Anda di halaman 1dari 16

BAHAN KOTBAH

Bahan Kotbah Minggu, 7 Mei 2023


Bacaan Alkitab : I Petrus 2: 1-10
Tema : Yesus Batu Penjuru bagi Bangunan Persekutuan Orang
Percaya

Pengantar
Dalam hal pembuatan rumah, batu merupakan material yang sangat penting. Tradisi
membangun rumah, pada suku-suku di NTT, menonjolkan manfaat batu untuk dasar
bangunan, memberi bentuk dan menopang fungsi bangunan. Tidak jarang ditemukan
bahwa batu disusun rapi di sekeliling rumah dan perkampungan untuk menjadi pagar
yang memperindah pemandangan dan melindungi dari ancaman. Begitu dekatnya
suku-suku di NTT dengan batu ditunjukkan dengan nama-nama kampung
menggunakan kata batu, seperti Fatu Kopa, Fatuleu, Batu Pelat, Fatufeto, dan
sebagainya.
Bacaan kita hari ini menyebut tentang batu penjuru. Dalam catatan Wikipedia,
batu penjuru (atau batu fondasi atau batu setting) adalah batu pertama yang diletakkan
dalam pembangunan fondasi bangunan. Seluruh jenis batu dapat merujuk kepada batu
tersebut, sehingga menentukan posisi seluruh struktur. Pada pola pembangunan kuno,
batu penjuru adalah batu utama yang ditempatkan di pojok sebuah gedung. Batu
penjuru biasanya merupakan salah satu batu yang terbesar, yang paling kokoh, dan
yang paling akurat daripada bangunan lain (dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/
Batu_penjuru).
Batu penjuru ini menjadi sangat penting peranannya bagi tetap kokohnya
sebuah bangunan untuk berdiri; bahkan ketika diterpa oleh badai dan ancaman
sekalipun. Sebuah bangunan akan tetap kokoh jika batu penjuru dari bangunan
tersebut kokoh.

Penjelasan Teks
Kesaksian kitab suci menggambarkan Yesus sebagai Batu Penjuru yang di atasnya
gerejaNya akan berdiri. Kristus adalah fondasi bangunan tersebut. Ketika batu
penjuru telah diletakkan, batu itu akan menjadi dasar bagi pengukuran lainnya dalam
kontruksi gedung itu; semuanya disejajarkan kepadanya. Sebagai batu penjuru gereja,
Yesus adalah tolok ukur keselarasan seluruh aspek kehidupan orang yang percaya
kepada-Nya.
Perikop perenungan ini memberi dua alasan di antara sangat banyak alasan
Kristus disebut sebagai batu penjuru. Kedua alasan tersebut adalah bahwa Ia dipilih
dan dihormati di hadirat Allah. Terpilih dan terhormat adalah dua karakter Kristus
yang menjadikan-Nya sebagai Batu Penjuru yang kokoh bagi “bangunan” gereja
milik-Nya. Kedua karakter ini adalah karakter yang dianugerahkan Kristus bagi umat
tebusan-Nya.
Hal ini menjadi catatan penting yang disampaikan oleh penulis surat I Petrus
yang menuliskan surat ini bagi jemaat yang sementara menghadapi pergumulan
penganiayaan sebagai konsekuensi imannya kepada Kristus. Penulis surat ini tidak
saja ingin memberi nasihat namun juga penguatan iman bagi pengikut Kristus; bahwa
jika Kristus adalah Batu Penjuru bangunan imannya, maka tantangan sekuat apapun
yang mereka hadapi, Batu Penjuru yang kokoh itu akan membuat bangunan tersebut
tetap berdiri dan tegar.
Berbekal keyakinan bahwa Kristus adalah Batu Penjuru bangunan imannya,
membuat para pengikut Kristus harus menjadikan ajaran dan perintah Kristus sebagai
cara hidup (lifestyle) dalam masa yang terus berubah. Prinsip ini muncul dalam ayat
satu, ketika penulis surat ini menganjurkan jemaat membuang segala kejahatan, tipu
muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah sebagai cara memperkokoh bangunan
imannya yang dibangun di atas dasar batu penjuru yang kokoh; yakni Kristus itu
sendiri. Panggilan untuk memperkokoh persekutuan beriman akan membuat
persekutuan itu tangguh dan tegar menghadapi tantangan.
Cara hidup yang merujuk kepada perintah dan ajaran Kristus menjadi cara
yang paling ampuh untuk menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi, baik oleh
pengikut Kristus maupun persekutuan orang percaya. Benar bahwa jemaat akan hidup
dalam masa yang terus berubah, karena konteks hidupnya terus berubah, namun yang
pasti dan tetap sama adalah janji dan penyertaan Kristus yang senantiasa
memperkokoh bangunan imannya.
Janji iman dalam ayat 6, tentang barangsiapa yang bersandar kepada Kristus
tidak akan dipermalukan menjadi janji yang abadi bahwa penyertaan Kristus menjadi
kekuatan dan spirit utama pengikut Kristus dan persekutuan iman orang percaya tetap
memandang kepada Kristus untuk menghadapi tantangan dan tampil sebagai
pemenang atas tantangan tersebut. Hal ini semakin diperkokoh dalam ayat 9, di mana
pengikut Kristus diidentifikasi sebagai orang-orang yang dipanggil keluar dari
kegelapan kepada terang yang ajaib dan (ayat 10) dipanggil keluar untuk
mendapatkan belas kasihan Allah.
Orang-orang yang dipanggil itu juga di sebut bangsa yang terpilih, imamat
yang rajani, umat yang kudus, kepunyaan Allah, yang dipanggil untuk memberitakan
karya-karya Allah yang besar dalam kehidupan mereka. Mereka adalah batu-batu
hidup yang juga memberi kontribusi bagi berdirinya bangunan persekutuan, dimana
Yesus adalah Batu Penjuru.

Aplikasi
Pengikut Kristus di mana pun konteks hidupnya, termasuk pengikut Kristus zaman ini
tentu akan menghadapi tantangan. Bahkan tantangan itu semakin hari menjadi
semakin berat. Persoalan-persoalan ekonomi yang menghimpit kehidupan orang
percaya kait mengait dengan persoalan-persoalan bidang kehidupan lainnya.
Pada situasi ini, nasihat untuk berpegang dan yakin akan penyertaan Kristus,
Sang Batu Penjuru gereja menjadi jaminan agar kita menghadapi tantangan tersebut
sebagai bagian dari persekutuan iman yang tangguh dan tegar. Janji bagi yang
berpegang kepada Kristus tidak akan dipermalukan menjadi janji yang akan digenapi
dalam kehidupan para pengikut Kristus. Justru pengikut Kristus akan menghadapi
tantangan yang dialami sebagai bagian dari cara mengekspresikan iman; cara untuk
semakin dekat kepada Kristus, Sang Batu Penjuru gereja.
Dalam konteks seperti inilah, para pengikut Kristus, termasuk warga GMIT,
membangun imannya di atas dasar batu penjuru yang kokoh yaitu Kristus. Tantangan
tidak akan membuat kita jauh dari Kristus, keuntungan tidak akan membuat kita
melupakan-Nya. Hal inilah yang menjadi kesaksian iman bahwa bangunan iman kita
dibangun di atas dasar yang kokoh. Dasar kokoh yang memungkinkan pengikut
Kristus tampil sebagai komunitas iman yang keluar dari kegelapan untuk hidup dalam
terang-Nya yang ajaib.
Pada kesaksian iman yang demikian, tercantum sebuah akta iman bahwa
seluruh bagian dan aspek kehidupan orang yang percaya kepada Kristus harus
diekspresikan sebagai cara untuk memberitakan kebaikan dan cinta kasih Kristus
yang berkarya melalui kehidupan orang yang percaya kepada-Nya. Mewartakan cinta
kasih Allah yang tak akan pernah lekang oleh waktu.
Kualitas hidup orang-orang percaya sangat menentukan bangunan persekutuan
murid Kristus yang bersaksi, melayani, beribadah dan menata-layani demi
penyelamatan dunia milik Allah. Tiap orang dan komunitas percaya, sebagai batu
hidup, memiliki aneka jenis kemampuan, seperti kearifan budaya, ikatan sosial, daya
pikir, keterampilan bekerja dan sebagainya. Semua kapasitas itu perlu diposisikan
secara tepat dalam bangunan persekutuan yang tertata, agar bisa melaksanakan misi
Allah di tengah dunia. Semua orang percaya harus terhubung dengan Tuhan Yesus
sebagai “Batu Penjuru” bangunan persekutuan percaya. DIA-lah yang memberi
kemampuan bersekutu dan berkarya sesuai misi yang diembankan Allah kepada
gerejaNya. (FAD)
Bahan Kotbah Minggu, 14 Mei 2023
Bacaan Alkitab: Daniel 1:1-21.
Tema : Beriman Di Tengah Gempuran Budaya Populer

Pengantar
Tidak mudah untuk mengambil sikap berbeda di tengah suatu mayoritas. Umumnya
orang akan menyesuaikan diri dengan kebiasaan mayoritas. Orang takut berbeda
karena bisa terancam hidupnya. Apalagi kalau kita berbeda dengan pihak penguasa,
bisa terancam hidup kita. Tetapi tidak demikian dengan Daniel, Hananya, Misael, dan
Azarya. Keempat pemuda Israel ini tidak takut mengambil sikap berbeda dari
penguasa Babelonia waktu itu. Mereka mempertahankan imannya di tengah
kehidupan kerajaan Babel yang menyembah para dewa saat itu.

Penjelasan Teks
Kejatuhan bangsa Israel ke dalam tangan bangsa penjajah Babelonia
disebabkan oleh faktor teologis maupun faktor ekonomi-sosial-politik. Secara
teologis, kejatuhan mereka disebabkan oleh ketidaksetiaan mereka kepada Allah.
Berulang kali bangsa Israel menyeleweng dari Tuhan dan menyembah berhala.
Mereka melupakan Allah dan memilih percaya kepada dewa-dewi asing. Akibatnya
Allah menghukum mereka. Allah mengijinkan bangsa-bangsa asing menjajah dan
menindas mereka. Dalam bacaan tadi, Allah bukan hanya mengijinkan umat Israel
dikuasai bangsa lain, tetapi mereka diangkut ke pembuangan untuk menjadi budak di
negeri Babel.
Sementara secara ekonomi-sosial-politik, pada tahun 600 SM (Sebelum
Masehi), ketika penguasa Babel menuntut Israel membayar upeti ke Babel, raja
Yoyakim menolak permintaan itu. Akibatnya Nebukadnezar menyerbu Yerusalem.
Kota itu jatuh pada tahun 598 SM. Nebukadnezar merampas istana dan Bait Suci dan
membawa keluar sebagian perkakas dalam rumah Allah ke rumah dewa Babel.
Sekitar 3000 orang terpandang di Israel diangkut ke pembuangan, termasuk
raja Yoyakhin, para bangsawan, pegawai istana, dan para imam. Rakyat biasa
kebanyakan tetap tinggal di desa-desa. Daniel dan teman-temannya ikut diangkut ke
Babel pada tahun 587 SM. Untuk memperkuat kerajaan, Nebukadnezar meminta agar
dipilih baginya beberapa orang dari kalangan bangsawan Israel yang sempurna secara
fisik, berhikmat, menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Orang-orang ini akan
membantu raja Nebukadnezar dalam berbagai tugas dan pekerjaan dalam
kerajaannya.
Untuk itu, raja meminta para pembantu rumah tangganya untuk menyajikan
makanan raja bagi orang-orang pilihan itu. Daging dan anggur disajikan kepada
mereka. Tujuannya agar mereka sehat, kuat, dan cerdas. Tetapi Daniel dan teman-
temannya tidak tergiur dengan menu yang enak itu. Mereka menolak makan dan
minum apa yang menjadi sajian raja, karena dianggap najis. Sebab makanan raja
biasa dipersembahkan kepada para dewa. Keempat pemuda ini berketetapan untuk
tidak menajiskan dirinya. Mereka memilih tetap setia pada imannya. Daniel meminta
agar disajikan sayur-sayuran saja. Sikap Daniel dan teman-temannya ini dianggap
bisa menimbulkan masalah bagi para pembantu istana. Sebab apa bila empat orang ini
tidak makan daging lalu tubuh mereka kelihatan kurang sehat, maka sang raja akan
menyalahkan para pembantunya.
Tetapi Daniel meminta agar mereka diuji setelah 10 hari nanti. Ternyata
setelah 10 hari, tubuh mereka semakin segar, sehat dan kuat. Bahkan ternyata
keempat pemuda Israel ini 10 kali lebih cerdas dari semua orang berilmu dan orang-
orang pintar serta para dukun dalam kerajaan Babel. Maka dalam segala hal, raja
Nebukadnezar selalu meminta petunjuk dan pertimbangan dari Daniel dan teman-
temannya.
Kecerdasan, hikmat dan kebijaksanaan yang diperoleh keempat pemuda Israel
ini semata-mata berasal dari Allah. Sebab mereka berkomitmen untuk tetap setia
dalam iman kepada Allah. Mereka berani berbeda dengan ketetapan kerajaan Babel
yang sangat najis. Oleh karena mereka teguh pada pendiriannya di dalam Allah, Allah
pun mengaruniakan hikmat kepada mereka.

Penutup
Kita hidup dalam zaman yang sangat kompleks. Berbagai budaya tradisional
tidak lagi dipegang teguh. Agama pun tidak dianggap sesuatu yang mendasar.
Berbagai budaya populer telah merasuk masuk dalam masyarakat kita. Perilaku
individualis (fokus ada diri sendiri), narsis (terpesona dengan gambar diri sendiri dan
akibatnya mengabaikan lingkungan/orang-orang sekitar), hedonis (mengejar
kenikmatan), materialistik (cinta uang/harta) telah merajalela. Masyarakat ikut-ikutan
budaya-budaya populer itu. Orang tidak mampu membedakan mana yang benar dan
mana yang salah, mana yang baik dan mana yang jahat, karena semuanya telah
bercampur.
Dalam konteks ini, mari kita belajar dari Daniel dan kawan-kawan, untuk
memegang teguh iman kita. Allah harus menjadi satu-satunya yang kita sembah.
Firman Tuhan harus menjadi pedoman hidup. Kita harus memperkuat relasi kita
dengan Allah dan firman-Nya agar kita tidak mudah terbawa arus budaya dunia yang
menyesatkan. Itu berarti kita mesti setia beribadah, setia membaca firman, setia
berdoa, setia melakukan perintah-perintah Tuhan, agar apapun pengaruh dunia, kita
tidak terjerumus.
Belajar dari Daniel dan kawan-kawan yang tidak tergiur oleh kenikmatan
makanan raja, kita pun mesti memiliki prinsip hidup agar tidak mudah terpengaruh
oleh segala kenikmatan duniawi. Apapun gaya hidup dunia, kekayaan, ambisi
kekuasaan, kemewahan, hedonisme, materialisme, tidak boleh menjadi gaya hidup
orang percaya. Sebab kita mau menjadikan Tuhan dan kebenaran-Nya sebagai nilai
tertinggi dalam hidup kita. Maka kita juga harus membekali keluarga, khususnya
anak-anak kita dengan firman Tuhan, mendorong mereka untuk setia beribadah, agar
mereka pun memiliki prinsip yang kuat di dalam iman sehingga tidak terjerumus
dalam kesesatan. Tuhan menolong kita. Amin. (gm)
Bahan Kotbah Perayaan Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, Kamis 18 Mei 2023
Bacaan Alkitab : Efesus 1 : 15 – 23
Tema : Kemuliaan Kristus Mempersatukan Jemaat

Pendahuluan

Teks ini adalah doa syukur yang diucapkan secara berulang-ulang. Begitu dalamnya
rasa syukur yang dirasakan oleh Paulus sehingga ia tak berhenti mengucap syukur
dan tanda terima kasih.

Penjelasan Teks
Ay. 15, 16: Dalam dalam dua ayat ini terdapat alasan mengapa Paulus mendoakan
jemaat di Efesus. Paulus mendengar tentang iman jemaat yang bertumbuh di atas
dasar yang benar yaitu Yesus Kristus. Selain itu Paulus juga mendengar tentang
besarnya kasih yang dimiliki oleh orang-orang Efesus terlebih kasih terhadap semua
orang Kudus. Iman yang dimiliki jemaat berakar pada kebenaran dan melahirkan
kasih.
Ayat 17-23: Dalam ayat ini Paulus berharap agar jemaat di Efesus menerima roh yang
membuat mereka memiliki pengetahuan yang benar dan hidup bergantung
sepenuhnya pada Allah. Hal ini karena hati mereka diterangi oleh Roh Kudus. Paulus
hendak meyakinkan jemaat bahwa karena sifat-sifat yang teruji itu mereka akan
menerima kemuliaan yang besar (ay. 17 – 19)
Paulus menunjukkan hal-hal yang mendasari kemuliaan yang didapatkan oleh jemaat.
Yang pertama adalah tentang kebesaran kuasa Allah yang membuat setiap orang
percaya akan melihat kekuatan kuasa Allah melalui kebangkitan Kristus. Kedua
Kristus menjadi milik jemaat melalui kuasa kebangkitan dan selanjutnya Yesus
menjadi milik jemaat dan jemaat adalah tubuh Kristus. (ay. 20 – 23)

Pesan Teks
1. Menjadi umat yang beriman dan berlimpah kasih. Dasar iman yang benar adalah
mengenal apa yang diimani. Kebenaran itu adalah Yesus Kristus yang menerima
kemuliaan yang besar melalui peristiwa kebangkitanNya dari kematian.
Selanjutnya iman yang bertumbuh melahirkan kasih yang terwujud kepada
sesama dan menjadi kesaksian akan sebagai anak-anak terang.
2. Kemuliaan Kristus yang mempersatukan. Kristus yang bangkit memperoleh
kuasa dan sekarang Ia duduk disebelah kanan Allah di sorga. Kemuliaan Kristus
diberikan kepada jemaat dan Yesus Kristus menjadi kepala dan jemaat menjadi
tubuhNya. Jemaat yang beriman kepada Kristus dan mewujudkan iman tersebut
dalam kasih akan dipenuhi oleh kuasa yang datang dari pada Yesus sendiri.

Aplikasi
1. Kemuliaan Kristus Mempersatukan Jemaat.
Umat yang beriman adalah persekutuan yang meneladani Kristus.
Keteladanan itu lahir dari kerelaaannya mematuhi kehendak BapaNya untuk
menjalani kesengsaraan. Proses pendisiplinan ini harus juga dilewati oleh
semua pengikut Kristus untuk mendapatkan mahkota kehidupan. Wujud dari
kemuliaan Kristus bagi jemaat adalah semakin kokohnya persekutuan sebagai
keluarga Allah (Familia Dei). Itu berarti kemuliaan Kristus mengajarkan hal
pengosongan diri, kerendahan hati, penaklukan keinginan untuk tunduk
kepada kehendak Tuhan. Dengan kata lain kemuliaan Kristus mesti
mempererat persaudaraan dan persekutuan umat Tuhan.
2. Umat Beriman Yang Belimpah Kasih.
Wujud dari iman adalah perbuatan yang nyata, sebab iman tanpa perbuatan
hakekatnya mati. Kenaikan Kristus adalah tanda kemuliaan setelah Ia berkarya
di dunia. Buah karya pelayananNya haruslah direspon oleh umat beriman
dengan menjadi persekutuan yang bersaksi tentang Kristus yang berkarya dari
tahta kemuliaanNya di sorga. Kristus tidak lagi dapat kita jumpai secara fisik
namun dunia melihat kemuliaan Kristus melalui persekutuan jemaat.
Perbuatan-perbuatan karena iman adalah cara memuliakan Kristus yang
bangkit itu.
Penutup
Banyak hal dapat dianggap sebuah kemuliaan dengan ukurannya masing-masing.
Namun semua ukuran kemuliaan tersebut mestilah berbanding lurus dengan
pengakuan iman kita tentang kemuliaan Kristus tanpa kecuali. (YW)
Bahan Kotbah Minggu, 21 Mei 2023

Bacaan Alkitab : Yohanes 17:1-21


Tema : Doa Yesus untuk Persekutuan yang Diutus

Pendahuluan

Satu ditambah satu, jawabannya adalah dua. Perhitungan tersebut benar, namun
berbeda dengan cara Allah berhitung. Bagi Allah, satu ditambah satu bisa menjadi
seribu, sepuluh ribu bahkan seratus ribu, karena apabila dua orang bersehati maka
karya Allah bekerja dengan luar biasa.
Dalam sebuah orkestra yang terdiri dari berbagai macam jenis alat musik,
setiap alat dimainkan dengan cara yang berbeda dan memiliki suara yang berbeda.
Namun ketika ada kesepakatan untuk memainkan lagu yang sama pada kunci yang
sama, maka alunan musik yang indah pun tercipta.
Perbedaan budaya, bahasa, cara pandang dan lain sebagainya tidak pernah
menjadi penghalang bagi karya Allah. Karya Allah justru bekerja melalui semua
perbedaan tersebut. Allah senang melihat kesatuan dan kekudusan hidup orang
percaya. Karena itulah dalam Yohanes 17:1-21, Yesus berdoa bagi kesatuan dan
kekudusan hidup orang percaya.

Penjelasan Teks

Doa Yesus dalam Yohanes 17 merupakan pengajaran terakhir Yesus kepada murid-
murid-Nya sebelum Ia ditangkap. Karena itu doa tersebut dapat disebut pesan
perpisahan dari Yesus. Injil Yohanes tidak mencatat doa Yesus di taman Getsemani,
namun itu tidak berarti kedua doa ini saling bertentangan. Kedua doa ini justru saling
terhubung karena memuat penyerahan diri Yesus kepada Bapa-Nya, kesatuan di
antara Yesus dan Bapa-Nya. Sekalipun Yohanes 17 hanya menyebutkan kesatuan
Yesus dan Bapa namun kesatuan itu menunjuk pada Yesus, Bapa dan Roh Kudus
karena tidak mungkin ada kesatuan dan keberhasilan dalam misi pelayanan Yesus
tanpa karya Roh Kudus.

Dalam Yohanes 17:1-21, ayat 1-5 memuat permintaan Yesus agar Ia


dimuliakan. Permintaan ini bukanlah sesuatu yang aneh atau memuat kesan Yesus
hendak menyombongkan diri-Nya. Permintaan ini justru menegaskan kehadiran
Yesus sebagai Anak Manusia yang memberi diri-Nya demi keselamatan segenap
ciptaan. Dengan memuliakan Yesus, semua orang akan mengenal siapa Yesus.
Mereka akan mengetahui kesatuan antara Yesus dan Bapa-Nya sehingga menyadari
bahwa semua karya Yesus, kehadiran-Nya dalam sejarah adalah karya Allah bagi
segenap ciptaan.

Narasi Injil Yohanes mengemukakan tentang perpecahan antara para murid


Yohanes dan orang Yahudi (Yoh. 3:25), orang Yahudi dan orang yang percaya
kepada Yesus (Yoh. 9:22). Setiap kelompok berusaha menunjukkan bahwa
kelompoknya yang paling benar. Berhadapan dengan situasi ini, Yesus berdoa bagi
murid-muridnya, ayat 6-19. Yesus meminta agar mereka dilindungi dari yang jahat,
dipelihara dalam kesatuan dan dikuduskan. Permintaan ini didasarkan pada identitas
para murid sebagai milik Allah. Mereka ada di dalam dunia, tetapi bukan berasal dari
dunia. Dunia membenci mereka sebagaimana dunia membenci Yesus. Permintaan ini
pun didasarkan pada pengakuan Yesus bahwa Ia akan pergi kepada Bapa
meninggalkan para murid, sedangkan para murid akan melanjutkan karya Allah di
dalam dunia.

Ayat 20-21 menjelaskan bahwa Yesus bukan hanya berdoa bagi murid-murid
yang saat itu berada bersama-Nya tetapi seluruh persekutuan orang yang percaya pada
masa itu, masa kini hingga masa depan. Tiga aspek waktu ini mengandung janji
penyertaan yang tidak berkesudahan. Doa Yesus ini menjadi doa yang tidak lekang
oleh waktu, doa yang menyertai setiap pelayanan dan perjalanan kehidupan orang
percaya. Yesus berdoa bagi para murid, bagi persekutuan orang percaya dalam
lingkup keluarga, gereja, bermasyarakat dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Yesus berdoa bagi kesatuan semua orang percaya karena kesatuan adalah
esensi dari kehidupan orang percaya. Kesatuan tersebut didasarkan pada hakikat
keberadaan Allah sebagai Allah persekutuan, Allah yang satu dan tidak terpisah.
Yesus juga mengetahui bahwa bahaya perselisihan hingga perpecahan akan menjadi
salah satu tantangan kehidupan orang percaya karena itu Ia berdoa bagi kesatuan
persekutuan orang percaya di segala masa.

Aplikasi
1. Peliharalah kesatuan
Banyak perselisihan dan perpecahan yang dialami oleh orang Kristen saat ini.
Dalam lingkup keluarga, misalnya. Banyak kasus pertengkaran hingga KDRT
yang berujung perceraian bahkan maut. Dalam lingkup gereja, perpecahan
terjadi ketika pimpinan gereja saling memperebutkan jabatan dan status.
Pimpinan gereja fokus pada pendapatan sehingga lupa memelihara kehidupan
persekutuan jemaat. Perpecahan juga terjadi saat jemaat membawa persoalan
keluarga dan/atau masyarakat ke dalam persekutuan bergereja sehingga
memecah belah relasi antarjemaat. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita
mendapati banyak kasus pembunuhan, kekerasan, penipuan yang viral di
media sosial. Herannya hampir semua kasus-kasus tersebut dilakukan oleh
mereka yang beridentitas sebagai orang Kristen. Yesus menginginkan kita
untuk hidup dalam kesatuan. Dalam bulan bahasa dan budaya sekaligus masa
penantian Roh Kudus, kita sadar akan segala kepelbagian yang ada dalam
karakter, relasi, panggilan dan karya setiap orang percaya. Namun doa Yesus
mengingatkan kita tentang pentingnya memelihara kesatuan. Kepelbagian
bukan membuat kita lemah dan terpecah tetapi justru membuat kita bersatu.
Mari saling belajar, saling bekerja sama, saling merangkul, saling
mendengarkan, saling memahami dan menghormati untuk terus menghadirkan
Allah di dalam dunia.

2. Jadilah pribadi yang hidup kudus dalam kebenaran


Melalui karya keselamatan dari Allah, setiap orang percaya telah dikuduskan
di dalam kebenaran. Kita diajarkan untuk meninggalkan cara hidup yang lama
sehingga tetap hidup kudus di hadapan Allah. Persoalannya semakin orang
percaya berjuang untuk memelihara kekudusan hidup, semakin banyak
tantangan yang dihadapi. Yesus bukan hanya meminta agar kita bersatu tetapi
memelihara kekudusan hidup dalam kebenaran sehingga mampu
membentengi diri dari pengaruh yang tidak benar dan tetap berjalan dalam
kebenaran firman Tuhan.

Pada hari ini kita merayakan bulan budaya serta hari penantian Roh Kudus.
Berkaca dari kehidupan Yesus dan para murid serta kehidupan persekutuan jemaat
perdana, Roh Kudus hadir dan berkarya saat mereka bersatu, memelihara kekudusan
hidup dan memberi diri untuk melayani sekalipun mereka berasal dari latar belakang
bahasa dan budaya yang berbeda. Karya Roh Kudus dalam kesatuan persekutuan
itulah yang membuat kuantitas dan kualitas hidup orang percaya mengalami
perkembangan yang signifikan. Mari memelihara dan menghidupi kesatuan dan
kekudusan hidup dalam persekutuan. (abl)
Bahan Kotbah Minggu Pentakosta, 28 Mei 2023
Bacaan Alkitab : Kisah Para Rasul 2:1-21
Tema : Roh Kudus Memampukan Orang Percaya Bersaksi Tentang
Perbuatan Allah Dalam Beragam Bahasa

Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan kita terhubung
dengan semua orang. Perangkat teknologi komunikasi dapat digunakan untuk
mempermudah kita menyampaikan informasi dan pesan kepada orang lain yang
sedang berada di tempat yang jauh dari kita. Jaringan komunikasi elektronik
menghubungan kita dengan semua orang, di mana pun. Pesan yang kita posting di
media sosial bisa dilihat dan dibaca oleh semua orang yang terhubung dengan kita
melalui jaringan internet. Semua orang sedang terhubung, seperti berada dalam
kerumunan besar yang lintas batas. Teknologi komunikasi yang merupakan hasil dari
kemajuan ilmu pengetahuan memudahkan kita bersaksi bagi semua orang, dari segala
bangsa, di berbagai tempat.
Perayaan hari Pentakosta mengingatkan kita tentang kesaksian iman yang lintas
batas demi kehidupan bersama yang saling terhubung. Di hari Pentakosta, Roh Kudus
turun ke atas diri dan persekutuan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Karya
Roh Kudus melahirkan persekutuan yang bersaksi bagi segala bangsa dan seisi dunia.
Kiranya Roh Tuhan menolong kita agar dapat mengolah segala kebaikan Allah
menjadi kesaksian yang merangkul semua bangsa sebagai anak-anak Allah.

Penjelasan Teks
Pentakosta, artinya 50 (=40+10). Pada hari ke 40 setelah Paskah, terjadi
peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. 10 hari kemudian, terjadi peristiwa Roh
Kudus dicurahkan kepada orang-orang percaya. Peristiwa pecurahan Roh Kudus itu
ditandai dengan bunyi seperti tiupan 101egara keras dan penampakaan lidah-lidah
seperti nyala api. Semua orang percaya, yang sedang berkumpul di dalam sebuah
rumah, dipenuhi oleh Roh Kudus dan mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain.
Peristiwa pencurahan Roh Kudus kepada orang-orang percaya berlansgung dalam
suasana perayaan Pentakosta agama Yahudi, yaitu hari panen raya. Pada hari
perayaan itu diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong
langit. Peristiwa pencurahan Roh Kudus kepada para orang percaya berlangsung
terbuka bagi semua orang. Kedua peristiwa itu, Kenaikan Tuhan Yesus dan
Pencurahan Roh Kudus, berlangsung di Yerusalem.
Hari raya Pentakosta kita rayakan sebagai hari lahirnya Gereja. Kelahiran
Gereja ditandai dengan munculnya sebuah persekutuan orang-orang yang percaya
kepada Kristus. Mereka, yang menaati nasehat Kristus untuk menanti pencurahan
Roh Kudus, memperoleh penggenapan janji itu (Lihat Lukas 24:49). Roh Kudus
dicurahkan Allah kepada orang-orang percaya yang sedang duduk berkumpul di
sebuah rumah, di kota Yerusalem. Roh Kudus yang tercurah menjadi kuasa yang
membebaskan dan kekuatan yang memampukan semua orang percaya untuk bersaksi
tentang “perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah”.
Peristiwa Pentakosta itu tidak serta merta dapat dimengerti dengan baik oleh
semua orang yang menyaksikannya. Ada orang yang berusaha mencari makna
peristiwa itu, tetapi ada orang yang langsung menyindir bahwa orang percaya yang
bersaksi itu sedang mabuk minuman keras (miras). Terhadap situasi itu rasul Petrus
dan para rasul lainnya menjelaskan, bahwa peristiwa pencurahan Roh Kudus
berlangsung sesuai nubuat nabi Yoel tentang pencurahan Roh Kudus menjelang hari
Tuhan. Inti dari nubuat nabi Yoel, bahwa Roh Kudus tercurah ke atas semua manusia
dan orang yang berseru kepada Allah akan diselamatkan.
Peristiwa Pentakosta, menandai berdirinya gereja di tengah bumi, berlangsung
sesuai dengan janji Tuhan Yesus sebelum kenaikan-Nya ke sorga. Pada hari
Pentakosta, murid-murid berkumpul di suatu tempat bersama banyak orang percaya.
Di Yerusalem pun sedang ramai. Selain penduduk kota itu sendiri, ada pula orang-
orang Yahudi yang saleh yang berasal dari daerah dan 102egara yang berbeda-beda,
dan berbicara dalam bahasa yang berbeda-beda pula. Dengan kuasa Roh Kudus
semua orang percaya dapat bersaksi, dan perkataan mereka dapat dimengerti oleh
semua orang di situ. Kuasa Roh Kudus memperlengkapi orang-orang percaya agar
dapat melintasi kesulitan. Sekat perbedaan bahasa tidak menghambat mereka untuk
mewartakan dan menyatakan Injil kepada semua orang dan seisi dunia.

Aplikasi
Hari ini kita kembali merayakan Pentakosta, hari turunnya Roh Kudus ke atas
persekutuan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Roh Kudus turun ke atas
mereka dengan cara yang terbuka bagi siapa pun. Peristiwa itu dapat dirasakan
dengan batin, terdengar oleh telinga dan terlihat oleh mata manusia. Peristiwa
pentakosta melibatkan orang banyak, dari barbagai bangsa. Mereka yang melihat dan
mendengar dibarui oleh pengalaman Pentakosta menjadi orang-orang yang
mengalami perbuatan-perbuatan besar dari Allah. Mereka yang mendengar dan
melihat peristiwa Pentakosta dirangkul oleh karya Roh Kudus untuk menjadi bagian
dari komunitas iman yang percaya kepada Allah dan hidup menurut kehendak Allah.
Roh Kudus membuka sekat yang membatasi kkesaksian kita kepada semua
orang dari segala bangsa dan bagi seisi dunia. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa
sekalipun banyak hal tampak membatasi kita, Roh Kudus sanggup berkarya
menembus batas-batas yang ada, untuk menghadirkan damai sejahtera. Roh Kudus
memampukan kita tetap bersaksi meskipun di tengah situasi sulit. Roh Kudus
memberi kuasa dan kekuatan agar kita tetap setia memberitakan Firman dan
menyaksikan perbuatan besar dari Allah. (nlk)
Bahan Kotbah Syukur Pentakosta, Senin, 29 Mei 2023
Bacaan Alkitab : Kejadian 8:15-22
Tema : Persembahan yang Harum

Pengantar

Hari Pentakosta bagi orang Israel adalah hari raya pengucapan syukur atas hasil
panen. Hari raya ini dirayakan pada tujuh minggu setelah hari paskah (perayaan
pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir). Pada hari pentakosta, orang Israel
mempersembahkan ‘hasil pertama bumi’ sehingga disebut ‘buah-buah pertama.’
Dalam tradisi bergereja di GMIT, persembahan ini disebut hulu hasil yang dibawa
kepada Tuhan dalam kebaktian syukur Pentakosta yang dirayakan setiap tahun.

Penjelasan Teks

Setelah Nuh dan keluarganya diselamatkan dari air bah, mereka mempersembahkan
korban syukur kepada Tuhan. Suatu teladan iman yang ditunjukkan oleh Nuh. Nuh
mendirikan mezbah dan memberikan persembahan korban bakaran. Niat untuk
memberi persembahan merupakan inisiatif pribadi dari Nuh. Hal itu menunjukkan
hubungan pribadi yang akrab di antara Nuh dengan Tuhan (Baca Kejadian 6:9).
Tuhan mencium aroma harum dari persembahan Nuh, ketika kurban berupa binatang
yang tidak haram dibakar di atas mezbah. Dalam hal ini Nuh mempraktekkan tradisi
persembahan yang bertujuan untuk memelihara, memulihkan serta merayakan
hubungan antara manusia dengan Allah, sebagai sang Sumber atau Pemberi segala
sesuatu yang terbaik. Tujuan utama kurban persembahan Nuh, yaitu untuk
menyenangkan hati Allah dengan cara memberikan yang terbaik. Persembahan yang
harum menjadi tanda iman yang lahir dari perasaan tulus dan syukur.
Atas kasih Tuhan yang diberikan bagi Nuh, Tuhan berjanji kepadaNya dan kepada
semua manusia bahwa tidak ada lagi kutukan atas manusia dan bumi yang didiami
(ay.21-22). Hal ini menununjukan betapa Allah Maha kasih. Ia tidak membiarkan
umatNya terus ada dalam penghukuman. Namun tentu disini juga mengandung
pengajaran bahwa walaupun Tuhan telah berjanji untuk tidak menghukum bumi lagi,
itu bukan berarti manusia bebas berbuat apa saja. Tetapi dalam percaya pada janji
Allah itu, manusia mensyukuri dengan melalukan segala sesuatu seturut dengan
kehendakNya.
Dalam bacaan ini juga diejaslakan Tuhan mengatur semua musim kehidupan di bumi
sehingga terus terjadi: [1] musim menabur dan menuai, [2] musim dingin dan panas,
[3] kemarau dan hujan, [4] siang dan malam. Perubahan musim ini adalah tanda kasih
Tuhan yang memungkinkan manusia bekerja, berkarya, serta menikmati hasil kerja di
tengah alam semesta dengan penuh syukur, pada masa yang ditentukan Tuhan.
Aplikasi
Belajar dari perenungan Firman Tuhan, ada dua hal yang perlu kita renungkan:
Pertama, Kita bersukacita ketika panen melimpah, namun ada juga masa di mana
manusia menjadi putus asa karena kegagalan dan harapan yang tidak sesuai
kenyataan. Di atas kenyataan apa pun, pengucapan syukur menjadi bukti iman kepada
Allah bahwa manusia dan alam semesta diciptakan dan dirawat oleh kasih Allah.
Dalam syukur Pentakosta kita diingatkan untuk mewujudkan tanggung jawab iman
untuk selalu bersyukur dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan oleh kasih Allah
kepada kita, kepada segala bangsa dan kepada alam semesta yang dikasihi dan
dipelihara oleh Allah. Kita membawa persembahan syukur dengan tulus sebagai tanda
pengakuan bahwa Allah telah memelihara kita dengan setia dalam setiap musim
kehidupan.
Kedua, teruslah berkarya dalam setiap musim kehidupan. Menanam, menabur,
menuai dalam kesempatan yang Allah berikan sebagai wujud syukur atas segala yang
diberikan kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai