Anda di halaman 1dari 59

PEMBATASAN

HAK BERAGAMA
Di Masa Wabah COVID-19

Suhadi
Zainal Abidin Bagir
Renata Arianingtyas
Asfinawati

Program Studi Agama dan Lintas Budaya


(Center for Religious and Cross-cultural Studies, CRCS)
Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin, Universitas Gadjah Mada

Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Yogyakarta

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)


Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19
© Juni 2020

Penulis:
Suhadi
Zainal Abidin Bagir
Renata Arianingtyas
Asfinawati

Tim Resource Center:


Sayyidah Mawani
Kurniawan Netanyahu

Editor Bahasa:
Linah Khairiyah Pary

Desain Cover & Desain Layout:


Imam Syahirul Alim

vii & 49 halaman; ukuran 21 x 28.5 cm


Cetakan I, Juni 2020

ISBN: 978-623-7289-04-3

Penerbit:
Program Studi Agama dan Lintas Budaya
(Center for Religious and Cross-cultural Studies, CRCS)
Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin, Universitas Gadjah Mada
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta
Telp/Fax: 0274 544976
www.crcs.ugm.ac.id; Email: crcs@ugm.ac.id

Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia


diterbitkan tiga kali dalam setahun
oleh Prodi Agama dan Lintas Budaya
Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin , UGM.
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

PENGANTAR

Laporan ini adalah laporan pertama secara khusus terkait dengan agama.
pada tahun 2020 dalam serial Laporan Lembaga-lembaga keagamaan, sebagai
Kehidupan Beragama di Indonesia, bagian dari masyarakat sipil, juga amat
yang diterbitkan oleh Program Studi aktif merespons wabah ini. Dalam konteks
Agama dan Lintas Budaya, Sekolah itulah CRCS dan ICRS berkolaborasi untuk
Pascasarjana, Universitas Gadjah menjalankan riset mengenai agama dan
Mada. Kami telah bekerja sama dengan COVID-19 dalam banyak dimensinya.
beberapa lembaga lain untuk menerbitkan
Selain laporan ini, tema-tema lain
beberapa laporan sebelumnya, dan kali
yang sedang dikaji menyangkut peran
ini dengan Indonesian Consortium for
individu dan lembaga keagamaan dalam
Religious Studies (ICRS) yang merupakan
membangun narasi untuk memahami
konsorsium Universitas Gadjah Mada,
wabah ini dan melakukan inovasi-inovasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
untuk beradaptasi dengan situasi baru,
dan Universitas Kristen Duta Wacana.
juga membangun solidaritas untuk
Laporan ini merupakan bagian dari
kelompok masyarakat yang rentan
penelitian yang cukup besar mengenai
terdampak COVID-19. Penelitian lain
beberapa aspek keagamaan terkait
akan melihat bagaimana narasi di media
dengan wabah COVID-19 yang merupakan
sosial berkembang untuk merespons isu
hasil kolaborasi kedua lembaga.
ini; sayap lain penelitian ini secara khusus
Pandemi adalah masalah kesehatan melihat bagaimana perempuan terdampak
masyarakat global, tetapi jelas memiliki dan membangun respons yang cukup
banyak dimensi, juga karakteristik lokal khas.
yang berbeda-beda, dan berdampak
Laporan ini adalah publikasi pertama
pada banyak sektor kehidupan, termasuk
dalam konteks riset bersama itu, yang
kehidupan keagamaan. Khususnya di
akan disusul dengan berbagai penerbitan
Indonesia, di mana agama memainkan
lain hingga akhir tahun 2020. Dalam satu
peran publik yang cukup kuat, peraturan-
hal, penelitian ini merupakan lanjutan
peraturan pemerintah mengenai
dari rangkaian lokakarya, penelitian dan
penanganan wabah ini tak sedikit yang

iii
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

tahun pertama, riset yang dijalankan


penerbitan yang dilakukan pada tahun adalah mengenai kewarganegaraan
2019, yang di antara hasilnya adalah buku demokratis dan keragaman etnis
Membatasi tanpa Melanggar Kebebasan dan agama; masuk tahun kedua, dan
Beragama atau Berkeyakinan di Indonesia bersamaan dengan merebaknya wabah
(CRCS UGM, 2019) dan sebuah artikel COVID-19, Ristekdikti membuka peluang
berjudul “Limitations to Freedom of untuk pengubahan judul. Dana hibah
Religion or Belief: Norms and Practices” penelitian dari Sekolah Pascasarjana
(dalam jurnal Religion and Human Rights, UGM periode 2020 memungkinkan satu
2020).  Penelitian tersebut, juga penelitian bagian spesifik dari penelitian ini yang
yang menghasilkan laporan baru ini, terfokus pada media sosial. Sumber lain
berkolaborasi dengan Yayasan Lembaga adalah program dua tahun ICRS (2019-
Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). 2020) yang didukung Ford Foundation
Empat penulis laporan ini adalah juga dan Kementerian Dalam Negeri Republik
penulis-penulis yang menulis dua publikasi Indonesia berjudul Co-Designing
tersebut. Sementara kedua publikasi Sustainable, Just and Smart Urban Living.
itu melihat isu pembatasan kebebasan Lembaga lain yang terlibat adalah Oslo
beragama atau berkeyakinan (KBB), Coalition for Freedom of Religion or
sebagai isu spesifik dalam studi hak asasi Belief dan International Center for Law
manusia, dalam norma dan praktiknya and Religion Studies di Brigham Young
di Indonesia, laporan ini terpusat pada University. Kedua lembaga ini telah
pembatasan yang dilakukan selama masa mendukung CRCS selama beberapa tahun
wabah COVID-19 di Indonesia. untuk menyelenggarakan perkuliahan,
CRCS dan ICRS dapat menjalankan fellowship, dan penelitian tentang KBB.
riset mengenai berbagai dimensi terkait Dengan mengumpulkan sumber daya
agama dan COVID-19 dengan dukungan yang didukung beberapa lembaga itulah
banyak lembaga—yang semuanya pada kami dapat melakukan riset kolaborasi
awalnya memberikan dukungan bukan ini. Untuk itu, kami menyampaikan
untuk riset yang secara spesifik terkait banyak terima kasih atas dukungan dan
COVID-19, namun mereka membuka keluwesan mereka untuk penyesuaian
peluang pergeseran judul sebagai bentuk topik penelitian, sehingga kami dapat
respons akademisi untuk krisis global ini. merespons situasi krisis ini dengan segera.
Sebagian dari dana penelitian datang dari Selanjutnya, nantikan beberapa publikasi
hibah tahun kedua penelitian kompetitif kami berikutnya mengenai agama dan
nasional yang didukung Ristekdikti. Di COVID-19 di tahun ini.

iv
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

DAFTAR ISI

PENGANTAR ~~ iii
DAFTAR ISI ~~ v
DAFTAR SINGKATAN ~~ vi
PENDAHULUAN ~~ 1
NORMA PEMBATASAN ~~ 5
a. Persoalan Pembatasan ~~ 6
b. Syarat Pembatasan ~~ 9
c. Otoritas Negara dan Tantangan Demokrasi ~~ 11
HIMBAUAN LEMBAGA KEAGAMAAN ~~ 15
PRAKTIK PEMBATASAN SOSIAL: KEPATUHAN DAN PENYANGKALAN ~~ 23
Kepatuhan terhadap Pembatasan Sosial ~~ 23
Penyangkalan terhadap PSBB ~~ 25
KESIMPULAN DAN PENUTUP ~~ 32
Lampiran 1: Daftar daerah PSBB ~~ 40
Lampiran 2: Daftar Himbauan Lembaga Keagamaan Terkait COVID-19 ~~ 43
Biodata penulis ~~ 49

v
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

DAFTAR SINGKATAN

BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana


COVID-19 : Corona Virus Disease 2019
DMI : Dewan Masjid Indonesia
DKM : Dewan Kemakmuran Masjid
FKUB : Forum Kerukunan Umat Beragama
FPI : Front Pembela Islam
GBI : Gereja Bethel Indonesia
GKI : Gereja Kristen Indonesia
GKJ : Gereja Kristen Jawa
GMIM : Gereja Masehi Injili di Minahasa
GPIB : Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
GMIT : Gereja Masehi Injili di Timor
HAM : Hak Asasi Manusia
JT : Jamaah Tabligh
KAJ : Keuskupan Agung Jakarta
Kakansatpol PP : Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Kapolresta : Kepala Kepolisian Resor Kota
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KBB : Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan
Keppres : Keputusan Presiden
KIHSP : Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
LBM : Lembaga Bahtsul Masail
Matakin : Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia
Menag : Menteri Agama
MUI : Majelis Ulama Indonesia
Muspika : Musyawarah Pimpinan Kecamatan

vi
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

ODP : Orang Dalam Pemantauan


PA 212 : Persaudaraan Alumni 212
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PBNU : Pengurus Besar Nahdatul Ulama
PDP : Pasien Dalam Pengawasan
Permabudhi : Persatuan Umat Buddha Indonesia
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
Perppu : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Perpres : Peraturan Presiden
PGI : Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia
PHDI : Parisada Hindu Dharma Indonesia
PSBB : Pembatasan Sosial Berskala Besar
RMI : Rabithah Ma’ahid Islamiyah
SE : Surat Edaran
Sekjen : Sekretaris Jenderal
STI : Sangha Therevada Indonesia
UU : Undang-Undang
UUD : Undang-Undang Dasar
Walubi : Perwakilan Umat Buddha Indonesia
YM3SK : Yayasan Masjid, Menara dan Makam Sunan Kudus

vii
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

PENDAHULUAN

Bermula dari Kota Wuhan, Provinsi COVID-19 dan pasien yang meninggal
Hubei, Cina, kini penyakit COVID-19 masih tinggi.
menyebar ke hampir semua negara di
dunia. Awalnya, pada 3 Januari 2020, Pertemuan-pertemuan keagamaan
WHO menerima laporan dari pemerintah yang mengabaikan protokol jarak sosial
Cina bahwa di kota itu ditemukan 44 (social distancing) turut menyumbang
pasien yang mengalami gejala pneumonia penyebaran COVID-19. Di Korea Selatan,
(radang paru-paru) dan penyebabnya penyangkalan awalnya dilakukan oleh
belum diketahui.1 Virus itu kemudian Gereja Kristen Shincheonji yang akhirnya
diidentifikasi sebagai virus Corona baru mengakibatkan penyebaran wabah secara
(SARS-CoV-2). Pada Februari 2020, besar-besaran. Rekam jejak menunjukkan
penyakit yang diakibatkannya mulai sebagian orang yang mengikuti pertemuan
disebut dengan istilah Coronavirus Disease keagamaan tersebut akhirnya tertular
2019 (COVID-19). Pada 11 Januari 2020, dan menjadi pasien positif Corona. Di
korban pertama virus ini meninggal di Indonesia, rekam jejak itu, misalnya, dapat
Cina.2 Karena penyebaran virus ini secara ditelusuri dari pernyataan juru bicara
global sangat cepat, pada 11 Maret 2020, Tim Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten
WHO menetapkan COVID-19 sebagai Nunukan pada 17 April 2020. Tim ini
pandemi (wabah) global.3 Hingga 8 Juni menyebutkan ada lima orang positif
2020, penyakit ini telah menyebar ke 213 Corona dan harus diisolasi di Kabupaten
negara4 dengan jumlah kasus terkonfirmasi Nunukan karena sebelumnya mereka
positif berjumlah 6.881.352 kasus dan mengikuti pertemuan Jamaah Tabligh (JT)
yang meninggal sebanyak 399.895 jiwa di se-Asia di Kabupaten Gowa pada 18 Maret
dunia.5 Di Indonesia, pada tanggal 2 Maret 2020.7
2020 , Presiden Joko Widodo (Jokowi) Orang-orang yang mengikuti
mengumumkan kasus pertama dua warga pertemuan itu kemudian tersebar
Indonesia terkonfirmasi positif COVID-19. ke berbagai tempat di Indonesia
Sampai 8 Juni 2020, tercatat 31.186 kasus maupun negara-negara lain di Asia dan
terkonfirmasi positif COVID-19 dan 1.851 sebagiannya teridentifikasi menjadi
orang meninggal karenanya di Indonesia.6 pembawa virus. Misalnya, di Kelurahan
Meskipun jumlah pasien yang sembuh Kober, Kecamatan Purwokerto Barat,
semakin besar, namun hingga laporan ini Kabupaten Banyumas awalnya hanya ada
disusun, grafik kasus terkonfirmasi positif satu orang yang positif terkena COVID-19

1
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

karena mengikuti pertemuan JT di Gowa. COVID-19 dari 637 jemaah yang dites.13
Karena orang itu merasa sehat kemudian Sebelumnya mereka berada dalam satu
berinteraksi bebas dengan warga lain, forum di Lembang pada tanggal 3-5 Maret
termasuk mengikuti salat berjamaah di 2020 dengan seorang pendeta di gereja
masjid. Kemudian pada pertengahan bulan itu yang dinyatakan positif COVID-19 dan
April 2020 ada 40 orang yang berinteraksi kemudian meninggal dunia. Kegiatan itu
dengannya dites dengan metode rapid sendiri diikuti oleh sekitar 2.000 orang.14
test. Hasilnya, 10 di antaranya positif Beberapa contoh tersebut hanya sebagian
terjangkit COVID-19.8 Penelusuran di kecil dari kasus-kasus ketika pertemuan
tempat lain lebih dari sebulan berikutnya agama menjadi episentrum atau klaster
masih menunjukkan kluster JT terus penyebaran COVID-19.
berkembang. Pada tanggal 1 Mei 2020 Wabah COVID-19 merupakan peristiwa
Pemda DI Yogyakarta mengumumkan yang sangat mengejutkan bagi siapa pun,
bahwa klaster JT tersebut menempati baik pemerintah maupun masyarakat sipil,
posisi tertinggi penyebaran COVID-19 tak terkecuali lembaga dan komunitas
di Kabupaten Sleman (24 kasus) dan keagamaan. Banyak orang bukan saja
Kabupaten Gunung Kidul (18 kasus).9 perlu waktu untuk beradaptasi di awal-
Sayangnya hal seperti itu tidak membuat awal munculnya wabah ini, tapi juga mesti
jera banyak orang. Di tengah banyak meyakinkan diri apakah wabah ini benar-
seruan agar menahan diri tidak melakukan benar sesuatu yang akan serius terjadi di
salat Idulfitri di masjid maupun lapangan, kemudian hari. Corona mengubah banyak
masih banyak umat Muslim mengabaikan sekali aspek kehidupan sosial kita saat
seruan itu. Satu keluarga yang positif ini dibanding sebelumnya. Hubungan
terkena COVID-19 masih mengikuti salat antarindividu juga menjadi aneh. Slavoj
Idulfitri di kota Bekasi.10 Žižek, di antara sarjana yang menerbitkan
Peristiwa ini tidak hanya terjadi di sangat cepat buku terkait dengan wabah
komunitas Muslim, tetapi di agama-agama ini, menyebutkan kehidupan sosial
lain pun juga terjadi. Setelah mengikuti baru di masa wabah ini dengan istilah
kegiatan Persidangan Sinode Tahunan “touch me not”. Sejak awal negara dan
di Bogor pada 26-29 Februari 2020, lima media tak henti-hentinya mengulang-
jemaat Gereja Protestan di Indonesia ulang agar masyarakat jangan panik,
bagian Barat (GPIB) dinyatakan positif tapi mereka pada kenyataanya malah
Corona dan satu di antaranya meninggal memproduksi “kepanikan”.15 Seperti nanti
dunia.11 Pada awal Mei 2020, kasus GPIB kita lihat di bawah, pemerintah tak jarang
ini masih berkembang terus menjadi melontarkan kebijakan yang ambigu
klaster penyebaran virus Corona tersendiri, dalam merespons wabah.
misalnya, seperti yang terjadi di Kota Wabah Corona mengemuka pada saat
Yogyakarta.12 Mengenai kasus di gereja Indonesia belum lama mengkonsolidasikan
lain, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, ulang demokrasi setelah sebelumnya
mengumumkan pada 3 April 2020 ada 226 babak-belur menjalani Pemilu yang
jemaat Gereja Bethel di Bandung positif

2
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

diwarnai konflik identitas agama yang ketegangan antara kecenderungan untuk


keras pada pertengahan tahun 2019. mematuhi, menyangkal dan atau menolak
Kristalisasi konflik identitas agama pembatasan sosial?
merepresentasikan semakin mendalamnya Data dalam kajian ini mengandalkan
peran agama, terutama Islam, dalam kajian literatur dan kajian media massa,
ruang publik di masyarakat.16 Kajian terutama media daring. Untuk pencarian
mengenai pembatasan kesehatan publik data media daring menggunakan
tak dapat menghindari kecenderungan bantuan mesin pencari data. Tentu pada
menguatnya tren identitas agama kenyataanya perkembangan di lapangan
itu. Kajian ini mengambil fokus menyangkut fokus kajian ini sangat
pada bagaimana kebijakan negara dinamis. Konsekuensinya, kajian ini tidak
memengaruhi hak beragama sebagai dapat merekam secara komprehensif
bagian dari hak asasi manusia, dan respons dinamika lapangan tersebut. Proses
lembaga dan komunitas keagamaan di penelitian dilakukan secara bersama oleh
Indonesia. Di antara berbagai macam tim peneliti yang terdiri dari empat orang
pembatasan sosial yang menjadi kebijakan peneliti (Suhadi, Zainal Abidin Bagir,
pemerintah, salah satu yang terdampak Renata Arianingtyas dan Asfinawati) dan
adalah penutupan tempat-tempat ibadah dibantu dua asisten peneliti (Sayyidah
dan pembatalan perayaan besar agama Mawani dan Kurniawan Netanyahu).
maupun ibadah berjamaah. Sejauh mana Penelitian dijalankan pada saat wabah
pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan sedang berlangsung. Semua komunikasi
pembatasan seperti itu tanpa melanggar dan rapat antarpeneliti diselenggarakan
hak warga negara? Perspektif yang dipakai secara daring. Proses pencarian data,
dalam kajian ini ialah norma pembatasan analisis dan penulisan dilakukan mulai
dalam Hak Asasi Manusia yang nanti akan awal April 2020 sampai awal Juni 2020.
dijelaskan tersendiri di bawah.
Ada banyak hal yang dapat dibahas
Beberapa pertanyaan yang dikaji dalam suatu tulisan mengenai wabah
dalam Laporan ini adalah: (1) Bagaimana dan agama. Misalnya, salah satu hal
rumusan norma pembatasan kebebasan yang menonjol di masa wabah ini
beragama atau berkeyakinan untuk tujuan adalah kuatnya solidaritas sosial di
kesehatan publik dalam konteks peristiwa kalangan masyarakat sipil, termasuk
wabah COVID-19 di Indonesia? (2) yang membawa identitas keagamaan.
Sejauhmana demokrasi patut diperhatikan Namun kajian ini dengan sengaja memilih
dalam rumusan dan praktik pembatasan fokus pada isu pembatasan kebebasan
tersebut? (3) Bagaimana respons lembaga beragama atau berkeyakinan karena isu
keagamaan di Indonesia terhadap ini belum cukup banyak dibahas. Satu
pembatasan kebebasan beragama atau hal yang amat menarik adalah bahwa
berkeyakinan untuk tujuan kesehatan secara umum upaya pembatasan oleh
publik dalam konteks COVID-19? (4) pemerintah kerap mengundang reaksi
Bagaimana praktik pembatasan tersebut negatif. Namun dalam kasus wabah ini,
di masyarakat yang menunjukkan adanya

3
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

kebijakan pembatasan kebebasan oleh kasus ini dan pembatasan-pembatasan


pemerintah mendapat dukungan amat lain? Kami melihat bahwa kajian atas isu
luas, termasuk dari penggiat HAM. Apa ini mampu memberikan pelajaran penting
yang membedakan pembatasan dalam mengenai pembatasan kebebasan secara
lebih luas.

4
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

NORMA PEMBATASAN

Di awal buku Membatasi Tanpa Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus


Melanggar Hak Kebebasan Beragama atau mengatakan bahwa dalam menangani
Berkeyakinan yang kami tulis (2019), kami wabah COVID-19 “[a]ll countries must strike
merujuk pernyataan Heiner Bielefeldt a fine balance between protecting health,
yang pernah menjadi pelapor khusus minimizing economic and social disruption,
dalam bidang kebebasan beragama and respecting human rights” (semua
atau berkeyakinan (KBB) di Perserikatan negara harus mencapai keseimbangan
Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa konsep yang baik antara melindungi kesehatan,
pembatasan KBB sangat penting dikaji meminimalkan gangguan ekonomi
karena memiliki signifikansi praktis yang dan sosial, dan menghormati hak
sangat nyata.17 Signifikansi praktis itu asasi manusia).18 Artinya, penanganan
juga terbukti ketika wabah COVID-19 kesehatan masyarakat tidak boleh
menjalar ke Indonesia dan pemerintah mengabaikan aspek Hak Asasi
menetapkan situasi darurat. Pemerintah Manusia (HAM), selain itu juga penting
mengambil langkah pembatasan KBB meminimalkan pengaruh efek wabah
di antara pembatasan-pembatasan terhadap bidang sosial-ekonomi.
lain dengan tujuan mengupayakan Di Indonesia, hak kesehatan warga
kesehatan masyarakat. Meskipun masyarakat mendapatkan jaminan dari
pembatasan KBB sering dipraktikkan konstitusi, khususnya Pasal 28H (1) UUD
di Indonesia, pembatasan KBB untuk 1945 yang menyebutkan, “Setiap orang
tujuan kesehatan masyarakat dalam berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
situasi darurat tampaknya belum pernah bertempat tinggal, dan mendapatkan
terjadi sebelumnya. Sehingga kajian lingkungan hidup yang baik dan sehat
mengenai masalah ini tak boleh terlewat. serta berhak memperoleh pelayanan
Sebelumnya, tren yang tampak adalah kesehatan”. Sementara itu, pembatasan
ketertiban umum dan nilai-nilai agama hak KBB untuk tujuan kesehatan
sering menjadi sumber pembatasan yang masyarakat diakui dalam The International
berlebihan. Covenant on Civil and Political Rights
Dalam pidatonya di depan para jurnalis (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
saat menjelaskan tentang perkembangan Sipil dan Politik, selanjutnya disingkat
situasi internasional COVID-19 pada KIHSP). Kovenan ini telah menjadi
tanggal 11 Maret 2020, Direktur WHO hukum Indonesia dengan UU No. 2

5
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

Tahun 2005, sehingga menjadi bagian nyata. Ketidakhati-hatian penerapannya


integral dari hukum nasional Indonesia. oleh pemerintah atau penegak hukum
Meskipun demikian pembatasan hak akan mengubah pembatasan yang
KBB perlu diselenggarakan secara diizinkan menjadi pelanggaran HAM.
tepat dan hati-hati. Apalagi berbicara Tiga persoalan pembatasan di bawah ini
mengenai pembatasan hak beragama atau penting dicermati untuk kehati-hatian
berkeyakinan dalam konteks Indonesia perumusan norma pembatasan agar
bisa jadi masih menyisakan trauma, menghindari kemungkinan pelanggaran
sebab kadang pembatasan tersebut HAM, tak terkecuali kaitannya dengan
dilakukan oleh negara secara tidak tepat pembatasan hak beragama dalam konteks
dan melanggar HAM,19 bahkan tidak mewabahnya COVID-19.
jarang pelaksanaannya dipaksakan oleh Pertama, perbedaan sumber
kelompok vigilante.20 Pembatasan hak pembatasan. Terdapat perbedaan sumber-
beragama oleh negara harus legitimate sumber pembatasan antara UUD 1945
yang mensyaratkan diperhatikannya dan KIHSP. Dalam UUD 1945 pembatasan
persoalan pembatasan, syarat pembatasan mengacu pada Pasal 28J (2), yaitu “Dalam
dan perkembangan Indonesia sebagai menjalankan hak dan kebebasannya,
negara demokrasi. setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan
a. Persoalan Pembatasan undang-undang dengan maksud semata-
Pembahasan mengenai pembatasan mata untuk menjamin pengakuan serta
dalam laporan ini merujuk pada penghormatan atas hak dan kebebasan
terminologi spesifik dalam wacana HAM, orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
baik dalam perundang-undangan di yang adil sesuai dengan pertimbangan
Indonesia maupun HAM internasional. moral, nilai-nilai agama, keamanan dan
Berlawanan dengan kesan umum bahwa ketertiban umum dalam suatu masyarakat
seakan-akan ide HAM menghendaki demokratis”. Sementara itu Pasal 18
kebebasan yang tanpa batas, dalam (3) KIHSP menyebutkan, “Kebebasan
literatur HAM ada konsep pembatasan menjalankan dan menentukan agama
kebebasan yang jelas, termasuk atau kepercayaan seseorang hanya dapat
menyangkut hak untuk kebebasan dibatasi oleh ketentuan berdasarkan
beragama atau berkeyakinan. Namun hukum, dan yang diperlukan untuk
juga ada persyaratan-persyaratan yang melindungi keselamatan, ketertiban,
ketat bagi negara untuk melakukan kesehatan, atau moral masyarakat, atau
pembatasan. Karena itulah isu hak-hak dan kebebasan mendasar orang
pembatasan KBB kerap mengundang lain”.
perdebatan sengit, dan menjadi salah KIHSP membedakan dasar-dasar
satu isu utama dalam studi mengenai pembatasan untuk KBB dan kebebasan
HAM. Lebih jauh, isu ini amat penting berpendapat dan berekspresi. Untuk yang
karena memiliki signifikansi praktis yang belakangan, salah satu dasar atau tujuan

6
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

pembatasan yang dapat diterima adalah telah digunakan dengan sangat longgar
keamanan nasional; dasar pembatasan untuk membatasi KBB, bahkan yang
itu tak ada sejauh menyangkut KBB. termasuk forum internum. Pentingnya
Padahal keselamatan perlu dibedakan dari upaya memperjelas konsep-konsep yang
keamanan—sayangnya, terjemahan KIHSP menjadi dasar pembatasan juga tampak
ke dalam bahasa Indonesia mengacaukan jelas dalam hal kesehatan masyarakat,
kedua hal ini. Dalam Pasal 28J UUD 1945, yang merupakan isu utama dalam wabah,
tidak ada pembedaan tersebut. Pasal itu yang menjadi fokus laporan ini. Perbedaan
menyebut pertimbangan moral, nilai- pemahaman mengenai apa yang disebut
nilai agama, keamanan, dan ketertiban kesehatan masyarakat memengaruhi
umum. Ada dua perbedaan mencolok cakupan penggunaan norma pembatasan.
di sini antara UUD 1945 dengan KIHSP. Tantangan utama tafsir kesehatan
Kesehatan maupun keselamatan masyarakat di Indonesia justru pada
masyarakat yang ada dalam KIHSP tidak persepsi bahwa urusan kesehatan itu
disebut oleh UUD 1945, dan lebih jauh, ada urusan privat (individu) bukan urusan
tambahan satu dasar pembatasan yang publik karena yang terkena dampak
tak ada dalam sumber-sumber lain, yaitu adalah diri sendiri.21 Untuk sebagian
“nilai-nilai agama”. kasus hal demikian benar adanya, seperti
Kedua, perbedaan penafsiran. Masing- aturan pada Pasal 56 UU No. 36 Tahun
masing istilah terkait dasar maupun syarat 2009 tentang Kesehatan, ketika dunia
pembatasan memiliki ruang yang cukup kedokteran tidak dapat memaksa pasien
luas untuk penafsiran sumber hukum untuk melakukan tindakan pengobatan
Indonesia. Dalam hal ini, kelebihan KIHSP tertentu tanpa ada informasi di awal.
adalah telah memiliki sumber-sumber Namun pada pasal yang sama terdapat
norma tambahan yang berupaya untuk pengecualian, yaitu “penderita penyakit
memperkecil ruang penafsiran, agar yang penyakitnya dapat secara cepat
negara tidak semena-mena melakukan menular ke dalam masyarakat yang lebih
pembatasan dan mengklaim pembatasan luas”. Artinya, dunia kedokteran juga
itu sah dan diizinkan atas dasar penafsiran mengenal urusan kesehatan publik.
yang sembarangan. Salah satu sumber Konsep kesehatan publik atau
terpenting untuk memahami pembatasan kesehatan masyarakat kemudian menjadi
itu adalah Syracuse Principles (Prinsip- relevan dan penting dikedepankan ketika
prinsip Sirakusa) tahun 1984, yang telah dalam situasi wabah. Konsekuensinya,
diterima luas sebagai sumber penafsiran perilaku yang membahayakan kesehatan
pembatasan dalam KIHSP, dan beberapa perlu ditempatkan sebagai sebuah
Komentar Umum atas pasal-pasal dalam ancaman terhadap kesehatan masyarakat.
KIHSP, termasuk Pasal 18 terkait KBB. Kesehatan masyarakat bukanlah isu privat,
Sebagai contoh, salah satu dasar sehingga bukan hanya urusan individu-
pembatasan yang kerap digunakan di individu saja, namun mencakup pendidikan
Indonesia adalah “ketertiban umum”, yang kesehatan, keselamatan kerja, kesehatan
reproduksi, kesehatan lingkungan, dan

7
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

epidemiologi. Ini memengaruhi, misalnya, justru tidak dilakukan. Salah satu dasar
kebijakan mengenai penggunaan masker pembatasan yang menonjol di Indonesia
di masa wabah. Apakah itu isu individu adalah ketertiban umum. Atas nama
yang merupakan keputusan masing- ketertiban umum kerap ada pembatasan
masing orang atau isu publik? Lalu, apakah berlebihan pada kebebasan beragama
negara dapat memaksa? Dan, jika bisa, atau berkeyakinan, khususnya yang
dengan cara apa? dimiliki oleh individu dalam komunitas-
Ketiga, implementasi yang komunitas keagamaan yang rentan atau
menyimpang dan pentingnya kembali kecil. Ide mengenai ketertiban umum
kepada tujuan pembatasan. Meskipun dibentuk oleh ide kelompok yang memiliki
pembatasan, atas dasar dan dengan kekuasaan lebih besar—bisa negara, atau
syarat-syarat, diperbolehkan, penerapan kelompok masyarakat yang berpengaruh
yang tidak berhati-hati di masa lalu yang mengklaim sebagai mayoritas.
telah menunjukkan bahwa yang terjadi Dengan demikian, alih-alih melindungi
bukan pembatasan yang diperbolehkan, kelompok yang kecil, yang merupakan titik
namun menjadi pelanggaran HAM. tekan HAM, mereka justru dirugikan.
Satu hal penting yang melekat dalam Keempat, sentralnya nilai-nilai
pembatasan adalah bahwa ia diberlakukan agama, yang tampak dalam semua dasar
demi melindungi tujuan tertentu, yaitu pembatasan, termasuk dalam dasar
keselamatan masyarakat, ketertiban pembatasan untuk kesehatan masyarakat.
masyarakat, kesehatan masyarakat, dan Di sektor ini, misalnya terkait imunisasi
moral masyarakat. Dengan demikian, yang untuk mencegah epidemi atau dalam isu
utama disini bukanlah pembatasannya, kesehatan reproduksi, dalam beberapa
tapi tujuannya untuk melindungi hal-hal hal, negara semestinya justru dapat
fundamental dalam masyarakat tersebut. membatasi klaim hak atas nama agama,
Lebih jauh, ketika pembatasan atas KBB namun justru mendapat penentangan
diberlakukan, maka harus dilakukan sejauh karena dianggap terlalu membatasi hak
ia perlu dan secara proporsional, dengan beragama. Tren yang tampak adalah
memerhatikan upaya mencapai tujuan itu. bahwa sementara ketertiban umum dan
Keberhasilan suatu pembatasan dilihat nilai-nilai agama sering menjadi dasar
dari sejauh mana tujuannya tercapai. pembatasan yang berlebihan, hingga
Pada titik ini kita melihat bahwa termasuk membatasi forum internum,
masing-masing dasar pembatasan bekerja dalam hal-hal lain, ketika perlu ada
secara berbeda. Dalam praktiknya, pembatasan, tapi justru tidak dilakukan.
di Indonesia maupun negara lain, Contoh untuk ini amat relevan dengan
pembatasan bergerak dari satu spektrum tema laporan ini, yaitu kesehatan
di mana ada pembatasan yang berlebihan masyarakat. Dalam hal ini, penting
atas hak beragama ke spektrum lainnya ditekankan bahwa pembatasan hak
di mana sebenarnya ada keharusan beragama seharusnya hanya menyangkut
membatasi hak beragama namun forum eksternum (manifestasi) dan dengan

8
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

tujuan tak lain untuk mencapai kesehatan denda Rp. 100 juta bagi orang yang
masyarakat. melanggar aturan kekarantinaan hanya
Kelima, perlu atau tidaknya sanksi. apabila menimbulkan akibat kedaruratan
Sanksi diperlukan untuk penyadaran dan kesehatan. Pertanyaannya, jika ada
mengubah perilaku kesehatan ketika individu atau komunitas yang tidak taat
perilaku diri bisa memberikan dampak (disobedience) tapi tidak menimbulkan
positif maupun negatif pada dirinya dan akibat kedaruratan kesehatan, apakah
orang di sekelilingnya. Penegakan aturan negara patut menerapkan sanksi? Hal
dalam konteks mewabahnya COVID-19 ini membawa pada diskusi tentang perlu
perlu menekankan pada persuasi dan tidaknya sanksi untuk pencapaian tujuan
edukasi dibandingkan sanksi. Oleh karena kesehatan publik; apakah sanksi tersebut
itu sanksi perlu dibedakan antara sanksi memang cara yang paling tepat dalam
pada pribadi dan sanksi pada komunitas. situasi darurat? Dalam hal COVID-19
Hal ini sebenarnya sudah dilakukan banyak protokol yang diperlukan untuk
oleh pemerintah Kota Surakarta yang ODP dan PDP. Sebagian dari mereka
memberikan “sanksi” pada ODP yang disarankan Pemerintah untuk karantina
tetap membantu pesta di kampungnya di rumah karena kurangnya ketersediaan
dan sanksi pada warga komunitas tempat di pusat-pusat kesehatan.
yang tahu status ODP tersebut namun Pertanyaannya apakah aparat penegak
tetap menerimanya membantu pesta. hukum akan sanggup mengawasi protokol
Sanksi berupa isolasi satu kampung tersebut dijalankan di dalam rumah
dengan kontrol dan pengawasan ketat tempat PDP ataupun ODP dikarantina?
oleh pemerintah daerah diharapkan Juga apakah sanksi itu juga bisa
efektif untuk membangun contoh dan menjawab jika terjadi paparan penyakit
kepatuhan komunal. Dalam situasi pasca pertemuan keagamaan? Jika pun
wabah, sanksi komunal, atau seruan dari diperlukan, sanksi macam apa yang paling
lembaga agama menjadi penting untuk tepat?
membangun kepatuhan komunitas
terhadap pentingnya kesehatan publik, b. Syarat Pembatasan
tapi bukan untuk menggantikan hukum Pembatasan manifestasi agama
negara memberikan sanksi yang lebih atau keyakinan untuk tujuan kesehatan
berat, atau sebaliknya, untuk menegasikan masyarakat wajib memerhatikan syarat-
kepentingan kesehatan publik. syarat pembatasan yang pada umumnya
Menurut aturan yang ada, jika telah berlaku di bidang HAM. Syarat-syarat
ditetapkan kedaruratan kesehatan, ini diperlukan supaya pembatasan yang
maka setiap orang wajib mematuhi dilakukan tidak melanggar HAM dan
penyelenggaraan kekarantinaan legitimate.
kesehatan. UU No. 6 Tahun 2018 tentang Pertama, ditetapkan oleh hukum
Kekarantinaan Kesehatan menyebutkan (prescribed by law). Dalam konteks
sanksi penjara hingga 1 tahun atau Indonesia, hukum adalah terminologi yang

9
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

sangat luas. Kalaupun kita kaitkan hukum kedaruratan seharusnya menggunakan


hanya dalam makna peraturan yang UU atau perundang-undangan yang setara
mengikat publik, ia tetap luas. Menurut dengan UU, seperti Peraturan Pemerintah
prinsip Sirakusa, hukum yang dimaksud Pengganti Undang-Undang (Perppu).
di sini adalah “hukum nasional”. Di UUD Syarat pembatasan pun demikian,
1945 Pasal 28J mengatur pembatasan dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang
harus melalui Undang-Undang: “dalam Penanggulangan Bencana memandatkan
menjalankan hak dan kebebasannya, penetapan dengan Perpres bukan Keppres.
setiap orang wajib tunduk kepada Jadi, sangat disayangkan penetapan ini
pembatasan yang ditetapkan dengan tidak sesuai dengan mandat konstitusi.
Undang-Undang”. Undang-Undang secara Kedua, perlu (necessary). Untuk
konsep artinya hukum yang dihasilkan dari menentukan pembatasan kebebasan
penyeimbangan kekuatan politik antara beragama mesti memenuhi syarat
pemerintah dan wakil rakyat. Dengan bahwa pembatasan tersebut diperlukan
demikian, diasumsikan isinya akan lebih (necessary) untuk memelihara kesehatan
legitimate daripada aturan di bawah UU publik. Oleh karena itu perlu dijelaskan apa
misalnya peraturan pemerintah atau yang dimaksud dengan kesehatan publik.
peraturan presiden. Wabah global dan meningkatnya jumlah
Pemerintah telah menetapkan dua orang yang terpapar COVID-19 dalam
status darurat untuk dipakai sebagai waktu cepat, tatkala belum tersedia vaksin
dasar pembatasan. Tanggal 31 Maret dan obat yang mampu menekan wabah
2020 dengan Keputusan Presiden menjadikan situasi sangat berbahaya
(Keppres) No. 11 Tahun 2020 tentang bagi kesehatan dan kehidupan manusia.
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Respons negara untuk menekan upaya
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 penularan terjadi dengan berbagai cara
(COVID-19). Lalu, pada tanggal 13 April seperti melarang orang keluar rumah,
2020 Presiden mengeluarkan lagi Keppres karantina orang dan wilayah, melarang
No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan kegiatan yang mengumpulkan banyak
Bencana Nonalam Penyebaran Corona orang, dan banyak lagi, bisa dijustifikasi
Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai sebagai upaya menjaga kesehatan dan
Bencana Nasional. Sebelum Presiden kehidupan masyarakat.
mengeluarkan Keppres tersebut, Kepala Ketiga, non-diskriminatif. Dalam
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menentukan dan menerapkan
(BNPB) mengeluarkan SK Nomor 9.A. pembatasan, negara tidak boleh bertujuan
Tahun 2020 tentang Penetapan Status diskriminatif atau menggunakan cara-
Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah cara yang diskriminatif. Dalam hal ini
Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia. prasyarat tindakan negara harus netral
Dari perspektif hukum, penetapan dan tidak imparsial. Ketika respons negara
status kedaruratan melalui Keppres untuk menekan upaya penularan terjadi
yang berimplikasi pada pembatasan hak dengan berbagai cara seperti melarang
warga tersebut tidak tepat. Penetapan

10
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

orang beribadah di rumah ibadah yang harus lebih ketat dibanding daerah yang
mengumpulkan orang banyak bisa derajat bahayanya medium dan rendah.
dijustifikasi sebagai upaya menjaga Ketika secara nasional ditetapkan wabah
kehidupan orang lain. Di sini, perlu diingat COVID-19 menjadi bencana nasional
bahwa segala bentuk intervensi terhadap nonalam, di semua daerah berlaku
umat beragama tidak boleh membuat atau pembatasan namun dengan kadar yang
menjadikan satu orang atau kelompok berbeda sesuai konteks apakah daerah
agama didiskriminasi. Contohnya, pada bersangkutan telah ditetapkan sebagai
awal April 2020 Pemerintah Kabupaten daerah dengan PSBB atau belum.
Tasikmalaya memanfaatkan konteks Secara umum (meskipun harus benar-
COVID-19 untuk menutup atau menyegel benar dilihat dinamika lokal) daerah
masjid Al-Aqsa milik Jemaat Ahmadiyah dengan PSBB perlu menutup rumah
Indonesia (JAI).22 Tujuan dari penutupan ibadah, sementara yang belum bisa
tersebut bukan karena pembatasan saja cukup dengan menerapkan jarak
sosial untuk kesehatan masyarakat, sosial dan protokol kesehatan terkait
tapi bertujuan mendiskriminasi warga wabah COVID-19. Terkait dengan prinsip
Ahmadiyah. Kebijakan tentang penutupan proportionate ini adalah pentingnya
rumah ibadah harus berlaku setara bagi mengedepankan kaidah menjaga
semua rumah ibadah. kepentingan optimum kesehatan publik
Keempat, sebanding (proportionate). dan potensi orang menularkan atau
Proporsional ini ditentukan oleh tujuan tertular dalam pertemuan keagamaan
dan cara. Kadar kedaruratan jadi alat di tempat publik ataupun pertemuan
untuk menentukan tujuan dan cara. Jadi di rumah ibadah. Sehingga di tempat
diupayakan pembatasan itu harus less- yang belum PSBB-pun pemerintah lokal
restrictive. Artinya dalam konteks Corona dan pengurus rumah ibadah, misalnya,
ini, cara menentukan level kedaruratan selayaknya seksama untuk menjaga
sangat penting sebelum menentukan kepentingan optimum kesehatan publik
cara pembatasan. Makin kita paham dalam mengelola rumah ibadah dan
dan punya infrastruktur yang memadai kegiatan keagamaan di musim wabah.
menghadapi Covid, mestinya makin
rendah level daruratnya dan caranya pun c. Otoritas Negara dan Tantangan
makin less-restrictive. Pembatasan hak Demokrasi
beragama perlu diuji dengan pertanyaan
Negara memiliki otoritas yang kuat
apakah pembatasan yang dilakukan sudah
dalam situasi darurat, tak terkecuali dalam
sebanding dengan tujuan pembatasan.
darurat kesehatan seperti ini. Otoritas
Cara mengukur kesebandingan, misalnya,
negara yang kuat pada situasi darurat
menjaga konsistensi restriksi di daerah-
COVID-19 berpotensi menjadi pola yang
daerah yang berbeda tingkat bahaya
direplikasi pada situasi-situasi darurat di
wabahnya karena perbedaan tingkat
masa depan dan lebih mengkhawatirkan
penyebaran. Di daerah yang derajat
lagi terus dimanfaatkan dalam situasi
bahayanya tinggi, maka pembatasan

11
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

normal. Ini adalah kecenderungan yang 6 Tahun 2018 terdiri dari 4 jenis: karantina
terjadi pada sebagian negara otoriter rumah, karantina rumah sakit, karantina
maupun juga yang demokratis. Jadi ini wilayah dan pembatasan sosial berskala
adalah kecenderungan yang cukup umum, besar.
dan evaluasi kritis perlu dikemukakan sejak Selain dua UU di atas, masalah
awal. wabah COVID-19 ini dekat dengan UU No.
Dalam beberapa hal, hukum Indonesia 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
dapat dikatakan cukup visioner karena Menular. Pasal 1 (a) menyebutkan
sebetulnya telah menyediakan perangkat wabah penyakit menular adalah
yang cukup memadai untuk menghadapi “kejadian berjangkitnya suatu penyakit
situasi wabah yang luar biasa. Berdasarkan menular dalam masyarakat yang jumlah
hukum yang berlaku di Indonesia terdapat penderitanya meningkat secara nyata
dua jalur hukum untuk menetapkan suatu melebihi dari pada keadaan yang lazim
kondisi darurat. Pertama, melalui UU No. pada waktu dan daerah tertentu serta
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan dapat menimbulkan malapetaka”.
Bencana; dan kedua, dengan UU No. Meskipun skema penanganan –yang
6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan berimplikasi pada pembatasan dalam
Kesehatan. Menurut Pasal 1 (3) UU No. kerangka HAM-- berbeda-beda, tetapi
24 Tahun 2007, kesehatan publik masuk seluruh UU tersebut memberi wewenang
dalam kategori bencana nonalam, yaitu kepada pemerintah sebagai otoritas yang
“bencana yang diakibatkan oleh peristiwa menetapkan kedaruratan. Pertanyaannya
atau rangkaian peristiwa nonalam yang kemudian sejauh mana pembatasan
antara lain berupa gagal teknologi, tersebut bisa dilakukan? Sebelum
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah meninjau hal itu kita lihat pembatasan
penyakit”. Sedangkan menurut Pasal 1 yang saat ini diberlakukan oleh pemerintah
(2) UU No. 6 Tahun 2018, kedaruratan terlebih dahulu. Presiden menerbitkan
kesehatan masyarakat diartikan “kejadian Peraturan Pemerintah (PP) No. 21
kesehatan masyarakat yang bersifat Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
luar biasa dengan ditandai penyebaran Berskala Besar dalam Rangka Percepatan
penyakit menular dan/atau kejadian Penanganan Corona Virus Disease 2019
yang disebabkan oleh radiasi nuklir, (COVID-19) pada tanggal 31 Maret 2020.
pencemaran biologi, kontaminasi Pasal 4 PP tersebut mengatur PSBB paling
kimia, bioterorisme, dan pangan yang sedikit meliputi: (a) Peliburan sekolah dan
menimbulkan bahaya kesehatan dan tempat kerja; (b) Pembatasan kegiatan
berpotensi menyebar lintas wilayah atau keagamaan; dan/atau (c) Pembatasan
lintas negara”. Dalam kondisi darurat kegiatan di tempat atau fasilitas umum.
kesehatan tersebut dilakukan tindakan Sementara itu pembatasan yang dimaksud
kekarantinaan kesehatan yang di antara di situ harus tetap mempertimbangkan
kategori tindakannya berupa “karantina” kebutuhan pendidikan, produktivitas kerja,
dan “pembatasan sosial berskala besar”. dan ibadah penduduk; serta dilakukan
Kekarantinaan di wilayah menurut UU No.

12
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

dengan memerhatikan pemenuhan diatur dalam situasi darurat seperti saat


kebutuhan dasar penduduk. ini. Pada poin “a” dan “b” Permenkes
Untuk mengetahui pembatasan lebih terlihat pembatasan diberlakukan
rinci mengenai pembatasan kegiatan untuk dimensi publik dari manifestasi
keagamaan kita bisa menyimak Peraturan agama tetapi tidak selalu untuk kegiatan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 9 keagamaan secara bersama-sama.
Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB Pasal 18 KIHSP menyebutkan secara
dalam Rangka Percepatan Penanganan spesifik bahwa hak menjalankan agama
COVID-19. Dalam Bagian D mengenai termasuk di ruang publik ataupun privat,
Pelaksanaan PSBB, pembatasan kegiatan baik sendiri-sendiri maupun bersama-
keagamaan terdapat beberapa aturan sama. Tampaknya pembuat kebijakan
sebagai berikut: mengasumsikan bahwa tidak mungkin
kegiatan menjalankan agama hanya
a. Bentuk pembatasan kegiatan dilakukan secara sendiri-sendiri dan
keagamaan adalah kegiatan karenanya kegiatan secara bersama
keagamaan yang dilakukan di tidak dilarang tetapi dibatasi hanya di
rumah dan dihadiri keluarga rumah dengan jumlah terbatas. Karena
terbatas, dengan menjaga jarak mustahil ketentuan “a” dapat ditegakkan
setiap orang. oleh negara secara represif, khususnya
b. Semua tempat ibadah harus mengenai aturan menjaga jarak antara
ditutup untuk umum. setiap orang. Tidak mungkin aparat masuk
ke rumah-rumah warga untuk memastikan
c. Pengecualian kegiatan keagamaan
tiap orang yang sedang beribadah
sebagaimana huruf a dilaksanakan
menjaga jarak.
dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan, Poin “c” juga bermasalah karena dua
dan fatwa atau pandangan alasan. Pertama, sulit membayangkan
lembaga keagamaan resmi yang peraturan perundang-undangan yang
diakui oleh pemerintah. mana lagi yang mungkin bisa dirujuk
dalam membuat pengecualian. Kedua,
d. Pemakaman orang yang meninggal
fatwa menjadi sumber rujukan resmi yang
bukan karena COVID-19 dengan
harus didengar untuk membuat keputusan
jumlah yang hadir tidak lebih dari
pengecualian ini karena kata sambung
dua puluh orang dapat diizinkan
yang digunakan adalah “dan” alih-alih
dengan mengutamakan upaya
“atau”. Lebih lanjut fatwa atau pandangan
pencegahan penyebaran penyakit
lembaga keagamaan tersebut harus yang
(pemutusan rantai penularan).
resmi diakui pemerintah. Terdapat sifat
Menonjolnya pengaturan pembatasan dualistis antara relasi negara-agama di
kegiatan keagamaan dapat dipahami sini. Pada satu sisi negara mendasarkan
merupakan cermin cara pandang keputusannya pada pendapat lembaga
pemerintah bahwa agama dianggap keagamaan. Tetapi pada sisi lain lembaga
penting bagi masyarakat sehingga perlu keagamaan perlu mendapat otorisasi

13
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

negara agar bisa didengar. Dengan begitu karena diskriminatif. Selain itu, negara
negara sebenarnya sedang mendorong juga melanggar kebebasan membentuk
kompetisi di antara lembaga keagamaan organisasi keagamaan sebagai turunan
agar menjadi yang resmi. Atau, bisa dari hak beragama atau berkeyakinan
dengan arah berbeda, peraturan seperti karena favoritisme organisasi keagamaan
ini membuat lembaga keagamaan lain yang diakui/resmi atau tidak diakui/tidak
menjadi tidak resmi sehingga lembaga resmi. Praktik pembatasan KBB dalam
keagamaan tertentu menjadi satu-satunya situasi darurat COVID-19 alih-alih merusak
yang resmi dan diambil pendapatnya demokrasi, pembatasan mesti dilakukan
sebagai kebijakan publik. untuk menjaga atau membantu mencapai
Dalam kaca mata HAM, pemilahan masyarakat yang demokratis dan setara di
dan pemilihan seperti ini bermasalah depan hukum.

14
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

HIMBAUAN
LEMBAGA KEAGAMAAN

Meskipun di awal masa wabah wacana penceramah popular berasal dari Riau.
keagamaan diwarnai oleh sikap Dalam ceramahnya di acara tablig
penyangkalan (denial) dari sebagian tokoh akbar di Malaysia, dia menyebutkan
agama secara individual, namun kemudian Coronavirus adalah tentara Allah
lembaga-lembaga keagamaan arus utama untuk memperingatkan manusia.
di banyak agama merespons positif Sekalipun tidak disebut secara eksplisit,
kebijakan jarak sosial pemerintah. Hal itu dari konteks ceramahnya kita dapat
menjadi dukungan yang sangat berarti menyimpulkan tentara Allah itu dikirim
untuk edukasi dan kampanye kesehatan untuk mengingatkan Cina yang selama
publik di masyarakat. Meskipun demikian ini dianggap memusuhi umat Muslim
‘integrasi’ negara-agama yang semakin Uyghur. Sementara itu, dalam ceramah
mendalam juga penting dicermati dalam tersebut umat Muslim Uyghur disebutkan
konteks perkembangan masa depan tidak terkena virus Corona karena rajin
demokrasi Indonesia. membasuh tangan, berwudu, memakan
Sebelum pemerintah mengumumkan binatang yang disembelih dan dimasak,
untuk pertama kali adanya pasien yang tidak makan darah dan seterusnya. Pada
positif terjangkit COVID-19 pada tanggal tanggal 11 Februari, bagian ceramah
2 Maret 2020, di kalangan tokoh umat yang menuturkan hal itu telah ada
Muslim cukup banyak yang melakukan yang mengunggah di youtube.23 Abdul
penyangkalan. Penyangkalan tersebut Somad di kesempatan lain kemudian
menyebar tidak hanya di kalangan mengutarakan alasannya mengapa
penceramah yang biasanya popular menyebut Coronavirus sebagai tentara
di televisi dan media online, tetapi Allah. Sayangnya, alih-alih merevisi
juga di kalangan tokoh pesantren dan posisi penyangkalannya, dia menegaskan
bahkan tokoh tarekat. Sebagian dari bahwa keyakinannya itu mirip dengan
mereka tidak lama kemudian mengubah pandangan delapan ulama besar dunia
pendapatnya dan menyepakati penjelasan yang berpendapat sama.24
medis mengenai COVID-19 serta Ustaz Abdul Somad tidak pernah
penanganannya. mengoreksi pandagannya di atas.
Salah satu tokoh Muslim yang Namun di kemudian hari menyampaikan
menyatakan pandangannya adalah pendapatnya yang menunjukkan
Ustaz Abdul Somad, seorang persetujuannya terhadap jarak sosial

15
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

pencegahan COVID-19 sebagaimana dia anggota jemaatnya yang terpapar


ungkapkan dalam sebuah wawancara COVID-19 untuk berobat ke dokter,
stasiun televisi nasional. Pertama, tentang tapi malah diminta untuk beribadah ke
salat Jumat berjamaah di masjid dalam gereja. Menurutnya, di gereja ada doa
situasi mewabahnya COVID-19, dia yang penuh kuasa. Jika kemudian jemaat
berpendapat umat Muslim dianjurkan satu gereja akhirnya tertular karena
tidak salat Jumat di masjid bahkan jika paparannya –bagian ini akan kita bahas
sudah lebih dari tiga kali berturut-turut.25 lebih lanjut di bawah—pendeta Timotius
Kedua, dia tidak sependapat dengan tetap berpendapat pendeta bersangkutan
protes sebagian masyarakat Muslim yang tidak boleh disalahkan sebab pelayanan
menolak pemakaman pasien COVID-19 dalam gereja tetap mengandung “hikmat
yang meninggal dunia di lingkungannya. Tuhan”.27
Menurutnya, umat Muslim harus Jika pada level individu terdapat
menerima pemakaman tersebut karena penyangkalan yang bervariasi di antara
pemakaman adalah bagian dari kewajiban satu tokoh dengan tokoh lain yang di
agama. Dalam kasus mewabahnya masing-masing agama posisinya minor,
COVID-19 masyarakat sudah diyakinkan di level institutional pandangan lembaga-
dengan protokol kesehatan tentang lembaga keagamaan relatif solid dalam
jaminan keamanannya.26 Tampak bahwa menyokong pembatasan sosial untuk
pandangan satu orang tokoh agama pun tujuan kesehatan publik. Himbauan dari
bisa cukup dinamis. Pada level memahami tiga organisasi besar umat Islam (NU,
eksistensi COVID-19 pandangannya dapat Muhammadiyah, MUI) tampak serupa,
dikategorikan sebagai penyangkalan, meskipun dalam detailnya memiliki
tetapi pada level tindakan terkait tekanan yang berbeda. Hal demikian
COVID-19 pandangannya tergolong patuh juga ditunjukkan oleh lembaga-lembaga
pada logika medis. keagamaan di lingkungan Protestan,
Pandangan penyangkalan tidak marak Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu dan
di kalangan umat Kristiani, tapi ada. Penghayat Kepercayaan.
Salah satu pandangan denial muncul dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Pdt. Dr. Timotius Bakti Sarono, seorang (PBNU) termasuk yang paling rajin
pendeta di Gereja Bethel Indonesia (GBI) mengeluarkan surat himbauan. Sepuluh
Holy Spirit. Menurutnya, karena sifatnya hari setelah pemerintah mengumumkan
yang tidak kelihatan virus Corona perlu kasus pasien COVID-19 pertama, PBNU
dipahami sebagai mistisisme. Di samping mengeluarkan Surat Pemberitahuan pada
itu, pendeta tersebut juga meyakini teori 11 Maret 2020 yang berisi penundaan
konspirasi bahwa virus Corona merupakan pertemuan Munas Alim Ulama dan
“senjata biologis satu negara yang akan Konferensi Besar NU 2020 yang
menyerang negara lain”. Kemudian rencananya diadakan di Rembang pada
dia juga membela pandangan seorang tanggal 18-19 Maret 2020 dengan tujuan
pendeta lain di gerejanya yang melarang untuk mencegah meluasnya penularan

16
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

COVID-19.28 Penundaan itu dilakukan Misalnya, orang yang telah terpapar


seminggu sebelum pelaksanaan kegiatan. COVID-19 wajib menjaga dan mengisolasi
Jika kegiatan ini tetap diselenggarakan, diri dan mengganti salat Jumat di masjid
ada potensi besar untuk menjadi klaster menjadi salat zuhur di rumah. Di kawasan
baru penyebaran COVID-19. Sehari setelah yang potensi penularannya tinggi atau
mengeluarkan surat itu, 12 Maret 2020, sangat tinggi berdasarkan penilaian
PBNU mengeluarkan Surat Instruksi pemerintah, boleh meninggalkan salat
(surat sejenis dikeluarkan kembali pada Jumat dan menggantikannya dengan
3 April 2020)29 yang salah satunya berisi salat zuhur di tempat kediaman. Adapun
tentang pembentukan Posko NU Peduli kawasan yang potensi penularannya
COVID-19 se-Indonesia.30 Dalam masalah rendah tetap wajib menjalankan kewajiban
peribadatan, NU juga merekomendasikan ibadah sebagaimana biasa. Sementara
pembatasan sosial dan karantina rumah, itu, di daerah yang kondisi penyebaran
seperti himbauan untuk salat Jumat di COVID-19 terkendali, umat Islam wajib
rumah bagi umat Muslim yang tinggal di menyelenggarakan salat Jumat dan tetap
zona merah (namun tidak berlaku untuk boleh melakukan kegiatan ibadah yang
zona hijau dan zona kuning) dan larangan melibatkan orang banyak, termasuk
salat Jumat di masjid bagi orang yang pengajian umum. Mengenai pengurusan
positif terkena COVID-19.31 jenazah, khususnya memandikan dan
Pada 14 Maret 2020 Pimpinan mengkafani harus dilakukan sesuai
Pusat Muhammadiyah mengeluarkan protokol medis. MUI juga melarang adanya
Maklumat yang terkait dengan COVID-19. upaya menimbun bahan kebutuhan pokok
Dalam Maklumat itu Muhammadiyah dan penyebaran hoax terkait COVID-19.33
menginstruksikan penundaan semua Selain lembaga keagamaan di tingkat
kegiatan di lingkungan Muhammadiyah pusat, banyak lembaga keagamaan di
atau tetap menyelenggarakan dengan tingkat daerah yang mengeluarkan seruan
bantuan teknologi informasi; dalam di kalangan Muslim yang sebagiannya
kondisi darurat salat Jumat di masjid menyesuaikan konteks lokal masing-
diganti dengan salat zuhur di rumah masing. Diantaranya MUI Provinsi DKI
dan kegiatan pendidikan diselaraskan Jakarta, Lembaga Bahtsul Masail PWNU
dengan kebijakan pemerintah. Selain Jawa Tengah, MUI Kabupaten Hulu Sungai
itu Muhammadiyah juga menghimbau Selatan, MUI Provinsi Kalimantan Timur,
membatasi bepergian ke tempat yang Muhammadiyah Kotabaru Banjarmasin
beresiko COVID-19 dan amal usaha Kalimantan Selatan. Konteks lokal
kesehatan Muhammadiyah dihimbau turut tersebut seperti fatwa MUI Provinsi DKI
mempersiapkan penanganan COVID-19.32 Jakarta yang dikeluarkan sepuluh hari
Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah Provinsi DKI Jakarta ditetapkan
mengeluarkan fatwa cukup detail berstatus PSBB, tanggal 17 Maret 2020.
mengenai penyelenggaraan ibadah dalam Fatwa tersebut mengenai hukum dan
situasi COVID-19 pada 16 Maret 2020. pedoman penanganan jenazah

17
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

(tajhiz al- janazah) terinfeksi COVID-19 di Minahasa (GMIM) memublikasikan


yang sangat detail penjelasannya himbauan kepada jemaat GMIM
menyesuaikan dengan protokol mengenai wabah COVID-19.39 Selain
pengurusan jenazah. Fatwa ini sangat beberapa Sinode gereja ini, di lingkungan
penting dalam konteks semakin Protestan masih cukup banyak himbauan
banyaknya pasien COVID-19 yang tak kelembagaan (misalnya dari dua gereja
terselamatkan.34 besar: Gereja Kristen Jawa/GKJ, Gereja
Posisi lembaga-lembaga keagamaan Protestan di Indonesia bagian Barat/GPIB,
Kristiani arus utama pada umumnya dll.) yang karena keterbatasan ruang tidak
tidak berbeda dengan lembaga-lembaga mungkin diuraikan semuanya di sini.
keagamaan Muslim arus utama di atas. Di lingkungan gereja Katolik,
Pada 3 Maret 2020, Persekutuan Gereja- Keuskupan Agung Jakarta (KAJ)
Gereja di Indonesia (PGI) mengeluarkan mengeluarkan release pada 20 Maret 2020
himbauan. Teks himbauan Majelis Pekerja tentang ditiadakannya kegiatan gerejawi
Harian PGI bersifat lebih teknis dan umum di KAJ untuk mencegah penyebaran
seperti menjaga pola hidup sehat di masa dan penularan virus Corona. Dalam
wabah COVID-19, menjaga kebersihan release tersebut disebutkan, antara lain,
tempat ibadah, menggunakan masker, semua kegiatan kegerejaan seperti misa
gereja menyediakan hand sanitizer, dan mingguan, misa harian, dan sebagainya,
seterusnya.35 Muatan himbauan yang ditiadakan untuk waktu tertentu dan bila
lebih kongkrit terasa di masing-masing memungkinkan disiarkan secara online.40
gereja dibanding di tingkat PGI. Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS)
Kristen Indonesia (GKI) mengeluarkan menerbitkan edaran pada 23 Maret 2020
Pesan Pastoral yang mengumumkan untuk memperpanjang masa darurat
keputusan GKI pada 21 April 2020 agar peribadatan dengan meniadakan semua
seluruh jemaat/gereja di lingkup Sinode kegiatan yang melibatkan banyak jemaat.
GKI untuk tidak menyelenggarakan Selain itu, KAS juga menggalang bantuan
Kebaktian Minggu di gedung gereja dan dana untuk membantu menyediakan alat-
pembinaan dilakukan secara online. alat pelindung kesehatan bagi para tenaga
GKI juga menghimbau pengikutnya medis.41 Tidak hanya di tingkat Keuskupan,
mengembangkan sikap saling peduli himbauan juga dibuat pada level bawah
dan berbagi.36 Banyak Sinode gereja lain seperti Paroki, seperti yang dilakukan
mengambil posisi selaras dengan GKI. oleh Paroki Tomang Gereja Maria Bunda
Gereja Masehi Injili di Timor(GMIT) yang Karmel di Kebon Jeruk, Jakarta pada 19
berpusat di Nusa Tenggara Timur pada Maret 2020. Paroki ini mendukung jarak
20 Maret 2020 menerbitkan himbauan sosial dengan meniadakan rangkaian
pencegahan penyebaran COVID-19.37 ibadah menjelang Paskah seperti misa,
Sebelumnya, pada tanggal 12 Maret jalan salib dan peribadatan lainnya di
2020 gereja yang sama juga sudah gereja dan diganti dengan perayaan
mengeluarkan himbauan pendahuluan.38 Ekaristi hari minggu melalui live
Dari Sulawesi Utara, Gereja Masehi Injili streaming.42

18
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

Parisada Hindu Dharma Indonesia umat Buddha.45 Kedua, Sangha Agung


(PHDI) Pusat pada 27 Maret 2020 Indonesia (Buddhayana). Di samping
menerbitkan pedoman mengenai menghimbau agar umat Buddhayana
perawatan jenazah dan upacara pitra melakukan aktivitas bekerja, belajar, dan
yajña bagi jenazah pasien COVID-19. beribadah dari rumah, Sangha Agung
Menurut pedoman ini, pasien COVID-19 Indonesia menginisiasi posko Keluarga
yang meninggal dunia baik yang dirawat Buddhayana Indonesia Peduli Dampak
di rumah sakit maupun yang melakukan COVID-19.46
karantina/isolasi mandiri di rumah Dari berbagai informasi yang
atau pasien dalam pengawasan (PDP), bersumber dari media, kami hanya
termasuk orang dalam pemantauan menemukan satu himbauan keagamaan
(ODP), perawatan jenazahnya yang secara umum menolak pembatasan
tidak boleh ditangani sendiri secara sosial sebagaimana dianjurkan
tradisional, melainkan dilaporkan ke pemerintah, yaitu dari Hidayatullah,
RS yang menangani COVID-19, untuk sebuah organisasi yang berpusat di
selanjutnya ditangani oleh petugas yang Balikpapan dan memiliki cabang,
berkompeten. Hal lain yang disebutkan pesantren dan lembaga pendidikannya
dalam pedoman ini adalah tentang di berbagai daerah lain. Dalam website
upacara pemakaman atau kremasi yang lembaganya pada tanggal 10 April 2020,
diikuti hanya oleh sedikit tokoh agama dan meskipun Hidayatullah menghimbau
keluarga sesuai protokol kewaspadaan pentingnya masyarakat mengedepankan
terhadap COVID-19.43 Dari Khonghucu karantina diri dan menjalankan jarak sosial,
juga muncul himbauan. Majelis Tinggi lembaga ini menyerukan agar masjid tidak
Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) terlalu ditinggalkan dalam keadaan kosong
mengeluarkan Seruan Kebajikan pada dan tidak perlu menunggu hingga wabah
tanggal 2 Maret 2020 yang berisi COVID-19 usai untuk kembali beribadah
himbauan untuk mengurangi kegiatan di masjid. Di samping itu, Hidayatullah
yang tidak mendesak, menghindari juga merekomendasikan jemaahnya agar
tempat keramaian, dan lain-lain.44 menjaga ibadah untuk meningkatkan
Dari kalangan Buddha, setidaknya imunitas tubuh.47
pimpinan tertinggi dua lembaga agama Forum Kerukunan Umat Beragama
Buddha mengeluarkan himbauan. (FKUB) DKI Jakarta juga mengeluarkan
Pertama, Sangha Theravada Indonesia himbauan merespons wabah COVID-19.
(STI). Menurut STI, dengan melakukan Pertama, memberikan edukasi secara
segala aktivitas di rumah, menjaga terus menerus kepada seluruh umat dari
kesehatan dan kebersihan maka umat latar belakang agama apa pun, melalui
Buddha telah melakukan karma baik. para pimpinan majelis-majelis agama
Sebaliknya apabila umat Buddha hidup bahwa virus Corona merupakan ancaman
dengan sembarangan, tidak mematuhi terhadap keselamatan jiwa, dan segala
peraturan terkait COVID-19 yang berlaku upaya untuk mencegah, menghindari,
maka karma buruk akan hadir di kehidupan

19
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

dan memeranginya merupakan kebijakan tersebut, fatwa MUI yang


anjuran semua agama kepada semua menyatakan “dalam kondisi penyebaran
pemeluknya. Artinya, menyelamatkan COVID-19 terkendali, umat Islam wajib
diri dari wabah Corona adalah sebagai menyelenggarakan salat Jumat dan boleh
salah satu bentuk keimanan pada Tuhan menyelenggarakan aktivitas ibadah
yang Mahaesa. Kedua, membangun yang melibatkan orang banyak, seperti
kesatuan gerak, langkah, dan sinergi jemaah salat lima waktu/rawatib, salat
dengan semua pihak yang memiliki Tarawih dan salat Idulfitri di masjid atau
otoritas penanganan wabah virus tempat umum lainnya, serta menghadiri
COVID-19 ini. Ketiga, memberikan pengajian umum dan majelis taklim…”
dukungan optimal kepada para tenaga membuka peluang polemik di lapangan
medis yang menjadi garda terdepan tentang boleh tidaknya berkumpul untuk
melawan Corona. Keempat, mendorong beribadah dan pengajian. Meskipun
pemerintah untuk menjaga stabilitas setelah pernyataan itu ada frasa “…
harga bahan pokok dan memastikan dengan tetap menjaga diri agar tidak
ketersediaan suplai bagi warga yang terpapar COVID-19”,49 penentuan atas
tempat tinggalnya terisolasi (zona merah) kondisi penyebaran COVID-19 terkendali
untuk mengantisipasi dampak penerapan yang bisa jadi tidak ketat, bahkan oleh
local lock down, menumbuhkan rasa pemerintah, himbauan keagamaan seperti
empati dan kepedulian, memberikan itu bisa ditafsirkan memberi peluang
bantuan kepada yang membutuhkan berkembangnya pelonggaran rumah
tanpa memandang suku, agama, ras, ibadah dan berkumpulnya orang dalam
dan antargolongan. Kelima, membangun kegiatan keagamaan.
optimisme di dalam diri individu, Pernyataan MUI membangun kriteria
komunitas, dan lingkungan masyarakat baru yang tidak ada dalam peraturan
dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perundang-undangan, yaitu menggunakan
sosial-media melalui penyebaran konten- kriteria “kawasan yang potensi
konten positif, melawan kecemasan dan penularannya tinggi, sangat tinggi, rendah
menghindari kepanikan, serta selalu yakin sesuai ketetapan pihak yang berwenang”,
bahwa wabah Corona ini segera berlalu.48  dan “kondisi penyebaran terkendali dan
Secara umum, himbauan-himbauan tidak terkendali”. Persoalan muncul
lembaga keagamaan di atas terkesan karena kemudian fatwa ini memberikan
baik-baik saja. Memang demikian anjuran bagi orang yang sehat atau belum
pada umumnya, tetapi kalau kita diketahui terpapar bisa melakukan ibadah
baca secara lebih detail, ada potensi- bersama-sama dengan orang lain di
potensi kekaburan yang penting tempat ibadah/umum selama dia berada
diperhatikan, karena membuka peluang di kawasan yang potensi penularannya
pelanggaran anjuran social distancing rendah. Bahkan fatwa ini juga mewajibkan
yang dianjurkan pemerintah. Dalam umat melakukan ibadah salat Jumat dan
konteks lemahnya kebijakan pemerintah boleh melakukan ibadah dengan orang
dan apalagi longgarnya pengawasan banyak sambil menjaga diri tidak terpapar

20
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

COVID-19. di lapangan tentang pengaturan jarak


Kriteria itu tidak ada dalam peraturan kedekatan orang dalam beribadah di
perundang-undangan, dan membuka masjid, termasuk pengawasan oleh
ruang interpretasi sendiri di antara umat pengurus masjid sendiri, menjadikan
Islam untuk mereka-reka yang disebut peluang penyebaran COVID-19 terbuka
penularan tinggi atau rendah; dan kondisi lebar. Mungkin perspektif kehati-hatian
terkendali atau tidak. Belakangan kawasan yang sangat tinggi ini dilihat berlebihan.
terkendali disebut sebagai zona hijau, Tetapi dalam perspektif kesehatan publik,
dan penularan tinggi ada tiga kategori kita penting mengedepankan kaidah
(zona merah, oranye dan kuning), yang menjaga kepentingan optimum kesehatan
hingga saat ini, pembagian zona itu publik, sesuatu yang secara umum
tidak dipahami masyarakat umum, dan seharusnya menjadi konsen besar dari
hanya bisa dilihat jika membuka peta himbauan-himbauan keagamaan.
sebaran yang disediakan di www.covid19. Dalam kaitan ini, ada pertanyaan
go.id. Sekalipun ditekankan untuk selalu bagaimana kategori zonasi yang muncul
menjaga diri dan patuh pada pihak yang dalam keputusan Bahtsul masail NU (zona
berwenang, namun hal ini justru membuka merah, kuning dan hijau) yang berimplikasi
ruang bagi umat untuk bertindak bahwa di zona hijau masjid tetap wajib
mengikuti pilihan pemimpin agamanya. menyelenggarakan salat Jumat dibuat?
Apalagi kemudian, pemerintah meminta Darimana zonasi itu dibuat?51
tolong MUI membuat fatwa untuk Dalam penjelasan-penjelasan
panduan salat Idulfitri saat wabah. MUI pemerintah, sepertinya terminologi zonasi
kembali menyerukan juga bahwa umat di ini ada tapi jarang dipakai. Di sini penting
zona hijau boleh menggelar salat Tarawih juga mempertanyakan kepada pemerintah
dengan syarat-syarat tertentu. apakah misalnya kalau ada PSBB di suatu
Hampir sama dengan itu, pernyataan tempat (provinsi, kabupaten, atau kota) itu
yang dikeluarkan oleh Lembaga Bahtsul berarti semua wilayah adalah zona merah,
Masail (LBM) PWNU Jawa Tengah yang atau di dalam wilayah lokal itu ada zonasi-
salah satunya menyebutkan umat Islam zonasi yang beragam juga? Kejelasan
yang berada di kawasan zona hijau, ini menentukan penilaian apakah suatu
tetap diwajibkan untuk menggelar salat komunitas keagamaan melanggar
Jumat di masjid. Meskipun di pernyataan pembatasan yang diterapkan pemerintah
itu juga dinyatakan dalam pelaksanaannya atau tidak.
tetap tidak boleh meninggalkan upaya Menteri Agama juga mengeluarkan
kewaspadaan pencegahan sesuai protokol Surat Edaran Menteri Agama No. 6 Tahun
kesehatan yang telah ditetapkan oleh 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadan
pemerintah dalam meminimalisasi dan Idulfitri 1 Syawal 1441 H yang intinya
risiko penyebaran,50 namun pada melarang ritual dan praktik peribadatan
praktiknya mengandung resiko yang selama Ramadan dan Idulfitri yang
besar. Alasannnya, praktik pengawasan mengumpulkan banyak orang, baik yang

21
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

bersifat membatasi hingga meniadakan. atau di lapangan ditiadakan”. NU dan


Takbir dan peringatan Nuzulul Quran Muhammadiyah cenderung menghimbau
tidak diperbolehkan dengan cara salat Idulfitri dilakukan di rumah. Bagi
mengumpulkan banyak orang. Sedangkan NU, selagi wabah Corona masih menjadi
buka puasa bersama, takbir keliling, ancaman, panduannya merujuk ke
pesantren kilat ditiadakan. Silaturahim himbauan yang dikeluarkan PBNU tanggal
disarankan melalui media sosial atau 3 April 2020, yaitu salat Idulfitri cukup
media konferen. Juga pengaturan khusus dilaksanakan di rumah.52 Majelis Tarjih
tentang pengumpulan dan pembagian Muhammadiyah mengeluarkan fatwa
zakat fitrah. Tampaknya SE Menag ini yang intinya salat Idulfitri di lapangan
agak berbeda dengan fatwa MUI tanggal juga “sebaiknya ditiadakan atau tidak
13 Mei 2020 mengenai Panduan Kaifiat dilaksanakan” dan “salat Idulfitri bagi
Takbir dan Salat Idulfitri Saat Pandemi yang menghendaki dapat dilakukan di
COVID-19. rumah masing-masing bersama anggota
Mengenai salat Idulfitri, MUI keluarga”.53
membagi dalam dua kriteria: salat Meskipun dalam fatwanya MUI
Idulfitri di tanah lapang atau di tempat menyebutkan salat Idulfitri di masjid
ibadah dan salat Idulfitri di rumah. juga “harus tetap melaksanakan protokol
Salat Idulfitri di tanah lapang atau di kesehatan”, tampak jelas bahwa MUI
tempat ibadah diperuntukkan bagi umat membuka peluang diadakannya salat
Muslim di daerah yang terbebas dari Idulfitri dengan jumlah jemaah yang besar.
COVID-19 atau di daerah ketika wabah Sementara tidak demikian pandangan
terkendali. Kriteria terkendali sepertinya NU dan Muhammadiyah. Seperti nanti
bersifat umum, yaitu “angka penularan akan dipaparkan di bawah dalam praktik
menunjukkan kecenderungan menurun pembatasan sosial, fatwa MUI ini
dan kebijakan pelonggaran aktivitas menyuarakan protes sebagian pemimpin
sosial yang memungkinkan terjadinya dan umat Muslim setelah pemerintah
kerumunan berdasarkan ahli yang kredibel mewacanakan pelonggaran atau relaksasi
dan amanah”. Sementara itu, mengenai pembatasan sosial dalam bidang
salat Idulfitri, Surat Edaran menyebutkan transportasi dan ekonomi yang gencar di
“Pelaksanaan Salat Idulfitri yang lazimnya awal dan pertengahan bulan Mei 2020.
dijalankan berjamaah, baik di masjid

22
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

PRAKTIK PEMBATASAN SOSIAL:


Kepatuhan Dan Penyangkalan

Penularan COVID-19 dari orang ke Kepatuhan terhadap Pembatasan


orang lain sangat cepat, oleh karena Sosial
itu salah satu cara memutus rantai atau
Bulan-bulan awal menyebarnya wabah
meminimalisir penularannya adalah
COVID-19 bertepatan dengan banyak
dengan cara menghindari pertemuan
momen ritual dan perayaan agama yang
orang dalam jumlah besar. Pemerintah
berlangsung secara nasional di Indonesia.
menetapkan kedaruratan kesehatan
Perayaan hari raya Nyepi bagi umat
masyarakat yang diikuti oleh pembatasan-
Hindu berlangsung tangal 25-26 Maret,
pembatasan hak warga, salah satunya
rangkaian perayaan hari Paskah oleh umat
menyangkut pertemuan dan kegiatan
Kristiani pada 9-12 April, puasa Ramadan
keagamaan. Sejak kasus COVID-19
dengan berbagai rangkaian ibadahnya
mengemuka di Indonesia, lembaga-
untuk umat Muslim berlangsung sebulan
lembaga keagamaan (termasuk lembaga
penuh pada 24 April-23 Mei, hari raya umat
Penghayat Kepercayaan di dalamnya)
Buddha, Waisak, jatuh pada tanggal 7 Mei
bersikap positif merespons kebijakan jarak
dan hari raya Idulfitri bagi umat Muslim
sosial yang dikeluarkan pemerintah. Hal
berlangsung pada 24-25 Mei. Tradisi
itu menjadi dukungan yang sangat berarti
yang melekat dan menjadi bagian utuh
untuk edukasi dan kampanye kesehatan
dari perayaan dan ritual agama tersebut
publik di masyarakat. Sayangnya pada
biasanya adalah berkumpulnya umat
saat bersamaan terjadi penyangkalan
beragama. Sehingga warga mengalami
(denial) di sana-sini. Bagian ini melihat
tantangan yang berat untuk menghindari
dinamika praktik di lapangan baik yang
pertemuan, pada umumnya bagi umat
melaksanakan maupun menyangkal
agama-agama itu, ini merupakan
pembatasan sosial dalam bidang
pengalaman pertama sepanjang hidup
keagamaan tersebut. Kasus-kasus
mereka.
penyangkalan yang diangkat utamanya
berasal dari daerah-daerah yang telah Sejak awal tampaknya Provinsi Bali
menetapkan PSBB. Sebab di daerah- memilih untuk tidak mengajukan status
daerah seperti itulah penerapan aturan PSBB. Meskipun demikian, pemerintah
pembatasan hak warga menjadi legitimate dan sistem budaya di Bali secara ketat
dari perspektif hak asasi manusia. melakukan pembatasan sosial yang

23
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

menempatkan desa adat sebagai bagian kenyataanya mengandung bias kota dan
penting.54 Upacara Tawur Ageng Tilem daerah yang sudah cukup maju.
Kesanga di Bali dipusatkan di Lapangan Prosesi perayaan Waisak nasional pada
I Gusti Ngurah Made Agung, Kota tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan
Denpasar pada 24 Maret 2020 dengan di komplek Candi Borobudur dan Candi
sistem pembatasan, termasuk peserta Mendut Magelang yang biasanya
ritual dibatasi.55 Pembatasan tersebut dihadiri oleh ribuan umat Buddha dari
termasuk upacara ritual hanya melibatkan Indonesia, umat Buddha dari negara-
rohaniawan (sulinggih, pemangku), negara lain serta para tamu undangan.
serati banten, pemuka adat serta Demi mencegah penularan COVID-19,
pemuka agama. Sementara itu warga perayaan Waisak di Candi Borobudur pada
menyelenggarakan persembahyangan dari tanggal 7 Mei 2020 ditiadakan, diganti
rumah masing-masing.56 perayaan Waisak dari rumah. Perayaan
Bagaimana dengan rangkaian Waisak di wihara juga hanya dilakukan
perayaan Paskah? Pada umumnya oleh orang-orang tertentu dengan
perayaan Paskah di gereja-gereja arus jumlah terbatas.57 Lima organisasi induk
utama tidak diselenggarakan di gereja umat Buddha dengan dukungan Bimas
untuk tujuan pembatasan sosial. Misalnya, Buddha Kemenag menyelenggarakan
di Gereja Mesehi Injili di Timor (GMIT) pujabakti dan meditasi detik-detik Waisak
Nusa Tenggara Timur, sejak tanggal 29 secara streaming. Lima organisasi induk
Maret 2020 semua ibadah tidak dilakukan tersebut adalah Perwakilan Umat Buddha
di gereja. Sehingga rangkaian perayaan Indonesia (Walubi), Persatuan Umat
hari Paskah tanggal 9-12 April 2020 pun Buddha Indonesia (Permabudhi), Sangha
kemudian tidak diadakan di gereja. Para Theravada Indonesia, Parisadha Buddha
pemimpin gereja di Indonesia bagian Dharma Niciren Syosyu Indonesia dan
Timur harus bekerja keras agar perayaan Majelis Agama Buddha Tantrayana Satya
Paskah tetap berlangsung, meskipun Buddha Indonesia.58
tanpa perkumpulan fisik, sementara Ketika banyak daerah berstatus PSBB,
terdapat keterbatasan teknologi. Hanya salat Tarawih, pengajian dan pertemuan
20% dari jemaat GMIT yang dapat keagamaan di lingkungan umat Muslim
mengakses layanan kebaktian melalui banyak yang ditiadakan. Sebanyak 17
media online. Sisanya mengandalkan radio program yang biasanya ada di masjid
dan pengeras suara di kampung-kampung. Istiqlal, termasuk di antaranya salat
Itupun tetap tidak bisa menjangkau Tarawih dan buka bersama, ditiadakan
semuanya, sebab masih banyak desa yang untuk meminimalisir penyebaran
tidak memiliki akses listrik. Meskipun COVID-19. Sebagai penggantinya,
demikan, GMIT tetap tidak mengadakan sebagian program yang memungkinkan
perayaan Paskah secara langsung. Saran dialihkan ke sistem online.59 Selain
umum untuk mengalihkan peribadatan di Jakarta, peniadaan salat Jumat,
dari on site menuju online pada salat wajib 5 waktu, salat Tarawih dan

24
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

kegiatan-kegiatan lain terjadi di banyak Pada pertengahan bulan puasa hingga


daerah yang telah berstatus PSBB, Idulfitri, banyak umat Muslim yang masih
seperti di Tangerang, Surabaya, Padang, tetap bertahan menerapkan pembatasan
Bandung, Banjarmasin, Solok, Tanah sosial dalam beribadah. MUI Kota Padang
Datar, Payakumbuh, Makassar, Bandung, masih gencar menghimbau umat Muslim
Bogor, Pariaman, Gresik, Indramayu, untuk tidak melaksanakan salat Jumat dan
dan lain-lain. Hal itu tidak berarti semua Tarawih di masjid.62 Selain masjid Istiqlal63
kegiatan keagamaan yang melibatkan dan masjid Al-Azhar Jakarta, 64 masjid Raya
pertemuan langsung banyak orang tidak Jakarta Islamic Center (JIC) Koja, Jakarta
terjadi di daerah-daerah itu –yang akan Utara juga tidak menyelenggarakan
dibahas lebih detail di bawah. Di kalangan salat Idulfitri.65 Meskipun sebelumnya
umat Muslim, situasi COVID-19 juga diwarnai kontroversi, akhirnya Pemerintah
memunculkan banyak kreativitas dalam Provinsi Jawa Timur mencabut izin
merespons wabah yang berorientasi pelaksanaan salat Idulfitri di Masjid Al-
pembatasan sosial, seperti banyak sekali Akbar Surabaya sehingga salat Idulfitri
pengajian diselenggarakan secara daring, ditiadakan.66 Di Sidoarjo, Pemimpin
pelatihan manasik haji dilakukan secara Daerah Muhammadiyah memastikan
online, penerbitan buku panduan salat warganya tidak menggelar salat Idulfitri
Tarawih di rumah, penerbitan buku fikih berjamaah di lapangan dan halal bi halal
di tengah wabah dan pembuatan aplikasi dilakukan secara daring.67 Ketika kebijakan
digital fitur ibadah selama Ramadan untuk New Normal di Jakarta mulai digulirkan,
menyebut sebagian kecil saja. masjid Istiqlal pada Jumat 29 Mei 2020
Ketika pemerintah Provinsi Jawa masih tetap tidak menggelar salat Jumat
Timur bersiap menerapkan PSBB, berjamaah.68 Sampai di sini cukup jelas
Penghayat Kepercayaan di Surabaya tampak bahwa sebagian komunitas
juga menyatakan dukungannya terhadap umat beragama masih mempraktikkan
kebijakan PSBB.60 Di Kediri Jawa Timur, pembatasan sosial dengan menghindari
ketika tokoh-tokoh agama menginisiasi kerumuman orang dalam beribadah.
doa bersama, pimpinan Penghayat
Kepercayaan tidak ketinggalan turut Penyangkalan terhadap PSBB
berpartisipasi dalam doa bersama untuk Pelonggaran pembatasan sosial dalam
memperkuat tali persaudaraan antarumat bidang-bidang lain, terutama transportasi
beragama dalam menghadapi wabah melalui Surat Edaran Ketua Pelaksana
COVID-19 tersebut. Doa bersama diadakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan
di rumah masa kecil Presiden Sukarno di COVID-19 No. 4 Tahun 2020 tentang
Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kriteria Pembatasan Perjalanan Orang
Kediri. Dalam forum itu para pemimpin dalam Rangka Percepatan Penanganan
tokoh agama berdoa tanpa melibatkan COVID-19, membuat tuntutan
pengikutnya secara langsung dan menjaga pelonggaran dalam kegiatan keagamaan
jarak sesuai protokol COVID-19.61 dan rumah ibadah mengemuka. Hal ini

25
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

sangat disayangkan terjadi di saat kasus COVID-19 pada saat rapid test tanggal 6
jumlah pasien baru COVID-19 masih Mei 2020.70
mencapai ratusan kasus per hari di awal Di Tambora, Jakarta Barat, tiga orang
Mei 2020. yang positif COVID-19 mengikuti salat
Tentang kasus-kasus penyangkalan, Tarawih berjamaah di Musala RW. 07
kami hanya memfokuskan analisis di bersama sekitar tiga puluh orang jemaah
daerah-daerah yang telah berstatus PSBB. lain. Akibatnya, semua jemaah lain
Selain itu, untuk kebutuhan memahami harus menjalani test Swab. Kemudian
konteks masalah, kita juga menganalisis pada 10 Mei 2020 mereka dievakuasi
peristiwa umum di luar daerah PSBB. Di oleh Puskesmas Kecamatan Tambora
sini, kami tidak membahas kasus per kasus dan ditetapkan sebagai Orang Dalam
semuanya, tetapi menyusun pola masalah Pengawasan (ODP).71 Masih dari Tambora,
di mana kasus-kasus hanya diambil seorang kakek yang cucunya ditetapkan
sebagian untuk menjelaskan pola tersebut. positif terpapar COVID-19 nekad menjadi
Pertama, ibadah bersama di tempat imam salat berjamaah di musala. Kakek
ibadah umum di daerah berstatus PSBB. tersebut sempat sakit tetapi tetap menjadi
Ibadah keagamaan di tempat ibadah imam salat di musala. Walhasil, setelah
umum yang dihadiri banyak orang dilakukan test Swab terhadapnya pada 9
membawa resiko tinggi penyebaran Mei 2020, dia dinyatakan positif COVID-19.
COVID-19. Sebagaimana telah diketahui Padahal ada sekitar dua puluh warga yang
luas orang yang terpapar (carrier) bisa jadi biasa berjamaah dengan imam tersebut.72
tidak merasakan gejala atau symptom di Di Ende, meskipun Keusukupan
tubuhnya dan merasa sehat. Resiko yang Agung Ende mengeluarkan himbauan
tinggi ini dapat diamati dalam kasus yang untuk tidak melakukan misa di gereja dan
terjadi di Masjid Ridha Muhammadiyah menggantinya menggunakan metode
di Kecamatan Rappocini, Makassar. daring, namun gereja Bhonawa tetap
Pada 30 April 2020, pemerintah Kota menyelenggarakan misa hari minggu.
Makassar melakukan rapid test terhadap Pimpinan gereja tersebut menyampaikan
semua jemaah masjid tersebut yang tetap sebenarnya gereja tidak dibuka untuk
menggelar salat Tarawih di saat daerah umum, tetapi karena pastor misa hadir
telah mulai berstatus PSBB. Hasilnya, di gereja, kemudian para jemaat datang
dari rapid test ditemukan tiga orang yang dan mengikuti misa. Jemaat tetap tidak
positif COVID-19.69 Peristiwa sejenis terjadi mau disuruh pulang agar tidak mengikuti
di Kabupaten Sidoarjo. Satgas COVID-19 misa di gereja.73 Adapun di kalangan
Kabupaten Sidoarjo menyasar masjid umat Buddha, meskipun diikuti oleh
atau musala yang masih melangsungkan sedikit umat Buddha (pimpinan agama
salat Tarawih. Dari 123 jemaah di masjid dan umatnya tidak lebih dari 15 orang),
Al-Ikhlas Perumahan Bluru Permai, perayaan Waisak tetap diselenggarakan di
ditemukan 6 jemaah yang reaktif Maha Vihara Mojopahit pada tanggal 7 Mei
2020.74

26
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

Kasus-kasus di atas hanya sedikit dari Kasus serupa terjadi di Jawa Timur.
banyak kasus lain. Melalui perjumpaan MUI Jawa Timur mengirim surat No. 23/
orang pada saat beribadah yang pada MUI/JTM/V/2020 kepada Gubernur Jawa
umumnya tidak mengambil jarak yang Timur, Bupati Gresik, Bupati Sidoarjo
tepat dan konsisten sesuai protokol dan Wali Kota Surabaya. Inti surat itu
kesehatan, rumah ibadah kemudian adalah permohonan kepada kepala
menjadi ruang transmisi lokal penularan daerah bersangkutan supaya memberikan
COVID-19. Bisa jadi seseorang sudah kelonggaran bagi masyarakat Muslim
positif COVID-19, tapi dia tidak untuk melaksanakan salat berjamaah
mengetahuinya. Sehingga dia menularkan di tempat ibadah. MUI meyakini jika
kepada jemaah lain yang mereka salat berjamaah dilaksanakan sesuai
juga tidak tahu sudah tertular melalui protokol menjaga jarak, maka tak akan
pertemuan di tempat ibadah itu. berdampak pada penyebaran virus.76 Di
Kedua, penyangkalan lembaga luar dua kasus penyangkalan lembaga
keagamaan terhadap keputusan lembaga keagamaan tersebut, sayangnya
hirarki di atasnya. Meskipun sebagian Sekjen MUI Pusat, Anwar Abbas, juga
besar lembaga keagamaan di tingkat melontarkan pernyataan sejenis. Menyusul
pusat mendukung berlangsungnya pemerintah mengumumkan pelonggaran
kebijakan pembatasan sosial, tetapi ada kebijakan transportasi publik, dia meminta
penyangkalan atau anomali di sebagian pemerintah untuk membuka kembali
lembaga keagamaan. Menyusul masa masjid dan tempat ibadah lain serta
PSBB tahap kedua atau perpanjangan meminta pemerintah mengumumkan
PSBB di Kota Padang, MUI Kota Padang bahwa wabah COVID-19 sudah bisa
menerbitkan Maklumat dan Tausyiah dikendalikan.77
MUI Kota Padang No. 002/MUI- Baik kasus maklumat MUI Kota
PDG/V/2020. Meskipun dalam maklumat Padang, surat permohonan MUI Jawa
tersebut terlihat sangat hati-hati seperti Timur dan pernyataan Sekjen MUI Pusat
pembolehan salat Jumat dan salat Tarawih tampaknya tidak mempertimbangkan
berjamaah di masjid jika ada izin tertulis kenyataan kasus dan praktik di masyarakat
dari Pemerintah Kota atau Gugus Tugas seperti poin pertama di atas. Poin
dan Dinas Kesehatan Kota dan beberapa tersebut menjelaskan bahwa pertemuan-
ketentuan lain,75 tetapi memperhatikan pertemuan keagamaan tetap membawa
kultur masyarakat, masjid yang tidak resiko tinggi penyebaran COVID-19
memenuhi syarat-syarat tersebut bisa jadi karena pada kenyataanya jumlah jemaah
turut terdorong untuk menyelenggarakan sangat sedikit yang telah mengikuti tes
salat Jumat dan salat Tarawih berjamaah. COVID-19. Selain itu, tidak diketahui
Sehingga di daerah itu akan banyak persis apakah seseorang benar-benar
masjid atau musala yang dijadikan tempat bebas atau menjadi carrier COVID-19.
salat berjamaah di saat wabah masih Penyangkalan seperti itu tidak membantu
mengancam dan kota masih ditetapkan proses pencegahan penularan wabah yang
berstatus PSBB.

27
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

masih sangat mengancam kesehatan memakai masker, sterilisasi tempat ibadah


masyarakat. dari virus, dll.
Ketiga, penyangkalan oleh Keempat, penyangkalan umat kepada
penyelenggara pemerintahan. Sebagai pemimpinnya. Penyangkalan adakalanya
pengusul dan pelaksana PSBB, seharusnya datang dari level jemaah atau umat awam,
kepala daerah konsisten menerapkan sementara pemimpin agama sebenarnya
dan mengawal PSBB. Ketika menggodok ingin menegakkan kepatuhan kepada
konsep pemberlakuan PSBB di Kabapaten pembatasan sosial di masa wabah. Sebuah
Malang, Bupati Malang memberikan video amatir yang kemudian dirilis ulang
pernyataan bahwa skema penerapan PSBB oleh situs tvOneNews pada 18 April 2020
di Kabupaten Malang tetap membolehkan mengenai protes jemaah merupakan
“ibadah seperti salat berjamaah di masjid” contoh popular dari penyangkalan umat
dengan tetap menjaga jarak, masuk kepada pemimpin agamanya. Dalam
masjid wajib cuci tangan, menggunakan video tersebut seorang jemaah marah dan
masker dan membawa sajadah dari mencaci maki dengan sangat kasar ustaz
rumah sendiri.78 Padahal dalam aturan atau imam sebuah masjid yang tidak mau
umum kegiatan keagamaan –ketika salat datang mengimami salat di masjid kerena
berjamaah di masjid sering ditafsirkan mengikuti pembatasan sosial COVID-19
sebagai bagian darinya— termasuk yang sementara banyak sekali jemaah telah
dibatasi dalam aturan PSBB.79 hadir.81
Terdorong oleh relaksasi dalam Meskipun dengan tekanan yang lebih
kebijakan transportasi publik di akhir halus, suara sejenis muncul di kalangan
minggu pertama bulan Mei 2020, Menteri umat Kristiani dalam konteks peniadaan
Agama “membuka opsi melakukan rangkaian ibadah Paskah di gereja.
relaksasi pembatasan sosial berskala besar “Banyak pertanyaan dari umat. Saat
(PSBB) terkait COVID-19 untuk rumah diputuskan ibadah dari rumah, mereka
ibadah” pada saat rapat kerja secara menuduh ‘pendeta dan majelis kurang
virtual dengan Komisi VIII DPR pada 11 iman’, bahkan sempat ada beberapa
Mei 2020. Pewacanaan pelonggaran jemaat yang ke gereja walau sudah
rumah ibadah tersebut, selalu diikuti oleh dianjurkan kebaktian di rumah”, tutur
pernyataan keharusan menjaga jarak seorang pendeta GMIT di Nusa Tenggara
di dalam rumah ibadah. Wakil Menteri Timur.82 Pada kasus-kasus seperti ini,
Agama menambahkan persetujuannya pemimpin agama pada umumnya memiliki
pada pandangan bahwa masjid, gereja pengetahuan yang memadai bahwa
dan rumah ibadah lain tidak boleh benar- penutupan rumah ibadah sementara di
benar ditutup (dikunci).80 Padahal sekali masa wabah tidak dilarang agama, tapi
lagi, persoalan yang sangat nyata di rumah malah merupakan anjuran kuat dari agama
ibadah pada umumnya adalah tidak ada untuk mencapai kemaslahatan bersama.
kontrol atau pengawasan yang ketat Di kalangan umat Islam, penyangkalan
tentang praktik menjaga jarak, kewajiban terhadap penerapan PSBB dalam bidang

28
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

keagamaan dapat berasal dari otoritas itu, contohnya, pemanggilan pengurus


tradisional maupun otoritas baru. Dari masjid dan musala oleh Kapolresta
otoritas tradisional, contohnya, Yayasan dan Kakansatpol PP di Kota Pekanbaru
Masjid, Menara dan Makam Sunan yang masih terus mengadakan salat
Kudus (YM3SK) menolak peniadaan Tarawih berjamaah di masjid atau
salat Jumat berjamaah di masjid pada musala sementara daerah itu sudah
tanggal 27 Maret 2020.83 Menurut Ketua menerapkan PSBB. Dalam pemanggilan
Yayasan tersebut, “alasan untuk tidak tersebut mereka diberikan penerangan
menyelenggarakan salat Jumat berjamaah tentang PSBB dan pemahaman tentang
memiliki alasan yang lemah”. Sedangkan COVID-19 sehingga diharapkan tidak lagi
dari otoritas baru, misalnya, retorika mengadakan salat Tarawih berjamaah
tuntutan pembukaan kembali masjid- di masjid selagi daerah masih berstatus
masjid disuarakan dengan sangat keras PSBB.86 Di luar persuasi dan beberapa
oleh jaringan gerakan Alumni 212. Ketua pendekatan yang agak tegas, banyak
Umum Persaudaraan Alumni 212, Slamet kasus penyangkalan pada praktiknya
Ma’arif, yang juga mantan juru bicara dibiarkan begitu saja.
Front Pembela Islam (FPI) mendesak Bersamaan dengan wacana relaksasi
pemerintah, Menteri Agama, untuk segera (pelonggaran) moda transportasi pada
membuka pembatasan kegiatan di rumah awal Mei 2020 dan kemudian relaksasi
ibadah, khususnya masjid dan musala, di pasar swalayan yang digulirkan oleh
akhir bulan Ramadan.84 pemerintah, mendorong sebagian
Terhadap praktik-praktik penyangkalan tokoh Muslim bersuara keras agar
yang ada, pada umumnya pemerintah pemerintah membuka kembali rumah
hanya bersikap persuasif. Meskipun ibadah. Komunikasi publik para pejabat
dalam sosialisasinya, sebagian aparat pemerintah yang terkesan simpang siur
menyebutkan ancaman sanksi pidana bagi tentang boleh tidaknya mudik lebaran
pelanggar PSBB adalah denda seratus memicu polemik yang semakin keruh
juta rupiah atau penjara satu tahun, akan di masyarakat dan media sosial. Jika
tetapi sanksi tersebut tidak ditegakkan. sebelumnya muncul penyangkalan (denial),
Selain pendekatan persuasif, sesekali efek wacana pelonggaran ini mendorong
aparat melakukan pembubaran kegiatan munculnya penentangan (resistensi).
keagamaan, seperti pembubaran kegiatan Meskipun pemerintah tetap menyerukan
pengajian anak-anak dan remaja di Desa umat Muslim supaya melaksanakan salat
Sindang Asih, Kecamatan Sindang Jaya, Idulfitri di rumah saja, namun penentangan
Kabupaten Tangerang pada tanggal terhadap seruan itu lebih kencang
18 April 2020. Muspika Kecamatan dibanding waktu-waktu sebelumnya.
menghentikan acara yang mengumpulkan Buruknya komunikasi kebijakan publik
lebih dari 50 orang tersebut yang pemerintah membuat tatanan masyarakat
sedang berlangsung pada malam hari.85 yang sudah mulai konsisten dan patuh
Pendekatan lain yang diambil pemerintah pada PSBB rusak. Jika melihat sejak awal
adalah pemanggilan pelanggar PSBB. Hal

29
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

COVID-19 ini terjadi, upaya penyangkalan kesehatan saat menyelenggarakan salat


terhadap masuknya virus ini ke Indonesia Idulfitri, tapi karena tidak ada pemantauan
banyak terjadi hingga akhirnya memakan yang berarti bisa jadi kerumuman
korban, warga mulai patuh, meskipun orang pada saat dan setelah mengikuti
tidak sepenuhnya, terhadap protokol baru salat mengabaikan protokol kesehatan
dan PSBB. Hal ini terlihat dari rata-rata tersebut.
penularan virus (R0) terutama di wilayah Di berbagai tempat baik di daerah
Jakarta sebagai wilayah wabah terbesar yang berstatus PSBB maupun bukan,
sempat berada dalam kisaran 1 dengan banyak umat Muslim terpecah: ada yang
jumlah warga yang di rumah sekitar 60%.87   menjalankan salat Idulfitri di masjid atau
Salah satu parameter menghentikan lapangan dan ada yang menjalankannya
atau melanjutkan PSBB adalah parameter di rumah, seperti situasi yang terjadi di
R0 ini. Namun sayangnya parameter ini Kota Malang. Di Kota Malang yang masih
tidak digunakan secara konsisten karena berstatus PSBB, meskipun walikota
dalam komunikasi publik di pemerintah berpendapat hendaknya umat Muslim
pusat, parameter ini jarang dijadikan salat Idulfitri di rumah, tapi secara eksplisit
acuan di awal. Baru pasca-Idulfitri, menyebutkan “tidak akan mengeluarkan
parameter ini banyak dibicarakan dan regulasi baru yang sifatnya melarang
digunakan untuk mengukur kesiapan pelaksanaan salat Idulfitri”. 90
pelepasan PSBB. Ketidakkonsistenan Barangkali keputusan seperti itu
pemerintah menyampaikan informasi mempertimbangkan berkembangnya
ini justru membuat warga melakukan penentangan di masyarakat yang
pembangkangan secara sadar dengan tidak mungkin lagi diatasi. Di sebagian
tidak mematuhi aturan “stay at home” daerah lain, kepala daerah secara
dan mulai melakukan salat berjamaah eksplisit membolehkan umat Muslim
di masjid. Pembangkangan ini menjadi salat Idulfitri berjamaah di masjid,
tahap nyata bahwa warga kehilangan misalnya kepala daerah di Kabupaten
kepercayaan terhadap pemerintah dalam Lumajang, Kabupaten Sidoarjo,
pengelolaan COVID-19. Kabupaten Majalengka dan Kabupaten
Kemudian, jika sebelumnya MUI Pusat Sukabumi.
terlihat gencar menyerukan salat diadakan Menanggapi pelonggaran dalam
di rumah saja, tapi saat menjelang lebaran bidang transportasi dan dunia usaha,
bersikap lebih permisif menyikapi banyak beberapa tokoh Muslim memprotes
MUI daerah membolehkan adanya pemerintah secara keras untuk segera
penyelenggaraan salat Idulfitri di masjid membuka lagi tempat-tempat ibadah.
seperti keputusan yang diambil oleh MUI Pada minggu kedua Mei 2020, Ketua
Kepulauan Riau, MUI Kota Tegal88 dan MUI Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212
Kabupaten Bandung Barat.89 Meskipun mendesak pemerintah, dalam hal ini
MUI daerah tersebut selalu menekankan Menteri Agama, supaya membuka
tentang anjuran mengikuti protokol kembali rumah ibadah, khususnya masjid

30
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

dan musala.91 Dari Aceh, suara lantang akan mengeluarkan aturan tentang
mengemuka dari FPI Aceh. Ketuanya pembukaan rumah ibadah dalam situasi
menyatakan FPI Aceh menolak Instruksi normal baru. Di luar lembaga Muslim,
Gubernur Aceh tentang perpanjangan PGI94 dan Keuskupan Agung Jakarta
PSBB yang melarang Peringatan Hari mengambil ancang-ancang membangun
Besar Islam, pengajian, zikir, majelis pedoman peribadatan dalam situasi
taklim, dll. yang mengumpulkan massa. normal baru.95
Perpanjangan PSBB tersebut mulai Kritik datang dari Muhammadiyah.
diberlakukan tanggal 30 Mei 2020.92 Ketua Muhammadiyah memaklumi
Di awal Juni, Dewan Masjid Indonesia munculnya pandangan di masyarakat
(DMI) menyebarkan maklumat yang bahwa kebijakan normal baru yang
menghimbau seluruh Dewan Kemakmuran diambil pemerintah lebih “mementingkan
Masjid (DKM) dan takmir masjid seluruh urusan ekonomi ketimbang keselamatan
Indonesia membuka kembali masjid masyarakat”. NU juga melontarkan
untuk salat lima waktu maupun salat protes. Ketika pemerintah mendorong
Jumat dengan mengikuti aturan dan kehidupan normal baru di pesantren,
jarak antara orang ketika salat adalah 1 Ketua Pengurus Pusat RMI (Rabithah
meter.93 Seperti beberapa kali disinggung Ma’ahid Islamiyah) atau Asosiasi
di atas, sebenarnya anjuran mengikuti Pesantren NU khawatir alih-alih
protokol kesehatan dalam peribadatan di menyelamatkan pesantren dari wabah,
kebanyakan rumah ibadah adalah klise, bisa jadi pesantren yang berbasis
karena jarang ada praktik yang ketat. kultur komunal menjadi klaster baru
Di sebagian rumah ibadah hal demikian penyebaran virus Corona. Menurutnya
juga tidak mungkin diterapkan, karena jika tidak ada dukungan sarana dari
sempitnya bangunan rumah ibadah dan pemerintah, dorongan untuk membuka
rendahnya budaya antri. kembali pesantren sangat berisiko.96
Meskipun penambahan kasus Risiko yang disebut terakhir ini sangat
positif COVID-19 rata-rata masih 600 mengkhawatirkan bukan saja dalam kasus
kasus tiap hari di akhir Mei, pemerintah dorongan agar pesantren turut mengikuti
mengumumkan 102 kabupaten/kota yang arus kehidupan normal baru, tapi juga
diizinkan memulai tahap normal baru (new menyangkut pembukaan rumah ibadah
normal) pada tanggal 30 Mei 2020. Di akhir yang memiliki jemaah dalam jumlah besar
Mei itu juga Menteri Agama menyatakan di mana protokol kesehatan tidak mudah
kementeriannya siap memasuki masa diterapkan di dalamnya.
normal baru dan dalam waktu satu minggu

31
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dalam kebijakan pemerintah mengenai besar dalam kegiatan keagamaan yang


upaya penanganan COVID-19 maupun sifatnya komunal, bahkan massal,
dalam dinamika masyarakat, agama sementara penanganan wabah COVID-19
menjadi salah satu isu penting. Ada mensyaratkan jarak sosial. Terjadinya
beberapa alasan untuk ini. Di satu sisi, beberapa episentrum penyebaran
sebagaimana ditunjukkan dalam banyak wabah dari perkumpulan-perkumpulan
survei global, secara umum masyarakat keagamaan menjadi bukti kuat pentingnya
Indonesia memandang penting agama, membatasi aktivitas yang melibatkan
dan tingkat praktik agamanya juga kerumunan.
sangat tinggi. Dalam sejarah Indonesia, Kajian lebih teliti mengenai bagaimana
agama memainkan peran politik cukup pembatasan hak beragama dirumuskan
sentral. Di masa belakangan ini, bukan dan diimplementasikan bukan hanya
hanya dalam politik formal dan informal, membantu memahami situasi yang belum
agama juga mewarnai sektor pendidikan, akan berakhir segera ini, tapi juga menjadi
ekonomi, keuangan, dan sebagainya. sumber wawasan yang kaya mengenai
Negara pun makin banyak mengatur isu-isu lain yang lebih besar. Untuk
aspek keagamaan, khususnya yang mengulang penegasan di awal laporan
terkait dengan Muslim sebagai bagian ini, di sini pembatasan dipahami sebagai
terbesar populasi Indonesia (misalnya, istilah teknis yang ada dalam konteks
dalam UU Jaminan Produk Halal, UU spesifik norma HAM nasional maupun
tentang Pengelolaan Zakat, UU Perbankan internasional.
Syariah, banyak perda terkait aktivitas
keislaman, dan sebagainya). Dari kajian yang telah dipaparkan
di halaman-halaman sebelum ini, ada
Di sisi lain, wabah sebagai peristiwa beberapa poin penting yang dapat
kesehatan masyarakat memiliki implikasi disimpulkan. Pertama, mengenai
amat luas, yang menyentuh amat bagaimana pembatasan dapat dilakukan,
banyak sektor kehidupan, tak terkecuali dan apa prasyaratnya, sehingga ia
dalam keberagamaan warga negaranya. dapat diterima, atau ditolak. Kedua,
Secara lebih spesifik, ada porsi cukup

32
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

apa yang bisa dikatakan mengenai lainnya), juga beragam perayaan dan
hubungan agama dan negara dalam ritual agama-agama, seperti perayaan
suatu demokrasi, di masa wabah ataupun Nyepi, salat Idulfitri, perayaan Waisak, dan
di masa normal. Dalam bagian ini kami Paskah.
mengambil beberapa pelajaran penting Biasanya pembatasan oleh pemerintah
yang bermanfaat bukan hanya dalam selalu menjadi isu kontroversial. Nyatanya
masa wabah, namun juga mengenai peraturan pemerintah terkait wabah
pembatasan kebebasan di masa normal COVID-19 yang membatasi aktivitas
(baru). keagamaan sedemikian luas, dalam
Bagaimana pembatasan diterima atau skala yang tidak memiliki presedennya
ditolak? Di antara temuan penting dari dalam sejarah, justru didukung luas oleh
kajian para penulis laporan ini sebelumnya organisasi-organisasi keagamaan. Tak
adalah bahwa di Indonesia pembatasan terbatas pada organisasi keagamaan
atas dasar pertimbangan ketertiban arus utama, tak sedikit organisasi-
masyarakat menjadi jenis pembatasan organisasi yang orientasi keagamaannya
yang amat kerap dilakukan. Lebih disebut sebagai konservatif atau bahkan
jauh, “nilai-nilai agama”, sebagai dasar garis keras pun mendukung kebijakan
pembatasan yang muncul dalam Pasal 28J pemerintah itu. Beberapa tokoh
UUD 1945 juga berperan amat penting, di agama popular yang awalnya menolak
antaranya karena ketertiban masyarakat pembatasan ini pun kemudian berubah
dipahami mencakup tatanan masyarakat sikap dalam waktu singkat.
Indonesia di mana nilai-nilai agama Tidak sulit dipahami, penerimaan
menjadi bagiannya. Sejauh menyangkut luas ini amat terkait dengan adanya
kesehatan masyarakat, yang tidak pengetahuan dan kesadaran akan bahaya
muncul dalam UUD 1945 tapi ada dalam virus Corona baru. Pemerintah sendiri
KIHSP, ada beberapa pembatasan yang terkesan ragu-ragu, karena terutama
seharusnya dilakukan (misalnya dalam mempertimbangkan dampak ekonomi
merespons penolakan vaksin atas dasar dari pembatasan yang meluas. Namun
argumen keagamaan) tapi tidak dilakukan, paling sedikit ada tiga faktor yang
dan dengan demikian justru menjadi mendorong dan memperkuat pemerintah
sumber berkurangnya kualitas kesehatan untuk akhirnya merumuskan kebijakan
masyarakat. pembatasan secara sangat signifikan pada
Pembatasan KBB atas dasar bulan Maret 2020. Yaitu, pernyataan WHO
pertimbangan wabah COVID-19, sebagai pada pertengahan Maret 2020, bahwa
isu kesehatan masyarakat, adalah contoh COVID-19 adalah wabah; dukungan kuat
pembatasan yang tidak sulit dicarikan dari masyarakat sipil yang mendorong
alasan pembenarannya. Pembatasan ini pemerintah untuk lebih tegas melakukan
memiliki cakupan amat luas, mencakup pembatasan sosial; dan, meskipun
ibadah rutin harian dan mingguan (di pada awalnya ada suara pro-kontra dari
masjid, gereja atau rumah-rumah ibadah lembaga-lembaga keagamaan, sebagian

33
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

besar dari mereka kemudian mendukung kabur, dengan pesan yang tak selalu
pemerintah secara kuat. Sejak minggu jelas. Ini ditambah dengan berita-berita di
ketiga Maret, dengan dukungan lembaga- media yang menunjukkan bagaimana di
lembaga keagamaan, banyak rumah beberapa tempat pembatasan sosial itu
ibadah telah menghentikan kegiatan seperti sudah tidak ada, dengan dibukanya
ibadah rutin mereka, termasuk masjid- pasar swalayan dan beberapa fasilitas
masjid yang berhenti menyelenggarakan publik lainnya.
salat Jumat. Pelajaran penting di sini Semuanya memberikan isyarat adanya
adalah bahwa pembatasan dapat pelonggaran, yang lalu direspons oleh
dilakukan jika pemerintah memberikan sebagian pemimpin lembaga keagamaan
alasan yang kuat sehingga masyarakat dengan tuntutan untuk pelonggaran
dapat menerimanya. pembatasan ibadah berjamaah yang
Namun kemudian, sejak awal hingga mengumpulkan banyak orang dan
akhir Mei, muncul resistensi atau bahkan penggunaan rumah ibadah. Dapat
penolakan terang-terangan untuk dicatat bahwa tuntutan pelonggaran itu
mengikuti anjuran pembatasan yang sebetulnya juga tidak selalu tanpa batas;
masih berlaku. Ada dorongan keagamaan misalnya, di beberapa tempat, jarak sosial
untuk itu, khususnya di kalangan Muslim, di rumah ibadah tetap dianjurkan. Dalam
karena waktu itu menjelang Idulfitri, yang pernyataan pemimpin MUI, disebut pula
biasanya ditandai penyelenggaraan salat pentingnya melihat situasi daerah-daerah
secara masif di banyak tempat. Namun yang berbeda, sebagaimana diungkapkan
ada beberapa faktor lain yang tak kalah dalam istilah yang digunakan pemerintah
penting, karena toh dalam beberapa seperti “zona hijau”, ketika tidak ada kasus
minggu sebelumnya pembatasan itu relatif COVID-19, atau “zona merah”.
cukup dipatuhi. Namun justru di sinilah ada
Sejak awal Mei, sekitar enam minggu problem besar, yaitu dalam hal kaitan
setelah Gugus Tugas Percepatan kebijakan dengan data yang dimiliki
Penanganan COVID-19 dibuat, pemerintah untuk menggambarkan baik buruknya
memberikan isyarat pelonggaran PSBB. situasi secara umum maupun per
Ini tersirat dalam Surat Edaran Ketua daerah. Sesungguhnya isyarat-isyarat
Pelaksana Gugus Tugas COVID-19 No. 4 pelonggaran di atas muncul ketika
Tahun 2020 maupun dalam pernyataan- kurva yang menunjukkan keseriusan
pernyataan para pejabat, yang terkadang penyebaran virus Corona justru masih
tampak saling bertentangan. Belakangan terus meningkat hingga akhir Mei, ketika
isyarat ini makin tampak dalam wacana pertambahan kasus harian lebih dari 600
mengenai “persiapan new normal”. bahkan beberapa kali hampir menyentuh
Perbedaan pendapat di kalangan angka 1000. Apa kemudian kriteria yang
internal pemerintahan pusat, maupun digunakan untuk melonggarkan atau
antara pemerintah pusat dan daerah tidak? Selain itu, satu hal yang telah
menggambarkan komunikasi publik yang kerap menjadi sumber kritik terhadap

34
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

pemerintah adalah rendahnya jumlah melemah, bahkan di beberapa tempat


test COVID-19, yang menyebabkan data muncul pembangkangan. Sebagaimana
menjadi tak sepenuhnya dapat diandalkan. halnya kepatuhan di masa awal wabah
Dalam situasi ini, tak terlalu jelas di mana bergantung pada kekuatan argumen dan
ada “zona hijau”, misalnya. Lalu, pada kesungguhan pemerintah, resistensi dan
unit wilayah seperti apa penilaian zona pembangkangan di pertengahan hingga
itu dilakukan—propinsi, kabupaten/kota, akhir Mei juga tak dapat dilepaskan dari
kecamatan, kelurahan, atau bahkan kebijakan pemerintah dan bagaimana
RW? Di DKI, kebijakan pelonggaran di komunikasi publik dibangun.
awal Juni 2020 mengisyaratkan Rukun Agama dan negara di masa wabah
Warga (RW) sebagai unit penilaian dan sesudahnya. Hal terakhir yang dapat
zona merah.97 Sementara Surat Edaran dicatat terkait dengan hubungan negara
Menteri Agama yang bertanggal 29 Mei dan agama. Sebagaimana dibahas di atas,
menyebut pertimbangan “kawasan/ pengaturan terkait kegiatan keagamaan
lingkungan” yang aman dari COVID-19 terlihat cukup menonjol, sebagaimana
yang dilakukan pada tingkat Provinsi/ tampak dalam Bagian D dari Permenkes
Kabupaten/Kota/Kecamatan; lebih jauh, No. 9 (2020) tentang Pedoman PSBB. Ayat
SE Menag itu bahkan juga menyebutkan (c) pada bagian itu menyebut peraturan
bahwa pembukaan kembali rumah ibadah perundang-undangan dan juga “fatwa
tidak hanya bergantung pada status zona atau pandangan lembaga keagamaan
di suatu daerah, tapi memerlukan juga resmi yang diakui oleh pemerintah”
“Surat Keterangan Rumah Ibadah Aman sebagai sumber norma kebijakan tertentu
Covid dari Ketua Gugus Tugas Provinsi/ pemerintah.
Kabupaten/Kota/Kecamatan sesuai
tingkatan rumah ibadah dimaksud, setelah Ada beberapa persoalan yang
berkoordinasi dengan Forum Komunikasi (dapat) muncul dari penyebutan itu.
Pimpinan Daerah setempat bersama Pertama, sementara pemerintah tentu
Majelis-majelis Agama dan instansi terkait dapat berkomunikasi dan berkonsultasi
di daerah masing-masing.”98 Segala dengan lembaga keagamaan, maupun
kerumitan ini, kalaupun bisa diatasi, masih kelompok-kelompok masyarakat sipil
akan meninggalkan kesulitan tinggi dalam mana pun, kebijakan pemerintah tidak
penegakan aturannya. seharusnya ditentukan oleh keputusan
suatu lembaga keagamaan, yang bukan
Di sini tampak bahwa argumen kuat merupakan lembaga representatif
yang diberikan di awal respons wabah yang anggota-anggotanya dipilih oleh
pada pertengahan Maret tidak berlaku warga negara. Ini membuat pemerintah
lagi di bulan Mei—selain data pemerintah menjadi gamang ketika, sebagaimana
yang telah kerap dipertanyakan, ada tampak dalam perkembangan di bulan
kekaburan aturan, ditambah lagi dengan Mei, lembaga-lembaga keagamaan
isyarat pelonggaran yang tak selalu jelas tertentu, di tingkat nasional atau daerah,
parameternya. Dukungan dari lembaga mengeluarkan pernyataan yang tidak
keagamaan pada pemerintah pun

35
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

sejalan dengan PSBB. Kegamangan Poin di atas membawa kita pada


ini dapat menggagalkan tercapainya refleksi terakhir mengenai negara dalam
tujuan pembatasan, yaitu perlindungan wabah. Bukan hanya di Indonesia, di
kesehatan masyarakat. negara-negara lain ada kekhawatiran
Kedua, istilah “lembaga keagamaan bahwa wabah, yang tak bisa diselesaikan
resmi yang diakui oleh pemerintah” hanya oleh masyarakat tapi menuntut
memiliki potensi diskriminatif. Lembaga keterlibatan pemerintah yang menyeluruh
manakah yang diakui oleh pemerintah— dan kuat, akan menjadi peluang untuk
dan dengan demikian, dapat ditanyakan power grabbing. Yaitu penjarahan kuasa
juga, lembaga keagamaan mana tidak yang lebih besar bagi pemerintah, dengan
diakui? Tidak ada norma hukum lain di akibat kuasa warga negara, sebagai
Indonesia yang bisa menjawab pertanyaan inti demokrasi, menjadi berkurang.
ini. Sementara demokrasi jelas harus
juga mengakomodasi suara lembaga
Ketidakcermatan itu menimbulkan keagamaan, dan tak harus menafikan
pertanyaan lebih jauh. Relasi negara hubungan mutualistik antara negara dan
dan agama yang problematis seperti ini agama, akomodasi yang oportunistik juga
diperkuat di masa wabah, sehingga ada akan merugikan bukan saja demokrasi,
kekhawatiran yang mendasar bahwa tapi juga (lembaga) agama sendiri.99
penguatan ini dapat berlanjut ke masa Peringatan terakhir itu sama sekali tidak
setelah wabah usai. Alih-alih merupakan berlebihan, jika kita melihat sejarah
penghargaan bagi lembaga keagamaan, hubungan negara dan agama di Indonesa,
dalam gambaran yang lebih besar ini dapat juga apa yang terjadi di negara-negara
menjadi sumber diskriminasi dan bahkan lain.
juga hegemoni lembaga keagamaan oleh
negara.

Endnotes
1 https://www.who.int/csr/don/05-january- 8 https://jateng.idntimes.com/news/jateng/rudal-
2020-pneumonia-of-unkown-cause-china/en/ afgani-dirgantara/salat-berjemaah-di-masjid-warga-
banyumas-positif-kena-virus-corona/full
2 https://abcnews.go.com/Health/timeline-
coronavirus-started/story?id=69435165 9 https://www.merdeka.com/peristiwa/klaster-
jemaah-tabligh-dominasi-penularan-covid-19-di-provinsi-
3 https://www.who.int/emergencies/diseases/ yogyakarta.html
novel-coronavirus-2019/events-as-they-happen
10 https://megapolitan.okezone.com/
4 https://www.worldometers.info/coronavirus/ read/2020/05/26/338/2219980/penjelasan-wali-kota-
countries-where-coronavirus-has-spread/ bekasi-soal-kabar-1-keluarga-terpapar-corona-usai-sholat-
5 https://covid19.who.int/ id
6 https://bnpb-inacovid19.hub.arcgis.com/ 11 https://news.detik.com/berita/d-4946908/4-
jemaatnya-positif-corona-ini-penjelasan-gpib-sinode-soal-
7 https://tirto.id/2-warga-malaysia-yang-ikut-tabligh- seminar-bogor/1
akbar-di-gowa-positif-corona-eNU6.

36
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

12 https://www.merdeka.com/peristiwa/klaster- 28 Surat Pemberitahuan PBNU No.


jemaah-tabligh-dominasi-penularan-covid-19-di-provinsi- 3944/C.1.34./03/2020 tentang Pemberitahuan Penundaan
yogyakarta.html Munas NU, pada 11 Maret 2020.
13 https://news.detik.com/berita/d-4963996/rk-hasil- 29 Surat Edaran PBNU No. 3953/C.1.04/04/2020 pada
rapid-test-226-jemaat-gereja-bethel-di-bandung-positif- 3 April 2020.
corona
30 Surat Instruksi PBNU tentang Protokol NU Pedulu
14 https://tirto.id/mengurai-penyebaran-covid-19- Covid-19, pada 12 Maret 2020.
klaster-seminar-keagamaan-di-bandung-eJGU
31 www.nu.or.id/post/read/119741/virus-corona-dan-
15 Slavoj Žižek, Pandemic! Covid-19 Shakes The fenomena-bid-ah-baru.
World, New York: OR Books, 2020, hlm. 1, 63.
www.inews.id/news/nasional/3-keputusan-bahtsul-masail-
16 Ricklefs, M. (2012). Islamisation and Its pbnu-soal-salat-jumat-di-daerah-terjangkit-covid-19.
Opponents in Java: A Political, Social, Cultural and 32 Surat Maklumat P.P. Muhammadiyah No. 02/MLM/
Religious HIstory, c. 1930 to Present. Singapore: I.0/H/2020 tentang Wabah Coronavirus Disease 2019
NUS Press; Hefner, Robert W. (2011). “Where Have (Covid-19).
All the Abangan Gone? Religionization and the
Decline of Non-Standard Islam in Contemporary 33 Fatwa MUI No. 14 Tahun 2020 tentang
Indonesia”. Dalam The Politics of Religion in Penyelenggaran Ibadah Dalam Situasi Terjadi Wabah
Indonesia, edited by Michel Picard & Remy Madini Covid-19 pada 16 Maret 2020.
er. pp. 71–91. London: Routledge. 
34 MUI Provinsi DKI Jakarta, Fatwa tentang
17 Zainal Abidin Bagir, Asfinawati, Suhadi dan Hukum dan Pedoman Penanganan Jenazah (Tajhiz
Renata Arianingtyas, Membatasi Tanpa Melanggar Hak al-Janazah) Terinfeksi Covid-19, pada 17 Maret
Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan, Yogyakarta: 2020.
CRCS UGM, hlm. 1.
35 Himbauan Majelis Pekerja Harian Persekutuan
18 https://www.who.int/dg/speeches/detail/who- Gereja-Gereja di Indonesia (MPH-PGI), pada 3
director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing- Maret 2020.
on-covid-19---11-march-2020
36 Surat Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja
19 Zainal Abidin Bagir, Asfinawati, Suhadi dan Renata Kristen Indonesia tentang Pesan Pastoral III Badan
Ariyaningtyas, Membatasi Tanpa Melanggar. Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Kristen
Indonesia (GKI) Berkaitan Dengan Pandemi
20 Mengenai peran vigilante dalam aksi-aksi
Covid-19 pada 21 April 2020.
pemaksaan dan kekerasan bidang kebebasan akademik,
termasuk dalam hal isu-isu agama, bisa dilihat di: Suhadi, 37 Surat Gereja Masehi Injili di Timor tentang
Kebebasan Akademik dan Ancaman yang Meningkat: Himbauan Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
Laporan Kehidupan Beragama, Yogyakarta: CRCS UGM, (COVID-19), pada 20 Maret 2020.
2017.
38 Surat Gereja Masehi Injili di Timor tentang
21 Zainal Abidin Bagir, Asfinawati, Suhadi dan Renata Himbauan Majelis Sinode GMIT Terkait DBD, Virus
Ariyaningtyas, Membatasi Tanpa Melanggar, hlm. 51. Corona dan Penyakit Babi, pada 12 Maret 2020.
22 https://www.voaindonesia.com/amp/saat- 39 Surat Gereja Masehi Injili di Minahasa tentang
wabah-corona-pemkab-tasik-berupaya-tutup-masjid- Himbauan, pada 13 Maret 2020.
ahmadiyah/5367094.html
40 Keuskupan Agung Jakarta, Press Release tentang
23 https://www.youtube.com/ Ditiadakannya Kegiatan Gerejawi di Keuskupan Agung
watch?v=6mHsVx8goTs diakses pada 8 Mei 2020. Jakarta untuk Mencegah Penyebaran dan Penularan Virus
Corona, pada 20 Maret 2020.
24 https://www.youtube.com/
watch?v=BHgK397uBeM, diunggah 18 Maret, 41 Keuskupan Agung Semarang, Surat Edaran
diakses 8 Mei 2020. Perpanjangan Masa Darurat Peribadatan, pada 23 Maret
2020.
25 https://www.youtube.com/watch?v=RqjPJgvJPQY,
diunggah 3 April 2020, diakses 8 Mei 2020. 42 Surat Paroki Tomang Gereja Maria Bunda Karmel
No. 038/DPH-PGDP-MBK/Himbauan/III/2020 tentang
26 https://www.youtube.com/watch?v=Er1B03aZMvo,
Himbauan, pada 19 Maret 2020.
diunggah 2 April 2020, diakses 8 Mei 2020.
43 Dari Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, Surat
27 http://www.holyspiritministry.info/index.php/
Edaran No. 312/SE/PHDI Pusat/III/2020 tentang Pedoman
keselamatan/60-home/dunia-supranatural-alkitab/451-
Perawatan Jenazah dan Upacara Pitra Yajña Bagi Jenazah
pandemi-dalam-dimensi-supranatural-2. Ini merupakan
Pasien Covid-19.
artikel kedua, artikel pertama bisa dicari dengan judul
yang sama.

37
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

44 Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia, Seruan 58 https://jateng.tribunnews.com/2020/05/07/daftar-


Kebajikan, pada 2 Maret 2020. link-live-streamingperayaan-waisak-2020-dari-kemenag-
sampai-meditasi-detik-detik-waisak?page=2
45 “Nasihat Saṅghapāmokkha STI Terkait Wabah
COVID-19: Berita Buddhis.” 22 Maret 2020, 59 https://megapolitan.kompas.com/
Berita Bhagavant, 22 Mar. 2020, berita.bhagavant. read/2020/04/19/12240061/masjid-istiqlal-tidak-
com/2020/03/22/nasihat-saṅghapamokkha-sti-terkait- gelar-tarawih-dan-buka-puasa-bersama-selama
wabah-covid-19.html.
60 https://www.kabarjawatimur.com/warga-
46 “Pesan Waisak 2564/2020 Sangha Agung Indonesia: sambut-baik-diadakannya-psbb-di-surabaya-raya/
Berita Buddhis.” 6 Mei 2020, Berita Bhagavant, berita.
bhagavant.com/2020/05/06/pesan-waisak-2564-2020- 61 https://surabaya.tribunnews.com/2020/04/20/tokoh-
sangha-agung-indonesia.html. lintas-agama-bakal-gelar-doa-bersama-di-rumah-masa-
kecil-bung-karno-kediri
47 “Kerjasama Makmurkan Masjid di Tengah
Wabah Covid-19” dalam hidayatullah.or.id/read/ 62 https://www.harianhaluan.com/news/detail/95008/
daerah/2020/04/08/bekerja-sama-untuk-memakmurkan- soal-tarawih-dan-shalat-jumat-di-masjid-mui-padang-
masjid-ditengah-wabah-covid-19/, pada 8 April 2020; minta-warga-tetap-patuhi-imbauan-pemerintah
dan “Jaga Ibadah Untuk Meningkatkan Daya Tahan 63 https://www.cnnindonesia.com/nasion
Tubuh Hadapi Covid-19”, dalam hidayatullah.or.id/read/ al/20200519083925-20-504727/masjid-istiqlal-pastikan-
dewan-pengurus-pusat/2020/04/10/jaga-ibadah-untuk- tak-gelar-salat-idulfitri
meningkatkan-daya-tahan-tubuh-hadapi-covid-19/, pada
10 Apr. 2020. 64 https://metro.tempo.co/read/1344997/alasan-
masjid-al-azhar-jaksel-tiadakan-salat-idul-fitri-2020/
48 https://republika.co.id/berita/q80obr320/fkub-dki- full&view=ok
jakarta-serukan-majelis-agama-bersatu-lawan-corona
65 https://sumbar.antaranews.com/nasional/
49 Fatwa MUI No. 14 Tahun 2020 tentang berita/1502436/masjid-raya-jic-koja-tidak-selenggarakan-
Penyelenggaran Ibadah Dalam Situasi Terjadi Wabah shalat-idul-fitri?utm_source=antaranews&utm_
Covid-19, pada 16 Maret 2020. medium=nasional&utm_campaign=antaranews
50 https://republika.co.id/berita/q7t2ci396/shalat-jumat- 66 https://news.okezone.com/
hukumnya-wajib-bagi-zona-hijau-corona, diunggah pada read/2020/05/19/519/2216275/pemprov-jatim-cabut-
27 Maret 2010. izin-sholat-idul-fitri-di-masjid-agung-al-akbar-
51 Memang bisa ditemukan sumber dari Kominfo surabaya
(https://diskominfotik.bengkaliskab.go.id/web/ 67 https://www.ngopibareng.id/timeline/
detailberita/12743/mengenal-istilah-zona-hijau- muhammadiyah-sidoarjo-tak-gelar-sholat-idul-
kuning-orange-dan-merah-dalam-penanganan- fitri-1739465
covid19), tapi kategori ini jarang sekali dipakai dan
bisa menambah kekaburan. 68 https://www.liputan6.com/ramadan/read/4265824/
masjid-istiqlal-belum-gelar-salat-jumat-jelang-penerapan-
52 https://nasional.kompas.com/ new-normal
read/2020/05/14/14034781/pbnu-imbau-umat-islam-
lakukan-shalat-idul-fitri-di-rumah-masing-masing?page=1 69 https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/aanpranata/
rapid-test-3-anggota-jemaah-salat-tarawih-di-makassar-
53 https://news.detik.com/berita/d-5015031/ positif-corona/3
muhammadiyah-bolehkan-sholat-idul-fitri-dilakukan-di-
rumah-karena-corona 70 https://www.timesindonesia.co.id/read/news/270002/
rapid-test-jamaah-shalat-tarawih-di-sidoarjo-6-orang-
54 https://newsmaker.tribunnews.com/2020/05/13/ positif
bukan-psbb-bali-terapkan-strategi-ini-untuk-cegah-covid-
19-gubernur-yakin-daerahnya-bisa-terbebas?page=all 71 https://www.viva.co.id/berita/nasional/1215591-
tarawih-bareng-jamaah-positif-corona-puluhan-warga-
55 https://kompas.id/baca/nusantara/2020/03/24/ tambora-dievakuasi
upacara-tawur-kesanga-di-kota-denpasar-dilaksanakan-
dengan-pembatasan/ 72 https://health.grid.id/read/352147455/maklumat-
ulama-tak-digubris-imam-masjid-di-tambora-jakarta-ini-
56 https://www.cnnindonesia.com/nasion penyebab-jamaahnya-terpapar-covid-19?page=all
al/20200323024042-20-485865/cegah-corona-upacara-
ritual-jelang-nyepi-di-bali-dibatasi 73 https://www.youtube.com/watch?v=RJAACZyjZoo
&feature=youtu.be, berita ini diunggah di situs Flores TV
57 https://www.ayosemarang.com/ pada 3 Mei 2020.
read/2020/05/07/56595/cegar-penularan-korona-waisak-
2020-tak-dirayakan-di-candi-borobudur-dan-mendut 74 https://surabaya.tribunnews.com/2020/05/08/
perayaan-waisak-di-maha-vihara-mojopahit-
mojokerto-saat-pendemi-covid-19-berlangsung-
sederhana

38
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

75 https://posmetropadang.co.id/mui-padang- 88 https://www.kompas.com/tren/
persilahkan-shalat-jumat-dan-tarawih-di-masjid-asal-ada- read/2020/05/20/125200265/mengapa-keputusan-shalat-
izin-tertulis-dari-pemko-dkk/ idul-fitri-dari-mui-tak-dijalankan-serentak-
76 https://www.bangsaonline.com/berita/73704/sururi- 89 https://bangbara.com/akhirnya-kondisi-covid-19-
sarankan-mui-dan-bupati-gresik-duduk-bareng-bahas- mui-kbb-izinkan-shalat-idul-fitri-ini-persyaratannya/
kelonggaran-salat-berjamaah-saat-psbb
90 https://jatim.suara.com/read/2020/05/20/163000/
77 https://www.watyutink.com/topik/viralnyuss/Menag- takmir-masjid-di-malang-pecah-sholat-ied-di-rumah-atau-
Wacanakan-Relaksasi-Tempat-Ibadah-MUI-Minta-Masjid- berjamaah-di-masjid
Boleh-Laksanakan-Sholat-Berjamaah
91 https://www.cnnindonesia.com/nasion
78 https://www.malangpostonline.com/Malang-Raya/ al/20200512134503-20-502499/pa-212-desak-
Kabupaten-Malang/2020-05/37318/bupati-malang-tak- pelonggaran-pembatasan-masjid-ini-bom-waktu
melarang-salat-berjamaah-di-masjid-psbb-hanya-14-
kecamatan 92 https://www.liputanaceh.com/fpi-aceh-tolak-
intruksi-guberbenur-aceh-terkait-perpanjangan-masa-
79 https://surabaya.tribunnews.com/2020/05/08/ tanggap-darurat-covid-19-di-aceh/
perayaan-waisak-di-maha-vihara-mojopahit-mojokerto-
saat-pendemi-covid-19-berlangsung-sederhana 93 https://www.republika.id/posts/7040/dmi-imbau-
masjid-kembali-dibuka%C2%A0
80 https://nasional.kompas.com/
read/2020/05/12/06011811/wacana-menag-fachrul-razi- 94 http://www.medanbisnisdaily.com/news/online/
untuk-relaksasi-psbb-di-rumah-ibadah?page=1 read/2020/05/28/109151/pgi_siapkan_pedoman_
beribadah_di_gereja_saat_penerapan_new_normal/
81 https://www.youtube.com/watch?v=_dx4vURGTTw
95 https://www.metrotvnews.com/play/KRXCgeMr-
82 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52229367 keuskupan-agung-jakarta-siapkan-pedoman-ibadah-saat-
new-normal
83 https://jateng.tribunnews.com/2020/03/25/pengurus-
masjid-menara-tolak-imbauan-mui-untuk-tidak-gelar- 96 https://www.antaranews.com/berita/1523472/
sholat-jumat asosiasi-pesantren-nu-tunda-kebijakan-normal-baru-di-
pesantren
84 https://www.cnnindonesia.com/nasion
al/20200512134503-20-502499/pa-212-desak- 97 https://nasional.kompas.com/
pelonggaran-pembatasan-masjid-ini-bom-waktu read/2020/06/04/12582451/grafik-covid-19-di-jakarta-
menurun-66-rw-masih-di-zona-merah
85 http://www.detakbanten.com/today/15786-langgar-
psbb-muspika-sindang-jaya-bubarkan-kegiatan-sosial- 98 https://setkab.go.id/terbitkan-se-15-2020-menag-
keagamaan rumah-ibadah-harus-jadi-contoh-pencegahan-persebaran-
covid-19/
86 https://riau.antaranews.com/nasional/berita/1446840/
pengurus-20-masjid-di-pekanbaru-nekat-tarawih- 99 “A pandemic of power grabs”, The Economist,
berjamaah-akan-dipanggil?utm_source=antaranews&utm_ 25 April 2020. F. Wehrey, N. J. Brown, B. Al-Saif, I.
medium=nasional&utm_campaign=antaranews Fakir, A. Boukhars, M. Al-Deen, Islamic Authority and
Arab States in a Time of Pandemic, 16 April 2020. https://
87 Lihat: http://www.beritajakarta.id/en/read/34987/ carnegieendowment.org/publications/81563
extending-psbb-period-anies-expects-citizens-to-be-more-
discipline#.XtfyNTozZoQ (https://www.economist.com/leaders/2020/04/23/
autocrats-see-opportunity-in-disaster)

39
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

Lampiran 1: Daftar daerah PSBB

Di bawah ini daftar daerah dan jadwal diberlakukannya PSBB. Pembaharuan data
terakhir sampai tanggal 31 Mei 2020.

No Daerah Tanggal SK Tanggal Status per


Kemenkes PSBB dimulai 31 Mei
(Tahun 2020) (Tahun 2020)
1 DKI Jakarta 07 April 10 April Diperpanjang hingga 4 Juni
2 Kota Padang 20 April 22 April Diperpanjang hingga 7 Juni
3 Kota Bogor 11 April 15 April Diperpanjang hingga 4 Juni
4 Kabupaten Bogor 11 April 15 April Diperpanjang hingga 4 Juni
5 Kota Bekasi 11 April 15 April Diperpanjang hingga 4 Juni
6 Kabupaten Bekasi 11 April 15 April Diperpanjang hingga 4 Juni
7 Kota Depok 11 April 15 April Diperpanjang hingga 4 Juni
8 Kota Bandung 17 April 22 April Diperpanjang hingga 12 Juni
9 Kabupaten Bandung 17 April 22 April Diperpanjang hingga 12 Juni
10 Kota Cimahi 17 April 22 April Diperpanjang hingga 12 Juni
11 Kabupaten Bandung 17 April 22 April Masuk Normal Baru
Barat
12 Kabupaten Cirebon 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
13 Kabupaten Ciamis 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
14 Kabupaten Cianjur 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
15 Kabupaten Garut 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
16 Kabupaten Kuningan 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
17 Kabupaten Majalengka 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
18 Kabupaten 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
Pangandaran
19 Kabupaten Purwakarta 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
20 Kota Banjar 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
21 Kota Cirebon 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
22 Kabupaten Sumedang 17 April 22 April Masuk Normal Baru
23 Kabupaten Subang 02 Mei 6 Mei Diperpanjang hingga 12 Juni
24 Kabupaten Indramayu 2 Mei 6 Mei Diperpanjang hingga 12 Juni
25 Kota Sukabumi 02 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
26 Kabupaten Sukabumi 2 Mei 6 Mei Diperpanjang hingga 12 Juni
27 Kota Pekanbaru 12 April 17 - 30 April Tidak diperpanjang
28 Kota Tangerang 15 April 18 April Diperpanjang hingga 14 Juni
29 Kota Tangerang Selatan 15 April 18 April Diperpanjang hingga 14 Juni
30 Kabupaten Tangerang 15 April 18 April Diperpanjang hingga 14 Juni

40
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

31 Kota Makassar 16 April 24 April Berakhir 21 Mei dan tidak


diperpanjang
32 Kota Tegal 17 April 23 April Berakhir 20 Mei dan tidak
diperpanjang
33 Kota Banjarmasin 19 April 24 April Diperpanjang hingga akhir
Mei
34 Kota Tarakan 19 April 23 April Diperpanjang hingga 30 Mei
35 Kota Surabaya 21 April 28 April Diperpanjang hingga 8 Juni
36 Kabupaten Sidoarjo 21 April 28 April Diperpanjang hingga 8 Juni
37 Kabupaten Gresik 21 April 28 April Diperpanjang hingga 8 Juni
38 Kabupaten Karawang 2 Mei 6 Mei Diperpanjang hingga 12 Juni
39 Kabupaten Gowa 22 April 4 Mei Sampai 17 Mei dan tidak
diperpanjang
40 Kota Tasikmalaya 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
41 Kabupaten Tasikmalaya 2 Mei 6 Mei Masuk Normal Baru
42 Kota Malang 11 Mei 17 Mei Masuk Normal Baru
43 Kota Batu 11 Mei 17 Mei Masuk Normal Baru
44 Kabupaten Malang 11 Mei 17 Mei Masuk Normal Baru
45 Kota Palembang 13 Mei 27 Mei Sampai 8 Juni
46 Kota Prabumulih 13 Mei 27 Mei Sampai 8 Juni
47 Kota Banjarbaru 11 Mei 16 Mei Masih berlangsung
48 Kabupaten Banjar 11 Mei 16 Mei Masih berlangsung
49 Kabupaten Barito Kuala 11 Mei 16 Mei Masih berlangsung
50 Kota Palangkaraya 7 Mei 11 Mei Sampai 24 Mei dan tidak
diperpanjang
51 Kabupaten Buol 9 Mei 12 Mei Diperpanjang sampai 10 Juni
52 Kabupaten Kampar 12 Mei 15 – 18 Mei Tidak diperpanjang
53 Kabupaten Pelalawan 12 Mei 15 – 28 Mei Tidak diperpanjang
54 Kabupaten Siak 12 Mei 15 – 28 Mei Tidak diperpanjang
55 Kabupaten Bengkalis 12 Mei 15 – 28 Mei Tidak diperpanjang
56 Kota Dumai 12 Mei 15 – 28 Mei Tidak diperpanjang
57 Kota Solok 20 April 22 April – 5 Diperpanjang hingga 29 Mei
Mei
58 Kota Sawahlunto 20 April 22 April Diperpanjang hingga 7 Juni
dan masuk Normal Baru
59 Kota Payakumbuh 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Normal Baru
60 Kota Pariaman 20 April 22 April Berakhir pada 7 Juni dan
masuk Normal Baru
61 Kota Padangpanjang 20 April 22 April Diperpanjang hingga 7 Juni
dan masuk Normal Baru
62 Kota Bukittinggi 20 April 22 April Berakhir 29 Mei dan
persiapan Normal Baru

41
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

63 Kab.Tanah Datar 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan Masuk


Normal Baru
64 Kab.Solok Selatan 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Normal Baru
65 Kab.Solok 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Normal Baru
66 Kab.Sijunjung 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Normal Baru
67 Kab.Pesisir Selatan 20 April 22 April Berakhir 29 Mei dan
persiapan Normal Baru
68 Kab.Pasaman Barat 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Normal Baru
69 Kab.Pasaman 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Normal Baru
70 Kab.Padang Pariaman 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan Masuk
Normal Baru
71 Kab.Lima Puluh Kota 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Normal Baru
72 Kab.Kepulauan 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Mentawai Normal Baru
73 Kab.Dhamasraya 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Normal Baru
74 Kab. Agam 20 April 22 April Sampai 7 Juni dan masuk
Normal Baru

42
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

Lampiran 2: Daftar Himbauan Lembaga Keagamaan Terkait COVID-19

Berikut ini daftar himbauan lembaga keagamaan terkait COVID-19. Pembaharuan


data terakhir sampai tanggal 31 Mei 2020. Kecuali disebut khusus dalam catatan
kaki, sumber data berasal dari salinan dokumen himbauan keagamaan dari lembaga
bersangkutan. Inti dari sebagian himbauan keagamaan tersebut terwakili dari judul
himbauan, tapi sebagian lain tidak demikian. Untuk yang tidak terwakili dari judulnya
kemudian ditambahkan deskripsi singkat. Karena keterbatasan ruang di Laporan ini,
judul dan deskripsi tersebut bisa jadi tidak mencakup semua pokok bahasan dalam
himbauan keagamaan yang digambarkan.
1. Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), pada tanggal 02 Maret 2020,
mengeluarkan “Himbauan Seluruh Umat Khonghucu untuk Mengikuti Pengumuman
Pemerintah Mengenai Antisipasi Wabah Pandemik COVID-19”.
2. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) pada tanggal 03 Maret 2020,
mengeluarkan “Himbauan Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-Gereja di
Indonesia (MPH-PGI)” berisi ajakan untuk tetap tenang, berusaha untuk menghindari
kabar hoax, menjaga kesehatan dan menggunakan masker.
3. LBM (Lembaga Bahtsul Malsail) PBNU, pada tanggal 10 Maret 2020, mengeluarkan
“Hukum Mengintervensi Harga Pasaran Masker oleh Pemerintah”.1
4. PBNU (Pengurus Besar Nadhatul Ulama) pada tanggal 11 Maret 2020, mengeluarkan
pengumuman tentang “Pemberitahuan Penundaan Munas NU”.
5. PBNU, pada tanggal 12 Maret 2020, mengeluarkan “Instruksi PBNU tentang Protokol
NU Peduli COVID-19”.
6. Gereja Masehi Injili Di Timor (GMIT), Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 12 Maret
2020 mengeluarkan “Himbauan Majelis Sinode GMIT Terkait DBD, Virus Corona dan
Penyakit Babi” yang berisi menghimbau agar para jemaat menjaga kesehatan dan
kebersihan diri agar terhindar dari virus COVID-19 dan juga menghimbau agar para
jemaat menjaga kehidupan ternak (babi) agar terhindar dari penyakit babi.
7. Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), Sulawesi Utara, tanggal 13 Maret 2020,
mengeluarkan “Himbauan Kepada Jemaat GMIM Mengenai Wabah Pandemik
COVID-19”.
8. Muhammadiyah, pada tanggal 14 Maret 2020, mengeluarkan “Surat Maklumat
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tentang Wabah Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)” yang menghimbau agar setiap kegiatan di bawah naungan
Muhammadiyah untuk ditunda sementara waktu hingga adanya informasi
selanjutnya atau dapat dialihkan dengan menggunakan metode daring.
1 “Hukum Mengintervensi Harga Pasaran Masker Oleh Pemerintah.” NU Online, islam.nu.or.id/post/read/117677/
hukum-mengintervensi-harga-pasaran-masker-oleh-pemerintah.

43
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

9. Dewan Musyawarah Pusat Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa Indonesia, pada tanggal 15 Maret 2020, mengeluarkan “Surat Edaran Terkait
Wabah COVID-19” berisi ajakan agar para umat penghayat kepercayaan tidak
melakukan berbagai kegiatan yang mengumpulkan orang banyak.
10. GKE (Gereja Kalimantan Evangelis), Kalimantan Tengah, pada tanggal 16 Maret
2020, mengeluarkan surat edaran yang berjudul “Kewaspadaan Pandemi COVID-19”
mengajak jemaah untuk tetap tenang, menghindari berita hoax, menerapkan pola
hidup bersih dan sehat, serta menginformasikan bahwa ibadah Minggu digantikan
dengan metode daring (online).
11. Majelis Ulama Indonesia (MUI), pada tanggal 17 Maret 2020, mengeluarkan “Fatwa
Majelis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Hukum dan
Pedoman Penanganan Jenazah (Tajhiz Al- Janazah) Terinfeksi COVID-19”.
12. MUI, pada tanggal 16 Maret 2020 mengeluarkan “Fatwa Penyelenggaraan Ibadah
Dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19”.
13. LBM PBNU, pada tanggal 19 Maret 2020, mengeluarkan “Cara Baru Beribadah Dalam
Shalat Berjamaah” yang mengajak agar para umat Islam tidak melakukan salat
berjamaah dan dialihkan dengan salat di rumah masing-masing.2
14. Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta, pada tanggal 19 Maret 2020,
mengeluarkan “Fatwa Majelis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Hukum Mengunjungi Tempat Keramaian di Jakarta Dalam Situasi Wabah
COVID-19”.
15. Gereja St. Maria Bunda Karmel, Paroki Tomang, DKI Jakarta, pada tanggal 19 Maret
2020 mengeluarkan “Himbauan Kepada Pengurus Dewan Pleno Paroki Tomang
Gereja Maria Bunda Karmel” yang menghimbau agar misa jalan salib, misa Sabtu dan
Minggu dan misa harian digantikan secara online.
16. LBM PBNU, pada tanggal 20 Maret 2020, mengeluarkan “Hukum Menjaga Jarak
Jamaah dan Shaf Shalat Jumat dari COVID-19”.3
17. GMIT, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 20 Maret 2020, mengeluarkan “Himbauan
Pecegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)” yang merupakan ajakan
para jemaah untuk melakukan doa bersama setiap jam 9 malam dan menunda segala
bentuk acara gerejawi yang mengumpulkan orang banyak termasuk pernikahan dan
menginformasikan bahwa gereja tetap terbuka bagi jemaah yang membutuhkan
bantuan.

2 “Virus Corona Dan Fenomena Bid’ah Baru.” Suara Nahdlatul Ulama, www.nu.or.id/post/read/119741/virus-corona-


dan-fenomena-bid-ah-baru.
3 “Hukum Menjaga Jarak Jamaah Dan Shaf Shalat Jumat Dari Covid-19.” NU Online, islam.nu.or.id/post/
read/118000/hukum-menjaga-jarak-jamaah-dan-shaf-shalat-jumat-dari-covid-19.

44
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

18. GMIM, Sulawesi Utara, pada tanggal 20 Maret 2020 mengeluarkan “Surat
penggembalaan dan Himbauan Dalam Menghadapi Pandemik COVID-19” yang
berisi informasi kepada jemaah GMIM agar segala bentuk kegiatan gerejawi untuk
sementara waktu ditunda atau dialihkan dengan metode daring (online) dan untuk
warga jemaah yang membutuhkan bantuan dapat mendatangi kantor.
19. Himpunan Ahlussunnah untuk Masyarakat Islami, pada tanggal 21 Maret 2020,
mengeluarkan Keputusan tentang “Sholat Jama’ pada Kondisi Wabah Corona”.4
20. Keuskupan Agung Semarang, pada tanggal 23 Maret 2020, mengeluarkan “Surat
Edaran Perpanjangan Masa Darurat Peribadatan”.
21. Y.M. Sri Paññāvaro Mahāthera, sebagai Saṅghapāmokkha (Kepala Saṅgha)
Saṅgha Theravāda Indonesia, pada tanggal 22 Maret 2020, mengeluarkan “Nasihat
Saṅghapāmokkha Sti Terkait Wabah COVID-19”.
22. Muhammadiyah Kotabaru, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 22 April
2020, mengeluarkan “Edaran Pelaksanaan Shalat Jum’at dan Ibadah Ramadan 1441 H
Dalam Kondisi Darurat COVID-19”.5
23. PBNU, pada tanggal 25 Maret 2020, mengeluarkan “Instruksi” yang berisi himbauan
agar umat Islam meliburkan beragam kegiatan rutin dan menunda agenda-agenda
organisasi atau dialihkan dengan metode daring. Untuk para santri yang berada di
Pondok Pesantren bila kondisi memungkinkan agar para santri dipulangkan dengan
dijemput oleh keluarga masing-masing bukan menggunakan transportasi umum.
24. LBM PWNU Jawa Tengah, pada tanggal 25 Maret 2020, mengeluarkan “Keputusan
Lembaga Bahtsul Malsail PWNU Jawa Tengah”6 yang menginformasikan kepada
seluruh umat Muslim bahwa OTG (Orang Tanpa Gejala) dan warga di daerah zona
hijau diperkenankan melakukan salat berjamaah serta menghimbau agar para takmir
masjid menaati protokol kesehatan dan kebersihan.
25. Gereja Kristen Jawa (GKJ), pada tanggal 26 Maret 2020, mengeluaran “Surat
Pengembalaan II Berkaitan dengan Pandemik COVID-19” yang berisi himbauan
agar para jemaah untuk mematuhi himbauan dari pemerintah Indonesia dan
meliburkan kegiatan peribadatan terutama di gereja dan kegiatan-kegiatan yang
mengumpulkan orang banyak serta mengajak agar jemaat ikut membantu sesama
untuk meringankan beban selama pandemik COVID-19.
26. Dewan Pimpinan Pusat Sangha Agung Indonesia, pada tanggal 26 Maret 2020,
4 Redaksi. “Keputusan DPP HASMI Tentang Jama’ Sholat Di Tengah Wabah - HASMI: Sebuah Gerakan
Kebangkitan.” HASMI, 21 Mar. 2020, www.hasmi.org/keputusan-dpp-hasmi-tentang-jama-sholat-di-ten-
gah-wabah/.
5 “PD Muhammadiyah Kotabaru - Persyarikatan Muhammadiyah.” Muhammadiyah, kotabaru.muhammadiyah.
or.id/pengumuman-559-detail-edaran-pelaksanaan-ibadah-ramadhan-1441-h.html.
6 Purbaya, Adhitya. “PWNU Jateng Soal Salat Jumat: Orang Sehat Wajib Dan PDP-Positif Haram!” Detiknews, 3 Apr.
2020, news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4963671/pwnu-jateng-soal-salat-jumat-orang-sehat-wajib-dan-pdp-positif-
haram.

45
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

merilis “Pesan Waisak 2564 Be 2020 Sangha Agung Indonesia”7 berisi pesan agar
umat Buddha selalu mawas diri baik pribadi dan keluarga serta menjaga semangat
toleransi di tengah-tengah masa krisis akibat wabah pandemik COVID-19.
27. MUI Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, pada tanggal 26 Maret
2020 mengeluarkan himbauan tentang “Pemberlakukan Tidak Melaksanakan Sholat
Jum’at untuk Sementara”.
28. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB), pada tanggal 27 Maret 2020,
mengeluarkan “Penjelasan dan Kebijakan Majelis Sinode GPIB”, yang berisi informasi
bahwa pihak GPIB bahwa beragam kegiatan gerejawi untuk sementara ditunda dan
kegiatan ibadah dialihkan menggunakan metode daring (online) serta mengajak
para jemaat untuk meningkatkan rasa kekeluargaan terutama kepada mereka yang
berstatus PDP dan ODP.
29. Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDI), pada tanggal 27 Maret 2020,
mengeluarkan “Pedoman Perawatan Jenazah dan Upacara Pitra Yajna Bagi Jenazah
Pasien COVID-19.
30. MUI Provinsi Kalimantan Timur, pada tanggal 27 Maret 2020, mengeluarkan
“Himbauan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kalimantan Timur” berisi permintaan
kepada pemerintah Indonesia melakukan perluasan pencegahan penyebaran
virus COVID-19 dan menghimbau agar salat berjamaah untuk sementara waktu
ditiadakan.
31. Hidayatullah, pada tanggal 8 April 2020, mengeluarkan berita dengan judul
“Memakmurkan Masjid Ditengah Wabah Pandemik COVID-19” yang berisi himbauan
agar para pengurus Hidayatullah tidak meninggalkan masjid dalam keadaan kosong
untuk kurun waktu yang lama dan untuk para umat agar segera konsultasi ke dokter
bila mengalami sakit dengan gejala-gejala COVID-19.8
32. LBM PBNU, pada tanggal 17 April 2020, mengeluarkan himbauan “Hukum Shalat
Jumat Online atau Live Streaming via Media Sosial”.9
33. GKI (Gereja Kristen Indonesia), pada tanggal 21 April 2020, mengeluarkan “Pesan
Pastoral III Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Kristen Indonesia (GKI)
Berkaitan dengan Pandemik COVID-19” yang berisi ajakan agar para umat Kristen
tidak membuat kepanikan, kegiatan peribadatan akan dilakukan secara metode
daring.

7 Bhagavant. “Pesan Waisak 2564/2020 Sangha Agung Indonesia: Berita Buddhis.” Berita Bhagavant, 6 May 2020,
berita.bhagavant.com/2020/05/06/pesan-waisak-2564-2020-sangha-agung-indonesia.html.
8 Kefron, Amanji, and Amanji Kefron. “Kerjasama Makmurkan Masjid di Tengah Wabah Covid-19.” Hidayatullah.
or.id, 8 Apr. 2020, hidayatullah.or.id/read/daerah/2020/04/08/bekerja-sama-untuk-memakmurkan-masjid-ditengah-
wabah-covid-19/.
9 “Hukum Shalat Jumat Online Atau Live Streaming via Media Sosial.” NU Online, islam.nu.or.id/post/read/119154/
hukum-shalat-jumat-online-atau-live-streaming-via-media-sosial.

46
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

34. Ikatan Da’i Indonesia, pada tanggal 12 Mei 2020, mengeluarkan “Panduan I’tikaf dan
Shalat Ied Saat Wabah COVID-19”.
35. MUI, pada tanggal 13 Mei 2020, mengeluarkan “Panduan Kaifiat Takbir dan Shalat
Idul Fitri Saat Pandemi COVID-19”.
36. Muhammadiyah, pada tanggal 14 Mei 2020, mengeluarkan edaran tentang
“Tuntunan Salat Idulfitri Dalam Kondisi Darurat Pandemi COVID-19”.
37. Dewan Da’wah Islamiyah, pada tanggal 18 Mei 2020, mengeluarkan surat edaran
tentang “Sholat Idul Fitri di Saat Pandemik COVID-19”.10
38. MUI, pada tanggal 20 Mei 2020, mengeluarkan “Perijinan Sholat Ied Berjamaah
di Lapangan”11 yang merupakan keberlanjutan dari fatwa yang telah dikeluarkan
sebelumnya yaitu berisi informasi bahwa salat Idulfitri dapat dilakukan secara
berjamaah bila daerah umat Muslim merupakan zona hijau atau penularan virus
COVID-19 di daerah tersebut telah dikendalikan.
39. Wahdah Islamiyah, pada tanggal 21 Mei 2020, mengeluarkan “Tata Cara Pelaksanaan
Sholat Idul Fitri dan Ibadah di Rumah dan Dalam Kondisi Terbatas”.12
40. RMI PBNU, pada tanggal 22 Mei 2020 mengeluarkan “Protokol Perpanjangan Masa
Belajar (Ta’lim) Santri di Rumah Setelah Libur Lebaran 1441 H di Masa Pandemi
COVID-19”.
41. Dewan Masjid Indonesia, pada tanggal 23 Mei 2020 mengeluarkan “Tahrib Ramadan
1441 Hijriah”13 yang berupa ajakan agar umat Muslim tetap semangat menjalani
ibadah puasa walaupun berada di masa-masa krisis akibat pandemik COVID-19 dan
mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah dan dinas kesehatan.
42. Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GKI, pada tanggal 24 Mei 2020 mengeluarkan
“Pesan Pastoral IV Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Kristen Indonesia”
yang mengajak agar para jemaat untuk meningkatkan empati dan simpati kepada
semua masyarakat.
43. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, pada tanggal 27 Mei 2020
mengirimkan surat “Revitalisasi Fungsi Ruang Ibadah (Gedung Gereja) Dalam
Tatanan Kehidupan Baru” yang berisi permohonan kepada Kementerian Agama
10 Dewandakwah.or.id. “Edaran Pengurus Pusat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Tentang Shalat Idul Fitri Di Saat
Pandemi COVID-19.” Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, 20 May 2020, kabar.dewandakwah.com/edaran-pengurus-
pusat-dewan-dawah-islamiyah-indonesia-tentang-shalat-idul-fitri-di-saat-pandemi-covid-19/.
11 Ariefana, Pebriansyah. “Resmi! MUI Tak Larang Sholat Idul Fitri Berjamaah Di Masjid Dan Lapangan.” Suara.com,
Suara.com, 20 May 2020, www.suara.com/news/2020/05/20/171920/resmi-mui-tak-larang-sholat-idul-fitri-berjamaah-
di-masjid-dan-lapangan.
12 Wahdah, Admin. “Tata Cara Pelaksanaan Salat Idul Fitri Dan Ibadah Di Rumah Dan Dalam Kondisi Terbatas.” Wah-
dah Islamiyah, 22 May 2020, wahdah.or.id/tata-cara-pelaksanaan-salat-idul-fitri-dan-ibadah-di-rumah-dan-dalam-
kondisi-terbatas/.
13 “DMI Menyerukan Tujuh Poin Dalam Tarhib Ramadhan 1441 Hijriah.” Dewan Masjid Indonesia, 27 Apr.
2020, dmi.or.id/dmi-menyerukan-tujuh-poin-dalam-tarhib-ramadhan-1441-hijriah/.

47
Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia Edisi I/Juni 2020

agar mengizinkan penggunaan gereja seperti biasanya, namun dengan menerapkan


protokol-protokol kesehatan.
44. Menteri Agama Republik Indonesia, pada tanggal 27 Mei 2020, mengeluarkan
“Kebijakan Kegiatan Pesantren dan Revitalisasi Rumah Ibadah Dalam Menghadapi
New Normal”.
45. PP Muhammadiyah, pada tanggal 28 Mei 2020 mengeluarkan “Pernyataan Pers PP
Muhammadiyah tentang Pemberlakuan New Normal”.14
46. Bidang Dakwah dan Takmir Masjid NU, pada tanggal 29 Mei 2020, mengeluarkan
“Panduan Shalat di Mesjid atau Musholla Selama Era New Normal”.15
47. Menteri Agama Republik Indonesia, pada tanggal 29 Mei 2020 mengeluarkan
“Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah Dalam
Mewujudkan Masyarakat Produktif dan Aman COVID di Masa Pandemi”.

14 “Pernyataan Pers PP Muhammadiyah Tentang Pemberlakuan New Normal - Berita.” Muhammadiyah,


m.muhammadiyah.or.id/id/news-19123-detail-pernyataan-pers-pp-muhammadiyah-tentang-pemberlakuan-new-
normal.html.
15 “NU Keluarkan Ketentuan Beribadah Di Masjid Selama Kenormalan Baru.” Medcom.id, 29 May 2020, www.med-
com.id/nasional/peristiwa/GNG4GzLb-nu-keluarkan-ketentuan-beribadah-di-masjid-selama-kenormalan-baru.

48
Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah COVID-19

BIODATA PENULIS

Suhadi adalah dosen di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan saat ini menjadi research associate
di Centre for Muslim States and Societies, University of Western Australia. Suhadi menulis
laporan tematik Kebebasan Akademik dan Ancaman yang Meningkat (CRCS UGM 2017) dan
beberapa artikel jurnal dan bab buku mengenai kebebasan beragama di masyarakat Muslim. Dia
pernah menjadi koordinator riset Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia di CRCS
UGM dari 2008 sampai 2012.
Zainal Abidin Bagir adalah Direktur Indonesian Consortium for Religious Studies/ ICRS dan
dosen di Program Studi Agama dan Lintas Budaya/ CRCS, Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin
Universitas Gadjah Mada. Ia merupakan salah satu kontributor buku Keeping the Faith: A Study
of Freedom of Thought, Conscience, and Religion in ASEAN (Human Rights Resource Centre UI,
2015) dan menulis beberapa artikel lain mengenai kebebasan beragama atau berkeyakinan di
Indonesia. 
Renata Arianingtyas adalah Kepala Program Empowering Access to Justice (MAJu) di The
Asia Foundation Indonesia. Di samping itu, dia juga menjadi pengajar di Graduate School for
Diplomacy di Universitas Paramadina. Renata tercatat sebagai salah satu pendiri the Indonesian
Legal Resource Center (ILRC) Jakarta dan bekerja lebih dari 18 tahun dalam bidang HAM dan
pembangunan hukum.
Asfinawati saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
(YLBHI). Sejak tahun 2000, Asfin telah bergabung sebagai asisten pengacara publik di Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Jakarta yang memberi perhatian pada pembelaan kelompok minoritas di
Indonesia. Terkait kebebasan beragama berkeyakinan ia melakukan pembelaan terhadap kasus-
kasus penodaan agama, pendirian tempat ibadah dan juga terlibat dalam judicial review pertama
terhadap UU 1/PNPS/1965 untuk menghapus penodaan agama.

49

Anda mungkin juga menyukai