Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ahmad Malik Al Jabbar

NIM : 1910110154
Kelas :(PAI-E)

Paradigma Pemikir Filsafat Islam


Buku : Filsafat Islam
Penulis : Drs. Maman Abd. Djaliel
Penerbit : CV. Pustaka Setia (Cetakan I, Oktober 1997)
1. Al-Kindi

Al-Kindi adalah filosuf Islam yang mula-mula secara sadar berupaya mempertemukan
ajaran-ajaran Islam dengan filsafat Yunani. Al-kindi amat percaya kepada kemampuan akal
untuk memperoleh pemgetahuan yang benar tentang realitas. Tetapi dalam waktu yang sama
diakuinya pula keterbatasan akal untuk mencapai pengetahuan metafisis. Oleh karenanya
menurut al-Kindi diperlukan adanya Nabi yang mengajarkan hal-hal diluar jangkauan akal
manusia yang diperoleh dari wahyu Tuhan. Dengan demikian Al-Kindi tidak sependapat dengan
para filosuf Yunani dalam hal yang dirasakan bertentangan dengan ajaran agama Islam yang
diyakininya. Misalnya mengenai kejadian alam berasal dari ciptaan Tuhan yang semula tiada,
berbeda dengan pendapat Aristoteles yang mengatakan bahwa alam tidak diciptakan dan bersifat
abadi. Oleh karenanya Al-Kindi tidak termasuk filosuf yang dikritik Al-Ghazali dalam kitabnya
Tahafut Al-Falasifah (Kerancuan Para Filosuf).
2. Al-Ghazali

Al-Ghazali dikenal sebagai orang yang haus akan segala ilmu pengetahuan. Apabila
mengulas beberapa buku Al-Ghazali, maka kita dapat merasakan betapa andilnya dalam
membenarkan Islam yang berbeda dengan pemikiran para fuqaha, para filosuf maupun para
teolog. Dalam buku Maqashid Al Falasifah berisi tiga persoalan filsafat yaitu ilmu mantiq,
metafisika dan fisika yang diuraikan dengan sejujur-jujurnya. Seolah-olah ia seorang filosuf yang
menulis tentang kefilsafatan, sesudah itu ia menulis sebuah buku Tahafutu al-Falasifah dimana
ia bertindak bukan sebagai seorang filosuf, melainkan sebagai seorang tokoh Islam yang hendak
mengkritik filsafat dan menunjukkan kelemahan-kelemahannya serta kejanggalan-
kejanggalannya yaitu dalam hal-hal yang berlawanan dengan agama. Dengan demikian dia
seorang filosuf yang sanggup menggugat dirinya sendiri. Selalu mengacu pada kebenaran yang
didasarkan pada ajaran agama Islam.
3. Al-Farabi

Al-Farabi mendefinisikan filsafat adalah Al-Ilmu Bil Maujudaat bima Hiya Al-
Maujudaat, yang berarti suatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada
ini. Al-Farabi berhasil meletakkan dasar-dasar filsafat ke dalam ajaran Islam. Dia juga
berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat Plato dan Aristoteles, sebab kelihatan
berlainan pemikirannya tetapi hakikatnya mereka bersatu dalam tujuannya.
Memahami atas pemikiran Al-farabi diatas, seolah-olah filsafatnya adalah
perpaduan/campuran dari filsafat Aristoteles dan Plato. Dalam masalah alam, Al-Farabi
sependapat dengan pemikiran Plato bahwa alam ini baru, yang terjadi dari tidak ada (sama
dengan pendapat Al-Kindi). Ide Plato tentang alam mirip suatu pengertian alam akhirat para
dunia Islam. Persoalan tentang terjadinya alam serta bagaimana hubungan pencipta (Khaliq)
dengan makhluk-Nya, Al-Farabi setuju atas teori emanasi Neo Platonisme (sebagaimana
pendapat Al-Kindi), lebih jauh Al-Farabi merinci lagi teori emanasi dengan istilah nama
Nadhariyatul Faidl, dengan pemikiran dan uraiannya sendiri. Pola pikir pada bidang etika dan
politik, ia sependapat dengan alur pikir Aristoteles. Sedangkan dalam bidang etika dan poltik, ia
sependapat dengan Plato dan persoalan metafisika ia sependapat dengan Plotinus.

Anda mungkin juga menyukai