkembangan sosial-emosional anak, menyebutkan ada tiga kondisi utama yang sangat berpengaruh,
di antaranya:
1. Kondisi Fisik
2. Kondisi Psikologis
3. Kondisi Lingkungan
Jenis Permasalahan atau Contoh Masalah Socio-Emosional
1. Tunalaras
2. Menarik Diri (Withdrawl)
3. Kecemasan (Anxiety)
4. Hipersensitivitas
5. Bunuh Diri
Solusi dari Permasalahan Socio-Emosional
Sebelum melakukan penanganan, seperti yang telah diketahui bahwa langkah awal
adalah melakukan asesmen dahulu sebagai bentuk deteksi dini pada kondisi anak
agar dapat memastikan jenis gangguan dan kondisi tingkat gangguan yang
terjadi pada anak. Dengan demikian, baik orangtua maupun guru dapat
memberikan penanganan atau tindakan yang tepat untuk menghadapi anak
yang mengalami gangguan sosial dan emosional.
Bicara tentang anak usia dini, pikiran anak mulai berkembang sejak anak lahir. Setiap hari dalam
kehidupannya anak mengalami perkembangan pikiran, seperti belajar mengenal orang, belajar
mengenal sesuatu, belajar tentang kemampuan-kemampuan baru, memperoleh banyak ingatan, dan
menambah banyak pengalaman. Secara terus menerus pikiran berkembang dan terus dilakukan
stimulasi dengan baik, perkembangan pikiran anak akan optimal.
Menurut Piaget yang dikutip oleh Slavin (2008:42) mengemukakan bahwa perkembangan sebagian besar
bergantung pada manipulasi anak dan interaksi aktif dengan lingkungan. Kemampuan manipulasi dan
interaksi aktif anak dengan lingkungan dicirikan pada tahap-tahap kecerdasan atau kemampuan
kognisi. Setiap tahap-tahap kecerdasan itu dicirikan oleh kemunculan kemampuan-kemampuan baru
dan cara mengolah informasi.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak menunjukkan perkembangan dari cara berpikir anak. Ada faktor yang
mempengaruhi perkembangan tersebut. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
menurut Piaget dalam Siti Partini (2003: 4) bahwa “pengalaman yang berasal dari lingkungan dan
kematangan, keduanya mempengaruhi perkembangan kognitif anak”. Sedangkan menurut
Soemiarti dan Patmonodewo (2003: 20) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh pertumbuhan sel
otak dan perkembangan hubungan antar sel otak. Kondisi kesehatan dan gizi anak walaupun masih
dalam kandungan ibu akanmempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurut Piaget dalam Asri Budiningsih (2005: 35) makin bertambahnya umur seseorang maka makin
komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat pada kemampuannya. Ketika individu
berkembang menuju kedewasaan akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang
akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam sruktur kognitifnya.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif. Menurut Ahmad Susanto (2011: 59- 60) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif antara lain:
1. Faktor Hereditas/Keturunan
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor Kematangan
4. Faktor Pembentukan
5. Faktor Minat dan Bakat
6. Faktor Kebebasan
Jenis Permasalahan atau Contoh Masalah Kognitif
JENIS – JENIS GANGGUAN KOGNITIF
1. Mental Retardasi/Intelelektual Disabilitas
2. Mental Retardation dan Fungsi Adaptif
3. Learning Disabilities
4. Demensia Jenis demensia yang kerap kali terjadi atau umum terjadi pada orang dewasa adalah
Alzheimer dan demensia vaskular atau gangguan pada pembuluh darah di otak.
Jenis gangguan kognitif pada anak yang meliputi gangguan perkembangan (developmental disorders)
merupakan hal umum yang terjadi pada anak-anak namun tetap perlu penanganan khusus supaya
masa depannya tidak terganggu.
Beberapa gangguan kognitif pada anak yang berkaitan dengan gangguan perkembangan adalah
sebagai berikut:
a. ASD (Autism Spectrum Disorder)
b. ADHD (Attention-deficit hyperactivity disorder)
c. Gangguan Kecemasan Umum
d. Bipolar
e. Cerebral Palsy
f. Conduct Disorder
g. CAPD (Central Auditory Processing Disorder)
Jenis Gangguan Kognitif pada Anak
1. Speech Delay (Keterlambatan Berbicara)
2. Kognitif Delay (Keterlambatan Perkembangan)
3. Kebiasaan
4. Psikologis
5. Waktu Tidur
6. Kecemasan (Ansietas)
Solusi dari Permasalahan Kognitif
Karena tidak ada penyebab yang pasti dari gangguan kognitif dan gejalanya berbeda dari setiap
penderitanya, maka tak ada obat penyembuh utama. Perawatan bervariasi dan sering
disesuaikan tergantung pada kondisi dan gejalanya. Pengelolaan masalah kognitif dilakukan oleh
penyedia layanan kesehatan yang berbeda, mulai dari dokter sampai pekerja sosial.
1. Terapi, termasuk terapi perilaku dan okupasi untuk memungkinkan pasien tersebut berfungsi
senormal dan semandiri mungkin
2. Obat-obatan seperti penguat suasana hati dan obat yang menghalangi atau memperkuat
neurotransmitter tertentu yang terkait dengan gangguan tertentu
4. Menciptakan lingkungan yang membuat penerimaan lebih baik terhadap perawatan pasien
05
Masalah
Psikomotorik
Pengertian
Pengertian Psikomotorik Menurut Para Ahli
1) Bloom
Ranah psikomotorik adalah pencapaian yang dimiliki oleh seseorang berbentuk sebuah keterampilan
manipulasi yang melibatkan kinerja otot dan segala kekuatan fisik. Hal ini akan membuat seseorang
dapat dilihat telah mencapai standar yang diukur atau belum.
2) Arikunto
Penilaian psikomotorik berkaitan dengan hubungan kerja otot dan menyebabkan gerakan tubuh,
gerakan dimulai dari hal yang sederhana sampai kegiatan yang rumit. Ranah psikomotorik adalah
hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas fisik.
3) Anwar
Psikomotorik adalah sebuah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan yang
dimiliki seseorang. Penilaian dilakukan dengan melihat gerak yang dilakukan baik gerakan dasar
atau gerakan yang dilakukan secara kreatif.
4) Simpson
Psikomotorik adalah hasil belajar yang akan tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan
individu dalam melakukan sesuatu yang bersifat nyata. Proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila telah menunjukkan hasil yang sesuai dengan apa yang disampaikan dalam kegiatan
tersebut.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik
Penting untuk dicatat bahwa, meskipun tahapan yang dilalui perkembangan psikomotor sama pada
semua anak, namun rasio kecepatan di mana keterampilan ini diperoleh tidak akan sama untuk
semua orang dan akan bergantung pada berbagai faktor. Secara khusus, faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan psikomotorik anak adalah:
1. Faktor genetik
Beberapa hal-hal berikut juga memiliki dampak lingkungan besar pada perkembangan anak:
• Temperamen
• Kemandirian
• Berat lahir
• Kemampuan beradaptasi
2. Faktor lingkungan
Faktor-faktor lingkungan berikut ini sangat krusial dalam menentukan perkembangan psikomotor anak:
• Waktu yang dihabiskan untuk menyusui
• Tingkat sosial ekonomi keluarga
• Kehadiran ayah dan ibu
• Jumlah anak
• Tingkat pendidikan orang tua.
3. Penyakit atau masalah saat lahir
4. Pola asuh otoriter
5. Gangguan emosional yang tinggi.
Jenis Permasalahan atau Contoh Masalah Psikomotorik
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu dan
berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan itu bersifat kuantitatif dan berkisar hanya
pada aspek-aspek fisik individu.
Kuhlen dan Thomson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat
aspek, yaitu :
1. Sistem syaraf sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;
2. Otot-otot, yang mempengaruhi pekembangan kekuatan dan kemampuan motorik,;
3. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkahlaku baru, seperti pada
usia remaja berkembang perasaan senang dan aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian
anggoitanya terdiri atas lawan jenis
4. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi berat dan proporsi.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik yakni :
- faktor internal yang berasal dari dalam diri individu seperti sifat jasmaniah yang diwariskan dari
orang tuanya (gen) dan kematangan
- faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu seperti kesehatan, makanan dan lain-
lain.
Namun ditinjau dari kondisi-kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan fisik antara lain adalah :
1. Pengaruh Keluarga
2. Pengaruh Gizi
3. Gangguan Emosional
4. Kurang Rangsangan Fisik Dari Lingkungan
5. Jenis Kelamin
6. Kesehatan
7. Pengaruh Bentuk Tubuh
Jenis Permasalahan atau Contoh Masalah Fisik
Perkembangan aspek fisik terkait dengan keutuhan dan kemampuan fungsi panca indera anak,
kemampuan melakukan gerakangerakan sesuai perkembangan usianya serta kemampuan
mengontrol pembuangan. Anak yang mengalami hambatan dalam hal-hal tersebut dapat
dikatakan mengalami masalah secara fisik. Lebih lanjut permasalahan-permasalahan fisik
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Gangguan fungsi pancaindera
2. Cacat tubuh
3. Kegemukan (obesitas)
4. Gangguan gerak peniruan (stereotipik)
5. Kidal
6. Gangguan Kesehatan (penyakit)
7. Hiperaktif
8. Neuropati
Solusi dari Permasalahan Fisik
1. Identifikasi Kasus , yaitu dengan menandai subyek atau anak yang diperkirakan
mengalami masalah.
2. Identifikasi masalah, yaitu upaya untuk mengetahui inti permasalahan yang dialami
anak.
3. Diagnosis , yaitu Langkah untuk mengetahui karakteristik serta factor penyebab
masalah yang dialami anak.
4. Prognosis, yaitu langkah untuk merumuskan alternatif upaya bantuan sesuai dengan
karakteristik masalah yang dialami anak, menentukan jalan yang diambil orangtua untuk
menangani masalah yang terjadi pada anaknya.
5. Treatment , merupakan upaya pemberian bantuan baik secara sendiri atau melakukan
perawatan dan terapi medis/non medis sesuai masalah anak demi kesembuhannya.
6. Menindaklanjuti, yaitu sebagai bentuk evaluasi terhadap upaya pemberian bantuan
yang telah dilakukan serta kemungkinan pengggunaan Langkah-Langkah berikutnya.
1. Permainan
Permainan dan bermain merupakan kebutuhan bagi anak. Melalui permainan anak mampu mengembangkan
berbagai aspek, termasuk aspek Kesehatan fisik.