Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

STRATEGI MISI DI MASA PASCA PANDEMI COVID-19

DOSEN:
Dr. KANAFI, M.Pd.K

DISUSUN OLEH:
TRANSISTER YUNTARI, S.Pd.SD

PROGRAM PASCASARJANA STUDI TEOLOGI / PAK


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SYALOM
BANDAR LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus atas anugerahNya saya
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Strategi Misi di Masa Pasca Pandemi
Covid 19 ini tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada teman – teman, kerabat, dan semua pihak yang telah
memberikan bimbingan arahan dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Apapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi
salahsatu tugas mata kuliah Misiologi. Saya menyadari dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak agar makalah menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Salatiga, 14 November 2023


Penyusun

Transister Yuntari, S.Pd.SD


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pandemi Covid-19 membawa dampak yang sangat besar terhadap
semua sektor kehidupan setiap manusia dewasa ini. Covid-19 ini
jmerupakan penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus
yang baru ditemukan ketika terjadi di Wuhan, Tiongkok pada bulan
Desember 2019, yaitu SARS-Cov-2. Peristiwa ini tentu saja memberi
dampak bagi seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari dampak sosial,
ekonomi, politik, pendidikan terlebih pada agama. Tetapi dalam aspek
kehidupan saat ini, dampak agama yang sangat besar pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui peristiwa yang terjadi pemerintah sangat
bijak mengambil tindakan dengan memberi surat edaran Menteri Agama
Nomor 15 Tahun 2020 pada tanggal 29 Mei 2020.
Surat tersebut berisi tentang panduan penyelengaraan kegiatan
keagamaan di rumah ibadah dalam mewujudkan masyarakat produktif dan
aman di masa pandemi Covid-19. Langkah bijak yang dikeluarkan oleh
pemerintah tidak hanya ingin menanggulangi dampak yang diberikan
Pandemi Covid-19 tetapi pemerintah dan melalui PGI (Persatuan Gereja–
gereja di Indonesia) bekerjasama peduli akan kerapuhan yang dirasakan
oleh seluruh gereja di Indonesia dalam menghadapi tantangan ini. Pandemi
Covid-19 membawa ruang agama-agama beralih ke layanan daring, baik
itu ibadah, pengajaran iman, penggembalaan, dan pelayanan lainnya.
Pandemi Covid-19 memaksa manusia untuk membuka cakrawala
pemikirannya dan melihat kerapuhan dirinya untuk merefleksikan keadaan
yang terjadi saat ini.
Ketika ada di tengah-tengah masyarakat dalam situasi saat ini maka
segala aktifitas yang dilakukan tidak lagi mengandalkan orang-orang di
sekitar, akan tetapi lebih bergantung kepada teknologi. Pada akhirnya
teknologilah yang menjadi penolong manusia dalam menjawab persoalan
yang terjadi pada kehidupan manusia.
Hal ini merupakan Revolusi Society atau terjadinya perubahan
sosial dan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat.4 1 WHO, QA for P ,
diakses pada 13 Juli 2022 Pukul 23.00 WIB Sirandang, Sistem Informasi
Perundang–Undangan. Diakses pada Jumat 3 Juni 2022. Joas Adiprasetya,
Gereja Pascapandemi Merengkuh Kerapuhan, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2021),34. Muhammad Fajar, Nurul Annisa, Andi Jurana
Anggriana, DKK, BUNGA RAMPAI PANDEMI “Menyingkap Dampak-
Dampak Sosial Kemasyarakatan Covid-19 (Kota Parepare: IAIN Parepare
Nusantara Press, 2020),17-19. Gereja merupakan ruang persekutuan
orang-orang percaya yang dengan tetap memfokuskan setiap program dan
pemikirannya sejalan dengan yang Tuhan Yesus Kristus kehendaki.
Gereja adalah salah satu ruang publik yang juga terkena dampak
setelah adanya pandemi Covid-19. Kegiatan peribadahan yang pada
awalnya dilakukan secara tatap muka, saat ini telah dilakukan melalui
perpaduan ibadah secara daring dan luring. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi penyebaran virus Covid-19. Maka dari itu, kegiatan yang
berkaitan dengan pertemuan secara langsung diadakan secara terbatas
sesuai peraturan satgas Covid-19 seperti kegiatan kebaktian minggu,
sekolah minggu, Pendalaman Alkitab, ibadah pemuda, dan kegiatan
lainnya.
Pada awalnya hal ini tentu sulit diterima oleh jemaat karena tidak
biasa dilakukan dalam pelayanan gereja. Dengan terbatasnya fasilitas yang
ada di gereja kegiatan peribadahan dan pelayanan tetap dilaksanakan
sebagai tanggung jawab gereja. Berbagai aliran gereja pada akhirnya
melakukan pelayanan secara daring.
Dalam pengamatan penulis, pelayanan yang dilakukan lebih aktif
di sosial media adalah youtube, instagram, facebook akan tetapi beberapa
Gereja ada juga yang menggunakan zoom guna untuk bertemu sapa tanpa
tatap muka secara langsung dalam peribadahan yang difasilitasi oleh pihak
gereja. Tentu hal ini merupakan wujud kontekstualisasi yang dilakukan
untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas dalam memberitakan firman
Tuhan. Kementerian agama melalui direktorat jenderal bimbingan
masyarakat kristen juga ikut serta secara konsisten memberikan informasi
dan layanan mimbar Kristen setiap minggunya melalui akun instagram dan
saluran m-youtube nya.
Setelah berlakunya new normal, ruang publik termasuk tempat
ibadah sudah mulai diperbolehkan untuk dibuka kembali. Pada realitanya
belum semua gereja dibuka untuk dapat beribadah secara langsung atau
masih beribadah secara daring di tempat masing-masing. Gereja yang
sudah membuka ibadah secara luring juga tidak sepenuhnya beroperasi
dengan baik karena masih adanya aturan pembatasan sosial yang diberikan
oleh pemerintah sehingga esensi dari peribadahan secara bersama di ruang
gereja masih belum dirasakan sepenuhnya. Menurut pengamatan penulis
hal ini Hery Susanto,”Gereja Yang Berfokus Pada Gerakan Misioner”.
faktor dari kurangnya rancangan dan fasilitas yang tentunya kurang
mendukung untuk diadakannya ibadah dengan peraturan-peraturan baru
yang di berikan oleh pemerintah.
Pada pascapandemi Covid-19 saat ini gereja-gereja mempunyai
tugas dan cara pelayanan yang baru untuk lebih menghidupkan suasana
peribadahan dalam menjalankan tugas pelayanan serta fungsinya. Terlebih
gereja di HKBP Resort Kebun Kelapa pascapandemi Covid-19 saat ini,
mempunyai dua cara peribadahan daring dan luring. Daring dalam KBBI
terhubung dengan internet. Sedangkan luring dalam KBBI terhubung
tanpa internet atau berinteraksi secara langsung. Keadaan ini terjadi untuk
mengingat adanya keharusan menjaga jarak demi memutus mata rantai
penyebaran virus Covid-19. Apalagi lokasi Gereja HKBP Kebun Kelapa
terletak di daerah yang strategis tepatnya di perkotaan dan lokasi gereja
tersebut sangat erat dengan situasi Covid-19.
Pelayanan Ibadah minggu tetap dilaksanakan dengan model
blanded yakni langsung di gereja dan juga melalui siaran langsung di
rumah masing-masing. Jemaat yang hadir secara langsung ke gereja
dibatasi dengan protokol kesehatan mencuci tangan dan tetap
menggunakan masker. Sedangkan jemaat yang tidak dapat datang ke
gereja dapat mengikuti peribadahan di rumah melalui youtobe yang sudah
disediakan oleh gereja. Terkait tata ibadah yang digunakan tetaplah sama
sesuai fasilitas yang diberikan oleh majelis.
Gereja sebagai perkumpulan orang percaya tentu harus terus
belajar dan mengelola manajemen gereja. Gereja sebagai ruang
peribadahan harus dituntun oleh nilai kristiani yang mengarahkan dan
menjalankan misinya pada masa pascapandemi Covid-19.10 Gereja dan
ibadah adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena ibadah
merupakan esensi utama dari kegiatan yang berlangsung di gereja. Prof.
Paul W. Hoon mengatakan bahwa ibadah Kristen merupakan wujud
penyataan diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia
terhadapnya. Ibadah yang tidak didasarkan pada pengenalan dan kasih
kepada Allah bukanlah ibadah yang benar. Sehingga hasil dari ibadah
yang benar bertujuan untuk memuliakan Tuhan. 4 Peter Brunner
mengatakan bahwa ibadah Kristen adalah pelayanan Allah kepada jemaat
dan ibadah sebagai pelayanan Jemaat di hadapan Allah.
Pelayanan ibadah merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh
manusia untuk memuliakan Tuhan sebagai respon keselamatan yang telah
di anugerahkan Tuhan kepada manusia. Pelayanan ibadah yang dilakukan
sesuai dengan liturgi gereja yang berisikan doa, firman, persembahan dan
pujian yang dilantunkan. Gereja dalam Perjanjian Baru tidak hanya
sekadar dikenal dengan sebutan  sedangkan dalam Perjanjian
Lama gereja dilihat seperti umat Allah, orang beriman mempelai Kristus,
kawanan domba dan orang-orang kudus. Ebenhaizer berpendapat bahwa
ekelesiologi atau pemahaman baru tentang Gereja, khususnya di Asia
harus menjadi eklesiologi yang bijaksana. Eklesiologi merupakan salah
satu sub-disiplin ilmu teologi yang membahas hakikat dan fungsi gereja,
berkaitan dengan identitas dan misi gereja di dalam dunia.
Berbicara mengenai Gereja pastinya akan selalu berkaitan dengan
komunitas orang yang sama-sama bersyukur atas keselamatan dan
anugerah dalam hidup manusia. Dalam buku yang dituliskan oleh
Ebenhaizer I Nuban Timo dikatakan bahwa gereja merupakan tempat di
mana manusia menerima dan merayakan keselamatan yang sudah
disediakan sambil menunggu penyataan yang sempurna dari keselamatan
itu di dalam kerajaan Allah.
Gereja sebagai wujud yang tampak berfungsi sebagai provisional
representation dari semua manusia yang sudah dibenarkan, dikuduskan
dan ditugaskan oleh Allah. Pada kaitannya dengan eklesiologi, gereja juga
berteologi tentang dirinya sendiri dan kemudian merekonstruksi
pemahaman-pemahaman tersebut dalam pelbagai bentuk sesuai dengan
konteks dan pergumulannya. Dalam bentuk yang paling awal bahkan teks-
teks Perjanjian Baru juga dihasilkan oleh gereja. Bisa dikatakan, teks-teks
Perjanjian Baru adalah teologi yang dihasilkan gereja atau teologi itu
berbicara tentang gereja. Konsekuensinya adalah studi teologi
menghendaki studi teologi tentang gereja yang merupakan teologi oleh
gereja.
Gereja adalah hamba, dan merupakan ciri khas dari hamba yang
hidup di rumah orang lain (dunia). Gereja harus dapat melayani sesamanya
seperti yang dilakukan oleh orang Samaria yang baik hati. Gereja menjadi
sebuah gereja jika ia mau memberi dirinya bagi orang lain. Gereja harus
mengambil bagian dalam pergumulan-pergumulan masyarakat di
sekitarnya. Gereja bukan untuk menguasainya melainkan untuk menolong
serta melayaninya. Menurut Reymond Pandapotan Sianturi, era baru
eklesia dalam konteks virtual ditandai oleh hibriditas ruang publik, yaitu
aktual dan virtual, sebagai medan tempat pelayanan Kristen dikembangkan
secara seimbang dan saling menopang satu sama lain. Sehingga gereja
yang tampak kelihatan dibentuk oleh pemberitaan firman Allah. Fenomena
pascapandemi saat ini membawa gereja untuk lebih peka terhadap situasi
dan kepentingan jemaat-Nya terlebih dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya. Susanto mengatakan gereja harus pandai dalam
berbagai hal dan fleksibel dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Artinya
gereja di situasi saat ini harus sadar akan esensinya ditengah keberadaan
lingkungan pelayanan. Situasi pandemi juga membawa suasana baru
terhadap pelayanan ibadah di gereja. Pelayanan ibadah minggu yang
dilaksanakan tatap muka dilakukan dengan pembatasan fisik. Keadaan ini
menjadikan pelayanan gereja perlu ditransformasi guna dapat melayani
jemaat lebih efektif sesuai dengan situasi dan perkembangan zaman yang
ada. Pelayanan ibadah melalui daring atau livestreaming menjadi solusi
terhadap fenomena Covid-19. Fernando Tambunan menekankan bahwa
pola pelayanan dalam beribadah mengalami perubahan dari analog atau
konvensial ke-16. Hal ini kemudian membuat gereja harus memperbaharui
memiliki strategi yang efektif dalam mengambil tindakan dalam
pelayanannya.
Kejadian pada situasi yang lalu membuat segala aspek menjadi
sadar dan dapat belajar untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi
tantangan kedepannya. Lars Faeste, dkk dalam tulisannya menekankan
bahwa kehidupan di dunia ini tidak dapat menghindari gangguan yang
akan terjadi di masa depan, jadi mereka membangun organisasi tidak
hanya untuk menahan guncangan di masa depan tetapi juga untuk
mengantisipasinya dengan merancang ulang proses untuk memanfaatkan
teknologi digital. Sama halnya dengan tulisan Teng dan Margaret
memaparkan karakteristik pelayanan gereja saat terjadi pandemi. Gereja
dalam pelayanannya diharuskan untuk berfikir ulang menata pelayanannya
dan berlombalomba menciptakan suasana baru dalam konten-konten
ibadah online.
Rainer dalam bukunya “The Post Quarantine Church” menyatakan
bahwa situasi pascapandemi merupakan waktu yang tepat untuk menata
ulang pelayanan ibadah gereja pra pandemi dan saat pandemi. Strategi
pelayanan ibadah diarahkan pada kanal youtube, facebook, twitter dan
media sosial lainnya dalam menyebar luaskan pemberitaan firman Tuhan.
Hal ini merupakan sebuah solusi bagi gereja dalam mengembangkan
pelayanan ibadah minggu sehingga gereja tetap hadir dan aktif dalam
perkembangan zaman yang ada. Kemudian, ada juga yang meneliti
tentang: “Menstimulasi Praktik Gereja Rumah di tengah Pandemi Covid-
19” yang ditulis oleh Fransiskus Irwan Widjaja, dkk. Penelitian ini
memberikan strategi peribadahan yang relevan pada situasi Covid-19
tentunya bertujuan untuk mengembangkan gereja rumah, sebagai model
gereja mula-mula yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul.
Ada juga penelitian yang mempertanyakan bagaimana sikap gereja
dan orang percaya dalam beradaptasi terhadap fenomena pandemi yang
terjadi. Murni Hermawaty Sitanggang, dalam tulisannya “Beradaptasi
Dengan Pandemi: Menelisik Arah Pelayanan Gereja Ke Depan” yang
menekankan pentingnya ibadah secara konvensional untuk beradaptasi
terhadap segala situasi yang terjadi. Berbeda dengan penelitian
sebelumnya, penelitian yang penulis lakukan lebih menekankan pada
strategi pelayanan ibadah minggu Gereja HKBP Ressort Kebun Kelapa
Pascapandemi Covid-19 dalam kajian eklesiologi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu: Bagaimana strategi pelayanan ibadah minggu di Gereja
HKBP Ressort Kebun Kelapa pascapandemi Covid-19 dalam kajian
eklesiologi? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi pelayanan
ibadah minggu seperti apa yang Gereja HKBP resort Kebun Kelapa
lakukan pascapandemi Covid-19.
Kemudian, penulis akan menarik makna pelayanan ibadah minggu
tersebut untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana jemaat
memahami strategi peribadahan yang diberikan oleh gereja pascapandemi.
Tulisan ini juga diharapkan kelak dapat memberi kontribusi terhadap
jemaat dan pelayan khususnya di Gereja HKBP resort Kebun kelapa
mengenai strategi yang dilakukan oleh gereja di masa pascapandemi ini
dan juga sebagai upaya mengkonstruksi pemahaman eklesiologi bagi
jemaat HKBP.

1.3 Manfaat Penulisan


a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi pemahaman baru juga penambahan wawasan dan
cara berpikir bagi penulis maupun pembaca terhadap strategi
pelayanan ibadah minggu yang dilakukan oleh gereja
pascapandemi Covid-19 dalam kajian eklesiologi dan dapat
menjadi sumbangsih bagi peneliti selanjutnya terkait strategi
pelayanan ibadah pascapandemi.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk kontribusi kepada
umat kristiani terlebih kepada jemaat dan pelayan di Gereja
HKBP Kebun Kelapa sebagai bagian dari anggota kerajaan
Allah dalam mengatur dan mengambil kebijakan terhadap
strategi pelayanan ibadah minggu yang tepat pada situasi yang
terjadi pascapandemi Covid-19.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif dengan tinjauan eklesiologi. Penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati oleh penulis.
Dalam penelitian kualitatif yang berhubungan dengan hasil
penelitian maka penulis bertujuan menganalisa dan menggali strategi
pelayanan ibadah minggu seperti apa yang dilakukan oleh Gereja HKBP
Ressort Kebun Kelapa pascapandemi Covid-19. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan dan wawancara.
Melalui pengamatan peneliti melihat keadaan jemaat HKBP Resort Kebun
kelapa. Pengamatan yang dilakukan akan membuat penulis lebih mampu
memahami konteks data terhadap situasi sosial jemaat.
Pada proses penelitian ini penulis juga berusaha mengumpulan
data pada fenomena yang terjadi di lapangan. Penelitian kualitatif yang
penulis amati berasal dari fenomena-fenomena yang terjadi kemudian
dipahami sebagai bentuk dari strategi pelayanan ibadah minggu yang
terjadi selama pandemi Covid-19 dan pascapandemi. Adapun
pengumpulan data yang dilakukan penulis tetap dengan mengikuti
protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak serta mencuci
tangan. Kemudian, untuk melengkapi pengamatan penulis dibutuhkan juga
beberapa pihak seperti pendeta, majelis gereja dan jemaat untuk terlibat
dalam wawancara yang akan dilakukan oleh penulis. dan bagaimana
pemahaman jemaat terhadap bentuk pelayanan ibadah minggu yang
diberikan gereja saat mengikuti ibadah minggu tersebut.
Sistematika penulisan tugas akhir ini diklasifikasikan dalam empat
bagian pembahasan yang diuraikan secara garis besar sebagai berikut:
Bagian pertama, berisi pendahuluan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang
digunakan dalam penulisan dan sistematika penulisan. Bagian kedua,
berisi kerangka teori eklesiologi terhadap strategi pelayanan Ibadah
minggu pascapandemi Covid-19. Bagian ketiga, berisi hasil dan analisis
penelitian dari pelayanan Ibadah Minggu di Gereja HKBP Ressort Kebun
Kelapa. Bagian keempat, berisikan penutup yang memuat kesimpulan dan
saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerangka Teori
Strategi Pelayanan Ibadah Minggu Pascapandemi Rainer
mengingatkan pada fenomena yang terjadi ketika pandemi Covid-19
bahwa pascapandemi merupakan waktu yang tepat bagi gereja untuk
memikirkan dan menata ulang pelayanannya. Strategi pelayanan gereja
pascapandemi ini tentu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan gereja.
Hal ini dapat dimulai dengan mengokohkan pengajaran firman Allah.
Pertumbuhan gereja mula-mula terjadi oleh karena jemaat mula-mula
senantiasa bertekun tiap-tiap hari dalam pengajaran Rosul Allah dari
pemimpin mereka yaitu para rasul.
Mereka juga mengadakan pertemuan di rumahrumah mereka
masing-masing bergilir (Kis.2:46). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus. Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani
 yang diartikan sebagai "the art of the general" atau seni seorang
panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Strategi merupakan
faktor yang penting dalam mencapai tujuan dalam sebuah pelayanan.
Secara khusus gereja yang hidup harus belajar menyesuaikan
kondisi yang ada dalam menjangkau pelayanannya. Sehingga ada beberapa
strategi yang perlu dirancang oleh gereja dalam pelayanannya untuk
menumbuhkan iman jemaat. Irwan Widjaja menjelaskan pertumbuhan
gereja Indonesia secara keseluruhan mengalami pertumbuhan tetapi tidak
signifikan, karena yang sedang terjadi saat ini adalah pertumbuhan dengan
berbagai strategi. Fenomena pascapandemi Covid-19 ini mendorong gereja
untuk melakukan strategi-strategi dalam melakukan peribadahan, tidak
terbatas pada pola konvensional. Rick Warren berkata, “Gereja adalah
organisme yang hidup, dan semua yang hidup secara alamiah bertumbuh”.
Tugas kita sebagai bagian dari gereja ialah menyingkirkan rintangan yang
menghalangi perkembangan pelayanan gereja. Keberhasilan gereja dalam
mengemban tugas dari Tuhan Yesus dapat dilihat dari bertambahnya
jumlah orang yang menjadi percaya sebagai hasil pelayanan yang
diberikan gereja. Vergil Gerber mengatakan “Sekalipun hal tersebut
bukanlah satusatunya ukuran bagi gereja yang berhasil, tetapi kesuksesan
gereja dalam mengemban tugas sebagian besar dapat dilihat dari kuantitas
yang bertambah”.
Strategi pelayanan gereja di masa pascapandemi yang dilakukan
oleh gereja penting untuk dilakukan sebagai wujud dari pernyataan kasih
Allah dalam pertumbuhan iman jemaat. Kata “pelayanan” dalam Kamus
Bahasa Indonesia, adalah perihal atau cara melayani. Deflit Dujerslaim
Lilo berpendapat bahwa gereja yang mengemban misinya dalam bentuk-
bentuk pelayanan kepada umat perlu memperhatikan dengan seksama
kebutuhan dari umat tersebut. Pernyataan tersebut menjadi sebuah tugas
pelayanan yang harus dikembangkan di dalam masa kenormalan baru atau
bahkan pada fenomena setelah masa pandemi, sehingga pelayanan yang
dilakukan semakin efektif di tengah dunia yang berubah ini. Menurut
hemat penulis pelayanan ibadah minggu gereja yang efektif pada situasi
yang terjadi ini ialah pelayanan yang holistik. Pelayanan yang holistik
dapat dipahami sebagai bentuk pelayanan yang secara utuh dan
menjangkau segala dimensi kebutuhan manusia. Pelayanan ibadah
pascapandemi merupakan bagian dari eksistensi gereja, yakni pelayanan
kepada Allah melalui ibadah yang difasilitasi oleh gereja.

2.2 Pengertian ibadah


Ibadah merupakan bentuk pelayanan yang dipersembahkan kepada
Allah, hal ini bukan berarti hanya ibadah yang dilaksanakan di bait suci,
namun mencakup pelayananan yang dilakukan terhadap sesama manusia
(Luk 10:25; Mat 5:23; Yoh 4:20-24; Yak 1:27), tetapi ibadah Kristen tetap
seperti kebaktian sinagoge. Menurut Marthin Luther, dalam ibadah yang
terjadi adalah, bahwa Tuhan yang pengasih itu berbicara kepada manusia
lewat firman-Nya yang kudus, dan kemudian manusia berbicara kepada
Tuhan melalui doa dan pujian.
Pada saat ibadah, orang percaya merayakan, menghidupi dan
mengalami karya penyelamatan yang telah dikerjakan Allah lewat Yesus
Kristus. Sehingga karya Allah itu dapat diperbaharui dan dihadirkan
kembali untuk dinikmati oleh jemaat untuk kehidupan manusia masa kini.
Brownlee memaknai ibadah sebagai persekutuan dan pertemuan manusia
dengan Allah melalui penyerahan diri manusia kepada Allah untuk
menjadi saksi Allah dalam dunia sehingga manusia perlu beribadah
dengan benar.43 Pemahaman mengenai ibadah tersebut lebih tepatnya
adalah hubungan pribadi manusia dengan Tuhan.
Hal tersebut memberikan pemahaman bahwa ibadah seharusnya
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, dan kemudian hubungan dengan
Allah itu memberi implikasi terhadap kepedulian manusia terhadap
sesamanya. Fernando Tambunan menegaskan bahwa bagaimana pun cara
yang dilakukan dalam ibadah tidak akan mengubah esensi dari ibadah itu
sendiri. Harus juga dimengerti, bahwa hadirat Tuhan yang sesungguhnya
adalah bagaimana setiap orang mengalami perjumpaan secara pribadi
dengan-Nya, Roh Kudus menjamah hati dan roh orang percaya.

2.3 Ibadah Minggu


Gereja menamakan hari kerja itu “minggu”, berasal dari kata dies
dominica : hari Tuhan. Ibadah yang dilaksanakan pada hari minggu
merupakan bentuk dari rasa syukur jemaat atas kasih dan penyertaan
Tuhan dalam kehidupan mereka. Ada begitu banyak alasan mengapa
orang-orang lebih memilih datang ke gereja untuk beribadah. Beberapa
mencari persekutuan, yang lain menginginkan pengalaman pribadi.
Ibadah hari Minggu diartikan juga sebagai persekutuan kepada
Tuhan yang dipimpin oleh para pelayan Tuhan. Melalui ibadah minggu
jemaat dapat lebih mengenal dan memahami firman Tuhan dan gereja
berharap melalui ritual ibadah minggu jemaat mampu menjadi manusia
yang beriman dan mampu memancarkan cinta kasih.
2.4 Eklesiologi Pascapandemi
Eklesiologi adalah ajaran tentang gereja. Gereja adalah komunikasi
semua orang percaya dalam segala abad. Kata gereja berasal dari bahasa
Portugis “igrea” yang diambil dari bahasa Yunani “kyriake”, dalam bahasa
yang serumpun dengan ini adalah “curch”. Semua ungkapan ini dapat
diartikan “menjadi milik Tuhan”. Mereka adalah orang-orang yang
percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat
Istilah Perjanjian Baru untuk gereja adalah eklesia. Kata ini secara
harafiah berarti rapat atau berkumpul yang terdiri dari orang-orang
terpanggil untuk berkumpul. Yusak Setiawan dalam tulisannya
menekankan bahwa gereja merupakan suatu persekutuan yang di
dalamnya setiap individu menemukan identitas dan kepenuhan melalui
perjumpaan dengan orang lain dan dalam relasi dengan Yesus Kristus.
. Fenomena pandemi ini tidak ada yang dapat memprediksi kapan
benar-benar akan berakhir, hal ini mengingatkan kita bahwa penting untuk
memikirkan bagaimana fungsi dan esensi gereja dalam pelayanannya.
Pandemi yang terjadi tentu membawa gereja tiba-tiba harus belajar dalam
teknologi digital. Zakaria J. Ngelow dalam tulisannya “Teologi Pandemi”
mengatakan bahwa sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan
pertemuan dan juga sentuhan fisik. Pada situasi pandemi semua kebutuhan
manusia terbatasi.
Harus diakui bahwa tayangan ibadah di media komunikasi kurang
mengajak jemaat untuk berpartisipasi secara langsung.Akan tetapi, Murni
mengatakan bahwa sekalipun pandemi sudah berakhir, gereja tetap perlu
mempertimbangkan dan melakukan pelayanan digital dengan menfaatkan
media digital, seperti youtube dan media lainnya, selain pelayanan yang
konvensional seperti ibadah onsite.
Dalam konteks era digital saat ini, di mana gereja saat ini tercipta
secara virtual. Melalui ibadah digital, teknologi Internet setidaknya telah
menjadi perpanjangan tangan kerajaan Tuhan yang tidak dibatasi oleh
batas ruang dan waktu, karena telah menciptakan kebebasan untuk
mengekspresikan bentuk pelayanan yang akan dilakukan. Ibadah-ibadah
live streaming di satu sisi telah menjadi semacam opsi bagi setiap orang
untuk memilih akan beribadah seperti apa dan di channel siapa untuk
beribadah. Apalagi, layanan streaming tersedia bagi siapa saja yang ingin
menikmati layanan streaming. Saat kita memasuki era digital saat ini,
gereja harus mampu merangkul teknologi digital. Hampir semua informasi
dapat diakses melalui media digital. Perkembangan yang terjadi membuat
banyak gereja melakukan ibadah yang dipadukan dengan teknologi yang
ada. Pelayanan di era digital menjadi tantangan baru bagi Gereja. Era
digital ini membuat gereja juga hadir melaksanakan ibadah dengan
menggunakan media teknologi.
Menurut hemat penulis, eklesiologi di era digital juga penting bagi
umat ditengah kemajuan zaman, terutama ketika terjadi fenomena pandemi
Covid-19. Menurut Ebenhaizer era digital saat ini membuat suatu
perubahan dan pembaruan dalam pelayanannya dan hal tersebut tentu saja
tidak bisa diabaikan. Untuk dapat sampai ke sana, ada gerakan kembar
yang perlu gereja lakukan: gereja perlu memahami diri secara lain
sekaligus menampilkan diri secara lain.
Liquid Eklesiologi Perubahan sosial dalam dunia digital sekarang
ini membawa gereja pada persekutuan yang informan yang di dalamnya
menalami kehadiran Kristus. Ward dalam bukunya Liquid Ecclesiology
mengatakan bahwa Eklesiologi cair itu sesungguhnya dapat terekspresikan
melalui gereja yang cair, atau dapat dikatakan bahwa melalui gereja yang
terbuka oleh perubahan dan perkembangan zaman. beribadah tidak hanya
sekedar berjalan sesuai dengan tradisi, tetapi beribadah juga bisa
membawa jemaat dalam pendewasaan iman untuk dapat memahami
dengan sungguh-sungguh berbagai pergumulan dan dinamika kehidupan
yang sedang berubah. Ward menjelaskan bahwa gereja harus
memperhatikan perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan berdampak
pada ekspresi menggereja.
Adanya upaya sadar gereja dalam memanfaatkan teknologi pada
fenomena yang terjadi ketika pandemi berlangsung agar gereja terus
menghidupkan iman jemaat dalam memaknai peribadahan yang
berlangsung dengan cara yang baru. Dapat diketahui bahwa ternyata gereja
yang sesungguhnya tergantung dari kesiapan masing-masing pribadi untuk
mengikuti ibadah secara daring dan luring hal ini terlihat dari bagaimana
pribadi tersebut dapat lebih sungguh-sungguh membangun hubungannya
dengan Tuhan.

2.5 Hasil Penulisan


Situasi Jemaat di HKBP Ressort Kebun Kelapa HKBP Jambi-1
Ressort Kebun kelapa pertama kali melaksanakan ibadah minggu pada
tanggal 13 Februari 1949 di Gedung TBA (Teritorial Bestuurs Atviseur)
kantor Keresidenan Pedmerintah Jambi. Kebaktian saat itu ditetapkan
sebagai hari lahirnya gereja HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa distrik
XXV Jambi melalui Baptisan Kudus.
HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa merupakan gereja HKBP
yang berdiri pertama kali di Kota Jambi. Tercatat hingga saat ini jemaat di
Gereja HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa sebanyak 1265 keluarga dan
terbagi dalam 7 wijk yaitu wijk Patar I, Patar II, Kumpe Pudak, Tanjung
Pinang, Simponi, Talang Banjar dan Pasar Jelutung. Gereja HKBP Jambi-
1 Resssort Kebun Kelapa ini juga memiliki 5 gereja pagaran (cabang) dan
1 pos pelayanan. Saat ini HKBP Jambi-1 Ressort Kebun kelapa dibawah
pimpinan Pdt. Anju Saragih, S.Th sebagai pendeta Ressort. Lokasi Gereja
HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa sangat strategis berada diperkotaan
yang beralamat di Jl. Maria Walanda Maramis No. 31, Kota Jambi. Situasi
kehidupan jemaat di gereja HKBP Ressort Kebun kelapa tentu sangat
beragam baik dalam perekonomian, pendidikan dan lain-lain.
Pada saat pandemi Covid-19 melanda seluruh jemaat tentu sangat
merasakan dampak dalam berbagai bidang terlebih dalam persekutuan
yang memaksa jemaat untuk menjaga jarak dengan tujuan mengurangi
virus pandemi. Tidak semua jemaat siap untuk menerima perubahan
bentuk peribadahan. Hal tersebut karena, jemaat sudah nyaman dengan
sakralnya suasana ruang gereja yang bisa bersekutu bersama. Ketika
pandemi terjadi gereja tetap melakukan pelayanan ibadah minggu dengan
alternatif rekaman ibadah yang ditayangkan melalui youtobe.
Jemaat tetap beribadah sebagian jemaat memilih mengikuti ibadah
dari rumah, melalui siaran langsung di channel youtobe Gereja HKBP
Kebun Kelapa yang difasilitasi oleh gereja ataupun ibadah di rumah yang
dipimpin oleh kepala keluarga. Tata ibadah yang digunakan sesuai dengan
yang diberikan oleh Majelis Jemaat kepada setiap keluarga. Tidak
menutup kemungkinan bahwa ada juga jemaat yang memilih untuk
mengikuti ibadah live streaming yang disiarkan melalui media sosial
youtube ataupun facebook gereja lain.
Sejarah HKBP Jambi-1, 10. 57 Hasil wawancara bersama pemudi
gereja-TR, 10 Oktober 2022 16 Strategi Pelayanan Ibadah Minggu di
Gereja HKBP Ressort Kebun Kelapa Pemerintah sendiri sudah
merencanakan untuk memberikan kelonggaran secara bertahap. Beberapa
aktivitas penting akan mulai diizinkan.
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menentukan
kebijakan terkait pelaksanaan kegiatan peribadatan atau keagamaan di
rumah ibadah. Aturan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Menteri
Agama Nomor SE.04 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Peribadatan atau Keagamaan di Tempat Ibadah Pada Masa PPKM Level 3,
Level 2, dan Level 1 Covid-19, Optimalisasi Posko Penanganan Covid-19
di Tingkat Desa dan Keluarahan, serta Penerapan Protokol Kesehatan
5M.58 Ketentuan yang diberikan oleh pemerintah ini tentu saja dengan
segala persyaratannya. Protokol kesehatan harus tetap diperhatikan.
Permasalahan yang paling sulit akan dilaksanakan adalah protokol
kesehatan seperti jaga jarak (physical distancing). Ini akan berpengaruh
pada jumlah jemaat yang boleh datang ke gereja setelah diedarkan surat
izin beribadah kembali di gereja. Permasalahan kapasitas jumlah orang
yang boleh datang. Jika yang ingin beribadah bersama melebihi kuota
maksimal yang boleh datang bagaimana gereja dengan pelayanannya
mengatasi hal tersebut.
Fenomena pandemi yang terjadi pada tahun 2019 membuat gereja
dalam pelayanannya belajar dan memiliki strategi untuk mengantisipasi
hal-hal diluar dugaan yang harus dipikirkan secara matang sehingga tidak
menimbulkan perselisihan kepada jemaat. Pelayanan Ibadah minggu yang
dilakukan di Gereja HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa tentu tertata
dengan baik sesuai dengan aturan protokol kesehatan dalam peribadahan.
Waktu pelaksanaan ibadah juga disusun dengan baik. Ibadah minggu
dilaksanakan sebanyak lima kali yaitu pukul 07.00 WIB umum untuk
bahasa indonesia, 09.00 WIB khusus kepada remaja dan pemuda-pemudi,
pukul 11.00 WIB lantai dasar khusus lansia, di lantai satu khusus umum
dan pukul 18.00 WIB untuk umum dengan bahasa batak. Jadwal yang
diatur oleh gereja merupakan sebuah bentuk strategi dalam peribadahan
sebagai wujud dari ketaatan gereja terhadap peraturan Kemenag, SE
Menag No SE. 04 tahun 2022 tentang Pelaksanaan Kegiatan Peribadatan
di Tempat Ibadah pada Masa PPKM Level 3, 2, & Level 1 Covid-19,
Optimalisasi Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa & Kelurahan,
serta Penerapan Prokes 5M, diakses pada 24 Oktober 2022. 59 Hasil
wawancara dengan Pdt. A. Saragih, S.Th, (Sabtu, 15 Oktober 2022). 60
Hasil wawancara dengan Pdt. A. Saragih, S.Th, (Sabtu, 15 Oktober 2022).
17 yang diberikan oleh pemerintah.
Ketika jadwal sudah tersusun dengan rapi dan jelas tentu jemaat
dapat menyesuaikan waktu sesuai yang telah disediakan oleh gereja. 61
Pelayanan ibadah minggu secara daring yang Gereja HKBP Ressort
Kebun Kelapa lakukan adalah dengan melaksanakan ibadah langsung di
gereja tentunya dari mimbar dan altar gereja kemudian menyiarkannya
peribadahan di media digital seperti live streaming melalui channel
youtobe Gereja HKBP Jambi-1 atau facebook. Kelebihan peribadahan
yang dilakukan melalui digital ini adalah ibadah tersebut tidak hilang
setelah jam berakhir dan masih bisa ditonton oleh yang lain setelah jam
peribadahan di gereja berakhir. Akan tetapi, menurut pimpinan jemaat
ibadah yang dilaksanakan secara daring ini tentu memiliki kekurangan
karena, tidak bisa melihat keseriusan jemaat dalam mengikuti ibadah
minggu.
Pada kenyataannya meskipun gereja sudah memiliki secara
lengkap alat teknologi akan tetapi ibadah yang dilakukan secara daring ini
tentu tidak mudah karena membutuhkan tenaga yang ahli dalam bidang
teknologi. Hal ini menjadi kendala gereja dalam melakukan pelayanannya
melalui daring. Peribadahan yang dilakukan melalui media sosial juga
tentu direspon baik oleh jemaat yang tidak dapat hadir keruang gereja
karena sedang mengalami gangguan kesehatan.
Gereja memfasilitasi jemaat bertujuan untuk saling menyelamatkan
nyawa sesama karena hal ini merupakan bagian dari aksi nyata firman
Allah. Hal ini memberi warna bahwa teknologi juga merupakan jembatan
bagi gereja untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam
pelayanannya akan tetapi, kita perlu mengingat bahwasannya tidak semua
jemaat memiliki kemampuan dalam mengakses teknologi yang sama.
Terlebih ketika mengakses internet juga membutuhkan biaya, seperti
membeli kuota internet untuk dapat masuk kedalam jaringan virtual.
Masa depan pelayanan ibadah minggu pascapandemi mungkin saja
merupakan hybrid (perpaduan antara pelayanan daring dan luring). Hal
tersebut selalu menjadi sorotan dalam sermon parhalado (Rapat Pelayan)
HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa dalam mengupayakan jemaat agar
tidak lupa akan esensi beribadah di Gereja. Karena, melihat situasi yang
terjadi persekutuan melalui daring yang boleh terjadi sebagai alternatif
ketika pandemi terjadi patut untuk disyukuri sebagai anugerah Tuhan bagi
gereja dan jemaat dalam beribadah. Penting juga untuk menyadari bahwa
Berdasarkan hasil observasi penulis kebutuhan dasar sebagai tempat untuk
berelasi dan saling mengasihi untuk menumbuhkan iman dan solidaritas
jemaat.
Menurut pengamatan penulis tata ibadah dalam peribadahan yang
dilakukan ketika daring dan luring tentu tidak berubah secara drastis.
Pelayanan ibadah minggu secara luring atau langsung di gereja tentu
dilakukan secara konvensional. Akan tetapi, ada perubahan yang
dilakukan dalam peribadahan seperti mengurangi ayat dari setiap lagu
pujian dan tidak membacakan warta jemaat seperti biasanya. Hal tersebut
terjadi karena durasi waktu yang cukup singkat (kurang lebih 1 jam).
Menurut pengamatan penulis perubahan yang dilakukan oleh gereja dalam
pelayanannya ini terjadi diakibatkan oleh konteks sehingga gereja
berinisiatif agar mampu bereksistensi di tengah perubahan tersebut.
Sesuatu yang mungkin berubah itu menjadi pengalaman bersama dalam
meningkatkan spritual, utamanya ketika fenomena pandemi Covid-19.
Konteks pelayanan gereja misalnya, dengan segera untuk gereja-gereja
memikirkan strategi pelayanan ibadahnya. Ephorus HKBP Pdt. Dr.
Robinson Butar-butar menyampaikan bahwa era digital memang telah
memberikan banyak kemudahan buat kita. Di masamasa genting seperti
pandemi Covid-19 membuat semua orang tidak bisa berkumpul, pelayanan
dan berbagai kegiatan besar tetap berjalan secara virtual. Akan tetapi, tidak
bisa dipungkiri, kemudahan tersebut tentu disertai oleh tantangan yang
akan terus dihadapi.
Bukan tidak mungkin lagi pandemi-pandemi lain akan datang lagi.
Hal ini ditegaskan oleh Ompu Ephorus dalam bimbingan pastoralnya,
bagaimana kita menghadapi berbagai beban dan tantangan kedepan?. 64
Konteks era digitalisasi saat ini tentu saja telah memberikan warna baru
bagi pelayanan dalam bergereja.
Digitalisasi dan virtualisasi menjadi suatu hal yang saat ini tidak
bisa terhindarkan. Secara langsung dan tidak langsung, hal tersebut sudah
mempengaruhi warna spiritualitas, secara khusus bagi jemaat gereja yang
sangat aktif di ruang digital dan daring. Tegas pimpinan jemaat
menanggapi kelebihan dan kekurangan yang ditawarkan oleh kemajuan di
era digitalisasi tersebut, gereja mengharapkan jemaat terlebih kaum
pemuda gereja harus tetap berpegang teguh terhadap spritualitas diri hanya
kepada prinsip teosentris bukan menjadi digital atau hanya bersandar
kepada diri sendiri. Karena, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)
merupakan sebuah gereja yang bersaksi yang diutus dan ditempatkan oleh
Tuhan di tengah-tengah dunia.
Gereja ini diutus untuk mewujudkan rencana Tuhan dalam rangka
menghadirkan kerajaanNya di dunia berdasarkan pengakuan imannya.
Pelayanan Ibadah Minggu Pascapandemi Pada kenyataan bahwa
tidak ada yang dapat memprediksi kapan pandemi ini benar-benar usai, hal
tersebut membuat gereja perlu belajar untuk tidak lagi menganggap
pelayanan daring hanya sementara ataupun alternatif ketika ada persoalan.
Bahkan saat pandemi telah berakhir pun ada baiknya gereja tetap
menghadirkan pelayanan daring sebagai program gereja selain ibadah
secara konvensional. Perlu disadari bahwa pelayanan ibadah
pascapandemi mungkin akan berbeda dengan keadaan sebelum pandemi.
Setelah adanya pelayanan daring, gereja perlu memikirkan bagaimana
strategi mengenai pertemuan-pertemuan yang dilakukan dan secara fisik,
dan pelayanan atau perlu juga dilakukan secara digital.
Hal esensial yang perlu diingat dan dikaji ulang bagi pelayanan
pascapandemi adalah tujuan eksistensi gereja, yaitu melakukan pelayanan
kepada Allah melalui ibadah.
Pola pelayanan ibadah minggu gereja di masa dan pascapandemi
perlu beradaptasi dari pola analog ke digital. Kim melihat antusiasme
masyarakat dalam mengakses gereja daring saat terjadi fenomena Covid-
19 bertujuan untuk membangun hubungan yang sama dengan kehidupan
nyata. Akan tetapi, menurut Kim, itu tidaklah sama dengan hubungan yang
biasa terjadi dalam ibadah di gereja, melainkan hal tersebut merupakan
suatu hal yang menarik untuk dilakukan membangun relasi yang hidup
secara daring. Akan tetapi, ketakutan yang dirasakan oleh Kim menjadi
sebuah pergumulan bagi Gereja HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa
dalam melaksanakan pelayanan ibadah minggu melalui ruang virtual. Pada
realitanya gereja mengalami kendala dalam membangun relasi kepada
jemaat dalam persekutuan daring, semua kegiatan jemaat tidak sepenuhnya
bisa terpantau oleh pelayan gereja.
Situasi pascapandemi juga membawah arah pelayanan ibadah
kepada pelayanan holistik. Karena, arah pelayanan ke depan haruslah
pelayanan yang saling melengkapi dan peduli. Sehingga pemahaman akan
pelayanan ibadah minggu harus dengan dasar kesatuan dalam Tubuh
Kristus. Sehingga, konsep pelayanan yang telah dirancang oleh Gereja
HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa tersebut boleh menghasilkan
pemahaman kepada setiap individu dalam menemukan setiap indentitasnya
dalam berelasi terhadap sesamanya dengan nilai-nilai spritual yang
bertumbuh melalui kepedulian terhadap sesama. Seiring berjalannya waktu
pelayanan ibadah minggu yang gereja lakukan kemudian perlahan jemaat
mulai menerima dan menyesuaikan diri dengan model beribadah yang
dilakukan selama pandemi Covid-19 ini.
Jemaat menyadari bahwa ibadah minggu tidak sekedar berbicara
mengenai ruang yang digunakan, melainkan ibadah minggu bisa dimaknai
dengan tanda ungkapan syukur yang disampaikan dalam kesadaran
terhadap anugerah dan tuntunan Tuhan yang dirasakan selama seminggu
berlalu.
Ibadah terjadi oleh karena ada gereja yang adalah persekutuan
orang percaya. Gereja yang sehat mampu tetap mengembangkan
pelayanan yang relevan dan menjawab kebutuhan jemaat di tengah
tantangan dan situasi yang ada. Di tengah situasi yang ada, gereja yang
sehat selalu menawarkan pengalaman iman, bukan hanya wacana tentang
iman, sehingga jemaat tetap dapat merasakan Tuhan yang hadir dan berada
di dekatnya, meskipun dalam media digital ataupun pertemuan secara
langsung.
Hasil penelitian ini memberi pemahaman bahwa dalam pelayanan
ibadah minggu membutuhkan strategi yang tepat terhadap situasi yang
terjadi. Seperti strategi ibadah blanded yang diupayakan oleh Gereja
HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa dalam menanggapi situasi yang
terjadi membuat gereja tetap hidup dalam pelayanannya. Hal ini
memberikan tugas baru gereja, bahwa pentingnya memberikan
pemahaman kepada jemaat bahwa ibadah minggu yang dilaksanakan
bukan hanya sekadar rutinitas tetapi boleh dimaknai sebagai persekutuan
dan wujud ungkapan syukur jemaat kepada Tuhan. Hasil wawancara
dengan salah satu anggota jemaat HKBP Jambi-1, pada tanggal 20
Oktober 2022, melalui Whatsapp. Kajian Eklesiologi Pascapandemi Teori
eklesiologi pascapandemi yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini
memberikan suatu gambaran baru untuk dapat memahami betapa
pentingnya gereja menjalankan fungsi dan mengambil peran untuk melihat
ada begitu banyak permasalahan sosial dalam lingkungan kehidupan
gereja.
Berdasarkan pemahaman Ward bahwa pembaruan pelayanan yang
gereja lakukan terhadap situasi yang terjadi di tengah dunia merupakan
bagian ekspresi iman dari kesadaran akan perubahan konstruksi dunia
budaya yang multikultural. Hal ini membutuhkan kesadaran untuk gereja,
bahwa sesungguhnya Allah tetap akan hadir dimana saja. Dalam hal ini
ditekankan bahwa beribadah tidak hanya sekadar berjalan sesuai dengan
tradisi, tetapi beribadah juga bisa membawa jemaat untuk dapat sadar dan
paham terhadap berbagai pergumulan dan dinamika kehidupan yang
sedang berubah akibat Covid-19.71 Berdasarkan pemikiran Ward, gereja
yang cair memungkinkan perjumpaan antara Tuhan dan manusia, serta
antara manusia. Gereja tidak lagi dipahami hanya tempat untuk belajar
tentang perintah Tuhan atau aturan gereja, tetapi juga tempat untuk berbagi
pengalaman dan kehidupan. Gereja menjadi “rumah kedua” di mana setiap
individu menemukan identitas mereka dan menghidupi kepenuhan mereka
bersama dengan Tuhan. Gereja HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa
berusaha untuk mewujudkan penerapan aksi nyata pada situasi yang selalu
berubah. Meskipun ada banyak tantangan yang dihadapi, gereja harus
memiliki strategi yang selalu update dalam pelayanannya. Karena, gereja
yang cair lebih mengembangkan kemampuan berelasi dan berkomunikasi
dengan konteks kekinian demi mempertajam tanggung jawab gereja dalam
fungsi pelayanannya. Kemajuan zaman yang semakin meningkat memberi
pemahaman bahwa gereja tidak hanya sekadar pelayanan yang dibatasi
oleh ruang. Karena, melihat situasi saat ini kecanggihan teknologi yang
membuat jemaat dengan mudah mengakses segala sesuatu di internet
sehingga gereja perlu belajar dan bergerak melihat realita yang terjadi.
Titik fokus pelayanan ibadah minggu bukan lagi terbatas oleh gedung
ibadah tetapi boleh mempergunakan fasilitas kemajuan teknologi dengan
tetap eksis dalam pelayanan di media tanpa menghilangkan esensi dan
fungsi kehidupan dalam bergereja.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandemi Covid-19 memberi warna baru bagi kehidupan manusia
terlebih gerejagereja khususnya bagi gereja HKBP Jambi-1 Ressort Kebun
Kelapa. Fenomena yang terjadi ini tidak mungkin gereja hanya menunggu
dan berdiam diri dalam tugas pelayanannya. Tentu saja gereja perlu
strategi dalam pelayanan untuk mengantisipasi terhadap situasi yang
terjadi. Pelayanan ibadah minggu pascapandemi Covid-19 memberikan
kesempatan baru kepada gereja untuk menata ulang pelayanannya terlebih
dalam ibadah minggu agar jemaat tetap mengingat dan menghayati makna
dari ibadah minggu. Pelayanan ibadah minggu yang dilakukan gereja
dengan model blanded yaitu luring dan daring merupakan bentuk kesiapan
gereja menjawab pergumulan yang terjadi. Melalui penelitian ini penulis
menyimpulkan bahwa strategi pelayanan ibadah minggu mempengaruhi
pertumbuhan jemaat. Gereja HKBP Jambi-1 Ressort Kebun Kelapa
sebagai wadah bagi jemaat untuk mengekspresikan iman. Tentu gereja
sudah memikirkan dan mempersiapkan diri dalam pelayannya terhadap
perubahan yang ada tanpa menghilangkan esensi dan fungsinya sebagai
tubuh Kristus ditengah dunia.

3.2 Saran
Melalui penelitian ini, penulis berharap gereja perlu sebuah alat
dalam sebuah peperangan dalam pelayanannya yaitu strategi. Strategi ini
digunakan untuk pertumbuhan pelayanan gereja. Gereja sebagai wadah
memberitakan kabar sukacita kepada dunia tentang karya penyelamatan
Allah kepada manusia tentu juga harus belajar dan evaluasi terhadap
fenomena pandemi Covid-19.
Bentuk perubahan yang dilakukan dalam pelayanan ibadah minggu
tentu sesuai dengan kebutuhan jemaat akan tetapi perubahan yang
dilakukan tidak boleh menghilangkan esensi dari kesakralan dalam
pelayanan ibadah minggu. Sehingga, jika suatu saat terjadi suatu fenomena
dalam kehidupan bergereja, gereja tetap menjalankan peran dan fungsi
dalam pelayanannya.

DAFTAR PUSTAKA
Joas Adiprasetya, Gereja Pascapandemi Merengkuh Kerapuhan, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2021),3
Muhammad Fajar, Nurul Annisa, Andi Jurana Anggriana, DKK, BUNGA
RAMPAI PANDEMI “Menyingkap Dampak-Dampak Sosial Kemasyarakatan
Covid-19 (Kota Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press, 2020)
Hery Susanto,”Gereja Yang Berfokus Pada Gerakan Misioner”. Jurnal Fidei. Vol.
2. No. 1, Juni 2019,66.
Fransiskus Irwan Widjaja et al., “Menstimulasi Praktik Gereja Rumah Di Tengah
Pandemi Covid19”, Kurios (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen)
Vol.6, No. 1, April 2020
Joas Adiprasetya, Gereja Pascapandemi Merengkuh Kerapuhan
Debora Nugrahenny Christimoty, Teologi Ibadah dan Kualitas Penyelenggaraaan
Ibadah: Sebuah Pengantar, PASCA (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen),
Heuken SJ, Ensiklopedia Gereja Seri A-G, (Jakarta: Yayasan Cpta Loka Caraka,
1991),344.
Ebenhaizer Nuban Timo, Manusia dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang
Kudus, (Salatiga, UKSW, 2013).
Jan S. Aritonang, Chr. De Jonge, “Apa dan Bagaimana Gereja? Pengantar
Sejarah Eklesiologi”, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009)
Susanto Dwiraharjo, Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis
Ibadah Online di Masa Pandemi Covid-19 Jurnal Epigraphe (Jurnal Teologi dan
Pelayanan Kristiani), Vol. 4, No.1 .
Michael Teng dan Margaret, Sketsa Pelayanan Gereja Sebelum, Selama, dan
Sesudah Masa Pandemi Covid-19
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol.19, No. 2.
Thom Rainer S, The Pasca-Quarantine Church: SixUrgent Challenges and
Opportunities That Will Determine the future of Your Congregation (Carol
Stream: Tyndale Momentum, 2020).
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif ,(Sukabumi: CV
Jejak, 2018).
Simon Simon, “Peran Roh Kudus Bagi Hamba Tuhan Dalam Merintis Gereja,”
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta 1, no. 2 (2020): 41–64.
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (online). https://kbbi.web.id/strategi
Laksmi Dewi dan Masitoh, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: DEPAG RI, 2009).
Fransiskus Irwan Widjaja, Misiologi Antara Teori, Fakta Dan Pengalaman, 1st
ed. (Yogyakarta: Andi Offset, 2018).
Wayne Grudem, Systematic Theology, (Michigan: InterVarsity Press, 1994).
Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini: Gereja yang mempunyai Visi-
Tujuan (Malang:Gandum Mas, 2000).
Vergil Gerber, Pedoman Pertumbuhan Gereja-Penginjilan,(Bandung:Yayasan
Kalam Hidup, 1973).
Deflit Dujerslaim Lilo, Misi Gereja: Menjangkau yang Tidak Terjangkau di Era
dan Pasca Pandemi Covid-19, Phronesis: Jurnal teologi dan Misi, Vol. 3, No. 2,
210.
Deflit Dujerslaim Lilo, Ibid. 41 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002). 409
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen.

Anda mungkin juga menyukai