HAK BERAGAMA
Di Masa Wabah COVID-19
Suhadi
Zainal Abidin Bagir
Renata Arianingtyas
Asfinawati
Penulis:
Suhadi
Zainal Abidin Bagir
Renata Arianingtyas
Asfinawati
Editor Bahasa:
Linah Khairiyah Pary
ISBN: 978-623-7289-04-3
Penerbit:
Program Studi Agama dan Lintas Budaya
(Center for Religious and Cross-cultural Studies, CRCS)
Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin, Universitas Gadjah Mada
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta
Telp/Fax: 0274 544976
www.crcs.ugm.ac.id; Email: crcs@ugm.ac.id
PENGANTAR
Laporan ini adalah laporan pertama secara khusus terkait dengan agama.
pada tahun 2020 dalam serial Laporan Lembaga-lembaga keagamaan, sebagai
Kehidupan Beragama di Indonesia, bagian dari masyarakat sipil, juga amat
yang diterbitkan oleh Program Studi aktif merespons wabah ini. Dalam konteks
Agama dan Lintas Budaya, Sekolah itulah CRCS dan ICRS berkolaborasi untuk
Pascasarjana, Universitas Gadjah menjalankan riset mengenai agama dan
Mada. Kami telah bekerja sama dengan COVID-19 dalam banyak dimensinya.
beberapa lembaga lain untuk menerbitkan
Selain laporan ini, tema-tema lain
beberapa laporan sebelumnya, dan kali
yang sedang dikaji menyangkut peran
ini dengan Indonesian Consortium for
individu dan lembaga keagamaan dalam
Religious Studies (ICRS) yang merupakan
membangun narasi untuk memahami
konsorsium Universitas Gadjah Mada,
wabah ini dan melakukan inovasi-inovasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
untuk beradaptasi dengan situasi baru,
dan Universitas Kristen Duta Wacana.
juga membangun solidaritas untuk
Laporan ini merupakan bagian dari
kelompok masyarakat yang rentan
penelitian yang cukup besar mengenai
terdampak COVID-19. Penelitian lain
beberapa aspek keagamaan terkait
akan melihat bagaimana narasi di media
dengan wabah COVID-19 yang merupakan
sosial berkembang untuk merespons isu
hasil kolaborasi kedua lembaga.
ini; sayap lain penelitian ini secara khusus
Pandemi adalah masalah kesehatan melihat bagaimana perempuan terdampak
masyarakat global, tetapi jelas memiliki dan membangun respons yang cukup
banyak dimensi, juga karakteristik lokal khas.
yang berbeda-beda, dan berdampak
Laporan ini adalah publikasi pertama
pada banyak sektor kehidupan, termasuk
dalam konteks riset bersama itu, yang
kehidupan keagamaan. Khususnya di
akan disusul dengan berbagai penerbitan
Indonesia, di mana agama memainkan
lain hingga akhir tahun 2020. Dalam satu
peran publik yang cukup kuat, peraturan-
hal, penelitian ini merupakan lanjutan
peraturan pemerintah mengenai
dari rangkaian lokakarya, penelitian dan
penanganan wabah ini tak sedikit yang
iii
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
iv
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
DAFTAR ISI
PENGANTAR ~~ iii
DAFTAR ISI ~~ v
DAFTAR SINGKATAN ~~ vi
PENDAHULUAN ~~ 1
NORMA PEMBATASAN ~~ 5
a. Persoalan Pembatasan ~~ 6
b. Syarat Pembatasan ~~ 9
c. Otoritas Negara dan Tantangan Demokrasi ~~ 11
HIMBAUAN LEMBAGA KEAGAMAAN ~~ 15
PRAKTIK PEMBATASAN SOSIAL: KEPATUHAN DAN PENYANGKALAN ~~ 23
Kepatuhan terhadap Pembatasan Sosial ~~ 23
Penyangkalan terhadap PSBB ~~ 25
KESIMPULAN DAN PENUTUP ~~ 32
Lampiran 1: Daftar daerah PSBB ~~ 40
Lampiran 2: Daftar Himbauan Lembaga Keagamaan Terkait COVID-19 ~~ 43
Biodata penulis ~~ 49
v
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
DAFTAR SINGKATAN
vi
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
vii
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
PENDAHULUAN
Bermula dari Kota Wuhan, Provinsi COVID-19 dan pasien yang meninggal
Hubei, Cina, kini penyakit COVID-19 masih tinggi.
menyebar ke hampir semua negara di
dunia. Awalnya, pada 3 Januari 2020, Pertemuan-pertemuan keagamaan
WHO menerima laporan dari pemerintah yang mengabaikan protokol jarak sosial
Cina bahwa di kota itu ditemukan 44 (social distancing) turut menyumbang
pasien yang mengalami gejala pneumonia penyebaran COVID-19. Di Korea Selatan,
(radang paru-paru) dan penyebabnya penyangkalan awalnya dilakukan oleh
belum diketahui.1 Virus itu kemudian Gereja Kristen Shincheonji yang akhirnya
diidentifikasi sebagai virus Corona baru mengakibatkan penyebaran wabah secara
(SARS-CoV-2). Pada Februari 2020, besar-besaran. Rekam jejak menunjukkan
penyakit yang diakibatkannya mulai sebagian orang yang mengikuti pertemuan
disebut dengan istilah Coronavirus Disease keagamaan tersebut akhirnya tertular
2019 (COVID-19). Pada 11 Januari 2020, dan menjadi pasien positif Corona. Di
korban pertama virus ini meninggal di Indonesia, rekam jejak itu, misalnya, dapat
Cina.2 Karena penyebaran virus ini secara ditelusuri dari pernyataan juru bicara
global sangat cepat, pada 11 Maret 2020, Tim Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten
WHO menetapkan COVID-19 sebagai Nunukan pada 17 April 2020. Tim ini
pandemi (wabah) global.3 Hingga 8 Juni menyebutkan ada lima orang positif
2020, penyakit ini telah menyebar ke 213 Corona dan harus diisolasi di Kabupaten
negara4 dengan jumlah kasus terkonfirmasi Nunukan karena sebelumnya mereka
positif berjumlah 6.881.352 kasus dan mengikuti pertemuan Jamaah Tabligh (JT)
yang meninggal sebanyak 399.895 jiwa di se-Asia di Kabupaten Gowa pada 18 Maret
dunia.5 Di Indonesia, pada tanggal 2 Maret 2020.7
2020 , Presiden Joko Widodo (Jokowi) Orang-orang yang mengikuti
mengumumkan kasus pertama dua warga pertemuan itu kemudian tersebar
Indonesia terkonfirmasi positif COVID-19. ke berbagai tempat di Indonesia
Sampai 8 Juni 2020, tercatat 31.186 kasus maupun negara-negara lain di Asia dan
terkonfirmasi positif COVID-19 dan 1.851 sebagiannya teridentifikasi menjadi
orang meninggal karenanya di Indonesia.6 pembawa virus. Misalnya, di Kelurahan
Meskipun jumlah pasien yang sembuh Kober, Kecamatan Purwokerto Barat,
semakin besar, namun hingga laporan ini Kabupaten Banyumas awalnya hanya ada
disusun, grafik kasus terkonfirmasi positif satu orang yang positif terkena COVID-19
1
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
karena mengikuti pertemuan JT di Gowa. COVID-19 dari 637 jemaah yang dites.13
Karena orang itu merasa sehat kemudian Sebelumnya mereka berada dalam satu
berinteraksi bebas dengan warga lain, forum di Lembang pada tanggal 3-5 Maret
termasuk mengikuti salat berjamaah di 2020 dengan seorang pendeta di gereja
masjid. Kemudian pada pertengahan bulan itu yang dinyatakan positif COVID-19 dan
April 2020 ada 40 orang yang berinteraksi kemudian meninggal dunia. Kegiatan itu
dengannya dites dengan metode rapid sendiri diikuti oleh sekitar 2.000 orang.14
test. Hasilnya, 10 di antaranya positif Beberapa contoh tersebut hanya sebagian
terjangkit COVID-19.8 Penelusuran di kecil dari kasus-kasus ketika pertemuan
tempat lain lebih dari sebulan berikutnya agama menjadi episentrum atau klaster
masih menunjukkan kluster JT terus penyebaran COVID-19.
berkembang. Pada tanggal 1 Mei 2020 Wabah COVID-19 merupakan peristiwa
Pemda DI Yogyakarta mengumumkan yang sangat mengejutkan bagi siapa pun,
bahwa klaster JT tersebut menempati baik pemerintah maupun masyarakat sipil,
posisi tertinggi penyebaran COVID-19 tak terkecuali lembaga dan komunitas
di Kabupaten Sleman (24 kasus) dan keagamaan. Banyak orang bukan saja
Kabupaten Gunung Kidul (18 kasus).9 perlu waktu untuk beradaptasi di awal-
Sayangnya hal seperti itu tidak membuat awal munculnya wabah ini, tapi juga mesti
jera banyak orang. Di tengah banyak meyakinkan diri apakah wabah ini benar-
seruan agar menahan diri tidak melakukan benar sesuatu yang akan serius terjadi di
salat Idulfitri di masjid maupun lapangan, kemudian hari. Corona mengubah banyak
masih banyak umat Muslim mengabaikan sekali aspek kehidupan sosial kita saat
seruan itu. Satu keluarga yang positif ini dibanding sebelumnya. Hubungan
terkena COVID-19 masih mengikuti salat antarindividu juga menjadi aneh. Slavoj
Idulfitri di kota Bekasi.10 Žižek, di antara sarjana yang menerbitkan
Peristiwa ini tidak hanya terjadi di sangat cepat buku terkait dengan wabah
komunitas Muslim, tetapi di agama-agama ini, menyebutkan kehidupan sosial
lain pun juga terjadi. Setelah mengikuti baru di masa wabah ini dengan istilah
kegiatan Persidangan Sinode Tahunan “touch me not”. Sejak awal negara dan
di Bogor pada 26-29 Februari 2020, lima media tak henti-hentinya mengulang-
jemaat Gereja Protestan di Indonesia ulang agar masyarakat jangan panik,
bagian Barat (GPIB) dinyatakan positif tapi mereka pada kenyataanya malah
Corona dan satu di antaranya meninggal memproduksi “kepanikan”.15 Seperti nanti
dunia.11 Pada awal Mei 2020, kasus GPIB kita lihat di bawah, pemerintah tak jarang
ini masih berkembang terus menjadi melontarkan kebijakan yang ambigu
klaster penyebaran virus Corona tersendiri, dalam merespons wabah.
misalnya, seperti yang terjadi di Kota Wabah Corona mengemuka pada saat
Yogyakarta.12 Mengenai kasus di gereja Indonesia belum lama mengkonsolidasikan
lain, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, ulang demokrasi setelah sebelumnya
mengumumkan pada 3 April 2020 ada 226 babak-belur menjalani Pemilu yang
jemaat Gereja Bethel di Bandung positif
2
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
3
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
4
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
NORMA PEMBATASAN
5
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
6
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
pembatasan yang dapat diterima adalah telah digunakan dengan sangat longgar
keamanan nasional; dasar pembatasan untuk membatasi KBB, bahkan yang
itu tak ada sejauh menyangkut KBB. termasuk forum internum. Pentingnya
Padahal keselamatan perlu dibedakan dari upaya memperjelas konsep-konsep yang
keamanan—sayangnya, terjemahan KIHSP menjadi dasar pembatasan juga tampak
ke dalam bahasa Indonesia mengacaukan jelas dalam hal kesehatan masyarakat,
kedua hal ini. Dalam Pasal 28J UUD 1945, yang merupakan isu utama dalam wabah,
tidak ada pembedaan tersebut. Pasal itu yang menjadi fokus laporan ini. Perbedaan
menyebut pertimbangan moral, nilai- pemahaman mengenai apa yang disebut
nilai agama, keamanan, dan ketertiban kesehatan masyarakat memengaruhi
umum. Ada dua perbedaan mencolok cakupan penggunaan norma pembatasan.
di sini antara UUD 1945 dengan KIHSP. Tantangan utama tafsir kesehatan
Kesehatan maupun keselamatan masyarakat di Indonesia justru pada
masyarakat yang ada dalam KIHSP tidak persepsi bahwa urusan kesehatan itu
disebut oleh UUD 1945, dan lebih jauh, ada urusan privat (individu) bukan urusan
tambahan satu dasar pembatasan yang publik karena yang terkena dampak
tak ada dalam sumber-sumber lain, yaitu adalah diri sendiri.21 Untuk sebagian
“nilai-nilai agama”. kasus hal demikian benar adanya, seperti
Kedua, perbedaan penafsiran. Masing- aturan pada Pasal 56 UU No. 36 Tahun
masing istilah terkait dasar maupun syarat 2009 tentang Kesehatan, ketika dunia
pembatasan memiliki ruang yang cukup kedokteran tidak dapat memaksa pasien
luas untuk penafsiran sumber hukum untuk melakukan tindakan pengobatan
Indonesia. Dalam hal ini, kelebihan KIHSP tertentu tanpa ada informasi di awal.
adalah telah memiliki sumber-sumber Namun pada pasal yang sama terdapat
norma tambahan yang berupaya untuk pengecualian, yaitu “penderita penyakit
memperkecil ruang penafsiran, agar yang penyakitnya dapat secara cepat
negara tidak semena-mena melakukan menular ke dalam masyarakat yang lebih
pembatasan dan mengklaim pembatasan luas”. Artinya, dunia kedokteran juga
itu sah dan diizinkan atas dasar penafsiran mengenal urusan kesehatan publik.
yang sembarangan. Salah satu sumber Konsep kesehatan publik atau
terpenting untuk memahami pembatasan kesehatan masyarakat kemudian menjadi
itu adalah Syracuse Principles (Prinsip- relevan dan penting dikedepankan ketika
prinsip Sirakusa) tahun 1984, yang telah dalam situasi wabah. Konsekuensinya,
diterima luas sebagai sumber penafsiran perilaku yang membahayakan kesehatan
pembatasan dalam KIHSP, dan beberapa perlu ditempatkan sebagai sebuah
Komentar Umum atas pasal-pasal dalam ancaman terhadap kesehatan masyarakat.
KIHSP, termasuk Pasal 18 terkait KBB. Kesehatan masyarakat bukanlah isu privat,
Sebagai contoh, salah satu dasar sehingga bukan hanya urusan individu-
pembatasan yang kerap digunakan di individu saja, namun mencakup pendidikan
Indonesia adalah “ketertiban umum”, yang kesehatan, keselamatan kerja, kesehatan
reproduksi, kesehatan lingkungan, dan
7
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
epidemiologi. Ini memengaruhi, misalnya, justru tidak dilakukan. Salah satu dasar
kebijakan mengenai penggunaan masker pembatasan yang menonjol di Indonesia
di masa wabah. Apakah itu isu individu adalah ketertiban umum. Atas nama
yang merupakan keputusan masing- ketertiban umum kerap ada pembatasan
masing orang atau isu publik? Lalu, apakah berlebihan pada kebebasan beragama
negara dapat memaksa? Dan, jika bisa, atau berkeyakinan, khususnya yang
dengan cara apa? dimiliki oleh individu dalam komunitas-
Ketiga, implementasi yang komunitas keagamaan yang rentan atau
menyimpang dan pentingnya kembali kecil. Ide mengenai ketertiban umum
kepada tujuan pembatasan. Meskipun dibentuk oleh ide kelompok yang memiliki
pembatasan, atas dasar dan dengan kekuasaan lebih besar—bisa negara, atau
syarat-syarat, diperbolehkan, penerapan kelompok masyarakat yang berpengaruh
yang tidak berhati-hati di masa lalu yang mengklaim sebagai mayoritas.
telah menunjukkan bahwa yang terjadi Dengan demikian, alih-alih melindungi
bukan pembatasan yang diperbolehkan, kelompok yang kecil, yang merupakan titik
namun menjadi pelanggaran HAM. tekan HAM, mereka justru dirugikan.
Satu hal penting yang melekat dalam Keempat, sentralnya nilai-nilai
pembatasan adalah bahwa ia diberlakukan agama, yang tampak dalam semua dasar
demi melindungi tujuan tertentu, yaitu pembatasan, termasuk dalam dasar
keselamatan masyarakat, ketertiban pembatasan untuk kesehatan masyarakat.
masyarakat, kesehatan masyarakat, dan Di sektor ini, misalnya terkait imunisasi
moral masyarakat. Dengan demikian, yang untuk mencegah epidemi atau dalam isu
utama disini bukanlah pembatasannya, kesehatan reproduksi, dalam beberapa
tapi tujuannya untuk melindungi hal-hal hal, negara semestinya justru dapat
fundamental dalam masyarakat tersebut. membatasi klaim hak atas nama agama,
Lebih jauh, ketika pembatasan atas KBB namun justru mendapat penentangan
diberlakukan, maka harus dilakukan sejauh karena dianggap terlalu membatasi hak
ia perlu dan secara proporsional, dengan beragama. Tren yang tampak adalah
memerhatikan upaya mencapai tujuan itu. bahwa sementara ketertiban umum dan
Keberhasilan suatu pembatasan dilihat nilai-nilai agama sering menjadi dasar
dari sejauh mana tujuannya tercapai. pembatasan yang berlebihan, hingga
Pada titik ini kita melihat bahwa termasuk membatasi forum internum,
masing-masing dasar pembatasan bekerja dalam hal-hal lain, ketika perlu ada
secara berbeda. Dalam praktiknya, pembatasan, tapi justru tidak dilakukan.
di Indonesia maupun negara lain, Contoh untuk ini amat relevan dengan
pembatasan bergerak dari satu spektrum tema laporan ini, yaitu kesehatan
di mana ada pembatasan yang berlebihan masyarakat. Dalam hal ini, penting
atas hak beragama ke spektrum lainnya ditekankan bahwa pembatasan hak
di mana sebenarnya ada keharusan beragama seharusnya hanya menyangkut
membatasi hak beragama namun forum eksternum (manifestasi) dan dengan
8
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
tujuan tak lain untuk mencapai kesehatan denda Rp. 100 juta bagi orang yang
masyarakat. melanggar aturan kekarantinaan hanya
Kelima, perlu atau tidaknya sanksi. apabila menimbulkan akibat kedaruratan
Sanksi diperlukan untuk penyadaran dan kesehatan. Pertanyaannya, jika ada
mengubah perilaku kesehatan ketika individu atau komunitas yang tidak taat
perilaku diri bisa memberikan dampak (disobedience) tapi tidak menimbulkan
positif maupun negatif pada dirinya dan akibat kedaruratan kesehatan, apakah
orang di sekelilingnya. Penegakan aturan negara patut menerapkan sanksi? Hal
dalam konteks mewabahnya COVID-19 ini membawa pada diskusi tentang perlu
perlu menekankan pada persuasi dan tidaknya sanksi untuk pencapaian tujuan
edukasi dibandingkan sanksi. Oleh karena kesehatan publik; apakah sanksi tersebut
itu sanksi perlu dibedakan antara sanksi memang cara yang paling tepat dalam
pada pribadi dan sanksi pada komunitas. situasi darurat? Dalam hal COVID-19
Hal ini sebenarnya sudah dilakukan banyak protokol yang diperlukan untuk
oleh pemerintah Kota Surakarta yang ODP dan PDP. Sebagian dari mereka
memberikan “sanksi” pada ODP yang disarankan Pemerintah untuk karantina
tetap membantu pesta di kampungnya di rumah karena kurangnya ketersediaan
dan sanksi pada warga komunitas tempat di pusat-pusat kesehatan.
yang tahu status ODP tersebut namun Pertanyaannya apakah aparat penegak
tetap menerimanya membantu pesta. hukum akan sanggup mengawasi protokol
Sanksi berupa isolasi satu kampung tersebut dijalankan di dalam rumah
dengan kontrol dan pengawasan ketat tempat PDP ataupun ODP dikarantina?
oleh pemerintah daerah diharapkan Juga apakah sanksi itu juga bisa
efektif untuk membangun contoh dan menjawab jika terjadi paparan penyakit
kepatuhan komunal. Dalam situasi pasca pertemuan keagamaan? Jika pun
wabah, sanksi komunal, atau seruan dari diperlukan, sanksi macam apa yang paling
lembaga agama menjadi penting untuk tepat?
membangun kepatuhan komunitas
terhadap pentingnya kesehatan publik, b. Syarat Pembatasan
tapi bukan untuk menggantikan hukum Pembatasan manifestasi agama
negara memberikan sanksi yang lebih atau keyakinan untuk tujuan kesehatan
berat, atau sebaliknya, untuk menegasikan masyarakat wajib memerhatikan syarat-
kepentingan kesehatan publik. syarat pembatasan yang pada umumnya
Menurut aturan yang ada, jika telah berlaku di bidang HAM. Syarat-syarat
ditetapkan kedaruratan kesehatan, ini diperlukan supaya pembatasan yang
maka setiap orang wajib mematuhi dilakukan tidak melanggar HAM dan
penyelenggaraan kekarantinaan legitimate.
kesehatan. UU No. 6 Tahun 2018 tentang Pertama, ditetapkan oleh hukum
Kekarantinaan Kesehatan menyebutkan (prescribed by law). Dalam konteks
sanksi penjara hingga 1 tahun atau Indonesia, hukum adalah terminologi yang
9
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
10
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
orang beribadah di rumah ibadah yang harus lebih ketat dibanding daerah yang
mengumpulkan orang banyak bisa derajat bahayanya medium dan rendah.
dijustifikasi sebagai upaya menjaga Ketika secara nasional ditetapkan wabah
kehidupan orang lain. Di sini, perlu diingat COVID-19 menjadi bencana nasional
bahwa segala bentuk intervensi terhadap nonalam, di semua daerah berlaku
umat beragama tidak boleh membuat atau pembatasan namun dengan kadar yang
menjadikan satu orang atau kelompok berbeda sesuai konteks apakah daerah
agama didiskriminasi. Contohnya, pada bersangkutan telah ditetapkan sebagai
awal April 2020 Pemerintah Kabupaten daerah dengan PSBB atau belum.
Tasikmalaya memanfaatkan konteks Secara umum (meskipun harus benar-
COVID-19 untuk menutup atau menyegel benar dilihat dinamika lokal) daerah
masjid Al-Aqsa milik Jemaat Ahmadiyah dengan PSBB perlu menutup rumah
Indonesia (JAI).22 Tujuan dari penutupan ibadah, sementara yang belum bisa
tersebut bukan karena pembatasan saja cukup dengan menerapkan jarak
sosial untuk kesehatan masyarakat, sosial dan protokol kesehatan terkait
tapi bertujuan mendiskriminasi warga wabah COVID-19. Terkait dengan prinsip
Ahmadiyah. Kebijakan tentang penutupan proportionate ini adalah pentingnya
rumah ibadah harus berlaku setara bagi mengedepankan kaidah menjaga
semua rumah ibadah. kepentingan optimum kesehatan publik
Keempat, sebanding (proportionate). dan potensi orang menularkan atau
Proporsional ini ditentukan oleh tujuan tertular dalam pertemuan keagamaan
dan cara. Kadar kedaruratan jadi alat di tempat publik ataupun pertemuan
untuk menentukan tujuan dan cara. Jadi di rumah ibadah. Sehingga di tempat
diupayakan pembatasan itu harus less- yang belum PSBB-pun pemerintah lokal
restrictive. Artinya dalam konteks Corona dan pengurus rumah ibadah, misalnya,
ini, cara menentukan level kedaruratan selayaknya seksama untuk menjaga
sangat penting sebelum menentukan kepentingan optimum kesehatan publik
cara pembatasan. Makin kita paham dalam mengelola rumah ibadah dan
dan punya infrastruktur yang memadai kegiatan keagamaan di musim wabah.
menghadapi Covid, mestinya makin
rendah level daruratnya dan caranya pun c. Otoritas Negara dan Tantangan
makin less-restrictive. Pembatasan hak Demokrasi
beragama perlu diuji dengan pertanyaan
Negara memiliki otoritas yang kuat
apakah pembatasan yang dilakukan sudah
dalam situasi darurat, tak terkecuali dalam
sebanding dengan tujuan pembatasan.
darurat kesehatan seperti ini. Otoritas
Cara mengukur kesebandingan, misalnya,
negara yang kuat pada situasi darurat
menjaga konsistensi restriksi di daerah-
COVID-19 berpotensi menjadi pola yang
daerah yang berbeda tingkat bahaya
direplikasi pada situasi-situasi darurat di
wabahnya karena perbedaan tingkat
masa depan dan lebih mengkhawatirkan
penyebaran. Di daerah yang derajat
lagi terus dimanfaatkan dalam situasi
bahayanya tinggi, maka pembatasan
11
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
normal. Ini adalah kecenderungan yang 6 Tahun 2018 terdiri dari 4 jenis: karantina
terjadi pada sebagian negara otoriter rumah, karantina rumah sakit, karantina
maupun juga yang demokratis. Jadi ini wilayah dan pembatasan sosial berskala
adalah kecenderungan yang cukup umum, besar.
dan evaluasi kritis perlu dikemukakan sejak Selain dua UU di atas, masalah
awal. wabah COVID-19 ini dekat dengan UU No.
Dalam beberapa hal, hukum Indonesia 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
dapat dikatakan cukup visioner karena Menular. Pasal 1 (a) menyebutkan
sebetulnya telah menyediakan perangkat wabah penyakit menular adalah
yang cukup memadai untuk menghadapi “kejadian berjangkitnya suatu penyakit
situasi wabah yang luar biasa. Berdasarkan menular dalam masyarakat yang jumlah
hukum yang berlaku di Indonesia terdapat penderitanya meningkat secara nyata
dua jalur hukum untuk menetapkan suatu melebihi dari pada keadaan yang lazim
kondisi darurat. Pertama, melalui UU No. pada waktu dan daerah tertentu serta
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan dapat menimbulkan malapetaka”.
Bencana; dan kedua, dengan UU No. Meskipun skema penanganan –yang
6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan berimplikasi pada pembatasan dalam
Kesehatan. Menurut Pasal 1 (3) UU No. kerangka HAM-- berbeda-beda, tetapi
24 Tahun 2007, kesehatan publik masuk seluruh UU tersebut memberi wewenang
dalam kategori bencana nonalam, yaitu kepada pemerintah sebagai otoritas yang
“bencana yang diakibatkan oleh peristiwa menetapkan kedaruratan. Pertanyaannya
atau rangkaian peristiwa nonalam yang kemudian sejauh mana pembatasan
antara lain berupa gagal teknologi, tersebut bisa dilakukan? Sebelum
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah meninjau hal itu kita lihat pembatasan
penyakit”. Sedangkan menurut Pasal 1 yang saat ini diberlakukan oleh pemerintah
(2) UU No. 6 Tahun 2018, kedaruratan terlebih dahulu. Presiden menerbitkan
kesehatan masyarakat diartikan “kejadian Peraturan Pemerintah (PP) No. 21
kesehatan masyarakat yang bersifat Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
luar biasa dengan ditandai penyebaran Berskala Besar dalam Rangka Percepatan
penyakit menular dan/atau kejadian Penanganan Corona Virus Disease 2019
yang disebabkan oleh radiasi nuklir, (COVID-19) pada tanggal 31 Maret 2020.
pencemaran biologi, kontaminasi Pasal 4 PP tersebut mengatur PSBB paling
kimia, bioterorisme, dan pangan yang sedikit meliputi: (a) Peliburan sekolah dan
menimbulkan bahaya kesehatan dan tempat kerja; (b) Pembatasan kegiatan
berpotensi menyebar lintas wilayah atau keagamaan; dan/atau (c) Pembatasan
lintas negara”. Dalam kondisi darurat kegiatan di tempat atau fasilitas umum.
kesehatan tersebut dilakukan tindakan Sementara itu pembatasan yang dimaksud
kekarantinaan kesehatan yang di antara di situ harus tetap mempertimbangkan
kategori tindakannya berupa “karantina” kebutuhan pendidikan, produktivitas kerja,
dan “pembatasan sosial berskala besar”. dan ibadah penduduk; serta dilakukan
Kekarantinaan di wilayah menurut UU No.
12
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
13
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
negara agar bisa didengar. Dengan begitu karena diskriminatif. Selain itu, negara
negara sebenarnya sedang mendorong juga melanggar kebebasan membentuk
kompetisi di antara lembaga keagamaan organisasi keagamaan sebagai turunan
agar menjadi yang resmi. Atau, bisa dari hak beragama atau berkeyakinan
dengan arah berbeda, peraturan seperti karena favoritisme organisasi keagamaan
ini membuat lembaga keagamaan lain yang diakui/resmi atau tidak diakui/tidak
menjadi tidak resmi sehingga lembaga resmi. Praktik pembatasan KBB dalam
keagamaan tertentu menjadi satu-satunya situasi darurat COVID-19 alih-alih merusak
yang resmi dan diambil pendapatnya demokrasi, pembatasan mesti dilakukan
sebagai kebijakan publik. untuk menjaga atau membantu mencapai
Dalam kaca mata HAM, pemilahan masyarakat yang demokratis dan setara di
dan pemilihan seperti ini bermasalah depan hukum.
14
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
HIMBAUAN
LEMBAGA KEAGAMAAN
Meskipun di awal masa wabah wacana penceramah popular berasal dari Riau.
keagamaan diwarnai oleh sikap Dalam ceramahnya di acara tablig
penyangkalan (denial) dari sebagian tokoh akbar di Malaysia, dia menyebutkan
agama secara individual, namun kemudian Coronavirus adalah tentara Allah
lembaga-lembaga keagamaan arus utama untuk memperingatkan manusia.
di banyak agama merespons positif Sekalipun tidak disebut secara eksplisit,
kebijakan jarak sosial pemerintah. Hal itu dari konteks ceramahnya kita dapat
menjadi dukungan yang sangat berarti menyimpulkan tentara Allah itu dikirim
untuk edukasi dan kampanye kesehatan untuk mengingatkan Cina yang selama
publik di masyarakat. Meskipun demikian ini dianggap memusuhi umat Muslim
‘integrasi’ negara-agama yang semakin Uyghur. Sementara itu, dalam ceramah
mendalam juga penting dicermati dalam tersebut umat Muslim Uyghur disebutkan
konteks perkembangan masa depan tidak terkena virus Corona karena rajin
demokrasi Indonesia. membasuh tangan, berwudu, memakan
Sebelum pemerintah mengumumkan binatang yang disembelih dan dimasak,
untuk pertama kali adanya pasien yang tidak makan darah dan seterusnya. Pada
positif terjangkit COVID-19 pada tanggal tanggal 11 Februari, bagian ceramah
2 Maret 2020, di kalangan tokoh umat yang menuturkan hal itu telah ada
Muslim cukup banyak yang melakukan yang mengunggah di youtube.23 Abdul
penyangkalan. Penyangkalan tersebut Somad di kesempatan lain kemudian
menyebar tidak hanya di kalangan mengutarakan alasannya mengapa
penceramah yang biasanya popular menyebut Coronavirus sebagai tentara
di televisi dan media online, tetapi Allah. Sayangnya, alih-alih merevisi
juga di kalangan tokoh pesantren dan posisi penyangkalannya, dia menegaskan
bahkan tokoh tarekat. Sebagian dari bahwa keyakinannya itu mirip dengan
mereka tidak lama kemudian mengubah pandangan delapan ulama besar dunia
pendapatnya dan menyepakati penjelasan yang berpendapat sama.24
medis mengenai COVID-19 serta Ustaz Abdul Somad tidak pernah
penanganannya. mengoreksi pandagannya di atas.
Salah satu tokoh Muslim yang Namun di kemudian hari menyampaikan
menyatakan pandangannya adalah pendapatnya yang menunjukkan
Ustaz Abdul Somad, seorang persetujuannya terhadap jarak sosial
15
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
16
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
17
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
18
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
19
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
20
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
21
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
22
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
23
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
menempatkan desa adat sebagai bagian kenyataanya mengandung bias kota dan
penting.54 Upacara Tawur Ageng Tilem daerah yang sudah cukup maju.
Kesanga di Bali dipusatkan di Lapangan Prosesi perayaan Waisak nasional pada
I Gusti Ngurah Made Agung, Kota tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan
Denpasar pada 24 Maret 2020 dengan di komplek Candi Borobudur dan Candi
sistem pembatasan, termasuk peserta Mendut Magelang yang biasanya
ritual dibatasi.55 Pembatasan tersebut dihadiri oleh ribuan umat Buddha dari
termasuk upacara ritual hanya melibatkan Indonesia, umat Buddha dari negara-
rohaniawan (sulinggih, pemangku), negara lain serta para tamu undangan.
serati banten, pemuka adat serta Demi mencegah penularan COVID-19,
pemuka agama. Sementara itu warga perayaan Waisak di Candi Borobudur pada
menyelenggarakan persembahyangan dari tanggal 7 Mei 2020 ditiadakan, diganti
rumah masing-masing.56 perayaan Waisak dari rumah. Perayaan
Bagaimana dengan rangkaian Waisak di wihara juga hanya dilakukan
perayaan Paskah? Pada umumnya oleh orang-orang tertentu dengan
perayaan Paskah di gereja-gereja arus jumlah terbatas.57 Lima organisasi induk
utama tidak diselenggarakan di gereja umat Buddha dengan dukungan Bimas
untuk tujuan pembatasan sosial. Misalnya, Buddha Kemenag menyelenggarakan
di Gereja Mesehi Injili di Timor (GMIT) pujabakti dan meditasi detik-detik Waisak
Nusa Tenggara Timur, sejak tanggal 29 secara streaming. Lima organisasi induk
Maret 2020 semua ibadah tidak dilakukan tersebut adalah Perwakilan Umat Buddha
di gereja. Sehingga rangkaian perayaan Indonesia (Walubi), Persatuan Umat
hari Paskah tanggal 9-12 April 2020 pun Buddha Indonesia (Permabudhi), Sangha
kemudian tidak diadakan di gereja. Para Theravada Indonesia, Parisadha Buddha
pemimpin gereja di Indonesia bagian Dharma Niciren Syosyu Indonesia dan
Timur harus bekerja keras agar perayaan Majelis Agama Buddha Tantrayana Satya
Paskah tetap berlangsung, meskipun Buddha Indonesia.58
tanpa perkumpulan fisik, sementara Ketika banyak daerah berstatus PSBB,
terdapat keterbatasan teknologi. Hanya salat Tarawih, pengajian dan pertemuan
20% dari jemaat GMIT yang dapat keagamaan di lingkungan umat Muslim
mengakses layanan kebaktian melalui banyak yang ditiadakan. Sebanyak 17
media online. Sisanya mengandalkan radio program yang biasanya ada di masjid
dan pengeras suara di kampung-kampung. Istiqlal, termasuk di antaranya salat
Itupun tetap tidak bisa menjangkau Tarawih dan buka bersama, ditiadakan
semuanya, sebab masih banyak desa yang untuk meminimalisir penyebaran
tidak memiliki akses listrik. Meskipun COVID-19. Sebagai penggantinya,
demikan, GMIT tetap tidak mengadakan sebagian program yang memungkinkan
perayaan Paskah secara langsung. Saran dialihkan ke sistem online.59 Selain
umum untuk mengalihkan peribadatan di Jakarta, peniadaan salat Jumat,
dari on site menuju online pada salat wajib 5 waktu, salat Tarawih dan
24
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
25
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
sangat disayangkan terjadi di saat kasus COVID-19 pada saat rapid test tanggal 6
jumlah pasien baru COVID-19 masih Mei 2020.70
mencapai ratusan kasus per hari di awal Di Tambora, Jakarta Barat, tiga orang
Mei 2020. yang positif COVID-19 mengikuti salat
Tentang kasus-kasus penyangkalan, Tarawih berjamaah di Musala RW. 07
kami hanya memfokuskan analisis di bersama sekitar tiga puluh orang jemaah
daerah-daerah yang telah berstatus PSBB. lain. Akibatnya, semua jemaah lain
Selain itu, untuk kebutuhan memahami harus menjalani test Swab. Kemudian
konteks masalah, kita juga menganalisis pada 10 Mei 2020 mereka dievakuasi
peristiwa umum di luar daerah PSBB. Di oleh Puskesmas Kecamatan Tambora
sini, kami tidak membahas kasus per kasus dan ditetapkan sebagai Orang Dalam
semuanya, tetapi menyusun pola masalah Pengawasan (ODP).71 Masih dari Tambora,
di mana kasus-kasus hanya diambil seorang kakek yang cucunya ditetapkan
sebagian untuk menjelaskan pola tersebut. positif terpapar COVID-19 nekad menjadi
Pertama, ibadah bersama di tempat imam salat berjamaah di musala. Kakek
ibadah umum di daerah berstatus PSBB. tersebut sempat sakit tetapi tetap menjadi
Ibadah keagamaan di tempat ibadah imam salat di musala. Walhasil, setelah
umum yang dihadiri banyak orang dilakukan test Swab terhadapnya pada 9
membawa resiko tinggi penyebaran Mei 2020, dia dinyatakan positif COVID-19.
COVID-19. Sebagaimana telah diketahui Padahal ada sekitar dua puluh warga yang
luas orang yang terpapar (carrier) bisa jadi biasa berjamaah dengan imam tersebut.72
tidak merasakan gejala atau symptom di Di Ende, meskipun Keusukupan
tubuhnya dan merasa sehat. Resiko yang Agung Ende mengeluarkan himbauan
tinggi ini dapat diamati dalam kasus yang untuk tidak melakukan misa di gereja dan
terjadi di Masjid Ridha Muhammadiyah menggantinya menggunakan metode
di Kecamatan Rappocini, Makassar. daring, namun gereja Bhonawa tetap
Pada 30 April 2020, pemerintah Kota menyelenggarakan misa hari minggu.
Makassar melakukan rapid test terhadap Pimpinan gereja tersebut menyampaikan
semua jemaah masjid tersebut yang tetap sebenarnya gereja tidak dibuka untuk
menggelar salat Tarawih di saat daerah umum, tetapi karena pastor misa hadir
telah mulai berstatus PSBB. Hasilnya, di gereja, kemudian para jemaat datang
dari rapid test ditemukan tiga orang yang dan mengikuti misa. Jemaat tetap tidak
positif COVID-19.69 Peristiwa sejenis terjadi mau disuruh pulang agar tidak mengikuti
di Kabupaten Sidoarjo. Satgas COVID-19 misa di gereja.73 Adapun di kalangan
Kabupaten Sidoarjo menyasar masjid umat Buddha, meskipun diikuti oleh
atau musala yang masih melangsungkan sedikit umat Buddha (pimpinan agama
salat Tarawih. Dari 123 jemaah di masjid dan umatnya tidak lebih dari 15 orang),
Al-Ikhlas Perumahan Bluru Permai, perayaan Waisak tetap diselenggarakan di
ditemukan 6 jemaah yang reaktif Maha Vihara Mojopahit pada tanggal 7 Mei
2020.74
26
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
Kasus-kasus di atas hanya sedikit dari Kasus serupa terjadi di Jawa Timur.
banyak kasus lain. Melalui perjumpaan MUI Jawa Timur mengirim surat No. 23/
orang pada saat beribadah yang pada MUI/JTM/V/2020 kepada Gubernur Jawa
umumnya tidak mengambil jarak yang Timur, Bupati Gresik, Bupati Sidoarjo
tepat dan konsisten sesuai protokol dan Wali Kota Surabaya. Inti surat itu
kesehatan, rumah ibadah kemudian adalah permohonan kepada kepala
menjadi ruang transmisi lokal penularan daerah bersangkutan supaya memberikan
COVID-19. Bisa jadi seseorang sudah kelonggaran bagi masyarakat Muslim
positif COVID-19, tapi dia tidak untuk melaksanakan salat berjamaah
mengetahuinya. Sehingga dia menularkan di tempat ibadah. MUI meyakini jika
kepada jemaah lain yang mereka salat berjamaah dilaksanakan sesuai
juga tidak tahu sudah tertular melalui protokol menjaga jarak, maka tak akan
pertemuan di tempat ibadah itu. berdampak pada penyebaran virus.76 Di
Kedua, penyangkalan lembaga luar dua kasus penyangkalan lembaga
keagamaan terhadap keputusan lembaga keagamaan tersebut, sayangnya
hirarki di atasnya. Meskipun sebagian Sekjen MUI Pusat, Anwar Abbas, juga
besar lembaga keagamaan di tingkat melontarkan pernyataan sejenis. Menyusul
pusat mendukung berlangsungnya pemerintah mengumumkan pelonggaran
kebijakan pembatasan sosial, tetapi ada kebijakan transportasi publik, dia meminta
penyangkalan atau anomali di sebagian pemerintah untuk membuka kembali
lembaga keagamaan. Menyusul masa masjid dan tempat ibadah lain serta
PSBB tahap kedua atau perpanjangan meminta pemerintah mengumumkan
PSBB di Kota Padang, MUI Kota Padang bahwa wabah COVID-19 sudah bisa
menerbitkan Maklumat dan Tausyiah dikendalikan.77
MUI Kota Padang No. 002/MUI- Baik kasus maklumat MUI Kota
PDG/V/2020. Meskipun dalam maklumat Padang, surat permohonan MUI Jawa
tersebut terlihat sangat hati-hati seperti Timur dan pernyataan Sekjen MUI Pusat
pembolehan salat Jumat dan salat Tarawih tampaknya tidak mempertimbangkan
berjamaah di masjid jika ada izin tertulis kenyataan kasus dan praktik di masyarakat
dari Pemerintah Kota atau Gugus Tugas seperti poin pertama di atas. Poin
dan Dinas Kesehatan Kota dan beberapa tersebut menjelaskan bahwa pertemuan-
ketentuan lain,75 tetapi memperhatikan pertemuan keagamaan tetap membawa
kultur masyarakat, masjid yang tidak resiko tinggi penyebaran COVID-19
memenuhi syarat-syarat tersebut bisa jadi karena pada kenyataanya jumlah jemaah
turut terdorong untuk menyelenggarakan sangat sedikit yang telah mengikuti tes
salat Jumat dan salat Tarawih berjamaah. COVID-19. Selain itu, tidak diketahui
Sehingga di daerah itu akan banyak persis apakah seseorang benar-benar
masjid atau musala yang dijadikan tempat bebas atau menjadi carrier COVID-19.
salat berjamaah di saat wabah masih Penyangkalan seperti itu tidak membantu
mengancam dan kota masih ditetapkan proses pencegahan penularan wabah yang
berstatus PSBB.
27
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
28
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
29
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
30
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
dan musala.91 Dari Aceh, suara lantang akan mengeluarkan aturan tentang
mengemuka dari FPI Aceh. Ketuanya pembukaan rumah ibadah dalam situasi
menyatakan FPI Aceh menolak Instruksi normal baru. Di luar lembaga Muslim,
Gubernur Aceh tentang perpanjangan PGI94 dan Keuskupan Agung Jakarta
PSBB yang melarang Peringatan Hari mengambil ancang-ancang membangun
Besar Islam, pengajian, zikir, majelis pedoman peribadatan dalam situasi
taklim, dll. yang mengumpulkan massa. normal baru.95
Perpanjangan PSBB tersebut mulai Kritik datang dari Muhammadiyah.
diberlakukan tanggal 30 Mei 2020.92 Ketua Muhammadiyah memaklumi
Di awal Juni, Dewan Masjid Indonesia munculnya pandangan di masyarakat
(DMI) menyebarkan maklumat yang bahwa kebijakan normal baru yang
menghimbau seluruh Dewan Kemakmuran diambil pemerintah lebih “mementingkan
Masjid (DKM) dan takmir masjid seluruh urusan ekonomi ketimbang keselamatan
Indonesia membuka kembali masjid masyarakat”. NU juga melontarkan
untuk salat lima waktu maupun salat protes. Ketika pemerintah mendorong
Jumat dengan mengikuti aturan dan kehidupan normal baru di pesantren,
jarak antara orang ketika salat adalah 1 Ketua Pengurus Pusat RMI (Rabithah
meter.93 Seperti beberapa kali disinggung Ma’ahid Islamiyah) atau Asosiasi
di atas, sebenarnya anjuran mengikuti Pesantren NU khawatir alih-alih
protokol kesehatan dalam peribadatan di menyelamatkan pesantren dari wabah,
kebanyakan rumah ibadah adalah klise, bisa jadi pesantren yang berbasis
karena jarang ada praktik yang ketat. kultur komunal menjadi klaster baru
Di sebagian rumah ibadah hal demikian penyebaran virus Corona. Menurutnya
juga tidak mungkin diterapkan, karena jika tidak ada dukungan sarana dari
sempitnya bangunan rumah ibadah dan pemerintah, dorongan untuk membuka
rendahnya budaya antri. kembali pesantren sangat berisiko.96
Meskipun penambahan kasus Risiko yang disebut terakhir ini sangat
positif COVID-19 rata-rata masih 600 mengkhawatirkan bukan saja dalam kasus
kasus tiap hari di akhir Mei, pemerintah dorongan agar pesantren turut mengikuti
mengumumkan 102 kabupaten/kota yang arus kehidupan normal baru, tapi juga
diizinkan memulai tahap normal baru (new menyangkut pembukaan rumah ibadah
normal) pada tanggal 30 Mei 2020. Di akhir yang memiliki jemaah dalam jumlah besar
Mei itu juga Menteri Agama menyatakan di mana protokol kesehatan tidak mudah
kementeriannya siap memasuki masa diterapkan di dalamnya.
normal baru dan dalam waktu satu minggu
31
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
32
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
apa yang bisa dikatakan mengenai lainnya), juga beragam perayaan dan
hubungan agama dan negara dalam ritual agama-agama, seperti perayaan
suatu demokrasi, di masa wabah ataupun Nyepi, salat Idulfitri, perayaan Waisak, dan
di masa normal. Dalam bagian ini kami Paskah.
mengambil beberapa pelajaran penting Biasanya pembatasan oleh pemerintah
yang bermanfaat bukan hanya dalam selalu menjadi isu kontroversial. Nyatanya
masa wabah, namun juga mengenai peraturan pemerintah terkait wabah
pembatasan kebebasan di masa normal COVID-19 yang membatasi aktivitas
(baru). keagamaan sedemikian luas, dalam
Bagaimana pembatasan diterima atau skala yang tidak memiliki presedennya
ditolak? Di antara temuan penting dari dalam sejarah, justru didukung luas oleh
kajian para penulis laporan ini sebelumnya organisasi-organisasi keagamaan. Tak
adalah bahwa di Indonesia pembatasan terbatas pada organisasi keagamaan
atas dasar pertimbangan ketertiban arus utama, tak sedikit organisasi-
masyarakat menjadi jenis pembatasan organisasi yang orientasi keagamaannya
yang amat kerap dilakukan. Lebih disebut sebagai konservatif atau bahkan
jauh, “nilai-nilai agama”, sebagai dasar garis keras pun mendukung kebijakan
pembatasan yang muncul dalam Pasal 28J pemerintah itu. Beberapa tokoh
UUD 1945 juga berperan amat penting, di agama popular yang awalnya menolak
antaranya karena ketertiban masyarakat pembatasan ini pun kemudian berubah
dipahami mencakup tatanan masyarakat sikap dalam waktu singkat.
Indonesia di mana nilai-nilai agama Tidak sulit dipahami, penerimaan
menjadi bagiannya. Sejauh menyangkut luas ini amat terkait dengan adanya
kesehatan masyarakat, yang tidak pengetahuan dan kesadaran akan bahaya
muncul dalam UUD 1945 tapi ada dalam virus Corona baru. Pemerintah sendiri
KIHSP, ada beberapa pembatasan yang terkesan ragu-ragu, karena terutama
seharusnya dilakukan (misalnya dalam mempertimbangkan dampak ekonomi
merespons penolakan vaksin atas dasar dari pembatasan yang meluas. Namun
argumen keagamaan) tapi tidak dilakukan, paling sedikit ada tiga faktor yang
dan dengan demikian justru menjadi mendorong dan memperkuat pemerintah
sumber berkurangnya kualitas kesehatan untuk akhirnya merumuskan kebijakan
masyarakat. pembatasan secara sangat signifikan pada
Pembatasan KBB atas dasar bulan Maret 2020. Yaitu, pernyataan WHO
pertimbangan wabah COVID-19, sebagai pada pertengahan Maret 2020, bahwa
isu kesehatan masyarakat, adalah contoh COVID-19 adalah wabah; dukungan kuat
pembatasan yang tidak sulit dicarikan dari masyarakat sipil yang mendorong
alasan pembenarannya. Pembatasan ini pemerintah untuk lebih tegas melakukan
memiliki cakupan amat luas, mencakup pembatasan sosial; dan, meskipun
ibadah rutin harian dan mingguan (di pada awalnya ada suara pro-kontra dari
masjid, gereja atau rumah-rumah ibadah lembaga-lembaga keagamaan, sebagian
33
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
besar dari mereka kemudian mendukung kabur, dengan pesan yang tak selalu
pemerintah secara kuat. Sejak minggu jelas. Ini ditambah dengan berita-berita di
ketiga Maret, dengan dukungan lembaga- media yang menunjukkan bagaimana di
lembaga keagamaan, banyak rumah beberapa tempat pembatasan sosial itu
ibadah telah menghentikan kegiatan seperti sudah tidak ada, dengan dibukanya
ibadah rutin mereka, termasuk masjid- pasar swalayan dan beberapa fasilitas
masjid yang berhenti menyelenggarakan publik lainnya.
salat Jumat. Pelajaran penting di sini Semuanya memberikan isyarat adanya
adalah bahwa pembatasan dapat pelonggaran, yang lalu direspons oleh
dilakukan jika pemerintah memberikan sebagian pemimpin lembaga keagamaan
alasan yang kuat sehingga masyarakat dengan tuntutan untuk pelonggaran
dapat menerimanya. pembatasan ibadah berjamaah yang
Namun kemudian, sejak awal hingga mengumpulkan banyak orang dan
akhir Mei, muncul resistensi atau bahkan penggunaan rumah ibadah. Dapat
penolakan terang-terangan untuk dicatat bahwa tuntutan pelonggaran itu
mengikuti anjuran pembatasan yang sebetulnya juga tidak selalu tanpa batas;
masih berlaku. Ada dorongan keagamaan misalnya, di beberapa tempat, jarak sosial
untuk itu, khususnya di kalangan Muslim, di rumah ibadah tetap dianjurkan. Dalam
karena waktu itu menjelang Idulfitri, yang pernyataan pemimpin MUI, disebut pula
biasanya ditandai penyelenggaraan salat pentingnya melihat situasi daerah-daerah
secara masif di banyak tempat. Namun yang berbeda, sebagaimana diungkapkan
ada beberapa faktor lain yang tak kalah dalam istilah yang digunakan pemerintah
penting, karena toh dalam beberapa seperti “zona hijau”, ketika tidak ada kasus
minggu sebelumnya pembatasan itu relatif COVID-19, atau “zona merah”.
cukup dipatuhi. Namun justru di sinilah ada
Sejak awal Mei, sekitar enam minggu problem besar, yaitu dalam hal kaitan
setelah Gugus Tugas Percepatan kebijakan dengan data yang dimiliki
Penanganan COVID-19 dibuat, pemerintah untuk menggambarkan baik buruknya
memberikan isyarat pelonggaran PSBB. situasi secara umum maupun per
Ini tersirat dalam Surat Edaran Ketua daerah. Sesungguhnya isyarat-isyarat
Pelaksana Gugus Tugas COVID-19 No. 4 pelonggaran di atas muncul ketika
Tahun 2020 maupun dalam pernyataan- kurva yang menunjukkan keseriusan
pernyataan para pejabat, yang terkadang penyebaran virus Corona justru masih
tampak saling bertentangan. Belakangan terus meningkat hingga akhir Mei, ketika
isyarat ini makin tampak dalam wacana pertambahan kasus harian lebih dari 600
mengenai “persiapan new normal”. bahkan beberapa kali hampir menyentuh
Perbedaan pendapat di kalangan angka 1000. Apa kemudian kriteria yang
internal pemerintahan pusat, maupun digunakan untuk melonggarkan atau
antara pemerintah pusat dan daerah tidak? Selain itu, satu hal yang telah
menggambarkan komunikasi publik yang kerap menjadi sumber kritik terhadap
34
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
35
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
Endnotes
1 https://www.who.int/csr/don/05-january- 8 https://jateng.idntimes.com/news/jateng/rudal-
2020-pneumonia-of-unkown-cause-china/en/ afgani-dirgantara/salat-berjemaah-di-masjid-warga-
banyumas-positif-kena-virus-corona/full
2 https://abcnews.go.com/Health/timeline-
coronavirus-started/story?id=69435165 9 https://www.merdeka.com/peristiwa/klaster-
jemaah-tabligh-dominasi-penularan-covid-19-di-provinsi-
3 https://www.who.int/emergencies/diseases/ yogyakarta.html
novel-coronavirus-2019/events-as-they-happen
10 https://megapolitan.okezone.com/
4 https://www.worldometers.info/coronavirus/ read/2020/05/26/338/2219980/penjelasan-wali-kota-
countries-where-coronavirus-has-spread/ bekasi-soal-kabar-1-keluarga-terpapar-corona-usai-sholat-
5 https://covid19.who.int/ id
6 https://bnpb-inacovid19.hub.arcgis.com/ 11 https://news.detik.com/berita/d-4946908/4-
jemaatnya-positif-corona-ini-penjelasan-gpib-sinode-soal-
7 https://tirto.id/2-warga-malaysia-yang-ikut-tabligh- seminar-bogor/1
akbar-di-gowa-positif-corona-eNU6.
36
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
37
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
38
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
75 https://posmetropadang.co.id/mui-padang- 88 https://www.kompas.com/tren/
persilahkan-shalat-jumat-dan-tarawih-di-masjid-asal-ada- read/2020/05/20/125200265/mengapa-keputusan-shalat-
izin-tertulis-dari-pemko-dkk/ idul-fitri-dari-mui-tak-dijalankan-serentak-
76 https://www.bangsaonline.com/berita/73704/sururi- 89 https://bangbara.com/akhirnya-kondisi-covid-19-
sarankan-mui-dan-bupati-gresik-duduk-bareng-bahas- mui-kbb-izinkan-shalat-idul-fitri-ini-persyaratannya/
kelonggaran-salat-berjamaah-saat-psbb
90 https://jatim.suara.com/read/2020/05/20/163000/
77 https://www.watyutink.com/topik/viralnyuss/Menag- takmir-masjid-di-malang-pecah-sholat-ied-di-rumah-atau-
Wacanakan-Relaksasi-Tempat-Ibadah-MUI-Minta-Masjid- berjamaah-di-masjid
Boleh-Laksanakan-Sholat-Berjamaah
91 https://www.cnnindonesia.com/nasion
78 https://www.malangpostonline.com/Malang-Raya/ al/20200512134503-20-502499/pa-212-desak-
Kabupaten-Malang/2020-05/37318/bupati-malang-tak- pelonggaran-pembatasan-masjid-ini-bom-waktu
melarang-salat-berjamaah-di-masjid-psbb-hanya-14-
kecamatan 92 https://www.liputanaceh.com/fpi-aceh-tolak-
intruksi-guberbenur-aceh-terkait-perpanjangan-masa-
79 https://surabaya.tribunnews.com/2020/05/08/ tanggap-darurat-covid-19-di-aceh/
perayaan-waisak-di-maha-vihara-mojopahit-mojokerto-
saat-pendemi-covid-19-berlangsung-sederhana 93 https://www.republika.id/posts/7040/dmi-imbau-
masjid-kembali-dibuka%C2%A0
80 https://nasional.kompas.com/
read/2020/05/12/06011811/wacana-menag-fachrul-razi- 94 http://www.medanbisnisdaily.com/news/online/
untuk-relaksasi-psbb-di-rumah-ibadah?page=1 read/2020/05/28/109151/pgi_siapkan_pedoman_
beribadah_di_gereja_saat_penerapan_new_normal/
81 https://www.youtube.com/watch?v=_dx4vURGTTw
95 https://www.metrotvnews.com/play/KRXCgeMr-
82 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52229367 keuskupan-agung-jakarta-siapkan-pedoman-ibadah-saat-
new-normal
83 https://jateng.tribunnews.com/2020/03/25/pengurus-
masjid-menara-tolak-imbauan-mui-untuk-tidak-gelar- 96 https://www.antaranews.com/berita/1523472/
sholat-jumat asosiasi-pesantren-nu-tunda-kebijakan-normal-baru-di-
pesantren
84 https://www.cnnindonesia.com/nasion
al/20200512134503-20-502499/pa-212-desak- 97 https://nasional.kompas.com/
pelonggaran-pembatasan-masjid-ini-bom-waktu read/2020/06/04/12582451/grafik-covid-19-di-jakarta-
menurun-66-rw-masih-di-zona-merah
85 http://www.detakbanten.com/today/15786-langgar-
psbb-muspika-sindang-jaya-bubarkan-kegiatan-sosial- 98 https://setkab.go.id/terbitkan-se-15-2020-menag-
keagamaan rumah-ibadah-harus-jadi-contoh-pencegahan-persebaran-
covid-19/
86 https://riau.antaranews.com/nasional/berita/1446840/
pengurus-20-masjid-di-pekanbaru-nekat-tarawih- 99 “A pandemic of power grabs”, The Economist,
berjamaah-akan-dipanggil?utm_source=antaranews&utm_ 25 April 2020. F. Wehrey, N. J. Brown, B. Al-Saif, I.
medium=nasional&utm_campaign=antaranews Fakir, A. Boukhars, M. Al-Deen, Islamic Authority and
Arab States in a Time of Pandemic, 16 April 2020. https://
87 Lihat: http://www.beritajakarta.id/en/read/34987/ carnegieendowment.org/publications/81563
extending-psbb-period-anies-expects-citizens-to-be-more-
discipline#.XtfyNTozZoQ (https://www.economist.com/leaders/2020/04/23/
autocrats-see-opportunity-in-disaster)
39
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
Di bawah ini daftar daerah dan jadwal diberlakukannya PSBB. Pembaharuan data
terakhir sampai tanggal 31 Mei 2020.
40
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
41
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
42
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
43
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
9. Dewan Musyawarah Pusat Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa Indonesia, pada tanggal 15 Maret 2020, mengeluarkan “Surat Edaran Terkait
Wabah COVID-19” berisi ajakan agar para umat penghayat kepercayaan tidak
melakukan berbagai kegiatan yang mengumpulkan orang banyak.
10. GKE (Gereja Kalimantan Evangelis), Kalimantan Tengah, pada tanggal 16 Maret
2020, mengeluarkan surat edaran yang berjudul “Kewaspadaan Pandemi COVID-19”
mengajak jemaah untuk tetap tenang, menghindari berita hoax, menerapkan pola
hidup bersih dan sehat, serta menginformasikan bahwa ibadah Minggu digantikan
dengan metode daring (online).
11. Majelis Ulama Indonesia (MUI), pada tanggal 17 Maret 2020, mengeluarkan “Fatwa
Majelis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Hukum dan
Pedoman Penanganan Jenazah (Tajhiz Al- Janazah) Terinfeksi COVID-19”.
12. MUI, pada tanggal 16 Maret 2020 mengeluarkan “Fatwa Penyelenggaraan Ibadah
Dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19”.
13. LBM PBNU, pada tanggal 19 Maret 2020, mengeluarkan “Cara Baru Beribadah Dalam
Shalat Berjamaah” yang mengajak agar para umat Islam tidak melakukan salat
berjamaah dan dialihkan dengan salat di rumah masing-masing.2
14. Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta, pada tanggal 19 Maret 2020,
mengeluarkan “Fatwa Majelis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Hukum Mengunjungi Tempat Keramaian di Jakarta Dalam Situasi Wabah
COVID-19”.
15. Gereja St. Maria Bunda Karmel, Paroki Tomang, DKI Jakarta, pada tanggal 19 Maret
2020 mengeluarkan “Himbauan Kepada Pengurus Dewan Pleno Paroki Tomang
Gereja Maria Bunda Karmel” yang menghimbau agar misa jalan salib, misa Sabtu dan
Minggu dan misa harian digantikan secara online.
16. LBM PBNU, pada tanggal 20 Maret 2020, mengeluarkan “Hukum Menjaga Jarak
Jamaah dan Shaf Shalat Jumat dari COVID-19”.3
17. GMIT, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 20 Maret 2020, mengeluarkan “Himbauan
Pecegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)” yang merupakan ajakan
para jemaah untuk melakukan doa bersama setiap jam 9 malam dan menunda segala
bentuk acara gerejawi yang mengumpulkan orang banyak termasuk pernikahan dan
menginformasikan bahwa gereja tetap terbuka bagi jemaah yang membutuhkan
bantuan.
44
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
18. GMIM, Sulawesi Utara, pada tanggal 20 Maret 2020 mengeluarkan “Surat
penggembalaan dan Himbauan Dalam Menghadapi Pandemik COVID-19” yang
berisi informasi kepada jemaah GMIM agar segala bentuk kegiatan gerejawi untuk
sementara waktu ditunda atau dialihkan dengan metode daring (online) dan untuk
warga jemaah yang membutuhkan bantuan dapat mendatangi kantor.
19. Himpunan Ahlussunnah untuk Masyarakat Islami, pada tanggal 21 Maret 2020,
mengeluarkan Keputusan tentang “Sholat Jama’ pada Kondisi Wabah Corona”.4
20. Keuskupan Agung Semarang, pada tanggal 23 Maret 2020, mengeluarkan “Surat
Edaran Perpanjangan Masa Darurat Peribadatan”.
21. Y.M. Sri Paññāvaro Mahāthera, sebagai Saṅghapāmokkha (Kepala Saṅgha)
Saṅgha Theravāda Indonesia, pada tanggal 22 Maret 2020, mengeluarkan “Nasihat
Saṅghapāmokkha Sti Terkait Wabah COVID-19”.
22. Muhammadiyah Kotabaru, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 22 April
2020, mengeluarkan “Edaran Pelaksanaan Shalat Jum’at dan Ibadah Ramadan 1441 H
Dalam Kondisi Darurat COVID-19”.5
23. PBNU, pada tanggal 25 Maret 2020, mengeluarkan “Instruksi” yang berisi himbauan
agar umat Islam meliburkan beragam kegiatan rutin dan menunda agenda-agenda
organisasi atau dialihkan dengan metode daring. Untuk para santri yang berada di
Pondok Pesantren bila kondisi memungkinkan agar para santri dipulangkan dengan
dijemput oleh keluarga masing-masing bukan menggunakan transportasi umum.
24. LBM PWNU Jawa Tengah, pada tanggal 25 Maret 2020, mengeluarkan “Keputusan
Lembaga Bahtsul Malsail PWNU Jawa Tengah”6 yang menginformasikan kepada
seluruh umat Muslim bahwa OTG (Orang Tanpa Gejala) dan warga di daerah zona
hijau diperkenankan melakukan salat berjamaah serta menghimbau agar para takmir
masjid menaati protokol kesehatan dan kebersihan.
25. Gereja Kristen Jawa (GKJ), pada tanggal 26 Maret 2020, mengeluaran “Surat
Pengembalaan II Berkaitan dengan Pandemik COVID-19” yang berisi himbauan
agar para jemaah untuk mematuhi himbauan dari pemerintah Indonesia dan
meliburkan kegiatan peribadatan terutama di gereja dan kegiatan-kegiatan yang
mengumpulkan orang banyak serta mengajak agar jemaat ikut membantu sesama
untuk meringankan beban selama pandemik COVID-19.
26. Dewan Pimpinan Pusat Sangha Agung Indonesia, pada tanggal 26 Maret 2020,
4 Redaksi. “Keputusan DPP HASMI Tentang Jama’ Sholat Di Tengah Wabah - HASMI: Sebuah Gerakan
Kebangkitan.” HASMI, 21 Mar. 2020, www.hasmi.org/keputusan-dpp-hasmi-tentang-jama-sholat-di-ten-
gah-wabah/.
5 “PD Muhammadiyah Kotabaru - Persyarikatan Muhammadiyah.” Muhammadiyah, kotabaru.muhammadiyah.
or.id/pengumuman-559-detail-edaran-pelaksanaan-ibadah-ramadhan-1441-h.html.
6 Purbaya, Adhitya. “PWNU Jateng Soal Salat Jumat: Orang Sehat Wajib Dan PDP-Positif Haram!” Detiknews, 3 Apr.
2020, news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4963671/pwnu-jateng-soal-salat-jumat-orang-sehat-wajib-dan-pdp-positif-
haram.
45
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
merilis “Pesan Waisak 2564 Be 2020 Sangha Agung Indonesia”7 berisi pesan agar
umat Buddha selalu mawas diri baik pribadi dan keluarga serta menjaga semangat
toleransi di tengah-tengah masa krisis akibat wabah pandemik COVID-19.
27. MUI Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, pada tanggal 26 Maret
2020 mengeluarkan himbauan tentang “Pemberlakukan Tidak Melaksanakan Sholat
Jum’at untuk Sementara”.
28. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB), pada tanggal 27 Maret 2020,
mengeluarkan “Penjelasan dan Kebijakan Majelis Sinode GPIB”, yang berisi informasi
bahwa pihak GPIB bahwa beragam kegiatan gerejawi untuk sementara ditunda dan
kegiatan ibadah dialihkan menggunakan metode daring (online) serta mengajak
para jemaat untuk meningkatkan rasa kekeluargaan terutama kepada mereka yang
berstatus PDP dan ODP.
29. Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDI), pada tanggal 27 Maret 2020,
mengeluarkan “Pedoman Perawatan Jenazah dan Upacara Pitra Yajna Bagi Jenazah
Pasien COVID-19.
30. MUI Provinsi Kalimantan Timur, pada tanggal 27 Maret 2020, mengeluarkan
“Himbauan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kalimantan Timur” berisi permintaan
kepada pemerintah Indonesia melakukan perluasan pencegahan penyebaran
virus COVID-19 dan menghimbau agar salat berjamaah untuk sementara waktu
ditiadakan.
31. Hidayatullah, pada tanggal 8 April 2020, mengeluarkan berita dengan judul
“Memakmurkan Masjid Ditengah Wabah Pandemik COVID-19” yang berisi himbauan
agar para pengurus Hidayatullah tidak meninggalkan masjid dalam keadaan kosong
untuk kurun waktu yang lama dan untuk para umat agar segera konsultasi ke dokter
bila mengalami sakit dengan gejala-gejala COVID-19.8
32. LBM PBNU, pada tanggal 17 April 2020, mengeluarkan himbauan “Hukum Shalat
Jumat Online atau Live Streaming via Media Sosial”.9
33. GKI (Gereja Kristen Indonesia), pada tanggal 21 April 2020, mengeluarkan “Pesan
Pastoral III Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Kristen Indonesia (GKI)
Berkaitan dengan Pandemik COVID-19” yang berisi ajakan agar para umat Kristen
tidak membuat kepanikan, kegiatan peribadatan akan dilakukan secara metode
daring.
7 Bhagavant. “Pesan Waisak 2564/2020 Sangha Agung Indonesia: Berita Buddhis.” Berita Bhagavant, 6 May 2020,
berita.bhagavant.com/2020/05/06/pesan-waisak-2564-2020-sangha-agung-indonesia.html.
8 Kefron, Amanji, and Amanji Kefron. “Kerjasama Makmurkan Masjid di Tengah Wabah Covid-19.” Hidayatullah.
or.id, 8 Apr. 2020, hidayatullah.or.id/read/daerah/2020/04/08/bekerja-sama-untuk-memakmurkan-masjid-ditengah-
wabah-covid-19/.
9 “Hukum Shalat Jumat Online Atau Live Streaming via Media Sosial.” NU Online, islam.nu.or.id/post/read/119154/
hukum-shalat-jumat-online-atau-live-streaming-via-media-sosial.
46
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
34. Ikatan Da’i Indonesia, pada tanggal 12 Mei 2020, mengeluarkan “Panduan I’tikaf dan
Shalat Ied Saat Wabah COVID-19”.
35. MUI, pada tanggal 13 Mei 2020, mengeluarkan “Panduan Kaifiat Takbir dan Shalat
Idul Fitri Saat Pandemi COVID-19”.
36. Muhammadiyah, pada tanggal 14 Mei 2020, mengeluarkan edaran tentang
“Tuntunan Salat Idulfitri Dalam Kondisi Darurat Pandemi COVID-19”.
37. Dewan Da’wah Islamiyah, pada tanggal 18 Mei 2020, mengeluarkan surat edaran
tentang “Sholat Idul Fitri di Saat Pandemik COVID-19”.10
38. MUI, pada tanggal 20 Mei 2020, mengeluarkan “Perijinan Sholat Ied Berjamaah
di Lapangan”11 yang merupakan keberlanjutan dari fatwa yang telah dikeluarkan
sebelumnya yaitu berisi informasi bahwa salat Idulfitri dapat dilakukan secara
berjamaah bila daerah umat Muslim merupakan zona hijau atau penularan virus
COVID-19 di daerah tersebut telah dikendalikan.
39. Wahdah Islamiyah, pada tanggal 21 Mei 2020, mengeluarkan “Tata Cara Pelaksanaan
Sholat Idul Fitri dan Ibadah di Rumah dan Dalam Kondisi Terbatas”.12
40. RMI PBNU, pada tanggal 22 Mei 2020 mengeluarkan “Protokol Perpanjangan Masa
Belajar (Ta’lim) Santri di Rumah Setelah Libur Lebaran 1441 H di Masa Pandemi
COVID-19”.
41. Dewan Masjid Indonesia, pada tanggal 23 Mei 2020 mengeluarkan “Tahrib Ramadan
1441 Hijriah”13 yang berupa ajakan agar umat Muslim tetap semangat menjalani
ibadah puasa walaupun berada di masa-masa krisis akibat pandemik COVID-19 dan
mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah dan dinas kesehatan.
42. Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GKI, pada tanggal 24 Mei 2020 mengeluarkan
“Pesan Pastoral IV Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Kristen Indonesia”
yang mengajak agar para jemaat untuk meningkatkan empati dan simpati kepada
semua masyarakat.
43. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, pada tanggal 27 Mei 2020
mengirimkan surat “Revitalisasi Fungsi Ruang Ibadah (Gedung Gereja) Dalam
Tatanan Kehidupan Baru” yang berisi permohonan kepada Kementerian Agama
10 Dewandakwah.or.id. “Edaran Pengurus Pusat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Tentang Shalat Idul Fitri Di Saat
Pandemi COVID-19.” Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, 20 May 2020, kabar.dewandakwah.com/edaran-pengurus-
pusat-dewan-dawah-islamiyah-indonesia-tentang-shalat-idul-fitri-di-saat-pandemi-covid-19/.
11 Ariefana, Pebriansyah. “Resmi! MUI Tak Larang Sholat Idul Fitri Berjamaah Di Masjid Dan Lapangan.” Suara.com,
Suara.com, 20 May 2020, www.suara.com/news/2020/05/20/171920/resmi-mui-tak-larang-sholat-idul-fitri-berjamaah-
di-masjid-dan-lapangan.
12 Wahdah, Admin. “Tata Cara Pelaksanaan Salat Idul Fitri Dan Ibadah Di Rumah Dan Dalam Kondisi Terbatas.” Wah-
dah Islamiyah, 22 May 2020, wahdah.or.id/tata-cara-pelaksanaan-salat-idul-fitri-dan-ibadah-di-rumah-dan-dalam-
kondisi-terbatas/.
13 “DMI Menyerukan Tujuh Poin Dalam Tarhib Ramadhan 1441 Hijriah.” Dewan Masjid Indonesia, 27 Apr.
2020, dmi.or.id/dmi-menyerukan-tujuh-poin-dalam-tarhib-ramadhan-1441-hijriah/.
47
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020
48
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
BIODATA PENULIS
Suhadi adalah dosen di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan saat ini menjadi research associate
di Centre for Muslim States and Societies, University of Western Australia. Suhadi menulis
laporan tematik Kebebasan Akademik dan Ancaman yang Meningkat (CRCS UGM 2017) dan
beberapa artikel jurnal dan bab buku mengenai kebebasan beragama di masyarakat Muslim. Dia
pernah menjadi koordinator riset Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia di CRCS
UGM dari 2008 sampai 2012.
Zainal Abidin Bagir adalah Direktur Indonesian Consortium for Religious Studies/ ICRS dan
dosen di Program Studi Agama dan Lintas Budaya/ CRCS, Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin
Universitas Gadjah Mada. Ia merupakan salah satu kontributor buku Keeping the Faith: A Study
of Freedom of Thought, Conscience, and Religion in ASEAN (Human Rights Resource Centre UI,
2015) dan menulis beberapa artikel lain mengenai kebebasan beragama atau berkeyakinan di
Indonesia.
Renata Arianingtyas adalah Kepala Program Empowering Access to Justice (MAJu) di The
Asia Foundation Indonesia. Di samping itu, dia juga menjadi pengajar di Graduate School for
Diplomacy di Universitas Paramadina. Renata tercatat sebagai salah satu pendiri the Indonesian
Legal Resource Center (ILRC) Jakarta dan bekerja lebih dari 18 tahun dalam bidang HAM dan
pembangunan hukum.
Asfinawati saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
(YLBHI). Sejak tahun 2000, Asfin telah bergabung sebagai asisten pengacara publik di Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Jakarta yang memberi perhatian pada pembelaan kelompok minoritas di
Indonesia. Terkait kebebasan beragama berkeyakinan ia melakukan pembelaan terhadap kasus-
kasus penodaan agama, pendirian tempat ibadah dan juga terlibat dalam judicial review pertama
terhadap UU 1/PNPS/1965 untuk menghapus penodaan agama.
49