1120200025
KPI
Dalam mengarang buku ini Ibnu Tufail banyak terpengaruh filsafat Plato. Pemikiran-
pemikiran filosofis Ibn Thufail ketika menulis buku ini telah mencapai taraf yang paling
matang. Ditulisnya pemikiran-pemikirannya dalam bentuk novel alegori sembari
menawarkan sebuah korelasi filsafat antara akal dan agama dalam pencarian kebenaran
hakiki.
3. Buku ini diawali dengan ringkasan pemikiran filosofis Islam milik Ibnu Sina berjudul
Tujuan Filsuf (Maqasid al-Falasifah). Al-Ghazali menyatakan, seseorang harus
menguasai gagasan para filsuf sebelum menolak ide-ide mereka. Tahafut disusun menjadi
20 bab. Isi bab tersebut, antara lain, menyangkal doktrin prakeabadian dunia, menyangkal
doktrin kekekalan setelah mati, menampilkan dalih atas dua pernyataan; Tuhan pencipta
dunia versus dunia adalah ciptaan Tuhan, ketidakmampuan filsuf membuktikan
keberadaan Sang Pencipta, menyangkal alasan bahwa langit bergerak, menyangkal
doktrin bahwa surga adalah jiwa yang tahu fakta-fakta, dan menyangkal penolakan
kebangkitan tubuh dan kenikmatan surga atau penderitaan neraka yang menyertainya. Di
dalam karya ini Al-Ghazali mengkritik para filsuf muslim, terutama Ibnu Sina dan Al-
Farabi, khususnya dalam masalah teologi atau kalam.
4. -Ibnu Rusyd adalah ulama yang dikenal sebagai filosof. Salah satu alasannya adalah
karyanya, yakni Tahafut Tahafut yang membantah pemikiran Imam Ghozali dalam kitab
Tahafut Falasifah. Kitab tersebut banyak dianggap sebagai polemik filosofis antara Imam
Ghozali dan Ibnu Rusyd. Hal-hal yang dilanggar oleh para filsuf menurut Al Ghazali ada
20 persoalan yaitu 16 dalam bidang metafisika dan 4 dibidang fisika namun dari 20 hal
tersebut ada 17 hal digolongkan dalam Ahl al Bida’ dan berkenaan dengan 3 hal lainnya
para filusuf dikatakan sebagai orang kafir yaitu qidamnya alam, pengetahuan Tuhan dan
tentang bangkitnya jasmani. Sehubungan dengan serangan dan pengkafiran Al-Ghazali
itu, Ibnu Rusyd tampil membela para filosof dari serangan dan pengkafiran, dalam rangka
pembelaan itulah ia menulis buku tahafut al-tahafut kekacauan dalam kekacauan, yang
menunjukan secara tegas bahwaAl-Ghazalilah yang sebenarnya yang dalam kekacauan
pemikiran bukan para filosof.
Tahafut at-Tahafut adalah sebuah risalah filsafat Islam penting yang ditulis oleh filsuf
polimatik muslim Ibnu Rusyd di abad pertengahan dimana didalamnya sang penulis
mempertahankan penggunaan pemikiran aristotelianis dalam pemikiran Islam.
6. –Alfarabi dianggap sebagai filsuf Islam pertama yang secara sungguh-sungguh mengkaji
filasafat Yunani klasik. Kemampuannya memahami, menjabarkan, serta
mengkomparasikan filsafat Yunani klasik Plato dan Aristoteles dengan filsafat Islam
membentuk reputasinya sebagai salah satu filsuf kaliber dunia. Ia punya julukan
terhormat: The Second Master atau Guru Kedua setelah Aristoteles. Karya ilmiah atau
filsafat Alfarabi terutama mengenai komentar dan tafsirnya terhadap karya Plato dan
Aristoteles membentuk reputasinya sebagai filsuf besar di samping Aristoteles. Alfarabi
dikenal sebagai 'Guru Kedua'," tulis Muhsin Mahdi dalam pengantar buku Alfarabi
Philosophy of Plato an Aristotle.
-Secara istilah, hujjatul Islam adalah istilah yang diberikan kepada para ulama yang
berjasa mempertahankan prinsip-prinsip Islam dengan argumen yang sulit dipatahkan
lawan. Para ulama ini telah berhasil memberikan sanggahan terhadap serangan-serangan
yang ditujukan kepada Islam. Serangan yang datang kepada umat bukan hanya berasal
dari luar, melainkan juga dari kalangan orang-orang Islam. Misalnya, orang-orang yang
mengada-adakan sesuatu yang tidak ada tuntunannya dalam Alquran dan sunah
Rasulullah SAW. Sesuatu yang diada-adakan ini bisa saja menyerang akidah umat Islam,
seperti aliran sesat yang bisa menyebabkan umat terjerumus ke dalam kesyirikan,
takhayul, atau khurafat. Bisa pula termasuk yang mengada-adakan dalam hal ibadah yang
tidak sesuai tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya atau bid'ah. Bisa pula dengan
memasukkan ajaran-ajaran lain yang secara prinsip bertentangan dengan Islam. Menurut
Ensiklopedi Islam, dalam sejarah Islam ada beberapa ulama yang masyhur disebut
dengan hujjatul Islam. Dua di antaranya adalah Imam Ghazali dan Ibnu Taimiyah. Imam
Ghazali digelari hujjatul Islam karena pembelaannya yang gigih terhadap Islam.
Terutama saat Imam Ghazali melawan pemikiran kaum Batiniah yang menyebarkan
ajaran yang keliru. Kaum Batiniah memopulerkan ajaran dalam akidah mereka jika para
imam adalah orang yang maksum (terpelihara dari dosa). Secara lugas dan ilmiah, Imam
Ghazali membongkar kesesatan kaum Baitiniah dalam sebuah kitab khusus berjudul
Fadaih al-Batiniyyah (Kesalahan-kesalahan kaum Baitiniah). Imam Ghazali tidak hanya
mengajukan argumentasi berlandaskan Alquran dan sunah, tetapi juga dengan logika
yang sangat ilmiah dan sistematis. Selain kaum Batiniah, Imam Ghazali juga meluruskan
pemikiran kaum filosof yang memasukkan metode pemikiran Yunani ke dunia Islam.