Anda di halaman 1dari 6

Abstrak

Penciptaan yang terjadi pada alam semesta adalah hasil dari sebab akibat
yang terjadi. Penciptaan tersebut merupakan kehendak Tuhan untuk menciptakan
sesuatu karena Allah adalah sang pencipta denan segala kehendaknya. Disini Al-
Ghazali menentang pemikiran-pemikiran yang di bawa oleh filsuf yang lainnya.
Yang mengatakan bahwa sebab akibat tersebut datang dari alam.

PENDAHULUAN

Al-Ghazali (1058-1111 M) merupakan salah satu filusuf islam yang


terkenal dengan berbagai pemikiran-pemikirannya yang terkadang bertentangan
dengan pemikiran filsuf-filsuf lainnya. Sejatinya ia tidak menentang filsafat dan
filsuf seperti yang dipersepsikan. Ia hanya kritis terhadap pemikiran atau gagasan
yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Kritiknya yang terdapat pada karyanya
yang terkenal Tahafut Falasifah, berkenaan tentang konsep tuhan, penciptaan
alam semesta, ilmu pengetahuan dan ilmu fisika.
Salah satu kritikan beliau adalah tentang hukum kausalitas yang
merupakan dasar pokok filsafat pada Aristoteles yakni “Hubungan anatara apa
yang diyakini sebagai sebab dan akibat itu tidak pasti, hubungan sebab-akibat
dalam dunia fisika hanyalah uutan kejadian yang bersifat kebiasaan. 1 Hal tersebut
ditentang oleh al-Ghazali karenanya dihadapan kita yang terjadi bukan semata
hanya karena sebab-akibat akan tetapi tindakan-tindakan tersebut berada secara
detail ditangan Sang Pencipta yang selalu bertindak melalui Kehendak-Nya.
PEMBAHASAN
Pembahasan tentang hal sebab-akibat tersebut telah dilihat dari perbedaan
pada system metafisika. Al-Ghazali memandang dengan pendekatan wahyu dan
filsuf yang lainnya memandang dengan pendekatan Metafisika Yunani. Sehingga
jika dasar pemikiran saja berbeda maka akan muncul sebuah hasil pemikiran yang
berbeda yang terjadi pada perbedaan pemikiran antara Al-Ghazali dan filsuf
lainnya. Kajian tentang apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dan apa yang muncul
dari hasil pemikiran filsuf lainnya tampaknya perlu melakukan pergeseran dari
system metafisika yang menjadi dasar pemikiran. Itu semua membawa kita bahwa
suatu system metafisika seseorang itu berkaitan dengan system fisika
Maka pembahasan yang akan diuji adalah hubungan antara system
metafisika al-Ghazali apakah benar-benar koheren dengan teorinya tentang dunia
fisika? Dengan kata lain apakah kausalitas ilahi koheren dengan kausalitas
duniawi?

1
Zarkasyi, Hamid Fahmy, Kausalitas: Hukum Alam atau Tuhan, (UNIDA Gontor Press,
Ponorogo) cetakan 1, hal. 2
A. GAGASAN AL-QUR’AN ( WAHYU) TENTANG KAUSALITAS
Ahli tafsir atau mufassir mentafsirkan makna sebab-akibat sebagai
pengetahuan ( ‘ilm ) hal ini berdasarkan dari Qur’an surat al-Kahfi yang
menceritakan tentang Dhu al-Qarnayn: ” sesungguhnya kami mendirikan
kekuasaan di bumi dan kami telah memberikan kepadanya (pengetahuan tentang)
sebab dari segala sesuatu.” tetapi mereka memiliki interpretasi yang berbeda
tentang jenis pengetahuannya. Menurut Ibn Abbas, sebab adalah tentang cara dan
tempat.2 Mengacu pada penafsiran Ibn Kathir yang menegaskan bahwa sebab
adalah pengetahuan tentang Bahasa, karena Bahasa adalah sebab yang
memungkinkan penaklukkan setiap suku.3
Makna yang tersirat ialah bahwa tuhan memberikannya pengetahuan
tentang Sebab untuk memenuhi tujuannya ( maqshad ). Semua interpretasi ini bisa
dipahami dengan Tuhan menciptakan dalam pikiran dhul Qarnayn pengetahuan
atau sebab tentang bagaimana mendapatkan kekuatan atas timur dan barat. Hal ini
memiliki makna tersirat bahwa Tuhan adalah sebab langsung dari datangnya
pengetahuan yang ada pada Dhul Qarnayn. Oleh karena itu dijelaskan bahwa
Tuhan adalah sebab dari berbagai sebab dan Tuhan adalah sebab yang utama dari
berbagai kejadian.
Kausalitas dan Worldview Al-Qur’an
Mengacu pada konseptual yang ada pada al-qur’an gagasan kausalitas
menyatu pada pandangan atau worldview islam, terkait pada worldview sangat
penting untuk diingat bahwa konsep kausalitas pada Qur’an dapat ditelusuri pada
konsep bab ilahi. Dalam konsep tersebut terdapat konsep penciptaan. Karena
acuan yang datang dari tatanan adikodrati wujud dan tuhan. Berbeda diametral
dengan pandangan barat ataupun worldview jahiliyah pandangan mereka tentang
adanya kosmos dan lainnnya.
Bergeser dari pembentukan worldview kolaborasi konsep kausalitas dalam
al-Qur’an pada dua tema focus: sebab-akibat dalam pristiwa alam dan tindakan
manusia. Tema besar yang pertama pada peristiwa alam yang membawa konsep
realiatas dan tema yang kedua berkaitan pada hakikat manusia, takdirnya,
kebebasan manusia dan kemampuannya dalam menangkap realitas dan kebenaran4

B. KAUSALITAS DALAM TRADISI FALSAFAH


2
Fairuzzabadi, al-Shafi’i, Tanwir al-Miqbas min Tafsir ibn ‘Abbas, (Beirut: Dar al-Ishraq, 1988)
hal,291
3
Ibn Kathir, Tasir Al-Qur’an al-Azim, M. Ibrahim al-Banna ( Damaskus: Dar al-Akhyar,1991)
hal. 113
4
Zarkasyi, Hamid Fahmy, Kausalitas: Hukum Alam atau Tuhan, hal. 36
Aktivitas intelektual mengacu pada kegiatan orang-orang islam yang
tertarik terutama pada filsafat dan ilmu pengetahuan yang banyak di pengaruhi
oleh pemikiran Yunani. Namun aktivitas seperti intelektual kelompok ini bukan
dsatu-satunya representasi pemikiran filosofis dalam islam. Kalam juga memiliki
pembahasan-pembahasan semacam pemikiran filosofis sehingga layak dianggap
sebagai filsafat.
Dari perspektif barat, Kalam dianggap sebagai teologi yang harus
dibedakan dari filsafat. Karena memasukkan Kalam pada kajian filsafat
menyebabkan masalah nomenklatur. Dalam persperktif islam nomenklatur
mengacu pada fakta yang tak dapat di bantahkan dan hal ini tidak di inginkan oleh
barat. Dengan kata lain umat islam lazim menyebutnya sebagai falsafah bukan
dalam arti luas dengan filsafat islam.
1. Al-Kindi
Konsep kausalitasnya yang tidak jauh dari misi Al-Kindi yang ingin
mendamaikan pemikiran Yunani dan Islam, penyebaran pertama konsep
kausalitas paripatetik kepada para filsuf muslim dapat di temukan dalam
pemikiran al-Kindi. Gagasan Kausalitas dapat di temukan di bagian pembuakaan
pada bukunya yang terkenal fi al-falsafah al-ula :
“kita dapat menemukan kebenaran yang kita cari tanpa
menemukan sebabnya; penyebab wuud dan keberlangsungan
segala sesuatu adalah yang benar-benar satu artinya setiap
sesuatu yang memiliki wujud memiliki kebenaran. Yang
benar-benar satu pasti ada dan karena itu ia berada…”
Fokus utama dari kutipan di atas adalah gagasan tentang Tuhan
sebagai sebab. Point ini inti filsafat dan titik awal konsep kausalitas
menurut al-Kindi.
Upaya al-Kindi untuk membawa konsepnya tentang tuhan dalam
pengertian sebab ilahi tergambar dalam risalahnya yang lain. Al-Kindi
mengidentikkan tuhan dengan ungkapan seperti penggerak Pertama (The
Frist Cause )
2. Al -Farabi
Tokoh terkemuka dari kalangan filsuf paripatetik setelah al-kindi adalah
al-farabi. Karena ia terkenal dengan penguasaan logika. Ibnu Khaldu menjuluki
sebagai guru kedua setelah Aristoteles.
Al-farabi menjelaskan bahwa tuhan adalah sebab utama. Maka al-farabi
menjelaskan dengan dasar logika untuk merasionalkan konsep kausalitas tersebut.
C. DEFINISI AL-GHAZALI
Dari berbagai konsep-konsep para filsuf al-Ghazali menentang konsep
kausalitas yang di bawa oleh para filsuf yang menjadikan Tuhan sebagai sifat
wajib yang mengikuti dalam penciptaan. Hal ini di tentang oleh al-Ghazali yang
mengatakan bahwa penciptaan adalah kekuasan dan kehendak-Nya.
Secara umum yang kita lihat prinsip al-Ghazali tidak banyak berbeda
dengan prinsip al-Kindi, al-Farabi dan Ibn Sina. Namun dalam persoalan ini
bagaimana eksistensi sesuatu mengalir dari sang pemberi dan eksistensi sesuatu
menjadi ada bersatu dengan eksistensi tuhan. Al-Ghazali emmiliki pendapat yang
sedikit berbeda yakni tentang konsep eminasi dan konsep penciptaan. Struktur
realitas dalam doktrin konsep penciptaan al-Ghazali disusun sedemikian rupa
sehingga tidak dapat satupun yang dapat dipahami tanpa melalui prakondisi
menjadi dalam konsep penciptaan tuhan
Al-Ghazali menjelaskan makna lebih dalam tentang kausalitas dan hokum
penciptaan, Al-Ghazali menjelaskan tentang bagaimana haq dan haqiqah yang
tidak terlampau beda dengan filsuf-filsuf sebelumnya. Haq menurut al-ghazali
menerapkan pada klasifikasi eksistensi yaitu wajib, mungkin dan mustahil
eksistensi wajib yaitu sungguh-sungguh benar ada pada dirinya sendiri, mungkin
terdapat pada diri makhluk dan mustahil yang tidak mungkin terdapat pada diri
tuhan.
Al-ghazali menghubungkan realitas dan eksistensi sebagai keseluruhan
dan eksistensi sejati yang paling nyata dan mutlak. 5Dan konsep eksistensi sejati
terdapat pada diri Tuhan, dalan konsep realitas konsep keesaa tuhan berkaitan
dengan gagasan tentang tuhan sebagai realitas mutlak. Wujud tuhan yang ada
dengan sendirinya dan benar-benar nyata dan selain tuhan yang tidk ada dan tidak
ada dengan sendirinya ini berarti benar-benar tidak nyata namun nyata dengan
cara pengadaan. Seperti halnya dunia yang tidak ada dan benar-benar tidak ada
tetapi ada karena sebuah proses pengadaan.
Konsep al-ghazali tentang tuhan memiliki pengaruh mendalam terhadap
ajaranya tetang kosmologi dan ontology dengan menempatkan satu-satunya
pencipta yang daya kreatifnya begitu luas dan langsung . Al-Ghazali memandang
dunia sebagai ciptaan tuhan yang sedang berlangsung maka dari itu Al-Ghazali
mengganti istilah sebab untuk tuhan dalam pengertian filusuf dengan pelaku
hingga dapat mempertahankan konsep tuhan yang mutlak.
Keluasan kekuasaan Tuhan sebagai pelaku menimbulkan kesatuan realitas,
artinya dalam tatanandalam alam semesta, kosmologi dan berjalan sebagai sebab
sekunder yang pasti bias dilihat sebagai realitas dan eksistensi, al-ghazali
medukung kesatuan dalam konseptualnya.

5
Zarkasyi, Hamid Fahmy, Kausalitas: Hukum Alam atau Tuhan, hal. 169
KESIMPULAN
Kalangan falasafah menggunakan sisitem emtafisika tertentu. Berbeda
dengan al-Ghazali yang menerapkan penafsiran dirinya sendiri. Teori al-Ghazali
tentang hubungan sebab-akibat di dunia fenomenal itu berbasis dengan
worldview. Konsep al-Ghazali tentang kausalitas yang lebih luas dengan konsep
penciptaan. Keyakina sangan penting yang menjadi elemen penentu pada
pandaangan seseorang. Bahwa sumber nilai moral bukan hanya kesepakatan
manusia melainkan juga kehendak tuhan dan tuhan adalah nilai tertinggi. Pada
pembahasan ini menjelaskan bagaimana al-Ghazali berpendapat dan mengkritik
tentang konsep sebab-akibat. Dengan dasar pandangan islam, menjelaskan bahwa
konsep tuhan sebagai pelaku dalam konsep penciptaan menjadikan konsep sebab
yang dikatakan ikut serta dalam konsep al-Ghazali. Karena karakter tuhan begai
sebab tanpa sifat akan menegarkan kembali teori emnasi sehubung dengan sifat
dan kekuasaan tuhan yang begitu luas , karena konsep penciptaan (sebab-akibat)
menjadikan kebenaran niscaya yang mengungkapkan prinsip penciptaan yang
terus-menerus yang bergantung pada tuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Fairuzzabadi, al-Shafi’i, Tanwir al-Miqbas min Tafsir ibn ‘Abbas, (Beirut: Dar al-
Ishraq, 1988) hal,291
Ibn Kathir, Tasir Al-Qur’an al-Azim, M. Ibrahim al-Banna ( Damaskus: Dar al-
Akhyar,1991) hal. 113
Zarkasyi, Hamid Fahmy, Kausalitas: Hukum Alam atau Tuhan, (UNIDA Gontor
Press, Ponorogo) cetakan 1, hal. 2

Anda mungkin juga menyukai