Anda di halaman 1dari 9

RESPONS TERHADAP KONSEPSI ALLAH

DALAM TEOLOGI PROSES

ABSTRACT: Process theology has been influencing the worldview of Christian theology. The
emphasis of process theology is on the doctrine of God that consistenly has changed the
nature and has potential nature that keeps unchanging. These two natures have affected the
view of God. Process theology is also included as natural theology its nature is seeking for
theodicy purpose. The responses have two type, one is a response of appreciation and other
is a counter position. All response will be in theological concept and biblical studies
approaches.

Keywords: concept, god, process theology, responses

ABSTRAK: Teologi Proses telah mempengaruhi pandangan dunia teologi Kristen. Penekanan
teologi proses adalah pada doktrin Allah yang secara konsisten mengubah sifat dan memiliki
sifat pentensial yang tetap. Kedua sifat ini mempengaruhi pandangan Allah. Proses Teologi
juga termasuk sebagai Teologi Alam sifatnya mencari tujuan teodisi. Tanggapan memiliki
dua jenis, satu adalah respons penghargaan dan lainnya adalah posisi berlawanan. Semua
tanggapan akan berada dalam konsep teologis dan pendekatan studi biblika.

Kata Kunci: konsep, teologi proses, respon, teologi, tuhan

PENDAHULUAN dikaitkan dengan teologi Kristen yang


Makalah ini dikhususkan untuk diintepretasikan ulang tidak dalam kerangka
membahas mengenai Allah yang dirumuskan filsafat proses. Dengan kata lain, konsepsi
dalam Teologi Proses, yang dicetuskan oleh Allah dalam Teologi Proses bukanlah sebuah
Alfred Whitehead. Teologi ini berasal dari ilmu produk teologi Kristen yang lahir dari filsafat
filsafat yang berkembang ke dalam dunia proses. Sehingga konsepsi Allah dalam
teologi. Konsepsi tentang Allah merupakan Teologi Proses jauh berbeda dengan konsepsi
sesuatu yang sangat penting dan krusial Allah yang lahir dari teologi Kristen. Tujuan
untuk diangkat karena miskonsepsi tentang yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah
Allah memiliki implikasi teologis dan sebuah langkah apologia Kristen dan juga
pengenalan yang bertolak belakang dengan berharap mampu mempertegas perbedaan
Allah-Alkitab. Dalam bagian ini penulis konsepsi Allah dalam teologi proses dan
menyajikan konsepsi Allah dalam Teologi teologi.
Proses dan respons terhadap konsepsi
tersebut menurut Christian Worldview yang METODE
berlandaskan kebenaran Alkitab tentang Metode yang digunakan dalam makalah
Allah. ini adalah pendekatan konsep teologis dan
Mengapa respons tersebut di dalam studi biblika. Pemaparan konsep teologis dan
Christian Worldview? Hal ini dikarenakan argumentasi biblika. Metode yang dipakai
dalam perkembangan konsepsi Allah ini, telah adalah penelitian kualitatif dengan

60
mengumpulkan data-data melalui studi literatur dinamakan unsur kekal dalam filsafat proses.
yang penting, baik dari beberapa Momentum-momentum yang saling
sumber-sumber primer dan sumber sekunder. bertumbukan satu dengan yang lain atau
berinteraksi menghasilkan entitas aktual yang
HASIL DAN PEMBAHASAN terus-menerus sehingga membuat sebuah
entitas kekal.
Konsepsi Allah-Proses Dari Kerangka filsafat proses itulah
Sebelum membahaskan lebih jauh maka para teolog yang menerima filsafat ini,
mengenai Allah dalam teologi proses, ada membuat sebuah spekulasi atau
hal-hal yang penting untuk diketahui dugaan-dugaan mengenai konsepsi Allah.
mengenai kerangka pikir dari konsepsi Allah Mereka menerjemahkan konsep-konsep
dalam teologi proses yang dilandaskan dari filsafat proses ini ke dalam konsep teologis,
filsafat proses. Jadi, pembahasan mengenai sehingga konsep teologi proses pun muncul
filsafat proses akan menjadi kerangka dasar dan berkembang dari waktu ke waktu dengan
lahirnya teologi proses, untuk itu maka tanggapan dari berbagai teolog. Salah satu
perlunya penjelasan yang baik mengenai konsep yang sangat penting dalam teologi
filsafat proses. Filsafat ini dicirikan dengan adalah konsepsi tentang Allah. Dalam bagian
sebuah usaha memperdamaikan intuisi-intuisi berikutnya untuk memaparkan konsepsi Allah
yang beragam dalam pengalaman manusia dari teologi proses ini.
(seperti hal-hal yang agamawi, ilmiah dan
keindahan) ke dalam skema holistik. Filsafat Konsepsi Allah proses secara ontologis
proses memodifikasi pernyataan Plato’s Pada bagian ini Whitehead sependapat
Sophist, yang menegaskan hal-hal yang dengan filsuf metafisika yaitu Aristoteles,
paling kongkrit adalah hal-hal yang nyata Allah yang dimaksudkan oleh teologi proses
terlihat. Whitehead membahasakannya adalah apa yang disebut sebagai Objek
sebagai keber-Ada-an yang aktual (yang ada Kekal/Ideal. Inilah pengertian Objek Kekal
terlihat di saat itu). Dalam proses metafisika Whitehead ditulis oleh Delwin Brown, Ralph
keber-Ada-an aktual itu bukan sepenuhnya James, Gene Reeves dalam “Process
penentu dari sebuah aktifitas dari terhadap Philosophy and Christian Thought”:
yang lain, setiap keber-Ada-an memiliki
kekuatan Penentu, sekecil apapun itu. For Whitehead as for Aristotle, process is the
Berdasarkan pandangan ini, memiliki kuasa realizing of selected potentialities, or it is
unexplainable. “Pure potentials for the
dalam hubungan dengan yang lain adalah
specific determination of fact”—that is what
sebuah doktrin universal kreativitas.
eternal objects are (1971, p. 21).
Hartshorne mengatakan “To be is to create”
(Hartshorne, 1970, p. 270).
Jadi inilah yang dimaksudkan oleh
Interaksi antara partikel atom dan sub
Whitehead mengenai “Allah”. Dari manakah
atom merupakan sebuah proses yang
“Objek Kekal” berasal? Objek kekal ini adalah
kemudian menghasilkan keber-Ada-an baru,
kemungkinan dari segala sesuatu yang
jadi dalam proses tersebut adanya saling
kongkrit yang bisa terjadi. Keber-Ada-annya
memberi antara satu dengan yang lain dan
bagi Whitehead adalah dari sudah ada
menghasilkan yang lain. Proses ini terus
sebelumnya. Whitehead tidak percaya Ex
berlanjut dan tidak berhenti dan inilah yang

61
Nihil Creatio. David Griffin dalam “Physics and dengan pandangan teologi proses adalah
the Ultimate Significance of Time”: Oscillationism beliau menyatakan:
Creation of our particular world was not
intiated by a creation ex nihilo, in the sense Contemporary scientific Oscillationists
of a total absence of finite forms of actuality, usually affirm that our universe is but the
but was a creation out of chaos, out of a most recent in a temporally infinite series of
less ordered realm of finitude (1986, p. 139) cosmic epochs, that it was created entirely,
not by God, but by an influx of energy from
Dalam hal ini Griffin, memiliki an antecedently existing universe, that this
pandangan yang sama dengan John B Cobb. prior universe originated from its own Big
Cobb menyatakan bahwa Whitehead tidak Bang (2000, p. 4).
menghubungkan pandangannya dengan Teori
Big Bang, namun Whitehead meyakini bahwa Dalam pandangan Oscilasionism bahwa
semesta ini ada karena semesta-semesta alam semesta ini berasal dari seri rangkaian
yang telah ada sebelumnya dan tidak ada masa atau zaman semesta yang disebut
hubungannya dengan Allah atau dalam epoch, yang telah tercipta seluruhnya, tanpa
bahasa teknisnya adalah singularitas.1 Ini ada penjelasan dari mana penciptaan itu
artinya bahwa tidak ada semesta itu bukan berasal. Pengandaiannya adalah bahwa pada
dari suatu kekosongan tetapi sebuah mulanya alam semesta itu sudah ada lengkap
keber-Ada-an yang telah ada sebelumnya. dengan bahan-bahan atau energi yang
Asumsi dasarnya adalah alam semesta ini diperlukan lalu kemudian semesta-semesta
berasal bukan dari sesuatu yang tidak itu mengalami ledakan Big Bang mereka
terbatas tetapi dari sesuatu yang terbatas sendiri, sehingga menghasilkan ledakan
yang berasal dari zaman sebelumnya, belum terhadap semesta-semesta lain yang
beraturan dan memiliki potensi atau kemudian tercipta alam semesta lainnya.
kemungkinan-kemungkinan dengan tujuan Dapat dikatakan bahwa Allah proses itu
dan arah sendirinya. Jadi dari pandangan mengacu pada natural theology. Cobb
teologi proses tentang Allah adalah bahwa menjelaskan bahwa teologi proses didasarkan
Allah merupakan objek-objek kekal yang pada teologi alam, yang dalam hal ini filosofi
memiliki potensi kemungkinan-kemungkinan Whitehead. Hal ini dikarenakan preposisi
yang menggerakan dan mengarahkan. Cobb adalah teologi natural sebagai pengukur
Para teolog proses menolak pandangan atau pengaku kebenaran dari teologi-teologi
creatio ex nihilo, yang berarti penciptaan dari lainnya. Bukan hanya itu, ada sebuah
sesuatu yang sama sekali tidak ada. Mereka kekhawatiran bahwa kosmologi modern tidak
percaya penciptaan dari sesuatu yang kacau memiliki akar finalitas yang solid, sehingga
menjadi teratur dan terarah, karena mereka dibutuhkanlah teologi natural ini (Cobb, 2000,
percaya ada zaman semesta yang telah ada pp. 3-4).
dari semesta ini, sehingga bisa menjadi
semesta ini. Lebih jauh menurut Rem B. Konsepsi Allah yang berproses
Edward dalam “How Process Theology Can atau mengalami proses.
Affirm Creation Ex Nihilo” memberikan Allah yang dipikirkan atau dirumuskan
sebuah referensi pemikiran yang berkorelasi oleh para teolog proses adalah Allah yang
memiliki natur yang selalu dalam perubahan
atau proses sehingga dapat bersentuhan dan

62
berelasi dengan dunia. Karena alam dan bayangan dan aturan-aturan dari objek abadi
manusia mengalami perubahan maka Allah ke dalam sebuah ide yang tidak terbayangkan
pun mengalami perubahan yang secara yang kompleks/rumit. Konsepsi kemungkinan
konstan. Whitehead menjelaskan bahwa Allah yang ada di dalam pikiran Allah. Ini adalah
memiliki kutub “dipolar” (2 kutub yaitu kutub abstraksi dari entitas aktual. Jadi natur ini
fisik dan mental), nama lain dari dua kutub adalah natur yang disebut juga what could be,
tersebut adalah primordial nature dan artinya sesuatu yang bisa menjadi
consequent nature. Kutub fisik adalah kutub (kemungkinan), yang tidak terikat dengan
yang mengalami perubahan sedangkan kutub peristiwa aktual.
mental tidak mengalami perubahan namun Kedua, konsekuen: Allah mendapatkan
keduanya tidak dapat terpisahkan satu dari dunia. Jika natur primordial adalah
dengan yang lain, bahkan saling berinteraksi sebuah konsepsi kemungkinan-kemungkinan
(Whitehead, 1978, p. 348). Whitehead bicara dalam pikiran Allah yang bersifat kekal, natur
tentang dua natur ini yang dikutip oleh Donald konsekuen adalah bagian dari diri Allah yang
Viney, dalam “The Stanford Encyclopedia of berinteraksi dengan mendapatkan sesuatu
Philosophy,” berkata demikian: dari dunia secara aktual. Allah berkontribusi
ke dalam dunia namun juga Allah itu
The primordial nature is God’s diciptakan oleh dunia. Melalui interaksi dari
envisagement of all possibilities ... It is entitas aktual atau peristiwa-peristiwa aktual.
called “primordial” because it represents
Inilah yang dimaksudkan natur Allah
what could be in a sense not tethered to
proses yang memiliki dua natur yaitu dipolar.
actual course of events … The consequent
nature is God’s prehensions of the actual
Satu natur merupakan natur yang berinteraksi
processes of the world. Conversely, it is the langsung dengan dunia dan dunia
world’s influence on God. It is called memberikan sumbangsih besar kepada Allah.
“consequent” because it is consequent Namun juga natur itu memberikan
upon, or dependent upon, the decisions of sumbangsih kepada dunia, walau lebih
non-divine actual entities (Whitehead calls bersifat sumbangsih pasif dan tidak dapat
them actual occasions). The consequent memenentukan apapun. Karena interaksi dari
nature is the record of all achieved fact, a
dari dunia dan natur konsekuen merupakan
perfect memory of what has
hasil dari interaksi dari dua kekuatan penentu,
been—Whitehead speaks of the “objective
immortality” of the world in God (2008:10).
yang menghasilkan kekuatan penentu lain
dari keduanya. Sedangkan sisi natur primodial
Jadi memang Allah dari teologi proses adalah natur yang ada secara terus-menerus
adalah Allah bukanlah Allah yang tidak sebagai potensi. Tidak secara aktif, namun
berubah atau mengalami perubahan terus sebuah kemungkinan-kemungkinan yang
menerus tetapi Allah yang memiliki kedua tidak tersentuh oleh natur konsekuen.
natur tersebut di dalam diri-Nya.
Pertama, primordial: keteraturan, Konsepsi Allah yang tidak berpribadi
keharmonisan, dari sebuah objek kekal, Allah Berkenaan dengan Whitehead dan
merupakan sebuah penjumlahan dari sebuah metafisika, Forest Wood dalam bukunya
kemungkinan yang kekal (ide, dalam konsep “Whiteheadian Thought as a Basic for a
Plato). Natur primordial adalah sebuah philosophy of Religion” menyatakan bahwa
Allah yang dimaksudkan di dalam teologi

63
proses adalah yang banyak itu menjadi satu Konsepsi Allah yang tidak memiliki
dan mengalami peningkatan oleh satu itu. kekuatan sebagai penentu
Jadi Allah proses itu sendiri tidak dapat segala sesuatu secara mandiri.
ditunjukkan oleh satu yang Ada. Dalam Seperti yang telah dijelaskan di dalam
perkembangannya pandangan ini bagian-bagian sebelumya, Whitehead
berkembang karena tidak adanya ikatan menyebut pemikirannya tentang Tuhan
istilah yang dapat menggambarkan definisi sebagai sebuah sistem pemikiran yang
Allah ini ke dalam bahasa singularitas, maka mengacu pada ilmu filsafat, khususnya pada
mulai dari situlah para teolog proses ini filsafat metafisika seperti Plato, Aristoteles
menggunakan istilah Allah dan mulai dan Spinoza. Allah yang dirumuskan dan
membahasakan filsafat ini ke dalam bahasa diyakini oleh Whitehead adalah berasal dari
agama. Karena jika tidak demikian, konsepsi entitas-entitas dalam sebuah kejadian yang
Allah dalam teologi proses akan sulit saling berinteraksi satu dengan yang lain dan
dijelaskan dalam kerangka yang mudah menghasilkan yang lain.
karena tidak adanya singularitas dalam Kesempatan-kesempatan aktual itu sendiri
penamaannya. memiliki daya penentu namun tidak
Dalam bukunya “Science and the sepenuhnya bisa menentukan segalanya,
Modern World”, Whitehead pertama kalinya namun entitas-entitas aktual itu harus saling
menyebut kata “Tuhan”. Whitehead mengutip mempengaruhi sehingga dapat menentukan
Aristoteles, ahli metafisika, dan telah kemungkin-kemungkinan berikutnya
mengenalkan Tuhan ke dalam sistem walaupun di dalam istilah lain Whitehead
pemikirannya tanpa rujukan dari pengaruh menggunakan nama lain hasil dari benturan
agama apapun (1924, p. 249). Whitehead antara aktual entitas-aktual entitas itu sebagai
bermaksud membahas tema ini dalam Nexus (Audi, 1995, pp. 851-853). Dengan
pertimbangan-pertimbangan metafisika, kata lain Nexus adalah hasil dari
dimana Tuhan disebut sebagai “abstraksi”. kekuatan-kekuatan penentu dari
Dalam teologi proses, Allah direduksi entitas-entitas aktual yang saling berbenturan
hanya menjadi potensi, seperti kasih. Allah sehingga membentuk sesuatu yang lain.
memiliki potensi untuk mengasihi, namun Namun, Nexus bukanlah hasil dari satu
tidak mampu bertindak atas keinginannya entitas aktual yang memiliki kekuatan penentu
sendiri untuk mengasihi. Allah dalam teologi mutlak dan mandiri.
proses mendasarkan keinginan dan Jadi Allah dalam teologi proses bukan
pilihan-pilihannya berdasarkan Allah yang memiliki kekuatan mutlak
sumbangsih-sumbangsih elemen-elemen menentukan arah dan kejadian-kejadian
yang ada di sekitarnya. Meskipun beberapa menurut keinginan-Nya. Bahkan Allah proses
teolog proses berusaha mendaratkan teologi adalah Allah yang tidak memiliki
ini untuk menjawab persoalan manusia keinginan-keinginan. Kekuatan kuasa dari
khususnya persoalan kejahatan dalam dunia. Allah proses adalah ikut merasakan dan
Mereka meniadakan kehadiran Allah dalam menanggung rasa sakit akibat-akibat dari
kejahatan, bahwa memang Allah tidak kejahatan dalam dunia. Bukan meniadakan
memiliki kuasa untuk menaklukkannya. kejahatan, namun berada menerima
dampak-dampak dari kejahatan itu sendiri dan
bukan mengendalikan atau menaklukkan

64
kejahatan. Karena jika Allah proses adalah kepada ciptaan-Nya sendiri untuk bersikap
Allah yang terlibat dalam pengendalian dari dan bertindak. Bukan karena Allah tidak
kejahatan maka Allah itu bukan lagi Allah Mahakuasa, tetapi karena kebaikan
proses karena sudah memiliki kekuatan kasih-Nya. Kemahakuasaan Allah tidak
mandiri penentu kejahatan dan penakluk terletak pada kemampuan untuk mencegah
kejahatan. akibat dari penderitaan dan kejahatan itu,
tetapi dalam kemampuan untuk menanggung
Respons terhadap segalannya tanpa dihancurkan olehnya,
konsepsi Allah-proses bahkan sebaliknya menjadikannya sarana
Respons yang penulis sajikan adalah penyelamatan. J Sudarminta memberikan
bukan hanya respons dari perspektif teologi menghubungkan teologi proses ini dengan
Kristen saja, namun juga berdasarkan pada teologi salib, dimana keseriusan Inkarnasi
kerangka berpikir konsepsi Allah-proses atau penjelmaan Tuhan dalam Yesus Kristus
tersebut, yang perlu dikritisi dan berpartisipasi dalam pergumulan hidup
dipertimbangkan dengan lebih sistematis. manusia dan sebagai wujud kekuatan kasih
Pertama, Whitehead mengatakan yang menerima penderitaan.2 Inilah yang
bahwa dia memperkenalkan Tuhan untuk merupakan sisi teodesi dari teologi proses
menyelesaikan masalah metafisika. Jika yang memang harus dipertimbangkan.
semua itu proses dan perubahan, lalu apa Ketiga, teologi proses menekankan
yang menyatukan segalanya, apa yang bahwa Allah adalah Allah yang mengalami
mencegah kemenangan entropi? Dan apa perubahan dan terus menerus mendapatkan
yang mengizinkan perkenalan terhadap sumbangsih dari dunia. Jika dikatakan bahwa
hal-hal yang baru? Jawabannya adalah Allah berubah terus-menerus maka Allah
Tuhan, siapa yang menetapkan dapat dipengaruhi dan Allah tidak lagi menjadi
batasan-batasan, sebagai contoh antara Allah atas alam ini karena dia mampu diubah.
masa lalu, masa kini dan masa depan. Jadi Bukan dia lagi yang berkuasa tetapi suatu hal
Whitehead sendiri memang mengakui perlu yang berkuasa itulah yang berkuasa atas
adanya konsepsi penentu untuk teologi Allah.
proses ini sehingga dia memakai konsepsi Keempat, walaupun ada sisi teodesi
Allah (plural). Dengan kata lain, Whitehead dalam teologi proses, namun memang teologi
percaya bahwa adanya entitas aktual yang proses merupakan langkah meneropong yang
lebih dominan. supraalamiah di dalam kacamata alamiah.
Kedua, selain pengakuan eksplisit itu Para teolog proses masih mendasarkan
teologi proses juga dibuat untuk langkah argumentasinya di atas dasar
penyelesaian masalah kejahatan. Dalam kemungkinan-kemungkinan dari teori-teori
masalah pendampingan jemaat dalam alam yang mendukung konsepnya.
menghadapi persoalan kejahatan dan Kemungkinan-kemungkinan dalam teolog
penderitaan di dunia, teologi proses proses telah dibatasi dalam kerangka
memberikan pendekatan yang lebih empatif. alamiah. pereduksian konsepsi Allah yang
Teologi proses memandang bahwa apa yang hanya dipandang sebagai potensi dan
terjadi ketika kejahatan dan penderitaan hadir kemungkinan-kemungkinan, yang tidak
di dunia bukan karena berhubungan dengan memiliki kuasa mandiri menentukan
Tuhan, namun Tuhan memberikan kebebasan segalanya. Kemungkinan-kemungkinan ini

65
masih dalam kerangka ilmu alam, sehingga perhitungan kemungkinan-kemungkinan fisik,
Allah dikurung oleh pandangan teologi alam. namun eksistensi Allah menentukan
Sehingga konsepsi Allah ini tidak pernah eksistensi alam. Allah sebagai pelaku dan
dibebaskan atau diperluas dalam sudut menjadi pemula sejarah. Allah telah ada
pandang yang lain. tanpa proses dan Allah adalah penentu
Kelima, konsepsi Allah yang memiliki proses penciptaan. Allah yang memiliki
dua natur merupakan sebuah konsep yang tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan yang
dapat dikatakan sulit dipahami dengan berasal dari dirinya sendiri, tanpa pengaruh
sepenuhnya, karena bagaimanakah mungkin dari luar, Allah yang mutlak, mandiri dan
natur kekal itu tidak bisa dipengaruhi oleh self-existensi (Rm. 1:18-20).
natur konsekuen? Sedangkan teologi proses Kedua, presupposisi iman Kristen
juga membahas mengenai interaksi dunia dan adalah Allah pencipta alam semesta, dalam
Allah dalam hubungan saling mempengaruhi. hal ini presuposisi tersebut didukung oleh
Dalam konsepsi ini pun Whitehead masih analisa struktur literal yang terdapat dalam
menunjukkan adanya misteri yang tidak teks Kejadian 1:1 sampai Kejadian 2:1-3 yang
mampu dijelaskan. Hal ini juga berpengaruh ditulis dalam bentuk chiastic atau chiasmus.3
terhadap konsepsi Allah yang merupakan Hal ini menunjukkan kesatuan arti bahwa ada
objek-objek kekal yang tersimpan sebagai dua subjek utama dalam Alkitab yaitu Allah
potensi, tentu tidak mampu menjelaskan dan manusia, atau ciptaan-Nya.4 Allah
hubungan antara potensi kepribadian dengan berperan aktif dalam penciptaan dari tidak
penampakkan kepribdian itu sendiri. Dengan ada apa-apa sampai hari ke enam saat Allah
kata lain, teologi proses tidak mampu menciptakan manusia, dan Allah memberkati
menjelaskan mengenai sifat-sifat Allah jika hal hari ketujuh. Argumentasi ini merupakan
itu tidak dapat dinampakkan dalam sisi natur sebuah penegasan teologi Perjanjian Lama
konsekuen. Natur kekal itu harus memiliki bahwa Allah adalah Pencipta Tunggal yang
kestabilan kepribadian yang terwujud dalam menciptakan alam semesta beserta segala
natur konsekuen. isinya dari sesuatu yang tidak ada menjadi
Keenam, kerangka filosofis telah ada. Analisa biblis ini pun harus menjadi
membuat teologi proses menjadi kacamata sebuah pertimbangan dalam memahami
satu-satunya dalam memandang teks biblis. konsepsi Allah dari sudut pandang teks biblis.
Hal ini tidaklah tepat karena teks biblis Ketiga, pemahaman teologis mengenai
memiliki keunikan dan kerangka pikir sendiri sifat dan natur Allah konsisten dengan
yang perlu dilihat dalam cara yang berbeda. penuturan dan pemaparan Alkitab tentang
Sehingga “kacamata” yang seharusnya setiap tindakan Allah dalam sejarah dari
dikenakan adalah penelitian literatur, sosial Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Contoh
budaya dan konteks zaman. yang sederhana, Allah adalah kasih maka
Selain respons-respons di atas penulis Allah menciptakan tempat hidup bagi makhluk
juga menawarkan respons dari sisi biblis hidup yang akan dia ciptakan (ekosistem)
sebagai tambahan dalam makalah ini. baru Ia menciptakannya. Dengan Allah
Pertama, jelas mulai dari kitab pertama di memenuhi kebutuhan penopang hidup para
Alkitab, bahwa Allah yang menginisiator makhluk ini, Allah bertindak konsisten dengan
proses eksistensi alam ini. Allah dominan di sifatnya yaitu kasih. Dia konsisten dengan
atas ciptaan-Nya. Bukan lagi sebuah sifat-Nya yang dinyatakan dalam

66
tindakan-Nya. Tindakan Allah bertindak mengalami proses, sifat-sifat Allah merupakan
terhadap dosa manusia, bahwa dalam setiap potensi dan natur luar mengalami perubahan
dosa memiliki konsekuensi. Namun, Allah terus menerus, tidak memiliki kekuatan
tidak berhenti di sana, Allah konsisten dengan penentu sendiri namun bergantung pada
kasih-Nya, sehingga Dia memberikan sumbangsih dunia. Ada sisi teodesi yang juga
pengharapan dan keselamatan bahkan merupakan sumbangsih yang baik dari teologi
sebenarnya anugerah penerimaan bagi proses untuk perkembangan pemikiran teologi
manusia, melalui tindakan Allah mengenakan untuk pendampingan jemaat. Walaupun,
baju pada manusia menutupi malunya. teologi proses adalah teologi alam, namun
Bahkan dalam peristiwa lain, Kain yang teologi wahyu pun perlu
adalah seorang pembunuh adiknya, Habel, mempertimbangkannya dimana teologi alam
yang harus mengalami konsekuensi dan lebih ramah dengan lingkungannya. Untuk hal
menjadi pelarian, Kain pun mendapat ini, maka teologi proses hanya bisa
perlindungan Allah. Jadi Allah dalam teologi dipandang sebagai teologi natural yang tidak
Kristen dan fakta biblika yang ada mampu memberikan pandangan menyeluruh
digambarkan sebagai Allah yang memiliki mengenai Allah dalam konteks teologi biblis
kepribadian yang aktif, bukan hanya sekedar Kristen, yang memiliki presuposisi yang
potensi namun Dia benar-benar Allah yang berbeda. Maka perlu ada respons yang
menyatakan tindakanya kongruen dengan menunjukkan mengenai konsep Allah teologi
sifatnya. biblis, khususnya analisa struktur literasi
dalam kitab Kejadian dan beberapa gambaran
KESIMPULAN bagaimana sifat Allah sesuai dengan
Teologi Proses merupakan hasil dari tindakannya, dalam arti tidak mengalami
pola pikir filsafat proses yang kemudian perubahan atau proses.
dikenakan pada dunia teologi. Teologi proses
memandang Allah sebagai entitas aktual,
Edwards, R. B. (2000). Process Studies.
DAFTAR RUJUKAN Claremont: Center for Process
Studies.
Audi, R. (1995). The Cambridge
Dictionary of Philosoph. London: The
Press Syndicate of the University of Griffin, D. R. (1986). Physics and the
Cambridge. Ultimate Significance of Time. New
Breck, J. (1991). The Shape of Biblical York: State University Of New York
Language: Chiasmus in the Scriptures press.
and Beyond. New York: St. Vladimir’s Hartshorne, C. (1970). Creative Synthesis
Seminary Press. and Philosophic Method. Lanham: UP
Cobb, J. B. (2000). A Christian Natural of America.
Theology Based on Thought of Alfred Viney, D. (2008). The Stanford Encyclopedia
North Whitehead. Philadelphia: of Philosophy. California: Stanford
Westminster Press. University.
Wenham, J. G. (1987). World Biblical
Commentary. Dallas: Word Book.

67
Whitehead, N. (1978). Process and Reality:
An Essay in Cosmology. New York: Free
Press.

ENDNOTE
1. John B. Cobb, Jr. replies that "Whitehead
knew nothing of the ‘Big Bang’ and thought
instead of cosmic epochs evolving out of
earlier cosmic epochs with no singularities
involved. Process theology followed him."
Process Studies pp 88.
2. J. Sudarminta, Alfred Whitehead: Tuhan
sebagai “The Poet of the world” sebuah
gambaran metaforis tentang dialektika
Hubungan Tuhan dan dunia (Extention
Course Filsafat Driyarkara), Hal 13.
3. Chiasmus dalam hal ini mendapat peran
penting dalam studi biblika, hal ini
dikarenakan pada zaman Alkitab tidak
menggunakan paragraf, tanda baca, huruf
besar dan spasi. Chiasmus digunakan
untuk mengarahkan pembaca pada tema
pusat atau makna dari teks tersebut (Breck,
1991, pp. 60-99). Breck, JohnThe Shape of
Biblical Language : Chiasmus in the
Scriptures and Beyond,(New York: St.
Vladimir’s Seminary Press. Crestwood) hal
99-60 (saya mengasumsikan ini
sebenarnya halaman 60-99, apakah
benar?),1991
4. 1:1–2:3 form the first section of Genesis;
the second starts with 2:4. 2:1–3 echoes
1:1 by introducing the same phrases but in
reverse order: “he created,” “God,”
“heavens and earth” reappear as “heavens
and earth” (2:1) “God” (2:2), “created” (2:3).
This chiastic pattern brings the section to a
neat close which is reinforced by the
inclusion “God created” linking 1:1 and 2:3
(Wenham, 1987).

68

Anda mungkin juga menyukai