Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah : Gereja Dan Masyarakat

Dosen : Perobahan Nainggolan, M.Th


Tugas : Peran Gereja Terhadap Banjir
Nama/NIM : Alexander Dufan Simamora/1910058, Eka Inriani M.Naibaho/1910075,
Marisi Tua/1910089, Melyn Simatupang/1910090, Roby hendra
tumangger/1910102.

I. Pendahuluan
Lingkungan dapat menjadi sumberdaya maupun bahaya. Kondisi lingkungan mengalami
perubahan baik secara cepat maupun perlahan-lahan oleh berbagai faktor penyebab, dan beragam
dampaknya. Pertumbuhan penduduk di suatu daerah, akan berpengaruh positif maupun negatif
terhadap komponen lingkungan. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai peranan
gereja terhadap bencana banjir.

II. Pembahasan
2.1. Pengertian Bencana
pengertian atau definisi “bencana” pada umumnya berdampak pada pola hidup manusia,
struktur sosial, kerusakan aspek sistem pemerintahan, seperti bangunan, dan lain-lain serta
kebutuhan masyarakat1. Beberapa definisi lain dari bencana antara lain:
1).UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.2
2). Menurut Kamus Merriam-Webster.
Bencana adalah peristiwa mendadak yang membawa kerusakan, kerugian atau
kehancuran besar.
3). World Health Organization (WHO) dari United Nations atau UN (Perserikatan Bangsa-
bangsa atau PBB).

1
Nurjanah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 10
2
Dinukil dari UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Bencana adalah kejadian yang mengganggu kondisi normal dan menyebabkan tingkat
penderitaan melebihi kapasitas adaptasi komunitas yang terdampa.3
4). International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR)
Bencana merupakan Suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah
manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa
manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi diluar kemampuan
masyarakat dengan segala kemampuannya.4

2.1.1. Jenis Jenis Bencana


Pada umumnya, jenis bencana dikelompokkan ke dalam enam kelompok berikut:
1. Bencana geologi.
Antara lain letusan gunung api, gempa bumi/tsunami, dan tanah longsor.
2. Bencana hidrometeorologi.
Antara lain banjir, banjir bandang, badai/angin topan, kekeringan, rob atau air laut pasang, dan
kebakaran hutan.
3. Bencana biologi.
Antara lain epidemi dan penyakit tanaman atau hewan.
4. Bencana kegagalan teknologi.
Antara lain kecelakaan/kegagalan industri, kecelakaan transportasi, kesalahan desain teknologi,
dan kelalaian manusia dalam pengoperasian produk teknologi.
5. Bencana lingkungan.
Antara lain pencemaran, abrasi pantai, kebakaran (urban fire), dan kebakaran hutan (forest fire).
6. Bencana sosial.
Antara lain konflik sosial, terorisme/ledakan bom, dan eksodus (pengungsian atau berpindah
tempat secara besar-besaran).

2.2. Gereja
Kata "gereja" merupakan kata ambilan dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari
bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata

3
Diakses melalui https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/05/200000569/pengertian-bencana-dan-jenis-
jenisnya?page=all pada tanggal 7 Februari 2021.
4
Diakses melalui, https://www.unisdr.org/we/inform/terminology, pada tanggal 7 Februari 2021
kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia. 5 Gereja merupakan
kehidupan bersama yang pada dasarnya merupakan sebuah realita sosial. Secara umum dapat
dipandang sebagai organisasi atau perhimpunan. Dapat disimpulkan bahwa gereja merupakan
sebuah organisasi yang menyajikan nilai keagaman dengan landasan Alkitabiah.6

2.2.1 Tugas Panggilan Gereja


Tugas panggilan gereja adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan jemaat agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati
Kasih Allah dalam Yesus Kristus, yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari, terhadap
sesama dan lingkungannya.7
Tugas panggilan Gereja merupakan kelanjutan dari misi Yesus Kristus yang telah di utus
Allah untuk menyelamatkan dunia dan memperdamaikan segala sesuatu dengan Allah. Tugas ini
tidak pernah berubah di semua tempat dan segala zaman sebab Gereja hidup oleh Kristus dan
bagi Kristus dan Kristus tidak pernah berubah karena Ia adalah sama, kemarin, hari ini, besok,
dan selamanya. Tugas panggilan ini memiliki tiga segi yaitu persekutuan (Koinonia), kesaksian
(Marturia), dan pelayanan (Diakonia) dalam Kasih serta usaha dalam menegakkan keadaan.

2.2.2. Gambaran Gereja


Gambaran gereja yaitu gereja sebagai tubuh Kristus, Bait Allah dimana Tuhan Berdiam
dalam setiap umatnya secara keseluruhan, Pokok anggur dan rantingnya sebagai garam dan
terang dunia haruslah mampu mengaktualisasikan perannya dalam menyelesaikan masalah yang
terdapat dalam gereja itu sendiri. Gereja juga harus menggambarkan cinta kasih terhadap sesama
dalam kesadaran gereja itu dalam tanggung jawabnya di tengah-tengah masyarakat maupun
jemaat itu sendiri.
Gereja bukan hanya dibangun untuk sebagai persekutuan yang eksklusif yang hanya
sibuk mengupayakan kenyamanan diri sendiri, tetapi merupakan gereja yang bersekutu dan
menyatu dengan Tuhan dan lingkungan masyarakat sekitarnya.8

5
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja pada tanggal 7 Februari 2021
6
Andreas, Manajemen Gereja, (Bandung: BPK Gunung Mulia 2010 ), hal. 100
7
Robert Elboehelke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996), hal. 802
8
Rasmulia Sembiring, Kewirausahaan, (Medan: La Goods Publishing 2016), hal 4
2.3. Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri
oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu
kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut. Dalam cakupan
pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu
pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat
melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat
curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah9 .
Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir,
sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan
daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.” Banjir
yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di kiri dan kanan
aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi
ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika
alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.10

2.3.1. Penyebab Banjir


1. Saluran Air yang Buruk
Pada kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya yang kerap terjadi biasanya
dikarenakan saluran air yang mengalirkan air hujan dari jalan ke sungai sudah tidak terawat.
Banyak saluran air di perkotaan yang tertutup sampah, memiliki ukuran yang kecil, bahkan
tertutup beton bangunan sehingga fungsinya sebagai saluran air tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya lalu kemudian terjadi genangan air di jalanan yang menyebabkan banjir.
2. Daerah Resapan Air yang Kurang
Selain karena saluran air yang buruk ternyata daerah resapan air yang kurang juga
mempengaruhi suatu wilayah dapat terjadi banjir. Daerah resapan air merupakan suatu daerah
yang banyak ditanami pohon atau yang memiliki danau yang berfungsi untuk menampung atau
menyerap air ke dalam tanah dan disimpan sebagai cadangan air tanah.
9
Diakses dari http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/660/jbptunikompp-gdl-yuniretnan32988-10-unikom_y-i.pdf, pada
tanggal 7 Februari 2021
10
Diakses dari http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/660/jbptunikompp-gdl-yuniretnan-32988-10-unikom_y-i.pdf pada
tanggal 7 Februari 2021
3. Penebangan Pohon Secara Liar
Pohon memiliki fungsi untuk mempertahankan suatu kontur tanah untuk tetap pada posisinya
sehingga tidak terjadi longsor, selain itu pohon juga memiliki fungsi untuk menyerap air. Jika
pada wilayah yang seharusnya memiliki pohon yang rimbun seperti daerah pegunungan ternyata
pohonnya ditebangi secara liar, maka sudah pasti jika terjadi hujan pada daerah tersebut air
hujannya tidak akan diserap ke dalam tanah tetapi akan langsung mengalir ke daerah rendah
contohnya daerah hilir atau perkotaan dan perdesaan yang menyebabkan banjir.
4. Sungai yang Tidak Terawat
Sungai sebagai media mengalirnya air yang tertampung dari hujan dan saluran air menuju ke laut
lepas tentunya sangat memegang peranan penting pada terjadi atau tidaknya banjir di suatu
daerah. Jika sungainya rusak dan tercemar tentu fungsinya sebagai aliran air menuju ke laut akan
terganggu dan sudah dipastikan akan terjadi banjir.
5. Kesadaran Masyarakat yang Kurang Baik
Sikap masyarakat yang kurang sadar terhadap lingkungan juga ternyata sangat berpengaruh pada
resiko terjadinya banjir. Sikap masyarakat yang kurang sadar mengenai membuang sampah agar
pada tempatnya, menjaga keasrian lingkungan, dan pentingnya menanami pohon menjadi faktor
yang sangat penting untuk terjaganya lingkungan dan agar terhindar dari bencana banjir.11
6. Faktor alami
Peningkatan debit air sungai yang disebabkan oleh faktor alami, seperti hujan badai atau curah
hujan yang tinggi merupakan penyebab banjir secara langsung. akibat curah hujan yang tinggi
dan terus menerus dalam waktu yang lama, luapan air sungai yang terjadi, serta tata guna lahan
yang salah di daerah perkotaan banjir sering terjadi akibat padatnya penduduk, yang
mengakibatkan kurangnya daerah resapan air sehingga terjadi ketidak seimbangan volume air
yang diserap oleh tanah, dan penyebab yang terakhir ialah penebangan pohon dan pengundulan
hutan yang tidak terkontrol.12

2.3.2. Tanda-Tanda Akan Terjadi Banjir


Pada umumnya, banjir terjadi pada musim hujan. biasanya terjadi pada pertengahan
musim hujan dan menjelang akhir musim hujan, namun, apabila terjadi keteledoran pengelolaan

11
Diakses dari https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/660/jbptunikompp-gdl-yuniretnan-32988-10-unikom_y-i.pdf
pada tanggal 7 Februari 2021
12
S. Arie Priambodo, Panduan Praktis Menghadapi Bencana, (Yogyakarta: Kanisius, 2009) hal.56
lingkungan daerah aliran sungai maka banjir dapat terjadi sewaktu-waktu, dan biasanya banjir
terjadi di waktu sore menjelang malam. Berikut beberapa tanda-tanda yang dapat kita lihat antara
lain :
a. Terjadi hujan lebat di wilayah daerah aliran sungai.
b. Air sungai menjadi keruh akibat erosi di bagian hulu sungai.
c. Air sungai mulai menghanyutkan benda-benda di sekitar sungai
d. Adanya informasi yang diberikan dari masyarakat setempat.
e. Air sungai naik dengan arus yang kencang.13

2.3.3. Dampak Terjadinya Banjir


ada 10 akibat dari banjir di berbagai bidang.
1. Banjir dapat melumpuhkan sarana transportasi.
Jika bencana banjir datang, maka akan ada banyak jalanan yang lumpuh dan tidak bisa dilewati
oleh semua jenis kendaraan, baik itu motor, mobil, dan kendaraan besar. Hal ini tidak lain karena
adanya genangan air yang cukup tinggi sehingga membuat kendaraan tidak dapat melewati
daerah tersebut dan mengakibatkan jalanan tersebut lumpuh.
2. Banjir dapat merusak sarana dan prasarana
Banjir dapat merusak atau mungkin menghancurkan rumah, gedung, tempat ibadah, sekolah,
kantor pemerintahan, mobil, dan angkutan umum.
3. Banjir menghentikan aktivitas sehari-hari
Kegiatan bekerja, sekolah dan aktivitas sehari-hari yang lain akan terhenti karena musibah banjir.
4. Banjir dapat menghilangkan atau merusak peralatan, harta benda, dan jiwa manusia.
Bila bencana banjir datang, maka banyak yang kehilangan harta benda, dan berbagai macam
peralatan rumah karena banjir masuk ke dalam rumah.
5. Banjir dapat mencemari lingkungan sekitar.
Luapan air banjir yang masuk ke rumah-rumah, sekolah, dan tempat umum lainnya akan
membuat lingkungan menjadi kotor karena sampah yang menumpuk dan tergenang akibat banjir
tersebut.
6. Banjir dapat menyebabkan pemadaman listrik.

13
Taryati dkk, Pemahaman Masyarakat Terhadap Daerah Rawan Ekologi, (Yogyakarta : Balai Pelestarian Sejahtra
dan Nilai Tradisional Yogyakarta ) hal. 104
Apabila bencana banjir melanda suatu daerah, maka daerah tersebut akan mengalami
pemadaman listrik untuk mencegah terjadinya musibah lain, misalnya listrik kornsleting listrik.
Listrik yang padam akan membuat aktifitas terhenti.
7. Banjir dapat mengganggu atau merusak perekonomian.
Perekonomian suatu daerah akan terganggu karena banjir merendam sektor penting
perekonomian, baik itu pertanian, industri, bahkan transportasi. Dengan terputusnya akses
transportasi, maka bahan makanan yang diangkut oleh truk dapat membusuk atau mungkin
membutuhkan biaya tambahan.
8. Banjir dapat mengganggu, atau menghilangkan masa depan.
Jika banjir melanda cukup besar atau berlangsung dalam waktu yang lama, maka roda kehidupan
juga bisa dapat berubah dengan drastis, antara lain : kehilangan pekerjaan, hutang yang semakin
menumpuk, serta kesehatan yang terganggu. Semua itu dapat mempengaruhi masa depan
seseorang, keluarga atau mungkin masyarakat, baik secara langsung dan tidak langsung.
9. Banjir dapat menyebabkan erosi dan tanah longsor.
Apabila semakin hujan yang turun semakin deras, maka semakin tinggi air banjir dan dapat
mengakibatkan tanah dan jalan terkikis serta bencana longsor.
10. Banjir dapat mendatangkan masalah / gangguan kesehatan (penyakit).
Banjir mengakibatkan lingkungan menjadi tidak bersih, sehingga bibit kuman penyakit
berkembang biak dengan mudah. Selain itu makanan dan minuman yang sehat lebih suit untuk
ditemukan dan jika makanan atau minuman terlalu sering kena air maka akan mengakibatkan
kondisi tubuh menurun14

2.3.4. Tindakan Yang Diperlukan Saat Banjir


- Selamatkan seluruh anggota keluarga, terutama yang paling rentan terhadap resiko banjir, dan
pindah kedataran yang tinggi.
-Ambil panduan bencana, kebutuhan dasar dan peralatan darurat.
- Cek saklar arus litrik, jika masih dalam kondisi hidup segera matikan dengan menggunakan alat
bantu non-konduktor kering.
- Jika memungkinkan pindahkanlah pakaian, alat kerja, buku-buku ataupun dokumen penting
dan peralatan elektronik ketempat yang tinggi.

14
Diakses dari https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/dokumen/BANJIR.pdf pada tanggal 7 Februari 2021
- Buatlah pelampung dan rakit darurat dari benda-benda yang bisa digunakan, yang ada disekitar
anda antara lain botol plastik, tong bekas, papan kayu, bambu, pohon pisang, ember plastik
besar.
- Setelah memastikan seluruh tindakan darurat terlaksana, amankan rumah dan kendaraan anda.15

2.3.5. Tindakan Untuk Mengurangi Banjir


Beberapa tindakan dalam upaya mengurangi dampak banjir yang terjadi adalah sebagai berikut :
~ Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
~ Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering
menimbulkan banjir.
~ Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
~ Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan sungai.
~ Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
~ Program penghijauan daerah hulu sungai wajib selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas
di bagian sungai rawan banjir.16

2.4. Peran Gereja Terhadap Banjir


Ketika bencana menghancurkan suatu tempat misalnya banjir, banyak berbagai dugaan
muncul. ada yang berbicara berdasarkan hukum Tuhan. “Pasti banyak kesalahan dandosa kita”,
dan ada juga yang melakukan intropeksi diri dan bertobat.17 Menurut masyarakat bukan
komentar yang di inginkan dalam menghadapi bencana akan tetapi Gereja harus mengantisipasi
dan mampu menjadi saluran berkat ditengah tengah masyarakat.
Sebagai contoh nyata peran gereja dalam menghadapi bencana adalah HKBP Tanjung
Uban Distrik XX Kepulauan Riau. Gereja ini merupakan salah satu gereja yang ikut berperan
dalam banjir yang terjadi di daerah Kepulauan Riau, dengan jumlah korban sebanyak 25 kepala
rumah tangga, 18 kepala rumah tangga dari warga gereja HKBP, 5 kepala rumah tangga dari
warga Kristen Gereja lain, dan 2 kepala rumah tangga dari umat muslim.
Banjir di daerah ini terjadi pada saat derasnya hujan di akhir tahun tgl 31 Desember 2020
dari sore hari hingga terjadi banjir pada awal tahun tanggal 1 Januari 2021 jam 04.30 WIB.

15
S. Arie Priambodo, Panduan Praktis Menghadapi Bencana, (Yogyakarta: Kanisius, 2009) hal 58
16
Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Anthropogenetic, (Yogyakarta: Kanisius, 2010) hal 146
17
Zakaria, dkk, Teologi bencana (Makasar: Lembaga Pemberdayaan Praktis, 2006) hal 222
dengan arus yang deras dan ketinggian banjir yang mengakibatkan rumah masyarakat
mengalami kerusakan yang cukup parah. Tidak hanya itu ada juga tempat-tempat umum yang
juga mengalami kerusakan cukup parah, dalam pristiwa ini beruntung tidak ada korban jiwa.
Dalam hal ini gereja HKBP Tanjung Uban Distrik XX Kepulauan Riau tidak lagi hanya
berperan sebagai pemberi nasihat, pemberi komentar atau kritik tentang dosa manusia dan tidak
lagi hanya menjadi pengkotbah. Namun gereja ini juga sudah ikut dalam aksi untuk membantu
korban banjir dengan cara Gereja aktif memberikan tenaga dan material kepada warga yang
terkena banjir. Gereja membantu memindahkan barang-barang berharga dari rumah yang terkena
banjir tersebut dan memberikan penginapan kepada korban terkena banjir tersebut. Gereja
meminta sumbangan ke pada jemaat gereja untuk membantu korban banjir tersebut. Gereja
memberikan makanan,sembako dan baju untuk mereka kenakan sebelum banjir surut. bukan
setelahsurut gereja lepas tangan, Gereja membantu juga membersihkan rumah warga yang
terkena banjir tersebut. Mereka melakukan semua yang mereka rasa dapat membantu para
korban, mereka memberikan apa yang dapat mereka sumbangkan, mengajak para jemaat untuk
bersimpati, menggerakkan para majelis untuk menjalankan proposal baik kepada masyarakat
yang tidak terkena banjir, dan pada gereja-gereja yang lain.
Dengan gerakan yang di lakukan gereja ini maka dengan cepat para korban dapat di
bantu, mereka mendapatkan pakaian yang layak, obat-obatan yang cukup, tempat tinggal untuk
sementara, dan mereka merasa bahwa inilah yang seharusnya semua gereja lakukan dalam
penanganan benca alam, melalui aksi yang di lakukan oleh gereja ini juga dapat mempererat
hubungan antar beragama, karna gereja tidak hanya berfokus kepada jemaatnya namun juga
kepada agama lain serta anggota jemaat lain.

2.5. Kontribusi Makalah Terhadap Teologi


Pada saat ini kebanyakan gereja hanya dapat mengkritik dan berkomentar tentang
bencana yang dialami di suatu daerah, mereka mengatakan bahwa ini karna dosa manusia,
manusia sudah jauh dari Allah, manusia tidak lagi dapat menjaga alam. Dan tidak melakukan
tindakan apapun. Gereja seakan hanya menjadi pengkritik yang baik.
Oleh kerena itu dalam makalah ini kami membahas mengenai peran gereja terhadap
banjir, dengan pembahasan ini kita sebagai calon hamba Tuhan harus mampu memberikan
dampak baik dan positif bagi orang lain di sekitar kita ataupun ditengah-tengah suatu jemaat.
Ketika suatu saat jemaat kita mengalami bencana sering terjadi kekacauan seperti, kerusakan
fisik dan psikologis, sehingga pemulihannya akan mengalami jangka waktu yang panjang. kita
sebagai pemimpin yang sudah belajar mengenai banjir perlu memahami dalam situasi seperti itu.
Di tengah bencana tersebut seorang teologi harus mempunyai pemahaman yang luas dalam
membangun solidaritas, persekutuan, mampu bekerja dengan inisiatif sendiri, dan mampu ikut
serta untuk memfasilitasi.

2.6. Manfaat Praktis dari Makalah


Supaya kita mengerti pengertian tentang banjir, apa yang menjadi penyebab dan
bagaimana cara kita untuk menanggulanginya, perilaku manusia yang merusak alam terus
meningkat dan semakin sulit dikendalikan, diharapkan kita sebagai para teolog mampu menjadi
penjaga lingkungan dan bukan perusak lingkungan demi kepentingan sendiri, dan supaya kita
mampu mengantisipasi diri kita dari segala bencana.

III. Kesimpulan
Dalam rangka membantu pemecahan masalah banjir gereja dituntut untuk dapat
mengadakan sosialisasi antar jemaat gereja dan bekerjasama menolong dan memberikan
dukungan dan semangat melalui organisasi ibadah kebaktian penguatan iman bagi yang
beragama Kristen, dengan gerakan yang di lakukan gereja maka dengan cepat para korban dapat
di bantu, mereka mendapatkan pakaian yang layak, obat-obatan yang cukup, tempat tinggal
untuk sementara, dan mereka merasa bahwa inilah yang seharusnya semua gereja lakukan dalam
penanganan benca alam, melalui aksi yang di lakukan oleh gereja ini juga dapat mempererat
hubungan antar beragama, karna gereja tidak hanya berfokus kepada jemaatnya namun juga
kepada agama lain serta anggota jemaat lain.

DAFTAR PUSTAKA
Andreas, 2010, Manajemen Gereja, Bandung, BPK Gunung Mulia

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/660/jbptunikompp-gdl-yuniretnan-32988-10-unikom_y-i.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/05/200000569/pengertian-bencana-dan-jenis-
jenisnya?page=all

https://www.unisdr.org/we/inform/terminology

Nurjanah dkk, 2013, Manajemen Bencana, Bandung, Alfabeta

Rasmulia Sembiring, 2016m Kewirausahaan, Medan, La Goods Publishing

Robert Elboehelke, 1996, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia

S. Arie Priambodo, 2009, Panduan Praktis Menghadapi Bencana, Yogyakarta, Kanisius

Sukandarrumidi, 2010, Bencana Alam dan Bencana Anthropogenetic, Yogyakarta: Kanisius

Taryati dkk, Pemahaman Masyarakat Terhadap Daerah Rawan Ekologi, Yogyakarta : Balai
Pelestarian Sejahtra dan Nilai Tradisional Yogyakarta

UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Zakaria, dkk, 2006, Teologi bencana Makasar, Lembaga Pemberdayaan Praktis

Anda mungkin juga menyukai