Anda di halaman 1dari 21

KAJIAN TEMA DAN SUB TEMA GMKI 2020-2022

OLEH TIM PERUMUS TEMA DAN SUB TEMA GMKI

Tema Lihatlah, Kristus Menjadikan Semuanya Baru (Bandingkan Wahyu


21: 1-5)
Sub Tema Memperbaharui Persaudaraan, Meningkatkan Kepedulian, dan
Merengkuh Mereka yang Rapuh dalam upaya untuk Menciptakan
Bumi (Indonesia) yang Baru.

A. PENDAHULUAN

Setiap dua tahun sekali, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), melalui forum
Kongres Nasional, menggumuli dan memutuskan tema dan sub temanya. Tentu tema dan
sub tema ini bukan hanya menjadi “elemen” pelengkap belaka, melainkan menjadi suatu
dasar teologis-filosofis bagi pergerakan GMKI selama dua tahun. Di atas terang tema dan
sub tema inilah seluruh aktivitas organisasi selama dua tahun berdiri. Oleh karena itu,
tema dan sub tema dapat dipandang sebagai instrument (periodik) yang digunakan oleh
GMKI untuk mencapai tujuannya yang lebih besar sebagaimana terdapat dalam visi dan
misi organisasi. Dalam kerangka berpikir demikian, maka pada tahun ini (2020) GMKI
kembali diharuskan untuk merefleksikan perjalanannya selama dua tahun (2018-2020)
serta menysusun suatu tema dan sub tema yang baru sebagai dasar perjalanan selama
dua tahun kedepan (2020-2022). Setelah mempertimbangkan dan mengkaji banyak
realitas pada internal dan eksternal GMKI selama dua tahun belakangan ini, kami selaku
Tim Perumus Tema sub tema mengusulkan tema dan sub tema GMKI 2020-2022
sebagaimana disebutkan di atas.

B. PANDEMI COVID 19: SEBUAH TITIK BERANGKAT

Sejak akhir tahun 2019 Virus Corona muncul untuk pertama kalinya di Kota Wuhan, Cina.
Penyebarannya yang sangat cepat membuat virus ini tidak hanya berkembang di Cina,
melainkan juga ke seluruh dunia. Sebagai contoh, Singapura mengonfirmasi kasus Covid

1|
yang pertama pada tanggal 23 Januari 2020, Malaysia pada 25 Januari 2020, dan Taiwan
pada 28 Januari 2020. 1 Di Indonesia sendiri, kasus Covid pertama kali diketahui pada 2
Maret 2020 yang melibatkan seorang ibu dan anak. 2 Sejak kemunculannya di Wuhan
pada akhir tahun 2019, pandemi ini telah menjadi “sebuah badai” besar yang harus
dihadapi oleh dunia. Banyak cara yang telah digunakan untuk menghadapi pandemi ini,
terdapat negara-negara yang berhasil “mengalahkan” covid, namun terdapat juga
negara-negara yang masih “berperang” melawan virus ini.
Penting untuk dicatat bahwa Covid tidak hanya berdampak pada bidang
kesehatan, melainkan terhadap keseluruhan aspek kehidupan suatu negara, mulai dari
ihwal-ihwal politik, ekonomi, hukum, sosial, kebudayaan, teknologi, hingga ekologi.
Dampak ini dapat termanifestasi dalam hal-hal yang positif, namun juga dalam hal-hal
yang negatif.
Dampak yang sama juga dirasakan di Indonesia dan secara lebih khusus di GMKI.
Di Indonesia misalnya, Covid telah menyebabkan terjadinya kemunduran perkembangan
sector ekonomi, bahkan hingga menyebabkan resesi ekonomi. 3 Di samping itu, Covid juga
telah menyebabkan terjadinya “kekisruhan politik”. Sejumlah undang-undang yang
dianggap vital, justru dikerjakan pada masa pandemi covid dan diduga kuat dikerjakan
tanpa melibatkan partisipasi masyarakat. 4 Dari sisi teknologi, Pandemi Covid telah
“mempercepat” perubahan social menuju dunia digital. Oleh karena Covid, hal-hal yang
sebelumnya dipandangan tidak mungkin atau tidak layak dilakukan secara virtual
(kuliah online, kebaktian online, rapat online), malah kini dilakukan secara virtual.

1https://news.detik.com/internasional/d-4871289/singapura-nyatakan-terima-kasus-pertama-virus-corona

?tag_from= news_mostpop. https://dunia.tempo.co/read/1299515/ malaysia-laporkan-kasus- pertama-virus-


corona/full&view=ok. Diakses 6 November 2020.
2 https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-

indonesia? page=all. Diakses 6 November 2020.


3 https://money.kompas.com/read/2020/11/05/111828826/indonesia-resmi-resesi-ekonomi-kuartal-iii-20

20-minus-349-persen?page=all#:~:text=Whats%20New,Indonesia%20Resmi%20Resesi%2C%20Ekonomi %
20Kuartal%20III,2020%20Minus%203%2C49%20Persen&text=JAKARTA%2C%20KOMPAS.com%20%2D%
20Badan,year%20on%20year%2Fyoy).&text=Dibandingkan%20kuartal%20II%2D2020%2C%20realisasi%
20pertumbuhan%20ekonomi%20tersebut%20membaik.
4 https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/20153521/ruu-yang-dibahas-di-tengah-pandemi-covid-
19-diprediksi-akan-digugat-ke-mk.https://www.cnbcindonesia.com/news/20200407080400-4-
150174/deretan-ruu-ini-siap-diketok-dpr-di-tengah-covid-19. Diakses 6 November 2020.

2|
Dalam internal GMKI sendiri, percepatan perubahan ke dunia virtual juga
berdampak besar. Rapat-rapat yang selama ini tidak pernah dilakukan atau bahkan
dipandang tabu apabila dilakukan secara virtual, malah kini dilakukan secara virtual.
Sebagai contoh, pada Sidang Pleno III BPC GMKI Kupang MB. 2018-2020, Badan
Pengurus Cabang yang ada membuka ruang bagi pihak-pihak yang ingin berpartisipasi
secara virtual. Hal yang sama juga terjadi pada BPC GMKI Salatiga ketika melaksanakan
Sidang Pleno II. Selain itu, salah satu dampak besar yang dialami oleh GMKI karena Covid
adalah tidak berputarnya roda organisasi secara baik, entah itu pada tingkatan Pusat
ataupun Cabang. Suka ataupun tidak, namun kita harus mengakui bahwa Covid telah
memperlambat laju organisasi.
Berangkat dari realitas inilah (bahwa Covid telah mengubah wajah dunia,
termasuk GMKI), maka kami Tim Perumus Tema dan Sub Tema GMKI merasa bahwa
adalah tepat apabila Pandemi Covid dan dampaknya dijadikan sebagai titik awal untuk
melihat tema dan sub tema yang akan kita sepakati bersama pada forum Kongres ini.
Tentu sebagian orang mungkin akan berpendapat atau berspekulasi bahwa pandemi ini
dapat berakhir dalam beberapa waktu ke depan. Tentu saja ini adalah pemikiran yang
tidak dapat disalahkan. Pandemi bisa saja berakhir dalam beberapa waktu ke depan,
akan tetapi dampak dari pandemi akan tetap tinggal bersama kita dalam jangkah waktu
yang sangat lama. Dengan demikian, sekali lagi kami Tim Perumus Tema dan Sub Tema
merasa bahwa realitas Pandemi ini dapat dapat dijadikan titik berangkat dalam
memboboti Tema dan Sub Tema yang dimaksud.

C. PANDEMI DAN TIGA MEDAN LAYAN


a. Pandemi dan Gereja
Sebagaimana halnya kehidupan pada sektor pemerintahan, kehidupan gereja-
gereja di Indonesia juga turut mengalami perubahan akibat meluasnya pandemic
Covid. Menurut kami, terdapat beberapa hal penting yang harus dicatat berkaitan
dengan perubahan kehidupan gereja-gereja di Indonesia pada saat pandemic dan
pasca pandemic.
Pertama, bangkitnya fenomena gereja virtual. Salah satu perubahan dalam
kehidupan gereja-gereja pada saat pandemic ini adalah bangkitnya fenomena Gereja
3|
Virtual. Sebagaimana yang kita ketahui, pada masa-masa sebelum Covid meluas
percakapan mengenai “gereja virtual” belumlah terlalu mendapat perhatian di
kalangan gereja-gereja di Indonesia. Bahkan sebagian orang Kristen tetap
berpandangan bahwa “gereja virtual” adalah sesuatu yang tidak Alkitabiah. Akan
tetapi, dengan meluasnya covid, maka kebanyakan gereja-gereja di Indonesia – suka
ataupun tidak – secara perlahan mulai menerima fenomena “gereja virtual” sebagai
suatu keniscayaan berkaitan dengan perkembangan zaman. Tentu pelaksanaan
kebaktian secara virtual memiliki banyak tantangan. Walau demikian, tingkat
penerimaannya dikalangan gereja-gereja di Indonesia semakin banyak. 5
Kedua, meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya pembangunan ekonomi
jemaat. Salah satu perubahan yang dialami oleh gereja-gereja di Indonesia pada saat
pandemic ini adalah meningkatnya kesadaran bahwa peningkatan ekonomi jemaat
merupakan hal yang sangat penting. Di sejumlah Gereja seperti GPIB, GPM, dan GMIT,
peningkatan ekonomi jemaat menjadi salah satu agenda utama selama masa
pandemic ini. 6 Tentu saja ini tidak berarti bahwa sebelum pandemic gereja-gereja di
Indonesia sama sekali tidak memberikan perhatian terhadap peningkatan ekonomi
jemaat. Bagaimanapun juga harus diakui bahwa kesadaran akan pelayanan gereja
yang bersifat holistic sudah ada sejak dahulu. Akan tetapi, peristiwa pandemi ini
menjadi semacam titik baru bagi gereja-gereja di Indonesia. Kepekaan dan
kepedulian gereja-gereja di Indonesia sekali lagi diuji melalui pandemic ini.
Ketiga, pentingnya memperkuat teologi Gereja mengenai Bencana.
Sebagaimana kita ketahui, pandemic Covid telah menimbulkan banyak sekali
pertanyaan yang belum terjawab: Apa penyebab Covid? Mengapa terjadi Covid?
Kapan Covid akan berakhir? Bilamana Covid berakhir, dll. Pertanyaan-pertanyaan
yang sama juga diajukan oleh orang-orang Kristen. Sebagian orang-orang Kristen
beranggapan bahwa pandemic ini merupakan hukuman ilahi atas dosa-dosa dan
kesalahan manusia. Sebagian lagi beranggapan bahwa pandemic ini sama sekali tidak

5 Susanto Dwiraharjo, Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online di Masa Pandemi

Covid-19, Vol.4 No. 1. Mei 2020. h. 15-16.


6https://kompas.id/baca/nusantara/2020/04/20/gereja-protestan-maluku-dampingi-warga-terdampak/.

https://kupang.tribunnews.com/2020/11/10/covid-19-ancam-ekonomi-warga-gmit-klasis-ttu-gandeng-
ppmt-beri-pelatihan. Diakses 6 November 2020.

4|
memiliki hubungan dengan hukuman ilahi. Berangkat dari realitas bahwa umat
memerlukan suatu kepastian teologis inilah, maka gereja harus secara serius
mempercakapkan teologinya tentang bencana. Gereja harus terus-menerus (secara
kreatif dan konstruktif) bertanya dan mencari jawab atas bencana yang terjadi.
Dalam upanya mencari kebenaran ini, gereja tidak boleh jatuh pada jawaban-jawaban
yang “dangkal” tanpa melalui proses berteologi yang mendalam. 7 Apakah benar
pandemic Covid ini berasal dari Allah? Apakah benar pandemic Covid ini adalah cara
Allah menghukum manusia? Jika ya, maka sejahat apakah Allah? Bukankah anak
berumur lima tahun yang meninggal karena Covid belum pernah melakukan
kesalahan yang terlampau besar yang setimpal dengan hukuman mati? Jika pandemic
adalah hukuman Allah, lantas mengapa Allah menghukum anak kecil yang tak
bersalah tersebut? Apakah benar Covid ini tidak memiliki hubungan sama sekali
dengan Allah? Bukankah Alkitab mengajarkan bahwa Allah itu Mahakuasa; bahwa Ia
yang menggerakan bintang-bintang? Dimanakah kekuasaan Allah berhadapan
dengan pandemic Covid? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini harus terus digumuli
oleh gereja.
b. Pandemi dan Perguruan Tinggi
Dalam artikelnya, “Pendidikan Perguruan Tinggi Era 4.0 Dalam Pandemi Covid-19
(Refleksi Sosiologis)”, Bisyri Abdul Karim secara jelas memperlihatkan bagiamana
pandemi memberikan dampak yang sangat kompleks terhadap keberlanjutan
kehidupan Perguruan Tinggi di Indonesia. Karim menyebutkan bahwa pada satu sisi
pandemic Covid telah mendorong terjadinya percepatan kerja-kerja Perguruan
Tinggi ke dalam dunia virtual sebagaimana persiapan Indonesia untuk memasuki
dunia revolusi 4.0. Covid telah membuka ruang-ruang belajar baru yang selama ini
dipandang “belum waktunya”.8 Akan tetapi, pada saat yang bersamaan peralihan
kerja-kerja perguruan tinggi ke dalam dunia virtual secara cepat juga membawa
dampak yang sangat buruk. 9

7 https://sinodegmit.or.id/teologi-bencana-yang-emansipatif/
8 Bisyri Abdul Karim, Pendidikan Perguruan Tinggi Era 4.0 Dalam Pandemi Covid-19 (Refleksi Sosiologis),
Education and Learning Journal. Vol. 1, No. 2, Juli 2020, h. 110.
9 Ibid. h. 108.

5|
Karim menyebutkan bahwa peralihan ke dalam duni virtual yang sangat cepat
ini menyebabkan semacam “shock” di kalangan civitas perguruan tinggi. Pasalnya,
masih terdapat mahasiswa yang belum terbiasa dengan “dunia virtual”. Di samping
itu, terbatasnya sarana dan pra-sarana komunikasi (jaringan telepon dan akses
internet) juga menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Menurut Karim, ketika
perubahan digital yang sangat cepat ini bertemu dengan ketidaksiapan manusia dan
sarana pra-sarana, maka terdapat pihak-pihak yang pada akhirnya menjadi korban.
Karim menyebut hal ini sebagai TRAGEDI AKADEMIK. 10
Tragedi akademik yang dimaksud oleh Karim adalah suatu kondisi ketika
mahasiswi/a menjadi korban karena harus menyesuaikan diri dengan proses belajar
daring/online yang tentu asing bagi mereka. Meninggalnya dua mahasiswa di
Sulawesi Selatan karena kecelakan pada saat hendak mencari sinyal internet
merupakan bukti nyata dari tragedi akademik yang dimaksud. 11 Selanjutnya,
sejumlah penelitian lain juga menunjukkan bahwa perubahan kehidupan perguruan
tinggi ke dalam dunia virtual yang sangat cepat ini juga sangat berdampak pada
kualitas pembelajaran yang disampaikan dan yang diserap oleh Mahasiswa. Sebagai
contoh, dalam artikel mereka, “Persepsi Mahasiswa Terhadap Kuliah Daring dimasa
Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19)”, Aswasulasikin dkk., menunjukkan bahwa
53 persen mahasiswa di lokus penelitian mereka berpandangan bahwa kuliah dengan
sistem online sangatlah tidak efektif. 12
Berangkat dari kenyataan di atas, maka GMKI perlu memberikan perhatian yang
besar terhadap perubahan wajah pendidikan tinggi di Indonesia berkaitan pandemic
Covid ini. GMKI haruslah memperingatkan para pengambil kebijakan bahwa
percepatan virtuasasi/digitaliasi dunia pendidikan tinggi hanya dapat berjalan baik
apabila ditunjang dengan berbagai sara dan prasarana yang baik. Apabila hal ini tidak

10 Ibid. 108-109.
11 Ibid. https://news.detik.com/berita/d-4970244/mahasiswi-unismuh-makassar-meninggal-saat-cari-
internet- untuk- kuliah-online. Diakses 6 November 2020.
12 Aswasulasikin, Yul Alfian Hadi, Dina Fadilah. Persepsi Mahasiswa Terhadap Kuliah Daring dimasa Pandemi

Corona Virus Disease (COVID-19). Salam Jurnal Sosial dan Budaya syar-i. Vol. 7. No. 8. h. 7.

6|
diperhatikan, maka tentu kelompok-kelompok yang paling rentanlah yang akan
menjadi korban dari kebijakan ini.
c. Pandemi dan Masyarakat
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kehadiran Covid telah mengubah wajah atau
potret masyarakat di Indonesia. Dalam artikelnya, “COVID- 19 dan Potensi Konflik
Sosial”, Putu Agung Nara Indra Prima Satya menunjukkan dengan jelas bagaimana
Covid memiliki dampak yang besar terhadap realitas sosial di Indonesia. Dampak ini
tidak hanya melulu berkaitan dengan hal-hal yang negatif, tetapi juga berkaitan
dengan hal-hal yang positif. 13
Secara negatif, kehadiran Covid telah melebarkan jarak sosial di antara individu-
individu yang ada. Penolakan, penghinaan, pengucilan dilakukan sebagian besar
masyarakat kepada kelompok masyarakat yang terpapar atau bersentuhan dengan
pedenrita Covid. Bahkan para petugas kesehatan pun tidak lepas dari stigma buruk
ini. 14 Di samping itu, konflik politik juga terus terjadi dan diakibatkan oleh pandemic
ini. Kita ingat betul bahwa sejumlah rancangan undang-undang yang vital malah
dikerjakan oleh DPR selama masa pandemi ini dengan dugaan kuat bahwa rancangan
tersebut hampir tidak melibatkan partisipasi publik. Tentu saja hal ini dengan
serentak menimbulkan kekisruhan politik di Indonesia. 15 Belum lagi selama
pandemic ini ekonomi Indonesia terus mengalami penurunan, bahkan hingga
mengalami resesi ekonomi. 16 Tidak berhenti di situ, Covid juga berdampak terhadap
naiknya anggka kekerasan dalam rumah tangga, khususnya terhadap perempuan dan
anak.17
Secara positif, pandemic ini juga meningkatkan solidaritas masyarakat terhadap
sesama. Di berbagai media cetak dan online kita melihat bagaimana semangat tolon-

13 Putu Agung Nara Indra Prima Satya, Covid 19 dan Potensi Konflik Sosial. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional. 2020.
14 Ibid, h. 5-6.
15 https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/20153521/ruu-yang-dibahas-di-tengah-pandemi-covid-19-diprediksi-akan-

digugat-ke-mk. https://www.cnbcindonesia.com/news/20200407080400-4-150174/deretan-ruu-ini-siap-diketok-dpr-di-tengah-
covid-19. Diakses 6 November 2020.
16 https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201102135238-532-564902/jokowi-pastikan-indonesia-resesi-ekonomi. Diakses

6 November 2020.
17 Theresia Vania Radhitya, Nunung Nurwati,
Maulana Irfan. Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Kekerasan
dalam Rumah Tangga. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik. Vol. 2. No. 2. 2020. h. 116-118.

7|
menolong juga meningkat di tengah-tengah kondisi pandemic ini. Pembagian masker
gratis, hand sanitizer gratis, dan berbagai hal lainnya merupakan manifestasi dari
menguantnya solidaritas di kalangan masyarakat yang sama-sama menjadi korban
pandemic. Di samping itu, pandemic covid juga telah mendorong masyarakat untuk
secara mandiri memproduksi pangan mereka sendiri. Di sana-sini kita melihat
bagaimana fenomena “kemandirian pangan” mulai dilakukan oleh masyarakat dan
hal ini merupakan suatu perkembangan yang baik. Jikalau selama ini rakyat sangat
bergantung pada pola/sistem ekonomi pasar yang sangat kental terdahap dominasi
para pemilik modal, maka pada masa pandemic ini, kita melihat dengan jelas
bagaimana rakyat berupaya untuk “makan dan minum” dari kebun mereka sendiri.
Pada akhirnya, kita melihat bahwa pandemic tidak hanya berdampak (entah
secara positif atau negatif) terhadap sector kesehatan, melainkan juga seluruh sector
kehidupan suatu bangsa, baik itu politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, teknologi, dll.

D. COVID DAN PEMULIHAN ALAM: SEBUAH ANUGERAH


Menarik untuk diperhatikan bahwa ketika umat manusia menderita akibat
pandemic covid, alam justru mengalami hal yang sebaliknya. Pandemi covid sedikit
tidaknya telah memberikan ruang dan waktu yang cukup bagi alam untuk
memulihkan dirinya sendiri. Sebagaimana yang kita ketahui, salah satu cara yang
dihadapi oleh berbagai negara-negara di dunia untuk menangangi penyebaran
Covid adalah dengan melakukan lockdown dan pembatasan aktivitas manusia
berskala besar. Berkurangnya aktivitas manusia ternyata membawa dampak yang
sangat baik bagi alam. Menurut data mongabay.com, alam mulai memulihkan
dirnya sendiri ketika negara-negara mulai menerapkan kebijakan lockdown. Di
Tiongkok misalnya, langit yang cerah akhirnya kembali dapat terlihat setelah
pabrik-pabrik ditutup dan polusi udara berkurang. Kemudian di Venesia, Italia, air
sungai menjadi bersih lantaran aktivitas manusia semakin berkurang, Hal yang
sama pula terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Menurut laporan Badan
Meteorologi dan Geofisika DKI Jakarta sebagaimana dikuti dalam CNBC Indonesia,

8|
tingkat polusi udara di Jakarta menunrun drastit akibat diberlakukannya kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 18
Bukti-bukti sederhana ini memperlihatkan kepada kita suatu ironi yang luar
biasa, yakni kita, manusia merupakan elemen perusak alam semesta. Itulah
sebabnya ketika manusia membatasi aktivasnya, alam dapat dengan leluasa
memulihkan dirinya sendiri. Tentu ini menjadi tamparan keras bagi manusia.
Apakah sebaiknya manusia punah saja supaya mahluk-mahluk yang lain dapat
hidup dalam harmoni? Tentu saja tidak. Tetapi jikalau manusia masih ingin
mendiami bumi, maka bagaimanakah seharusnya manusia bersikap terhadap
ciptaan yang lain? Pertanyaan-pertanyaan ini harus direfleksikan dan dicari
jawabannya.
Pandemi telah mengajarkan kepada manusia bahwa kita hanyalah bagian kecil
dari suatu sistem alam semesta yang jauh lebih besar. Mencoba menguasai alam
adalah tindakan yang sia-sia dan berujung pada kebinasaan. Oleh karena itu, sudah
seharusnya manusia hidup dalam harmonisasi dengan alam. Menghormati dan
menghargai alam sebagai sesama ciptaan Allah adalah hal yang harus dilakukan
manusia. Pandemi mengajarkan kita hal tersebut.
Dengan demikian, kehidupan manusia pasca pandemic haruslah mengalami
perubahan radikal. Orientasi manusia bukanlah lagi pada dirinya sendiri,
melainkan pada keberlanjutan dan keberlangsungan alam semesta. Apa hebatnya
memiliki gedung-gedung pencakar langir di Jakarta jikalau hutan-hutan di
Kalimantan dan Papua harus menghilang? Apa hebatnya memiliki bangunan-
bangunan megah di Surabaya jika tanah-tanah adat di Maluku dan Nusa Tenggara
Timur menghilang? Apa gunanya mencapai langit jikalau bumi tak lagi bisa didiami?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini tentu saja: TIDAK ADA.

18 https://www.mongabay.co.id/2020/03/21/ketika-bumi-istirahat-gegara-corona-langit-biru-terlihat-di-
tiongkok-dan-beningnya-air-terpancar-di-venesia/. https://www.cnbcindonesia.com/news/202005011902
41-4-155748/hikmah-corona-polusi-udara-dki-jakarta-turun-signifikan. Diakses 6 November 2020.

9|
E. DARI KONTEKS KE TEKS: PANDEMI KE WAHYU
Pada bagian sebelumnya telah kami perlihatkan bahwa Pandemi telah mengajarkan
kepada kita manusia banyak hal. Pandemi telah mengajarkan kita tentang bagaimana
seharusnya bersolidaritas dengan saudari/a kita yang rentan, Pandemic telah
mengajarkan kita betapa pentingnya memiliki kemandirian pangan,
Dan pada akhirnya pandemic mengajarkan kepada kita bahwa sejatinya kita
manusia hanyalah bagian kecil dari suatu alam semesta yang sangat besar, bahwa betapa
pentingnya menjalani kehidupan selaras alam. Pandemi mengajarkan kita bahwa kita
bukanlah mahluk superior di planet ini,
Pertanyaan yang sekrang muncul adalah: Bagaimanakah hubungan antara konteks
dan teks dalam penysunan tema dan sub tema ini? Seperti apakah hubungan antara
pandemic dan Wahyu? Mengapa harus memilih kita Wahyu? Sebelum menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut baiklah kita terlebih dahulu melihat gambaran umum
kitab wahyu secara sepintas.
a. Pengantar Umum Kitab Wahyu
Sejak dahulu kitab Wahyu selalu menarik untuk dikaji dan diteliti. Bukan hanya
karena kitab ini menjadi penutup dari keseluruhan kitab-kitab dalam Alkitab,
melainkan juga karena kitab ini menceritakan tentang hal yang dipandang akan
terjadi di masa depan. Pada kesempatan ini juga, kami Tim Perumus Tema dan Sub
Tema GMKI 2020-2022 juga merasa tertarik untuk mengkaji serta menarik pokok-
pokok penting dari kita ini untuk kemudian diramu menjadi Tema dan Sub Tema
GMKI. Untuk itu, maka pertama-tama kami akan memulai dengan suatu deskripsi
singkat mengenai Kitab Wahyu yang meliputi beberapa hal penting, yakni penulis
kitab wahyu, waktu penulisan, tempat penulisan, dan penerima mula-mula kitab
wahyu (konteks penulisan).

Penulis Kitab Wahyu


Kitab Wahyu ditulis oleh seorang bernama Yohanes (Why 1). Menurut David van
Daelan, untuk waktu yang cukup lama para teolog Kristen percaya saja bahwa penulis
Kitab Wahyu adalah orang yang sama dengan penulis surat-surat Yohanes, yaitu
Rasul Yohanes sendiri. Kendati pun demikian, dalam penelitian-penelitian

10 |
selanjutnya ditemukan bahwa sangat sulit menghubungkan penulis Kitab Wahyu
dengan Rasul Yohanes. 19 Sejalan dengan pemikiran Van Daelan, William Barclay pun
menyebutkan bahwa data-data yang ditemukan dalam kitab Wahyu sendiri sangat
tidak memadai untuk mendukung argumentasi bahwa Yohanes, murid Yesuslah yang
menulis kitab ini. 20
Satu hal yang pasti bahwa penulis kitab Wahyu adalah seorang bernama
Yohanes. Kemungkinan besar ia adalah seorang Yahudi Kristen yang hidup pada akhir
abad pertama. Di samping itu, sang penulis tampaknya memiliki hubungan yang
cukup dekat dengan ketujuh jemaat yang ia sebutkan dalam suratnya ini. Itulah
sebabnya kepada mereka ia menyebutkan “Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu”.

Waktu dan Tempat


Menurut pendapat para penulis Gereja Kuno (Irenaeus, Hippolitus, dan Hieronimus),
sebagaimana yang dikutip oleh J. J. de Heer, Kitab Yohanes diperkiran ditulis pada
akhir abad pertama, tepatnya pada masa akhir pemerintahan Kaisar Domitianus.
Domitianus sendiri menjadi kasiar Romawi sejak tahun 81-96 M. Dengan demikian,
maka dapat diprediksikan bahwa Kitab Yohanes ditulis sekitar tahun 90-96 M.
Mengenai tempat penulisan, kita mendapat informasi yang sangat jelas dalam Wahyu
1: 9 “Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan
dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh
karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.”

Konteks
Konteks Penerima. Surat Wayu Yohanes sejatinya dialamatkan kepada ketujuh
jemaat di Asia Kecil,. Penting untuk dicatat bahwa dari segi kuantitas, orang-orang
Kristen yang tersebar di tujuh kota ini adalah kaum minoritas dan dalam banyak hal
mereka selalu mendapatkan perlawanan dari para penganut kepercayaan lain. Di
samping mendapat perlawanan dari masyarakat pada umumnya, orang-orang
Kristen yang ada di tujuh jemaat ini juga ditentang oleh wakil-wakil pemerintah

19 David H. Van Daelan. Pedoman ke dalam Kitab Wahyu. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004. h. 8-9.
20 William Barclay. Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5. Jakarta: BPK Gunung Mulia (Terj. A. A. Yewangoe). 2006.
h. 17-20.

11 |
Roma sebab mereka menolak untuk turut serta dalam praktik pemujaan terhadap
kaisar (sesuatu yang lumrah pada waktu itu). 21
Penolakan orang-orang Kristen terhadap berbagai praktik-praktik yang
menyimpang ini membawa mereka ke dalam penderitaan. Baik itu rakyat biasa
maupun pemerintah Romawi seringkali melakukan tindak kekerasan dan menyiksa
orang Kristen apabila mereka tetap berpegang teguh pada iman mereka. Penderitaan
menjadi salah satu persoalan yang terdapat dalam kitab Wahyu. Kendatipun
demikian, penderitaan ini justru semakin menguatkan iman dan pengharapan orang-
orang Kristen.22
Dalam konteks seperti inilah Kitab Wahyu ditulis. Kitab Wahyu bertujuan untuk
memberikan penguatan dan penghiburan terhadap orang-orang Kristen yang berada
di Asia Kecil. Penulis Kitab Wahyu ingin menunjukkan bahwa meski orang-orang
Kristen disiksa dan dikekang, namun pada akhirnya merekalah yang akan menang.
Sekuat apapun kekaisaran Romawi mencoba menghancurkan persekutuan orang-
orang kudus, namun pada akhirnya Kerajaan Allahlah yang akan memenangkan
pertempuran. Atas keyakinan terhadap kemenangan Kerajaan Allah inilah, maka
orang-orang Kristen diajak untuk tetap berpegang teguh pada iman dan pengharapan
mereka. 23

b. Kajian Khusus: Wahyu 21: 1-5


Wahyu 21:1-5 merupakan suatu cerita kemenangan Kerajaan Allah atas kerajaan-
kerajaan dunia. Pada Wahyu 21:1-5, para pembaca diperlihat dengan jelas bagaimana
Allah mengakhiri pekerjaannya dengan memperbaharui bumi dan langit sehingga
keduanya menjadi sama sekali baru.

Wahyu 21:1-2
Menarik untuk dicatat bahwa pada ayat yang pertama ini terdapat dua kali kata
“baru” yang diperlihatkan sebagai lawan dari dua kata “lama”. Kata Yunani yang
digunakan untuk merujuk pada kata "baru" sebagaimana yang terdapat dalam ayat 1,

21 J. J. de Heer. Wahyu Yohanes. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2008. h. 2-4


22 Ibid. h. 6-7.
23 Van Daelan, Pedoman, h. 11.

12 |
2, dan 5, berasal dari kata Kainos. Kata Kainos mengindikasikan suatu pembaharuan
atas bentuk atau model yang lama. Dengan menggunakan kata Kainos, penulis ingin
memperlihatkan adanya keberlanjutan dan ketidakberlanjutan pada bumi dan langit
yang baru. Sisi langit dan bumi baru yang dimaksudkan dalam Wahyu bukanlah
sesuatu yang tiba-tiba muncul begitu saja (ketidakberlanjutan), melainkan sesuatu
yang sudah pernah ada, hanya saja mengalami pembaharuan secara radikal
(keberlanjutan). Menarik untuk dicatat bahwa kata Kainos yang terdapat dalam kitab
Wahyu, memiliki akar kata yang sama dengan konsep “manusia baru” sebagaimana
yang disampaikan oleh Paulus. Dengan demikian, jelaslah bahwa Langit dan Bumi
baru dalam kitab Wahyu bukanlah suatu langit dan bumi yang sama sekali tidak
dikenali oleh manusia. Sebaliknya, langit dan bumi yang baru tersebut adalah benar-
benar tempat hidup manusia sebelumnya, hanya saja mengalami perubahan yang
sangat radikal. 24 Dalam tafsirannya terhada teks ini, Ranko Stefanovic menulis
demikian:

Kainos denotes something new in form or quality rather than new in time (the former). The
latter is expressed in Greek with neos (cf. Matt. 9:17; 1 Cor. 5:7; Col. 3:10), though the two
words sometimes appear to be synonymous. By using the word kainos rather than neos in
Revelation 21: 1, John is probably stressing that the new creation is a recreation "of existing
elements" rather than "a creation ex nihilo" (cf. 2 Pet. 3: 10)25

Mengenai hilangnya laut dari bumi yang baru ini, para penafsir bersepakat bahwa hal
ini tidak dapat dipahami secara harfiah, melainkan haruslah terlebih dahulu
memahami perspektif orang Yahudi mengenai laut dan peran laut itu sendiri dalam
kitab Wahyu. Dalam perspektif Yahudi, laut sering kali digambarkan sebagai suatu
wilayah yang jahat dan penuh dengan ketidakpastian. Kita ingat persis bahwa dalam
kejadian pasal 1, laut digambarkan sebagai suatu situasi yang kacau balau. Secara
khusus, dalam kitab Wahyu, laut digambarkan sebagai tempat asal sang Naga yang
melawan Kerajaan Allah. Dengan demikian, hilangnya laut merupakan pernyataan
tegas terhadap menghilangnya kejahatan dari bumi yang baru. 26

24 Ranko Stefanovic, Revelation of Jesus Christ: Commentary on the Book of Revelation. Berrien Springs:
Andrew University Press. 2002. h. 574.
25 Ibid.
26 J. J. de Heer. Tafsiran, h. 306.

13 |
Wahyu 21:3-4
Ayat tiga dan empat secara jelas memperlihatkan suasana dan kondisi dari bumi yang
baru. Ayat tiga dan empat secara jelas memperlihatkan suasana dan kondisi dari bumi
yang baru. Di Bumi yang baru ini Allah akan berdiam di tengah-tengah manusia dan
karena itu segala yang jahat dan najis tidak akan ada lagi. Ayat tiga dan empat
memperlihatkan suatu situasi dimana keadilan, kesejahteraan, dan keutuhan ciptaan
termanifestasi dalam perilaku hidup sehari-hari.
Penting untuk dicatat bahwa kata “umat” yang digunakan dalam ayat 3 berasal
dari kata laoi yang memiliki makna jamak. Menurut sejumlah ahli, penulis sengaja
menggunakan kata ini untuk memperlihatkan universalitas akan dunia yang baru ini.
Dunia yang baru tidak hanya menjadi milik sejumlah kelompok saja, melainkan
menjadi milik dari seluruh bangsa di muka bumi. 27

Wahyu 21: 5
Ayat ini menjadi penegasan terhadap kemahakuasaan Allah. Tidak peduli seberapa
manusia telah menodai dan merusak bumi yang lama, Allah selalu berkuasa untuk
memperbaharuinya. Akan tetapi, hal ini juga tidak berarti bahwa manusia dapat
secara bebas terus merusak segala sesuatu yang sudah diperbaharui Allah.
Sebaliknya, mereka yang merusak tidak akan pernah diizinkan untuk hidup dalam
bumi yang baru.

F. MENJEMBATANI KONTEKS DAN TEKS: PANDEMI, WAHYU, DAN TEMA-SUB TEMA


GMKI
Pada bagian sebelumnya kita telah melihat bagaimana konteks kehidupan GMKI saat
ini. Selanjutnya, kita juga telah melihat analisis teologis terhadap teks Wahyu yang
menjadi dasar dari penyusunan tema dan sub tema. Pada bagian akhir ini, kita akan
berupaya untuk menjembatani teks dan konteks sehingga pada akhirnya melahirkan
tema dan sub tema GMKI 2020-2022.
Kitab Wahyu menjadi salah satu kitab yang cukup unik, karena memiliki titik
fokusnya ada pada kemahakuasaan Allah yang begitu dinantikan oleh orang banyak di

27 Ibid., h. 308.

14 |
zaman itu. Mengapa demikian, karena orang-orang di masa itu seakan-akan mulai
frustasi akan kondisi kehidupan yang semakin hari semakin berat. Surat yang ditulis
oleh Yohanes kepada para pengikut serta untuk beberapa jemaat di Asia Kecil 28 agar
tetap menjaga kehidupan beriman mereka di masa-masa yang penuh dengan tantangan
itu. Kemudian dalam kitab Wahyu pasal 21 ini sendiri menceritakan tentang sebuah
konsep kehidupan orang-orang yang mengaku percaya kepada Kristus perlu untuk
menyatakan dirinya bagi orang-orang disekitarnya. Sehingga ungkapan ; Lihatlah, Aku
menjadikan segala sesuatu baru! Menjadi sebuah uangkapan kekuatan yang sedang
ingin ditunjukan bagi orang-orang percaya, dan segala yang baru itu perlu semakin
dibentuk dengan aturan-aturan yang juga baru. 29 Gambaran akan bumi baru yang
disampaikan disini ingin membawa pembaca agar hidup dalam kehidupan yang telah
mengalami pertobatan, tidak lagi hidup dalam dunia masa lalu, serta siap melanjutkan
ke kehidupan di hari esok.30 Keunikan lain yang dimiliki Kitab Wahyu ada pada tujuan
dari kitab ini, jika kita melihat kitab-kitab maupun Injil memiliki keterkaitan dengan
Perjanjian Lama namun yang terjadi dalam kitab Wahyu ini penulis seakan-akan
memiliki pemikiran pembacanya untuk melihat bahwa masa depan itu ada, janji
tentang kehidupan yang surgawi itu ada, oleh karena itu jangan pernah merasa putus
asa untuk bertahan hidup dalam kemuliaan dan kuasa Allah. 31
Dalam Wahyu 21:5 disebutkan bahwa Kristus memperlihatkan kepada Yohanes
bahwa ia telah menjadikan langit dan bumi yang baru, Langit dan bumi yang penuh
dengan kesejahteraan bagi seluruh ciptaan. Menurut kami, kehidupan di pasca
pandemi ini, jika berangkat dari Teks dalam kitab Wahyu, haruslah dimaknai sebagai
kehidupan di bumi yang baru. Slogan “yang baru” haruslah diresapi dalam setiap aspek
kehidupan manusia termasuk seluruh anggota GMKI. Berefleksi dari realitas ini, kami
ingin mengajak seluruh anggota GMKI untuk melihat bahwa, kondisi pandemi telah
mengajarkan kita bahwa alam memiliki ritmenya sendiri. Sebagai manusia, kita
hanyalah bagian kecil dari ekosistem dunia – bahkan alam semesta – yang sangat luas

28 Jhon Drane. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2005. h. 502-503
29 Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
30 Diane Bergant. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. 2004. h. 513.
31 Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

15 |
ini. Oleh karena itu, Covid telah membuat seluruh teknologi dan kecerdasan manusia
yang telah dipelajarinya selama ribuan tahun “menjadi sia-sia”. Apalagi selama masa
lockdown alam telah menunjukkan kepada kita sebagai manusia, bahwa ia (alam)
mampu menyembuhkan dan memulihkan dirinya sendiri. COVID-19 telah
menunjukkan kepada kita, tentang pentingnya hidup dalam harmonisasi dengan alam.
Pandemi ini mengajarkan bahwa kita manusia sejatinya memiliki hubungan yang
egaliter dengan alam.
Perlu kita sadari bahwa di Bumi yang baru sungai tidak lagi dikotori, hewan tidak
lagi dieskploitasi, hutan tidak lagi ditebang secara sembarangan. Di Bumi yang baru
Ilmu (produk-produk perguruan tinggi) seharusnya tidak lagi bersifat antroposentrik,
melainkan untuk kebaikan seluruh alam ciptaan. Di bumi yang baru manusia
seharusnya belajar untuk melihat dirinya sendiri sebagai bagian yang terhubung
dengan alam semesta. Di Bumi yang baru, sejatinya seluruh produk politik, ekonomi,
hokum, kebudayaa, dan teknologi seharusnya membawa kesejahteraan kepada seluruh
alam ciptaan.
Berangkat dari konteks dalam kitab Wahyu dan realitas kehidupan masa kini,
kami kemudian melihat dengan medan pelayanan yang akan dihidupi oleh GMKI
selama dua tahun kedepan ini, Pertanyaan besar kita bersama adalah; apakah GMKI
masih akan mengharapkan sebuah situasi yang sama seperti yang pernah dialami
sebelum pandemi Covid melanda, atau kita akan bergerak maju kedepan dengan
membawa sebuah harapan baru bahwa hari baru ini menjadi anugerah Allah yang
sedang dititipkan kepada GMKI. Dalam buku Menakar Covid-19 secara Teologis,
dijelaskan tentang sebuah kehidupan New Normal yang tengah kita jalani, ini bukan
hanya sekedar sebuah teori tetapi seharusnya itu mampu merasuki ke dalam cara
pandang kita, 32 sehingga sebagai anggota GMKI, kita kemudian tidak sekedar melihat
pandemi sebagai sebuah musibah titik (.) tetapi kemudian dari kondisi ini muncul
strategi apa yang hendak kita rancang agar GMKI dapat tetap hidup dan eksis dalam 3
medan layan.

32 Andreas A. Yewangoe. Menakar Covid-19 Secara Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2020. h. 4-6

16 |
Satu poin penting yang juga perlu kita pikirkan sebagai kader-kader GMKI, selain
menyadari konsep bumi baru sebagai anugerah Allah yang perlu kita jawab dengan
respon yaikni memberikan dampak positif bagi sesama. Tantangan yang mungkin akan
kita alami adalah ketika Pandemi ini melanda dunia, kehidupan manusia kemudian
berubah dari dunia Offline menuju dunia online atau digital. Seluruh roda kehidupan
manusia kemudian secara serentak beralih dari dunia nyata menuju dunia maya.
Pertanyaan bagi kita adalah bagaimana kita mampu merespon perubahan zaman yang
terjadi ini. Kondisi Pandemi Covid-19 secara perlahan-lahan membuat kita mengalami
krisis sosial (Bencana Sosial). yang di maksud dengan bencana sosial adalah 33 sikap
individualisme yang semakin mempengaruhi kehidupan manusia, mungkinkan itu pun
akan mempengaruhi kehidupan kader-kader GMKI di masa yang akan datang ? karena
itu kegelisahan ini semoga mampu menjadi kegelisihan dan keresahan yang
memunculkan ide yang mendorong kader-kader GMKI yang “dipaksa” hidup dalam
dunia virtual tetapi semangat sosialnya terus hidup, relasi antar anggota tetap terjalin
erat tidak hanya dalam dunia maya tetapi juga dalam dunia nyata, harapannya ini dapat
dijawab dalam masa pelayanan yang akan di lalui bersama di tahun yang akan datang.
Oleh sebab itulah Tema dan Sub Tema yang di usulkan untuk perjalanan GMKI selama
dua tahun kedepan adalah sebagaimana telah disebutkan pada bagian awal..
Harapannya Tema dan Sub Tema ini mampu menjadi spirit atau nafas bagi perjalanan
GMKI untuk masa kedepan, yaitu menjawab perkembangan zaman akan adanya dunia
nyata dan dunia maya dan GMKI perlu hidup disana tetapi juga relasi sosial itu dapat
tetap dipertahankan.

G. PENUTUP
Demikianlah rancangan Tema dan Sub Tema ini kami buat. Tentu saja kami menyadari
bahwa rancangan ini masih membutuhkan penyempurnaan dari para peserta kongres
sekalian. Kami berharap agar forum kongres dapat memberikan kritik dan saran yang
kreatif dan konstruktif kepada rancangan tema dan sub tema ini. Semoga kita menjadi

33 Zakaria J. Ngelow, dkk., Teologi Bencana. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2019. h. XV.

17 |
agen-agen yang selalu berusaha menghadirkan langit dan bumi yang baru dalam
kehidupan kita. Ut Omnes Unum Sint.

Tim Perumus Tema dan Sub Tema GMKI 2020-2022

1. Fransisco de Kristo Anugerah Jacob


2. Mike Makahenggan
3. Broery Doro Pater Tjaja
4. Pdt. Hariman A. Pattianakotta
5. Pdt. Brando Vallentino Kondoj
6. Pdt. Ester Helena Tulunng

18 |
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Aswasulasikin, Yul Alfian Hadi, Dina Fadilah. Persepsi Mahasiswa Terhadap Kuliah Daring
dimasa Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19). Salam Jurnal Sosial dan Budaya
syar-i. Vol. 7. No. 8.

Barclay, William. Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5. Jakarta: BPK Gunung Mulia (Terj. A. A.
Yewangoe). 2006.

Bergant, Diane. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. 2004.

De Heer, J. J. Wahyu Yohanes. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2008.

Drane, Jhon. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2005.

Dwiraharjo, Susanto. Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah
Online di Masa Pandemi Covid-19, Vol.4 No. 1. Mei 2020.

H. Van Daelan, David. Pedoman ke dalam Kitab Wahyu. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004.

Karim, Bisyri Abdul. Pendidikan Perguruan Tinggi Era 4.0 Dalam Pandemi Covid-19 (Refleksi
Sosiologis), Education and Learning Journal. Vol. 1, No. 2, Juli 2020.

Radhitya, Theresia Vania. Nunung Nurwati, Maulana Irfan. Dampak Pandemi COVID-19
Terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik. Vol.
2. No. 2. 2020.

Satya, Putu Agung Nara Indra Prima. Covid 19 dan Potensi Konflik Sosial. Jurnal Ilmiah
Hubungan Internasional. 2020.

Stefanovic, Ranko. Revelation of Jesus Christ: Commentary on the Book of Revelation. Berrien
Springs: Andrew University Press. 2002.

Yewangoe, Andreas A. Menakar Covid-19 Secara Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2020.

Zakaria J. Ngelow, dkk., Teologi Bencana. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2019.

19 |
Website

https://news.detik.com/internasional/d-4871289/singapura-nyatakan-terima-kasus-
pertama-virus-corona?tag_from=news_mostpop. Diakses 6 November 2020.

https://dunia.tempo.co/read/1299515/malaysia-laporkan-kasus-pertama-virus-
corona/full&view=ok. Diakses 6 November 2020.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-
pertama-virus-corona-di-indonesia? page=all. Diakses 6 November 2020.

https://money.kompas.com/read/2020/11/05/111828826/indonesia-resmi-resesi-
ekonomi-kuartal-iii-2020-minus-
349ersen?page=all#:~:text=Whats%20New,Indonesia%20Resmi%20Resesi%2C%
20Ekonomi%20Kuartal%20III,2020%20Minus%203%2C49%20Persen&text=JAKA
RTA%2C%20KOMPAS.com%20%2D%20Badan,year%20on%20year%2Fyoy).&text
=Dibandingkan%20kuartal%20II%2D2020%2C%20realisasi%20pertumbuhan%2
0ekonomi%20tersebut%20membaik.

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/20153521/ruu-yang-dibahas-di-tengah-
pandemi-covid-19-diprediksi-akan-digugat-ke-mk

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200407080400-4-150174/deretan-ruu-ini-
siap-diketok-dpr-di-tengah-covid-19. Diakses 6 November 2020.

https://kompas.id/baca/nusantara/2020/04/20/gereja-protestan-maluku-dampingi-
warga-terdampak/.

https://kupang.tribunnews.com/2020/11/10/covid-19-ancam-ekonomi-warga-gmit-
klasis-ttu-gandeng-ppmt-beri-pelatihan. Diakses 6 November 2020.

https://sinodegmit.or.id/teologi-bencana-yang-emansipatif/

https://news.detik.com/berita/d-4970244/mahasiswi-unismuh-makassar-meninggal-
saat-cari-internet- untuk- kuliah-online. Diakses 6 November 2020.

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/20153521/ruu-yang-dibahas-di-tengah-
pandemi-covid-19-diprediksi-akan-digugat-ke-mk.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200407080400-4-150174/deretan-ruu-ini-
siap-diketok-dpr-di-tengah-covid-19. Diakses 6 November 2020.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201102135238-532-564902/jokowi-
pastikan-indonesia-resesi-ekonomi. Diakses 6 November 2020.

20 |
https://www.mongabay.co.id/2020/03/21/ketika-bumi-istirahat-gegara-corona-langit-
biru-terlihat-di-tiongkok-dan-beningnya-air-terpancar-di-venesia/.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200501190241-4-155748/hikmah-corona-
polusi-udara-dki-jakarta-turun-signifikan. Diakses 6 November 2020.

21 |

Anda mungkin juga menyukai