Anda di halaman 1dari 15

KONSEP PERDAMAIAN DALAM UPAYA DERADIKALISASI MENURUT

SAID NURSI

Nurindah Sari
Universitas Darussalam Gontor
Sarinurindah332@gmail.com

Abstrak
Radikalisme merupakan masalah yang mengencam dunia hingga saat ini,
bukan hanya di Indonesia, radikalisme menjadi masalah dibanyak negara. Mulai
dari kekerasaan dan kesengsaraan hingga menimbukan keresahan. Terusiknya rasa
aman dan damai yang membawa kebahagiaan. Said Nursi sebagai tokoh yang
berpengaruh abad ke-20, dengan pemikirannya upaya deradikalisasi untuk
mewujudkan perdamaian tanpa kekerasan. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan objek penelitian bahan pustaka karyanya masterpiece Risalah
Nur, dalam menganalisis pemikiran dan gagasan Said Nursi dalam konsep
perdamaiannya. Hasil penelitian akan menjelaskan bahwa Said Nursi dengan
tujuannya yaitu kebahagiaan didapatkan dengan cara perdamaian.

Keywords: Radikalisme, Deradikalisasi, Perdamaian.


A. Pendahuluan
Aksi radikalisme merupakan tindakan destruktif yang meresahkan
lingkungan masyarakat, pemahaman dan pandangan yang salah
menjadikan aksi atau perbuatan yang dilakukan juga perbuatan yang
negatif. Kesalahan yang mendasar ini adalah kunci dari permasalahan
yang ada. Upaya untuk menyelesaikannya dengan cara yang damai
merupakan jalan untuk deradikalisasi.
Upaya-upaya yang memiliki efek dan kesan lebih mendalam
memerlukan jangka waktu yang cukup panjang. Karena itu tulisan ini
menganasilsa konsep pemikiran Badiuzzaman Said Nursi tentang
perdamaian. Bersumber dari Al-qur’an dan Hadist, menghasilkan konsep
pemikiran yang mendalam sebagai rujukan yang penting dalam upaya
deradikalisasi.
Karena hal tersebut tulisan ini akan membahas pokok-pokok
pemikiran Said Nursi dalam upaya Deradikalisasi. Konsep perdamaian
yang menjadi acuan atau rujukan dalam setiap nilai-nilai sebagai tujuan
dalam melumpuhkan aksi radikalisme.
B. Biografi Said Nursi
Said Nursi (1877-1960 M) lahir di Desa Nurs, wilayah Isparit,
Anatolia bagian Timur, Turki.1 Ayah Said Nursi Molla Mirza dan ibunya
Nuriyah, keluarganya yang beraliran tarekat Naqshabandiyah sedari kecil
hidup dalam suasana dan lingkungan sufistik. Said Nursi tumbuh menjadi
tokoh yang berpengaruh abad ke-20, peranan Said Nursi dan pemikirannya
dalam dunia islam terutama Negara Turki. Hidup pada transisi
pemerintahan Khalifah Utsmaniyah menjadi Republik Sekuler.
Pendidikan yang ia dapat langsung dari keluarganya sendiri,
Pendidikan yang diberikan dari keluarga berpengaruh terhadap
karektiristik pribadi Nursi dan juga jalur pemikirannya yang sangat
agamis. Kegemarannya adlam menuntut ilmu membuatnya mudah
memahami dan menguasai ilmu pengetahuan. Menuntut imu, berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tempat-tempat yang ia
datangi seperti Tagh, Birmis, Nurshin,Arvas, Muks,Gewash dan Buyazet.2
Bukan hanya mahir dalam ilmu agama, Said Nursi mampu menguasai
ilmu-ilmu umum, seperti sejarah, geografi, matematika, geologi, fisika,
kimia,astronomi dan filsafat.3
Dengan keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu-ilmu modern
atau umum, Said Nursi berkeinginan untuk memadukan antara ilmu agama
dan ilmu modern kepada umat islam di Turki.4 Perkembangan dan
petumbuhan Nursi yang pesat tetapi tidak dengan Turki. Kekalahan dan

1
Said Nursi, Sirah Dzatiyah (Kairo: Syarikat Sozler, 2011) hal, 57.
2
Ilyas Fahmi Ramadhani, “Perjuangan Badiuzzaman Said Nursi dalam Membendung Arus
Sekularisasi di Turki” Nalar Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam, Vol. 3 No. 1, Juni 2019, hal.
45.
3
Ibid, hal. 45
4
Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi (Jakarta: Anatolia. 2007), hal. 158
kemunduran Turki menjadikan Turki Utsmani berganti sistem menjadi
Republik Sekuler yang dipimpin oleh Musthafa Kemal.
Perjuangan Nursi dalam melawan arus sekuler pemerintahan Turki
dengan pemikiran-pemikiran yang ia tulis. Pada tahun 1949 Rasail an-Nur
di cetak untuk petama kali, dan karya beliau mendapatkan sambutan yang
baik, akan tetapi dengan dicetaknya Risalah Nur tersebut maka banyak
pemikiran-pemikiran yang bertentang dengan pemerintah. Maka peredaran
karya Said Nursi tersebut di hentikan. Perlawanan yang Nursi lakukan
melalui jalan damai, tidak melakukan kekerasan dan tindakan destruktif.
Melakukan aksi-aksi positif, untuk menciptakan kedamaian.
C. Paham Radikalisme
Paham radikalisme adalah adalah sebuah paham yang mengakar
hingga dalam. Akan tetapi radikalisme kini berkaitan dengan aksi-aksi
kekerasan dengan atas nama jihad bela agama. Hal ini merupakan hal dan
pandangan yang jelas salah. Memahami segala sesuatu secara mentah dan
tidak berfikir lebih jauh lagi dan lebih dalam, jauh berbeda dengan makna
radikal yang sebenarnya.
Abu Hamid Al-Ghazali menjelaskan bahwa ada dua prinsip dalam
ajaran islam mengenai moral dalam perang yaitu:
1. Mujahadah: Pengendalian nafsu amarah yang terdapat dalam
jiwa masing-masing manusia. Dengan nafu amarah inilah
menimbulkan nafsu perang antara suku dan bangsa lainnya.
Nafsu tersebut harus dikendalikan oleh pikiran yang sehat dan
semangat perdamaian yang sesuai dengan ajaran atau syari’at
islam.5
2. Jihad: berjuang untuk membela kebenaran dan keadilan
menurut hukum Tuhan.6 Jihad disini bukan hanya berarti
perang, menuntut ilmu di jalan Allah juga disebut dengan jihad.
Apa yag dilakukan oleh Said Nursi melawan dengan tulisan

5
Zainal Abidin Ahmad, “Konsepsi Negara Bermoral menurut Al-Ghazali (Jakarta: Bulan Bintang,
1975), cet. I, hal. 385
6
Ibid, hal. 386
dengan menyebarkan pemikirannya tentang perdamaian juga
bisa disebut dengan jihad.
Jihad dalam Islam bukanlah sesuatu yang tanpa tujuan. Jihad fiisabilillah
merupakan perkataan yang dipakai dalam islam untuk menggambarkan
pikiran dan ajarannya, usaha sungguh-sungguh dalam menempuh jalan Allah
termasuk dalam pengorbanan harta ataupun nyawa dan juga jihad fillah yaitu
usaha untuk sungguh-sungguh dalam memperdalam aspek spiritual sehingga
terjalin hubungan yang erat antara Allah dan hamba-Nya. 7 Berlandaskan oleh
al-qur’an dan hadist dan tujuannya yaitu hidup dengan damai hingga
menimbulkan kebahagiaan jiwa dan raga, kebahagiaan yang bersifat duniawi
juga ukhrawi.
Pemikiran-pemikiran yang bersifat radikalisme terkhusus dalam agama
hingga islam yang menjadi korban atas salahnya pandangan dalam berfikir.
Hingga islam yang selalu dikaitkan dengan aksi kekerasan, terorisme, itu
semua disebabkan oleh para pelaku yang mengaku bahwa ia adalah pemeluk
agama islam. Karena hal ini pendapat bahwa kaitan radikalisme terhadap
islam benar adanya. Mereka berasumsi bahwa sikap tersebut adalah
manifestasi jihad dan balasannya adalah surga, hal ini merupakan pemirkiran
yang sangat pendek dan dangkal.
Jihad menurut ibnu Qayyim terbagi menjadi tiga bentuk yaitu mutlaq
(jihad perang melawan musuh di medan pertempuran), hujjah (jihad dalam
berargumentasi yang berlandaskan dengan al-qur’an dan hadist) dan jihad
amm.8 Berdakwah seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah
salah satu bentuk jihad. Radikalisme dalam agama ibarat pisau bermata dua, di
satu sisi makna positif fari radikalisme adalah spirit menuju perubahan kearah
lebih baik yang biasa disebut dengan perbaikan (islah) atau pembaharuan
(tajdid), dengan begitu radikalisme tidak selaras dengan eksimitas atau

7
Alwi Sihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama (Jakarta: Mizan, 1998), hal.
282
8
Fahruroji Dahlan, “Jihad Antara Fenomena Dakwah dan Kekerasan: Mereformulasi Jihad
Sebagai Sarana Dakwah” Jurnal El Hikmah. Volume I/No. I/Desember 2008/ Djulhizah 1429 H,
hal. 71.
kekerasan. Dan sebaliknya di sisi yang lain, radikalisme akan menjadi bahaya
jika sampai pada tataran yang melampaui batas atau ifrath (keterlaluan).9
Dampak yang dihasilkan dari pemahaman tersebut ialah terbentuknya
politisasi di dalam agama, karena pembahasan agama yang sangat sensitif
sifatnya. Hingga kata fanatisme menjadi berkaitan dengan radikalisme dan
menjadi sebuah alasan yang sering dipakai dalam tindak kekerasan, baik
dalam kehidupan social antar individu ataupun kelompok, hingga terbentuklah
apa yang dinamakan kelompok islam radikal.10
Kriteria radikal diantara lain ialah mempunyai keyakinan ideologis tinggi
dan fanatik yan mereka perjuangkan untuk menggantikan tatanan nilai dan
sistem yang sedang berlangsung dan dalam kegiatannya kerap kali
menggunakan aksi-aksi kekerasan.
Proses radikalisasi berjalan melalui beberapa tahapan, proses yang diawali
dengan merubah pandangan seseorang dengan pemahaman yang salah dan
pemikiran yang pendek. Tahap doktrinisasi dimana seseorang diberikan
pemahaman-pemahaman secara intensif mengenai ideologi jihad yang mereka
salah pahami hingga ikut mempercayai dan mengabdi pada pihak-pihak
tertentu. Hingga tahap selanjutnya mereka melakukan aksi-aksi kekerasan
yang mereka anggap sebagai jihad, dan lebih berbahayanya lagi ketika sudah
benar-benar terperdaya mereka juga ikut dalam menyebarkan pemahaman-
pemahaman tersebut.
Penganut paham radikal memiliki pandangan bahwa syari’at adalh hal
yang harus ditegakkan secara wajib atau mutlaq dalam kehidupan publik
dengan cara paksaan terhadap individu atau kelompok. Bahkan dalam
pandangan mereka orang-orang yang tidak melakukan jihad yang mereka
pahami merupakan dosa besar. 11

D. Pemikiran Said Nursi tentang Perdamaian

9
Azyumardi Azra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan (Jakarta: Raja Grafindo
persada, 1999) hal 46-47
10
Emna Laisa, “Islam dan Radikal”, Islamuna, Vol 1, Nomor 1, Juni 2014, hal 3
11
Ismail Hasani dna Bonar T.N, Dari Radikalisme Menuju Terorisme (Jakarta: Pustaka Mayarakat
Setara, 2012), hal 188
Perdamaian adalah hal yang identik dengan agama islam, kata damai
bukan hanya berarti bahwa tidak ada perang atau kerusuhan. Damai dalam
jiwa dan raga, merasa isti’faf atau cukup dengan hal-hal yang berhubungan
dengan materiil atau duniawi. Melakukan hal-hal yang positif terhadap diri
sendiri dan juga lingkungan sekitar.
Said Nursi sendiri adalah seorang pemikir islam yang banyak
berkontribusi dalam mewujdkan perdamaian. Amalan positif yang digagas
oleh Said Nursi menjadi solusi untuk permasalahan radikalisme. Berawal dari
hubungan seseorang terhadap penciptanya, jelas dalam al-qur’an dijelaskan
bahwa orang-orang yang taat dalam ibadahnya tidak akan melakukan
kemunkaran, pemikiran Said Nursi ini berkaitan dengan gagasannya yaitu
aksi positif atau al-a’mal al-ijabi, dalam mengatasi paham radikalisme,
gagasan tersebut terdiri dari pembenahan cinta dan kasih sayang, Pendidikan,
dan pemahaman jihad dengan cara maknawi. Hal-hal tersebut menjadi konsep
pemikiran Said Nursi dalam upaya Deradikalisasi.
1. Cinta dan kasih sayang.
Salah satu faktor munculnya paham radikalisme adalah nafsu akan
kekuasaan, jika ingin mengubah dan memperbaiki dunia lebih baik untuk
menebarkan cinta dan kasih sayang menghindari kekerasan seperti yang
dipahami oleh orang-orang yang mempunyai paham radikalisme. Berbagi
kasih sayang dan cinta untuk berdakwah adalah salah satu bentuk jihad
sebagaimana yang dijelaskan oleh imam Al-Ghazali.
Tidak bisa dipungkiri bahwa paham radikalime muncul dengan indikasi
kekuasaan politik didalamnya. Hal ini yang menjadikan Said Nursi menjauhi
politik, karena ia berargumen bahwa ciri dari suatu kekuatan adalah
melampaui batas, ciri kepentingan adalah perseteruan dikarenakan tidak dapat
memenuhi semua hasrat keinginan, sedangkan ciri dari konflik adalah
pertarungan dan perdebatan. Serta ciri dari rasisme dalah agresi karena
merasa lebih baik dan menyisihkan yang lain, hal-hal ini yang menjadikan
hilangnya perasaan damai dan bahagia.
“Sesungguhnya nafsu itu senantiasa memerintah kepada keburukan”12

12
QS. Yusuf/ 12: 53
Dampak besar dari nafsu manusia, nafsu yang membawa pada
keburukan hingga lenyap rasa cinta pada sesama. Nursi berpendapat bahwa
orang yang dikuasai oleh nafsu amarah berarti ia adalah orang yang hanya
cinta terhadap dirinya sendiri.
Nursi menyimpulkan konsep perdamaiannya dengan tiga aspek, yaitu:
pertama, Perdamaian merupakan tujuan dan merupakan pahala bagi yang
mempelajari serta memperaktikkan suatu ajaran al-Qur’an. Kedua,
perdamaian adalah ketenangan yang diberikan oleh Allah kepada orang yang
percaya terhadap-Nya dan setia, yang sanggup dan kuat dalam menanggung
berbagai kesulitan menghadapi sikap ketidakadilan, serta yidak melakukan
upaya balas dendam. Ketiga, perdamaian adalah misi, tugas khidmat dari
Allah yang ditujukan untuk umat islam. Oleh sebab itu Nursi menyatakan
bahwasanya umat islam harus menjadi pembawa damai dan membangun
budaya perdamaian dalam kehidupan di dunia ini. 13 Dengan demikian jelas
apa yang di inginkan Nursi ialah terciptanya perdamaian yang bersifat
universal. Perdamaian yang berasal dari setiap kebaikan dan menekan celah
yang membawa pada kekerasan atau keburukan.14
Said Nursi selanjutnya menekan pentingnya menjalin persatuan,
terutama diantara orang-orang mendapat petunjuk. Dengan persatuan maka
akan terbangun sebuah perdamaian.
2. Jalur Pendidikan
Upaya perdamaian dalam mengatasi paham radikalisme juga ditinjau
dari sisi Pendidikan, dunia Pendidikan menurut Said Nursi membutuhkan
pembenahan konseptual yang mendasar agar menghasilkan hal yang positif,
karena mereka yang mempunyai pandangan hidup paham radikalisme karena
ilmu yang didapat tidak sesuai dengan kebenarannya, kesalahan tersebut
ditinjau dari sisi Pendidikan yang harus dibenahi. Ada tiga unsur utama dalam
pembentukannya yaitu mengintegrasikan ilmu-ilmu keagamaan dengan ilmu

13
Thomas Michael, Said Nursi’s Views on…., hal. 138
14
Tesis Fathul Jannah, Pemikiran Said Nursi tentang Perdamaian, Program Pasca Sarjana IAIN
SUMUT, 2012. Hal, 81.
pengetahuan serta modern dan nilai-nilai moral yang diserap dari pengajaran
sufistik.15
Ilmu agama merupakan cahaya penerang kalbu dan jiwa dan ilmu
modern adalah sinar yang menerangi akal, jiak kedua hal tersebut dipadukan
maka akan menyelamatkan dari berbagai kesalahan pemikiran dan tipuan
nalar. Sebaliknya jika dua hal tersbut dipisahkan maka akan menimbulkan
kerancuan dalam bernalar dan berpikir.
Maka salah bagi siapa yang mengatakan dan berpandangan bahwa ilmu
yang disebut dengan scince tidak bisa diintegrasikan dengan agama. Said
Nursi jelas membantah hal tersebut sebab dalam konsep pemikiran Said Nursi
ilmu merupakan sarana untuk berkorelasi kepada keimanan, islam merupakan
pembimbing bagi segala ilmu, islam meurutnya adalah sumber dan Rahim
bagi lahirnya segala keilmuan.16
Maka pada tahun 1907 M, Said Nursi mendirikan Lembaga Pendidikan
yang ia namakan “Madrasah al-Zahra”17 sebagai lebaga Pendidikan yang
memadukan tiga sistem pendidikan sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu
agama, sekolah umum konvensional sebagai tempat pengajaran ilmu sains
modern dan tasawuf yang merupakan pusat kegiatan tarekat sufi yang banya
tersebar di seantero negeri.18
Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang komprehensif dan holistik
maka dapat melahirkan generasi yang lebih berintegritas, bermoral mulia,
cinta kemanusiaan, mempunyai pemahaman dan pemikiran yang kritis dan
mengakar (radikal)19 dalam artian sesungguhnya yang berdimensi positif
tentunya memahami agama secara mendalam, berpikiran inklusif,
15
Said Nursi, Shayqal Al-Islam (Cairo: Syarikat Sozler, 2011), hal. 190
16
Ibid, hal. 21.
17
Nama “Madrasah al-Zahra” terinspirasi dari nama Universitas al-Azhar di Mesir yang
merupakan universitas Islam tertua yang menjadi kiblat ilmu di seantero dunia Islam. Namun
karena letaknya di belahan benua Afrika, maka menurut Said Nursi perlu didirikan universitas
serupa di belahan benua Asia. Oleh itu dipilih wilayah Turki bagian timur sebagai basis keilmuan
yang memadukan ilmu syariah (diniyah) dan ilmu modern (haditsah) karena letaknya yang
strategis di antara wilayah India, negara-negara Arab, Iran, Kaukasia dan Turkistan
18
Muhammad Faiz and Ibnor Azli, “Unsur Sufisme Dalam Konsep Pendidikan Said Nursi,” hal.
187-188
mengedepankan persaudaraan sesama manusia serta jauh dari sikap kekerasan
dan anarkis.20
3. Pembenahan Makna Jihad
Untuk mengatasi radikalisme dengan memperjuangkan jihad maknawi
atau jihad moral dan spiritual. Tindakan positif dan jalan damai dalam
menjauhi tindakan kekerasan dan radikal. Perjuangan untuk membela islam
namun dilakukan dengan cara kekerasan, ataupun dengan jalur politik
termasuk jihad materi, penyelesaiannya tidak akan menyelesaikan sampai ke
akar. Atau akan menimbulkan masalah yang baru dan tidak akan menggapai
perdamaian yang diinginkan.
Permasalahan radikal tersebut bersifat materi maka Said Nursi
melawannya dengan non-materi, menyebarkan kebaikan dan kedamaian,
kasih sayang juga cinta sesama manusia, kebenaran yang hakikat dan
perasaan sepenanggungan untuk menempuh jalur perjuangan terlibat
perbuatan kekuasaan secara praktis.21
Pejuangan jihad maknawi ialah perjuangan melawan tindakan ekstimisme
dengan perjuanagan yang bersifat moralitas dan non-materi. Maka puncak
dari jihad tersebut adalah pengabdian dalam mengokohkan iman umat islam
dari kekufuran, karena pandangan yang salah akan mengakibatkan ideologi
yang salah pula, hingga apa yang dilakukan adalah hal-hal yang salah.
Karena jihad yang selama ini dimengerti oleh masyarakat umum adalah,
jihad berarti peperangan, jihad berarti kekerasan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa oknum yang melakukan jihad dalam makna tersebut, hal ini
merupakan masalah internal dari umat muslim itu sendiri, sehingga kerap kali
keidentiakan tersebut terus berkaitan dengan islam. Makna jihad yang
diartikan sebagai aksi teroris. Maka Said Nursi mengalihkan makna jihad

19
Kata “radikal” memiliki makna positif yanitu berpikiran secara mendalam, kritis dan mengakar.
Bukan pengertian yang di sangkutkan dalam hal negative. Muhammad Faiz, “Konsep
Deradikalisasi dan Kontra Terorisme Menurut Said Nursi” TAPIS, Vol.01, No. 01 Januari- Juni
2017, hal. 34
20
Ibid, hal. 35
21
Said Nursi, Sirah Dzatiyah, hal. 443.
tersebut dan lebih focus terhadap jihad maknawi, untuk tercapainya
kedamaian antar umat manusia.
E. Hubungan Perdamaian dengan Harmonitas
Dalam islam setiap individu mempunyai dua hubungan yang
mempengaruhi perjalanan hidupnya, hubungan vertikal dan horizontal.
Horizontal adalah hubungan kesamping terhadap sesama manusia (hablu
minannas). Dalam al-qur’an dijelaskan bahwa Allah membenci kekerasan dan
memerintahkan umatnya untuk menegakkan persatuan, Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk.22
Maka sekali lagi bahwa paham radikalisme yang mengatakan bahwa
berjihad (dalam artian peperangan dan kekerasan) untuk melawan orang-
orang kafir adalah salah besar, bahkan rasulullah SAW sendiri, berdakwah
dan menyebarkan agama islam dengan damai, menjauhi kekerasan, bahkan
saat Rasulullah SAW di lempar dengan kotoran unta saat ingin berangkat
kemasjid dan diletakan diatas punggung Rasulullah SAW kotoran saat beliau
melaksanakan shalat, rasulullah tidak marah ataupun membalasnya,
peperangan yang ada pada zaman Rasulullah SAW saat kaum kafir yang
memulai dahulu untuk menyerang. Dari sang Rasul yang menjadi contoh bagi
ummatnya jelas sudah bahwa tidak ada kekerasan dalam islam bahwa islam
adalah agama yang damai.
Dalam al-qur’an ditekankan kembali seperti kisa Thagut dan ummatnya,
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 256:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah

22
QS. Ali Imran/ 3: 103
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.23
Dalam paham radikalisme, dengan aksi ekstimisme dan kekerasan yang
dilakuakan, tidaklah berbeda dengan penjajahan, hal tersebut memberikan
penderitaan dan kesulitan terhadap orang-orang yang dijajah. Hal tersebut
membawa kemudharatan yang besar, dan menimbulkan kerusakan dimuka
bumi.
Allah melarang membunuh dengan sembarang, karena hal tersebut bukan
menyelesaikan masalah dan tidak menimbulkan perdamaian akan tetapi
mengakibatkan timbulnya permasalahan baru dan perpecaha yang
berkelanjutan dan tidak akan terbangun persatuan dengan cara seperti apa
yang dipahami oleh paham-paham radikalisme.
Dalam membina harmonisasi antar agama, islam juga memberi
perlindungan bagi yang membutukan perlindungan. Karena manusia adalah
makhluk social yang tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain, maka
dari itu hablu minnnas harus terus terbina dengan baik. Jika tidak ada hal
yang mengatur kehidupan tersebut maka akan timbul penindasan secara
bebas, yang kuat akan menang dan yang lemah akan kalah, dan dalam islam
itu semua telah diatur oleh hukum-hukum islam.
Sama seperti hukum yang terdapat dinegara kita Indonesia, bahwa dalam
salah satu pasal dari UUD 1945 pasal 27 menyebutkan “segala warga negara
bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintah dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa ada kecualinya.24
Dalam islam kebebasan dalam memilih agama diatur oleh al-qur’an. Tujua
manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dibumi juga untuk mengabdi dan
menyembah pada sang pencipta. Perkembangan kehidupan manusia, islam
sebagai agama yang mengakui kebebasan beragama ini mengakui kebebasan
beragama ini mnegajarkan kepada pemelukanya senantiasa untuk menjaga
hubungan antar pemeluk agama lain. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan
23
QS. Al-Baqarah/2: 256.
24
Undang-Undang Dasar Negara Republic Indonesia Tahun 1945, Hal. 14
Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku.”25
Surat ini menjelaskan untuk menjaga hubungan satu sama lain masing-
masing pemeluk agama. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku, tergambar
bahwa tidak dibenarkan menyinggung ataupun mengganggu agama lain. Apa
lagi hingga melakukan kekerasan dan penindasan.
Hablu mina Allah adalah bentuk dasar dari dasar kedamaian dalam diri
manusia, bukan hanya jiwa akan tetapi juga raga. Merasakan kedamaian yang
hakiki pada diri seseorang. Allah yang akan mendamaikan hati dan pikiran
bagi hambanya yang ingin mendekatkan diri pada-Nya.
Kedamaian antar individu akan menimbulkan harmonitas antar sesama
umat manusia. Maka akan tercapai kebahagiaan yang sesungguhnya,
kebahagiaan duniawi dan juga ukhrowi.
F. Kesimpulan
Said Nursi merupakan sosok tokoh yang sangat mengapresiasikan
terwujudnya perdamaian di muka bumi, jika sebuah permasalah bisa
diselesaikan dengan duduk bersama, berdiskusi dan bernegosiasi kenapa
harus memakai cara kekerasan dan pemaksaan. Pendekatan anti kekerasan
snagat relevan dengan permasalahan paham radikalisme yang
menyelesaikan masalah dengan kekerasan yang dianggap sebagai jihad.
Konsep Said Nursi yang berhubungan dangan mualah antar agama,
menyelaikan sebuah pemasalahan dengan pintu terbuka, tidak menutup
pintu dialog, hingga dapat mengetahui apa yang lawan fikirkan hingga
bisa berdiri ditengah sebuah perbedaan. Hal seperti ini yang dimaksud
dengan berislam secara moderat. Sikap positif antar sesame manusia tetap
tebina.
Maka dapat dikatakan bahwa konsep Said Nursi tentang
perdamaian ini sangat relevan dengan keadaan saat ini, karena tidak ada
satupun konsep dari pemikiran Said Nursi yang bertentangan dengan

25
QS. al-Kafirun/109:1-6.
ajaran agama manapun, Nursi benar-benar berdiri ditengah perbedaan,
hingga terciptanya sebuah kedamaian dan kebahagiaan.
DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan Terjemahannya. Departemen Agama RI. Semarang: Toha Putra,


1999.
Alwi Sihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama (Jakarta:
Mizan, 1998)
Azyumardi Azra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan
(Jakarta: Raja Grafindo persada, 1999)
Emna Laisa, “Islam dan Radikal”, Islamuna, Vol 1, Nomor 1, Juni 2014
Ilyas Fahmi Ramadhani, “Perjuangan Badiuzzaman Said Nursi dalam
Membendung Arus Sekularisasi di Turki” Nalar Jurnal Peradaban dan
Pemikiran Islam, Vol. 3 No. 1, Juni 2019
Ismail Hasani dna Bonar T.N, Dari Radikalisme Menuju Terorisme
(Jakarta: Pustaka Mayarakat Setara, 2012)
Muhammad Faiz and Ibnor Azli, “Unsur Sufisme Dalam Konsep Pendidikan Said
Nursi,”
Said Nursi, Sirah Dzatiyah (Kairo: Syarikat Sozler, 2011)
Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi
(Jakarta: Anatolia. 2007)
Thomas Michael, Said Nursi’s Views on….,
Tesis Fathul Jannah, Pemikiran Said Nursi tentang Perdamaian,
Program Pasca Sarjana IAIN SUMUT, 2012
Zainal Abidin Ahmad, “Konsepsi Negara Bermoral menurut Al-Ghazali
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), cet. I,
Said Nursi, Shayqal Al-Islam (Cairo: Syarikat Sozler, 2011)

Anda mungkin juga menyukai