Th
Mata Kuliah : Liturgika
Tugas : Liturgi/Ibadah Dalam PL dan Dalam Judaisme
Nama/NIM : Ayu Andari Sitanggang/1910064, Annual F. Saragih/1910062,
Benita Lumban raja/1910065 , Grace N.K Lumbantoruan/ 1910082
I. PENDAHULUAN
Liturgi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, leitourgia, yang berarti
kerja bersama. Kerja bersama ini mengandung makna peribadatan kepada Allah dan
pelaksanaan kasih. Liturgi Yahudi adalah segala hal yang berhubungan dengan
peribadahan umat Unsur utama dari setiap liturgi adalah bacaan Kitab suci. Bacaan
tersebut diambil dari Torah atau Pentateukh (kelima Taurat atau disebut juga
kitab Musa), Mazmur-mazmur (Tehilim), kitab para nabi (Nebiim), dan kitab-kitab
(Ketubiim), yang merupakan bagian Perjanjian lama dari alkitab agama kristen.
II. PEMBAHASAN
Dalam Perjanjian Lama kata Ibadah dipakai sebanyak 34 kali, dan kata
Ibadah muncul pertama kali dalam keluaran 3:12, dimana dalam versi aslinya ada
dua kata yang digunakan untuk menunjukkan kata ibadah ini, yaitu ta’ abduwn dan
sachah.Ta abduwn berasal dari kata “abad” yang secara etimologi berarti
mengerjakan (dalam banyak pengertian, perasaan) yang berimplikasi meladeni,
melayani atau menjalankan, mengerjakan dalam perbudakan atau memaksa,
memelihara, kebaktian, ditempat atau dibuat (iron besi), memuja. Sementara
shachah berarti “menundukkan diri”, sedangkan dalam bahasa Yunaninya adalah
proskuneo “yang berarti menyembah atau mencium tangan. Jika kedua pengertian
itu di gabungkan dimana itu memiliki bahwa Ibadah itu memiliki arti
pengungkapan diri yang muncul dari kesadaran, perasaan dan keputusan. Dengan
di gabungkan kedua pengertian tersebut bisa di simpulkan bahwa ibadah
merupakan suatu bentuk kegiatan-kegiatan meladeni, melayani, mendengar,
melaksanakan, memelihara, memuja, menundukkan diri, menyembah seseorang
atau oknum yang lebih tingi dimana yang dimaksud adalah Tuhan Allah, dengan
kata lain ibadah adalah suatu respon kita manusia terhadap apa yang sudah
dilakukan bagi kita.
pada zaman bapa leluhur secara keseluruhan yang di tekankan dalam ibadah
bukanlah upacara-upacara atau ritus-ritus yang mereka langsungkan, melainkan
hubungan pribadi mereka dengan Allah, jadi yang menjadi intinya adalah unsur
pertemuan, bukan tempat-tempat kramat dimana mereka beribadah. Pada zaman bapa
leluhur Allah-lah yang mendekati umat-Nya, bukan sebaliknya. Mezbah-mezbah
memang didirikan, tetapi dengan maksud untuk memperingati hubungan antara Allah
dengan umat-Nya bukan sekedar tempat-tempat mereka dapat mendekati Allah.
Dalam Agama yahudi atau yudaisme sendiri memiliki tata cara ibadah yang berbeda
dengan ajaran atau kepercayaan lain, dalam ajaran yahudi disebut
Amidah (Ibrani: העמידה תפילת, Tefilat HaAmidah, "Doa Berdiri"), juga
disebut Shemoneh Esreh ()שמנה עשרה, adalah doa utama liturgi yahudi. Doa tersebut
ditemukan dalam siddur, kitab doa Yahudi tradisional. Karena pengaruhnya, doa
tersebut disebut hatefila (תפילה, "doa") dalam Sastra rabbinik, shemonah
esrei". Dimana hal tersebut menjadi ciri khas dalam ajaran yang muncul ribuan tahun.
1
https://yanewainarisi.blogspot.com/2017/05/konsep-ibadah-dalam-perjanjian-lama.html?m=1
2
W.R.F.Browning,kamus Alkitab (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2009), hal 145
Dalam Judaisme atau ajaran yahudi dikenal cara beribadah melalui standing prayer
(beribadah dengan cara berdiri). Esmonah esrei atau standing prayer tersebut
dilakukan dengan cara berdiri. Ibadah ini dapat di lakukan sendiri atau juga beramai-
ramai ( amidah). Ibadah yang mereka lakukan selama tiga waktu dalam sehari, yakni
saat pagi ( schacharit), saat sore (minchah) dan saat malam ( maariv). Ibadah tersebut
jika dilakukan beramai-ramai dipimpin oleh "chazzan".
Chazzan merupakan pemimpin dalam ibadah esmonah esrei. Dimana chazzan akan
membacakan doa dengan suara yang keras, kemudian diikuti dengan jemaat dengan
kata "amen". Dalam melakukan peribadatan, terdapat doa-doa yang harus dipanjatkan.
Jumlah dari doa tersebut kurang lebih sekitar 18 hingga sembilan belas doa.
Didalam sembilan belas atau delapan belas doa itu berisi tentang puji-pujian
pada tuhan permohonan ampunan pada tuhan, permohonan agar diberikan petunjuk
dalam hidup. Shemoneh esresh (doa delapan belas) adalah inti dari tiga layanan doa
hari kerja. Mencerminkan zaman kuno dan statusnya yang tinggi dalam liturgi
Yahudi, sumber-sumber Talmud dengan hormat menyebutnya sebagai Ha-
Tefillah (“Doa” par excellence ). Namun, bertentangan dengan namanya, Shemoneh
Esreh (18) mengandung sembilan belas berkat.
Doa lainnya ialah, 'Dan dalam kasih setia-Mu, Engkau akan kembali ke
Yerusalem, kota-Mu itu, dan akan diam di tengah-tengahnya, seperti yang telah Kau
katakan. Dan bangunlah dia segera pada zaman kami ini sebagai suatu rumah yang
kekal, dan Engkau segera akan membangun kembali takhta Daud di tengah-
tengahnya.
Pemulihan Israel ke tanah nenek moyang mereka, terpulangnya kemuliaan Syekinah
ke Bait Suci dan Yerusalem yang dibangun kembali, dan pemulihan wangsa Daud
adalah tema-tema yang berulang-ulang muncul dalam doa.
Pada saat setiap doa yang disebut "Shalom" merupakan akhir dari ibadah
tersebut. Doa itu diawali oleh avot yang berisi pujian pada tuhan yang merupakan doa
yang dipanjatkan oleh jacob, isaac pada masa lampau. Hingga doa-doa penutup yang
disebut "shalom" sebagai bagian penutup dari keseluruhan ibadah Sampai kini di
jerussalem dimana ajaran yahudi lebih banyak dilakukan. Meskipun, ada juga orang-
orang yahudi yang sama sekali tidak melakukan ibadah tersebut.
III. KONTRIBUSI
Setelah zaman bapa leluhur berakhir, maka mulai diadakan kebaktian bersama
(ibadah umum). Ada banyak umat yang dapat mengikuti ibadah umum (Maz 93:5),
doa-doa bersama, dan memanfaatkannya untuk mengungkapkan kasih dan syukur
mereka kepada Allah (Ul 11:13) dalam tindakan ibadah rohani batiniah yang singguh-
sungguh. Ibadah umum yang sudah demekian berkembang dilaksanakan dalam bait
suci, berbeda dengan ibadah pada zaman yang lebih awal, ketika bapa leluhur percaya
bahwa Tuhan dapat disembah dimanapun tempat yang yang Ia pilih untuk
menyatakan diri-Nya.
Dalam sinagoge timbul suatu pola ibadah yang sunggung-sungguh rohani. Ibadah
sinagoge pada dasarnya adalah sarana untuk ibadah rohani, dimana orang-orang
beriman bersama-sama mencurahkan rohnya di hadapan Allah, dalam doa, bersama-
sama memperhatikan dan menyelediki tuntutan-tuntutan iman.4 Dalam Alkitab
sinagoge ialah kumpulan sekelompok orang dari suatu tempat untuk beribadah atau
gerakan bersama (Luk 12:11, 'majelis-majelis'; 21:12; rumah-rumah ibadat').
Akhirnya kata itu berarti rumah atau bangunan tempat diadakannya pertemuan-
pertemuan.
A. Makna sinagoge
Ditafsirkan oleh ahli-ahli Yahudi bahwa dalam perserakan di seluruh dunia, bagi
Israel sinagoge akan merupakan tempat kudus dalam ukuran mini pengganti Bait Suci
yg telah hilang. Sinagoge merupakan pengganti untuk Bait Suci. Di sinagoge tidak
ada mezbah. Doa dan pembacaan Taurat menggantikan upacara penyerahan korban.
Rumah sembah yang ini mempunyai fungsi sosial yg penting merupakan ruang
berkumpul dan tempat berjumpa, di situlah khalayak bisa berkumpul, kapan saja perlu
untuk merundingkan soal-soal masyarakat yg penting.
Sinagoge menjadi tempat lahirnya sejenis kehidupan sosial dan agama yg baru,
dan meletakkan dasar bagi suatu persekutuan agama yg melingkupi seluruh
3
Bosco da cunha,o.carm,2004 Teologi Liturgi dalam hidup Gereja,Malang:Dioma
4
https://setiawanpattipeilohy.wordpress.com/2016/12/03/ibadah-menurut-alkitab
dunia.Untuk pertama kalinya monoteisme Yahudi dibebaskan oleh bentuk praktik
keagamaan, dari belenggu-belenggu yg mengikatnya kepada tempatnya yg khas dan
istimewa. Sekarang Allah datang kepada orang Israel, di mana pun mereka tinggal.
Dewasa ini sinagoge masih tetap salah satu organisasi Yudaisme yg paling kuat
peranannya, dan pusat dari hidup keagamaan dari persekutuan Yahudi. Kisah para
rasul menunjukkan peranan penting yg dimiliki sinagoge dalam penyebaran iman yg
baru tentang Mesias.
C. Keterangan umum
Pada abad 1 M, di mana saja Yahudi tinggal di situ sinagoge ada. Bnd Kis
13:5 (Salamis di Siprus); 13:14 (Antiokhia di Pisidia); 14:1 (Ikonium); 17:10 (Berea).
Di kota-kota besar, seperti Yerusalem dan Aleksandria, ada banyak sinagoge. Sebuah
cerita mengatakan bahwa di Yerusalem ada 394 sinagoge sewaktu kota itu
dimusnahkan oleh Titus pada thn 70 M; yg lain lagi mengatakan 480 sinagoge.
Tujuan sinagoge rangkap tiga yakni ibadah, pendidikan dan pemerintahan atas
kehidupan umum masyarakat. Tugas utama perkumpulan sinagoge ialah mengajar
orang banyak supaya mengerti hukum Taurat.
Pada zaman sekarang iniKontribusi yang pada zaman sekarang ini adalah sebuah
tempat pertemuan yang digunakan untuk tujuan keagamaan (rumah ibadat). Pada
zaman Perjanjian Baru (hingga saat ini), perabotnya secara umum sederhana, terdiri
dari sebuah peti yang menyimpan gulungan hukum dan tulisan sakral lain, sebuah
meja baca, dan kursi-kursi untuk yang beribadat.
Suatu dewan penatua lokal mengelola tiap sinagoge. Mereka memutuskan siapa
yang akan diterima dan siapa yang akan dikucilkan (Yoh. 9:22; 12:42). Pejabat resmi
yang paling penting adalah penguasa sinagoge (Mrk. 5:22; Luk. 13:14). Dia umumnya
adalah ahli Taurat, mengurus bangunan, dan mengawasi pelayanan. Seorang pejabat
melaksanakan kewajiban kependetaan (Luk. 4:20).
IV.SARAN
Diharapkan agar kita dapat mengingat makna perkembangan liturgi atau ibadah
dalam kehidupan sehari-hari, seperti membiasakan lebih dapat menguasai dirinya dan
mau beribadah ke gereja dengan hati yang tulus dan iklas. Untuk saling meningkatkan
satu dengan yanglainnya agar pergi beribadah. Kita juga diharapkan untuk membaca
alkitab dan mengimaninya, begitu pula hukum-hukum taurat. mencari, dan
memperdalam makna dan isi Alkitab untuk meningkatkan pengetahuan agamanya.
Agar kita semakin mengerti dan dewasa mengartikan bait suci bukan sekedar
rumah ibadah. Walaupun, Bait berasal dari kata semit (ibrani/arab) beit yang berarti
rumah/gereja. Berkat pengajaran para rasul jemaat makin mengerti, bahwa bait suci
adalah lebih dari sekadar kapel atau gereja, lebih daripada sinagoge atau katedral itu
adalah sebuah bangunan yang didirikan sebagai rumah Tuhan, kudus bagi
persekutuan terdekat antara Tuhan dan imamat kudus, serta diabdikan bagi tata cara
tertinggi dan terkudus.
Selain itu, agar benar-benar menjadi bait suci yang kudus diterima oleh Allah dan
oleh Dia diakui sebagai rumah-Nya, persembahan tersebut haruslah diminta, dan baik
pemberian dan maupun pemberinya haruslah layak fungsi. Bait Allah sudah tuntas
bahwa bait suci Allah adalah tempat yang suci, dimana Allah bersemayam. Oleh
perubahan yang sangat besar ini berbagai istilah dalam liturgi Bait Allahmendapat
makna yang lebih merupakan kiasan. (Maknanya secara harafiah semakin hilang).
Dan Kita hendaknya memperlakukan tubuh kita sebagaimana kita akan merawat harta
yang berharga dengan kasih dan respek karena tubuh kita adalah bait suci Allah.
Kedatangan Tuhan Yesus adalah pembaharuan liturgi “Rombaklah bait Allah ini, dan
dalam tiga hari aku akan mendirikan kembali” yoh 2:19.
V.KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah dalam perjanjian lama adalah
sarana pertemuan antara Allah dengan umat-Nya, dimana inisiatif itu berasal dari
Allah sendiri. Lewat ibadah umat mengetahui maksud dan kehendak Allah dalam
kehidupan mereka, ibadah dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas penyertaan
dan berkat yang Allah berikan. Kehadiran ibadah dalam relasi antara Allah dan umat-
Nya tidak bisa diabaikan, karena tanpa ibadah, umat Israel tidak akan mendapat
kesempatan untuk merasakan berkat penyertaan Allah lewat kehadiran-Nya.
Jadi berdasarkan ini pula, maka liturgi/ibadah berubah sama sekali. Pelayanan
pendamain sebagai pokok liturgi pada masa PL, berubah menjadi pemberitahuan
Firman pendamain pada masa PB. Liturgi/ibadah pada masa Gereja mula-mula
Alkitab tidak memberikan lukisan utuh tentang ibadah-ibadah pertama.Artinya rincian
tata ibadah itu tidak diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Lain
https://yanewainarisi.blogspot.com/2017/05/konsep-ibadah-dalam-perjanjian-lama.html?m=1