Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Gereja Dan Masyarakat

Dosen : Perobahan Nainggolan, M.Th


Tugas : Tugas Gereja dalam Penanganan Covid-19
Nama/NIM : Annual Saragih/1910062, Daniel Banurea/1910069, Helenda Yulianti
Hotang/1910084, Pinpin Sinamo/1910096

I. PENDAHULUAN

Dunia saat ini sedang menghadapi pandemi yang disebabkan oleh SARS-COV-2 (virus
Corona) dan infeksinya yang disebut COVID-19. Infeksi virus ini awalnya ditemukan di
Wuhan, China pada Desember 2019 dan telah menyebar dengan cepat keberbagai belahan
dunia. Pandemi Covid-19 membuat sebagian besar masyarakat Indonesia harus belajar dan
bekerja bahkan beribadah dari rumah. Namun pemerintahan pusat maupun daerah sejak
beberapa waktu lalu sudah membuka kembali rumah-rumah ibadah untuk umat, dengan
ketentuan mereka tetapi tetap mematuhi aturan dan larangan yang sudah ditetapkan
pemerintah. Dalam makalah akan dijelakan bagaimana Covid19 berkembang dan bagaimana
gereja menangai dan menyikapi hal tersebut.

II. PEMBAHASAN
II.1 Kajian Teori
II.1.1 Pengertian Gereja
Kata "gereja" merupakan kata ambilan dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari
bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata
kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia. 1 Gereja merupakan
kehidupan bersama yang pada dasarnya merupakan sebuah realita sosial. Secara umum dapat
dipandang sebagai organisasi atau perhimpunan. Dapat disimpulkan bahwa gereja merupakan
sebuah organisasi yang menyajikan nilai keagaman dengan landasan Alkitabiah. 2 Gereja bukan
hanya dibangun untuk sebagai persekutuan yang eksklusif yang hanya sibuk mengupayakan
kenyamanan diri sendiri, tetapi merupakan gereja yang bersekutu dan menyatu dengan Tuhan dan
lingkungan masyarakat sekitarnya.3
2.1.2. Memahami Wabah Covid-19

1
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja pada tanggal 7 Februari 2021

2
Andreas, Manajemen Gereja, (Bandung: BPK Gunung Mulia 2010 ), hal. 100

3
Rasmulia Sembiring, Kewirausahaan, (Medan: La Goods Publishing 2016), hal 4
Covid-19 adalah penyakit yang menular yang pertama kali mewabah di negara" Eropa dan
Amerika Serikat (AS) sebelum di lapor kan pertama kali di Wuhan. Zhong Nashan,ilmuwan yang
sebelum nya berhasil menangani pandermi SARS kini menasihati pemerintah China yang
mendapat banyak kritik penanganan wabah corona.4

Saat ini banyak orang meyakini virus corona berasal dari Wuhan. Dicurigai berasal dari
makanan Wuhan,dan kelelawar menjadi inang mengeinfeksi hewan lain di pasar Wuhan.Zhong
juga mengecam tuduhan bahwa virus itu berasal dari Institut Virologi Wuhan.

Pada 2 Maret 2020,untuk pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif
Covid-19 di Indonesia.Namun,pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UUI pandu Riono
menyebutkan virus corona jenis SARS-CoV-2 sebagai penyebab covid -19 itu sudah masuk ke
Indonesia sejak awal Januari.. "Sejak awal Januari kemungkinan besar virus (SARS -CoV-2) itu
sudah masuk ke Indonsia". Pemerintah Indonesia tidak lantas langsung menutup akses
penerbangan langusung dari Wuhan ,yang ada di sekitar enam bendara.Antara lainn
Batam,Jakarta,Denpasar,Manado, dan Makasar.Pemerintah Indonesia merasa sudah cukup
melakukan langkah antisipasi,Antara lain menggunakan Helth Aler Card atau Yellow Card,juga
Thermal Scanner untuk mengecek suhu tubuh di atas 38,5 derajat Celcius di pintu masuk dan
keluar RI.5 Alhasil,menurut Pandu,data laporan kumulatif kasus konfirmasi positif corona yang
setiap hari di temukan oleng pemerintah menunjukkan bahwa sejak Maret hingga April dats grafik
semakin meningkat signifikan di wilayah Sumatra Utara ,Bali,Kepulauan Riau,Dki
Jakarta,Sulawesi Selatan,dan Sulawesia Utara. "Hal ini terlihat dari angka laporan kasus sejak
Maret hingga April ,Provinsi yg memilili akses penerbangan langsung ke dan dari Wuhan memiliki
jumlah kasus konfirmasi yang cukup signifikan ".6

Saat ini yang perlu di perhatikan oleh semua kalangan baik pemerintah dan masyarakat adalah
siap untuk berlari maraton,karena pandemi Covid ini akan lebih panjang proses nya hingga
tuntas.Oleh sebab itu,semua elemen perlu mendorong inisiatif pembatasan sosial berbasis
komunitas(lokal) bukan hanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Perilaku masyarakat melakukan 3M (memakai masker, mejaga jarak dan mencuci


tangan)secara nyata dilapangan menunjukan bahwa 31,5% dari seluruh responden melakukan

4
Https://en.m Wikipedia Impact -of the -covid -19 pande mic.diakses pada tanggal 14 Febuari 2021.

5
Https://satria wijaya com/covid 19,penyebaran di Indonesia,diakses pada tanggal 14 febuari 2021.

6
Https:// id Wikipedia org/wiki /covid-19.di akses pada tanggal 14 febuari 2021
seluruh prilaku 3M secara disiplin, 36% melakukan dua dari prilaku 3M, 23,2% melakukan 1 dari
prilaku 3M. Hamya 9,3% yang tidak melakukan 3M sama sekali.7

Penyebaran virus Corona telah menjalar keseluruh negeri di muka bumi, hingga saat ini hanya
sebagian kecil saja negara yang tidak terpapar. Ketakutan terhadap satu hal sering kali disebabkan
karena kurangnya pengetahuan dan keilmuan terhadap wabah Covid19.8 Wabah dapat terjadi
secara terus menerus, mulai hitungan hari hingga tahun. Wabah tidak hanya terjadi pada sutu
wilayah saja, tetapi meyebar kewilayah lain. Pandeni adalah wabah yang menyebar keseluruh
dunia, dengan kata lain wabah ini menjadi masalah bersama warga dunia. 9

II.2 Upaya Gereja dalam Menyikapi COVID19


II.2.1 Gereja yang Menggunakan Digital

Perubahan Cara Beribadah Dampak pandemi covid-19 bagi gereja adalah munculnya
kembali gereja rumah, namun mengalami perubahan dalam pelaksanaannya yaitu dengan
menggunakan teknologi di era modern saat ini. Dapat dikatakan bahwa gereja masa kini adalah
gereja digital. Gereja sebagai komunitas beriman yang berdimensi spasial sekaligus temporal tidak
pernah sepi dari tantangan yang berasal dari konteks di mana ia ada dan berteologi. Kemajuan di
bidang teknologi- informasi, pengaruh media sosial tak luput dari area di mana gereja juga harus
berurusan dan mengambil peran sebagai garam dan terang. Dalam situasi seperti saat ini, gereja
kembali diuji untuk tetap menjalankan fungsinya. Dari waktu ke waktu, oleh topangan rahmat
Tuhan, gereja telah menunjukkan keteguhan eksistensi kontekstualisasinya sebagai perwujudan
tugas dan panggilan: persekutuan, pelayanan dan kesaksian.
Gagasan tentang gereja digital adalah sebuah tawaran kehidupan menggereja pada masa
kini. Melihat realitas pemanfaatan media sosial dengan segala ancamannya, sudah waktunya
gereja memberikan manfaat baru bagi pembangunan komunikasi, komunitas. Maka dari itu,
teknologi dapat digunakan sebagai suatu sumber daya di mana gereja harus dengan bijak
mengambil peran sebagai penatalayan yang cakap demi terlaksananya pemberitaan Amanat
Agung di era digital. Sekalipun demikian gereja perlu menyediakan layanan internet dalam
kegiatan kesekretariatan, memiliki alamat website, email, media social dan sebagainya.
Penggunaan multimedia dalam setiap pelaksanaan liturgi adalah wujud nyata bahwa

7
MarzukI, Ismail, dkk. COVID19 Seribu satu Wajah. (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021) 128

8
Masrul, dkk. Pandemi COVID-19, (Jakarta, Yayayasan Kita Menulis 2020) 9

9
Rohadatul Ais, Komunitas efektif dimasa Pandemi Covid-19, Pencegahan, Penyebaran Codiid-19, (Tangerang Banten:
Mookmod Publishing,2020) 32-34
kehadirannya telah menubuh dengan kemajuan teknologi informasi dan multimedia. Cara gereja
bersikap di tengah dunia digital tidaklah terlalu berbeda baik secara moral maupun spiritual,
dengan caranya bersentuhan dengan konteks ia berada sejauh ini. Gereja digital di masa
pandemik, pada faktanya sedang berhadapan dengan perubahan sosial pada saat ini. Ini
disebabkan oleh kemajuan teknologi, terutama yang berkenaan dengan digitalisasi. Kehadiran
10
teknologi digital melalui internet yang berbasis digital ini telah mengubah segala sesuatunya.
Segala aspek kehidupan telah berubah olehnya. Di sinilah gereja harus bersikap arif, di satu sisi
dapat berkontekstualisai dengan perubahan bentuk sosial tersebut, sementara sisi lain tidak
meninggalkan nilai-nilai iman yang esensial. Paling tidak ada dua dasar doktrinal yang dapat
dijadikan acuan untuk dapat menyikapi perubahan pola peribadatan ini:”
Melihat situasi keadaan dunia secara umum dan Indonesia secara khusus, dengan keadaan
semua dilarang berkumpul dalam jumlah besar dan harus kembali di rumah untuk mengurangi
atau memberhentikan penyebaran Covid-19, hampir semua sektor kehidupan merasakan
dampaknya. Salah satunya adalah dibatasinya ibadah di gereja. Sebagian besar gereja, baik di
Indonesia maupun luar negeri sudah tidak lagi mengadakan pertemuan bersama di gedung gereja,
mereka melakukan ibadah di rumah secara online, peraturan yang telah di tetapkan oleh
pemerintah untuk membatasi pertemual secara sosial, untuk memutukan rantai penyebaran wabah
virus yang sangat terkenal belakangan ini. ibadah pun semakin banyak di lakukan di rumah
( ibdah online ) dengan menggunakan teknologi yang berbasis internet untuk melaksanakan
peribadahan yang ada di rumah. Awalnya, ada banyak sikap pendeta yang tidak sejalan dengan
anjuran pemerintah tersebut, namun seiring berjalannya waktuhampir setiap minggunya ibadah
dilakukan secara live treaming.11
II.2.2 Gereja yang Tidak menggunakan Digital

Kami mengambil gereja : GMI KANAAN dsit.9 Wil.1


Pada saat masa pandemi, pemerintahan mengintruksikan untuk tidak melakukan ibadah
digereja maka ibadah dilakukan di rumah jemaat masing-masing. Menurut gereja yang kami amati
yaitu GMI Kanaan Mahato ketika masa Covid19 beribadah dirumah dengan cara Pimpinan jemaat
dan pengurus gereja melayani kerumah-rumah jemaat, karena hambatan atau fasilitas yang kurang
memadai seperti, jaringan, alat komunikasi atau Hanpdone untuk melakukan ibadah Online.

10
Susanto Dwiraharjo, “Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online Di Masa Pandemi
Covid-19,” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 4, no. 1 (2020): hlm. 4-6.

11
H. Widjaja, F. I., Marisi, C. G., Togatorop, T. M. T., & Hartono, “Menstimulasi Praktik Gereja Rumah Di Tengah
Pandemi Covid-19,” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 6, no. 1 A (2020): 127–139.
Banyak orang tua yang tidak memiliki handphone atau tidak paham menggunkanan alat teknologi
tersebut. Maka jalan satu-satunya dengan melayani kerumah-ruma Jemaat. Awal masa lockdown
pimpinan jemaat hanya memberikan tata ibadah disetiap keluarga. Namun, banyak keluarga yang
tidak beribadah dirumah masing-masing . ketika masa pandemi gereja sempat ditutup dan
pendapatan gereja menurun. Dilakukan ibadah dirumah dengan beribadah sendiri pun membuat
pendapatan gereja menurun. Namun, Pendapat gereja bertambah ketika melakukan peribadahan
dirumah-rumah.dengan pimpinanan dan pengurus gereja juga melayani kerumah-rumah. Melalui
persembahan jemaat yang dratis naik. Karena hampir semua anggota keluarga mengikuti ibadah
dirumah masing-masing.
II.3 Solusi atau Langkah-langkah Praktis yang Dilakukan Gereja

Pemerintahan menerapkan hidup New Normal di tengah pandemic virus Corona (Covid19) dan
termasuk membuka rumah ibadah. Pemukaan rumah ibadah Begitu banyak yang dilakukan
masyarakat Indonesia ketika dapat melakuakan ibadah secara langsung, atau beribadah digereja
secara garis besar seperti mencuci tangan dan menjaga jarak sosial atau kontak langsung.12 Ada
beberapa cara atau langkah-langkah menangani Covi19 untuk dapat beribadah digereja.

1. Memeriksa kesehatan umat. Anak-anak dan lansia disarankan agar tidak hadir fisik ke
rumah ibadah dan juga orang dengan penyakit lain seperti tekanan darah, jantung, asma,
ginjal, kencing manis dan lain-lain.

2. Menentukan kapasitas kurang dari 50% dan umat bisa melakukan pendaftaran secara
online.

3. Memperbanyak frekuensi jadwal ibadah, memperluas area ibadah (bila keduanya


memungkinkan).

4. Mempersingkat durasi jadwal ibadah, tanpa mengurangi ketentuan kesempurnaan ibadah.


(maksimal 45 menit).

5. Jarak antar umat (depan-belakang-samping kiri-kanan) sekitar 1 meter.

6. Memastikan sirkulasi udara yang baik dalam ruang ibadah. Caranya membuka semua dan
jendela yang ada atau pintu juga dibuka

7. Beralih dari media cerak digital (paperless) untuk materi peribadatan atau informasi jadwal
lainnya.

12
Hirawan, Fajar B. Indonesia dan COVID19, (Jakarta: CSIS Indonesia 2020) 2
8. Menyediakan fasilitas cuci tangan dengan air sabun (wastafel portabel atau handsanitizer
berbasis alkohol minimal 70%).

9. Menyediakan masker kain bagi umat yang tidak menggunakan masker di rumah ibadah.

10. Disinfeksi rutin pada rumah ibadah, terutama bagian/permukaan benda yang sering
berkontak dengan umat

11. Mengukur suhu tubuh setiap jemaat yang datang ke rumah ibadah. Pengukuran dilakukan
pada pintu masik, diperbolehkan masuk jika suhu kurang dari 38 derajat Celcius.

12. Mengatur jarak antar umat 1 meter saat antre masuk.

13. Menentukan pintu masuk dan pintu keluar berbeda.

14. Memastikan kebersihan makanan atau minuman yang diberikan pada umat.

15. Menghimbau umat untuk langsung pulang setelah beribadah.

16. .Semuapetugas pendukungf penyelenggara diharuskan dalam kondisi sehat, bukan lansia
dan tidak ada gejala Covid-19 dan tanpa penyakit lain.

17. Membuat surat pernyataan bahwa rumah ibadah telah memenuhi protokol kesehatan.13

II.4 Kontribusi Makalah Terhadap Teologi

Pada masa saat ini gereja sangat tergoncang akibat wabah Covid19. Apalagi pada saat gereja
ditutup demi mencegah penularan virus tersebut. Dengan kata lain lain gereja atau kumpulan orang
yang percaya akan mengalami penurunan iman, dikarenakan peribadahan yang tidak dilakukan.
Walaupun pimpinan jemaat telah membagi tata ibadah, kebanyakan jemaat tidak melakukan ibadah
atau hanya sekedar berdoa saya, dan pendapatan gereja pun menurun dikarenakan tidak ada ibadah
di gereja. Kami bertanya kepada beberapa jemaat saat melakukan ibadah dirumah masing-masing
untuk ibadah yang tidak menggunakan digital, menurut mereka bahwa ibadah tersebut bagi mereka
kurang memaknai arti ibadah sesungguhnya.

Kita harus memahami situasi kita saat ini. Ketika peribadahan secara digital maupun tidak
secara gital dikarenakan fasilitas yang tidak memungkinkan, tidak menjadi penghalang bagi kita
melakukan ibadah. Namun, jika permasalahan itu juga menjadi penghambat atau penghalang maka

13
https://amp.kontan.co.id/news/kiat-gereja-menyelenggarakan-ibadah-yang-aman-dari-covid-19 . Diakses pada
tanggal 14 Februari 2021 jam 19.22 WIB
kita juga sebagai pemimpin jemaat harus bijaksana dalam mengembangkan bagaimana jemaat yang
tidak menggunkan digital nyaman dengan peribadahan yang dilakukan, dan pendapatan digereja
tidak menurun. Sehingga setiap kita hamba Tuhan dapat memberikan pelayanan yang terbaik
ditengah-tengah virus Corona saat ini.

II.5 Manfaat Praktis dari Makalah


Supaya kita mengerti mengenai Wabah Covid19 pada masa pandemi ini, apa yang terjadi
pada gereja saat virus Corona masih ada dan bagaimana menangani saat kita beribadah dirumah
ataupun kita beribadah di gereja. Kita sebagai Teolog harus bijaksanan dalam mengatasi bahkan
menangani bagaimana jemaat tetap dapat beribadah dalam masa Corona. Menjadi hamba Tuhan
yang mengetahui situasi dan kondisi. Dan juga tetap mematuhi peraturan –peraturan atau protocol
kesehatan (3M) pada masa New Normal. Sehingga kita dapat mencegah penyebaran virus tersebut.
Dan tetap dapat beribadah digereja.

III. KESIMPULAN
Pada masa saat ini pemerintahan saja belum dapat menghentikan Virus Covid19 ini.
Upaya menangani hanyalah mencegah , dan memasuki dunia New Normal. Begitu juga dengan
gereja saat ini. Hal yang dapat dilakukan hanyalah mencegah, memutus penyebaran dan
menghindari virus tersebut. Namun wabah Covid19 tidak menjadi penghalang kita sebagai orang
Kristen untuk beribadah. Pada masa sekarang juga gereja-gereja yang sudah memenuhi fasilita
untuk beribadah secara digatal juga dapat memanfaatkan teknologi yang ada, dan mengikuti
perkembangan zaman sekarang. Namun bagi gereja yang masih kekurangan fasilitas dapat
melakukan ibadah dengan pelayanan gereja yang aktif dalam pertumbuhan iman jemaat. Maka
Wabah Covid-19 tidak menjadi hambatan kita untuk mendekatkan diri kitakepada Tuhan. Hal
positif yang kita ambil dalam badah di rumah akan memberikan suasana keluarga lebih hangat.
Sikap kita untuk menghadapi wabah Covid-19 ini, umat beragama dan para pemimpinnnya lebih
terbuka secara teologis dan spiritual sehingga bisa berkonstribusi untuk mencegahnya dan tidak
sebaliknya semakin memburuk situasi, maka kita harus memahami dan menghadapi situasi yang
ada.
IV. KEPUSTAKAAN

Andreas. 2010. Manajemen Gereja, Bandung: BPK Gunung Mulia. Masrul, dkk. 2020.
Pandemi COVID-19, Jakarta, Yayayasan Kita Menulis.

H. Widjaja, F. I., Marisi, C. G., Togatorop, T. M. T., & Hartono. 2020, “Menstimulasi Praktik
Gereja Rumah Di Tengah Pandemi Covid-19,” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen) 6, no. 1 A.

Hirawan, Fajar B.2020. Indonesia dan COVID19, Jakarta: CSIS Indonesia.

MarzukI, Ismail, dkk. 2021. COVID19 Seribu satu Wajah. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

Masrul, dkk. 2020. Pandemi COVID-19, Jakarta, Yayayasan Kita Menulis.

Rasmulia Sembiring, 2016. Kewirausahaan, Medan: La Goods Publishing.

Rohadatul Ais, Komunitas efektif dimasa Pandemi Covid-19, Pencegahan, Penyebaran Codiid-
19, Tangerang Banten: Mookmod Publishing,2020.

Susanto Dwiraharjo, 2020. “Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah
Online Di Masa Pandemi Covid-19,” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 4,
no. 1.

Sumber Lain

https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja

Https://en.m Wikipedia Impact -of the -covid -19 pande mic.

Https://satria wijaya com/covid 19

Https:// id Wikipedia org/wiki /covid-19.

https://amp.kontan.co.id/news/kiat-gereja-menyelenggarakan-ibadah-yang-aman-dari-covid-19 .

Anda mungkin juga menyukai