Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan|

Vol 5, No 2, Desember 2019

PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN ISLAM


MODERAT DI INDONESIA

THE ROLE OF PESANTREN IN DEVELOPING MODERATE


ISLAM IN INDONESIA

Abdillah
UIN SGD Bandung
abdillahagung05@gmail.com

ABSTRAK
Pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam tertua di Indonesia.
Belakangan Pesantren mendapat stigma buruk terutama dari media Barat
yang menuduh Pesantren sebagai sarang radikalisme dan terorisme. Hal ini
sangat bertentangan dengan misi Pesantren, membawa misi untuk
mengembangkan Islam moderat, Islam yang menjadi berkah bagi semua
alam. Dalam artikel ini, penulis ingin membuktikan bahwa pemikiran
Pesantren masih sama dengan sejak didirikan dan juga ingin membuktikan
bahwa tuduhan dari media Barat tidak benar. Pada artikel ini, penulis
menggunakan metode tinjauan pustaka. Dari hasil penelitian ini, penulis
menemukan bahwa pesantren sejak dulu hingga saat ini masih mengajarkan
Islam yang inklusif, terbuka, dan moderat. Oleh karena itu, hasil ini juga
menolak tuduhan Barat terhadap pesantren.
Kata kunci: Pesantren Tradisional (Salaf), toleransi, Islam moderat

ABSTRACT

Pesantren is the oldest Islamic religious education institution in Indonesia.


Lately Pesantren has gotten a bad stigma especially from Western media
that accused Pesantren as a nest of radicalism and terrorism. This is very
contrary to the mission of the pesantren carrying the mission to develop
moderate Islam, Islam which is a blessing for all nature. In this article, the
author wants to prove that the pesantren’s thinking is still the same as since
its inception and also wants to prove that the accusation from Western
media is not true. In this article, authors use the literature review method.
From the results of this study, the authors found that pesantren since the
past until today still teaches an inclusive, open and moderate Islam.
Therefore, these results also rejected Western accusations towards
pesantren.
Keywords: Traditional Pesantren (Salaf), tolerance, moderate Islam

76
Abdillah Peran Pesantren dalam...

PENDAHULUAN bangsa. Namun, pada sisi lain,


Indonesia merupakan sebuah kemajemukan tersebut apabila tidak
negara dengan mayoritas Muslim dikelola dengan tepat dan baik akan
terbesar di dunia. Hari ini, penduduk menjadi pemicu dan penyulut konflik
Indonesia berjumlah lebih dari 255 serta kekerasan yang dapat
juta jiwa yang 87,2 persen menggoyahkan sendi-sendi
diantaranya adalah Muslim dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
sisanya adalah umat agama lain yang Peristiwa Ambon dan Poso misalnya,
terdiri dari Kristen, Hindu, Budha, merupakan contoh paling riil yang
Konghucu maupun keyakinan lokal menunjukkan bahwa kekerasan dan
lainnya. 1 Oleh sebab itu, dalam konflik horizontal sudah pernah
konteks Indonesia, pendidikan terjadi, bahkan konflik ini telah
toleransi, kesadaran akan menguras energi dan merugikan
kemajemukan maupun pendidikan jiwa, materi dan juga mengorbankan
yang menghasilkan peserta didik keharmonisan di antara sesama
yang berpandangan inklusif, sangat masyarakat Indonesia.2
penting untuk diwujudkan. Agama ataupun keyakinan
Indonesia, berbeda dengan tertentu seringkali dituding sebagai
kebanyakan negara lainnya yang faktor pemicu kenapa seseorang
memiliki kemajemukan yang bukan melakukan kekerasan terhadap orang
hanya bersifat beragam etnis, suku, lain. Padahal agama dalam hal ini
dan agama, tapi juga beragam tidak hanya bisa dijadikan sebagai
budaya. Kemajemukan tersebut pada faktor disintegratif (disintegrative
satu sisi merupakan kekuatan sosial factor) tapi juga faktor pemersatu
dan keragaman yang indah apabila (integrative factor)3 Agama bisa
satu sama lain bisa saling bersinergi dilihat sebagai faktor pemersatu
dan bekerja sama untuk membangun ketika mampu mempersatukan

2
Ali Maksum, “Model Pendidikan Toleransi
1
Robert W Hefner, “Christians, Conflict, Di Pesantren Modern Dan Salaf,” Jurnal
and Citizenship in Muslim- Majority Pendidikan Agama Islam 03, no. 01 (2015):
Indonesia,” The Review of Faith & 81–108.
3
International Affairs 15:1, no. March Afif Muhammad, Agama Dan Konflik
(2017): 91–101. Sosial: Studi Pengalaman Indonesia, 2012.
77
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan|
Vol 5, No 2, Desember 2019

kelompok manusia dari seluruh minoritas. Mereka mengancam,


belahan dunia tanpa melihat asal usul membakar gereja dan tempat ibadah
suku, budaya maupun bahasa. Faktor pemeluk agama lain. Konflik
ini menembus perbedaan batas-batas tersebut tidak hanya terjadi
geografis, kesukuan, maupun antarkelompok agama, tapi juga di
perbedaan sosial lainnya. Sebaliknya, antara sesama anggota kelompoknya
agama juga bisa menjadi faktor seperti penyerangan yang terjadi
pemisah atau disintegratif ketika pada kelompok Ahmadiyah dan
dipaksa memeluk maupun beribadah Syi’ah di beberapa wilayah di
sesuai dengan aturan agama lain. Jika Indonesia. 4
hal ini dilakukan maka akan memicu Bagaimanapun juga, keadaan
munculnya gesekan dan konflik yang seperti ini telah memunculkan
sulit dihindarkan. konsekuensi berupa kekerasan dan
Konflik serius yang pernah konflik yang tidak bisa hindarkan.
muncul, terjadi sejak Indonesia Masalah yang muncul setelah era
memasuki era reformasi di tahun reformasi menurut Syamsun Ni’am
tahun 1998. Sejak itu, muncul disebabkan oleh tiga masalah utama.
berbagai kelompok dan organisasi Pertama, kurangya rasa
Islam radikal yang semasa orde baru nasionalisme. Kedua, hilangnya rasa
tidak berikan ruang gerak. persaudaraan sebangsa, hilangnya
Momentum inilah yang kemudian sikap menghargai dan menghormati
dijadikan kesempatan bagi sesama dan hilangnya kerja sama
kelompok-kelompok radikal untuk antarsesama. Ketiga, masalah
bangkit dan menggerakkan kembali pemahaman keagamaan yang tidak
pemikirannya mengingat era komprehensif (kāffah). Pemahaman
reformasi yang terjadi, memang ini berimplikasi pada pemahaman
memberikan ruang yang luas dan keagamaan yang eksklusif dan
bebas untuk semua orang bergerak. muncul pemahaman untuk
Dalam situasi seperti ini,
4
Noorhaidi Hasan, “RELIGIOUS
kelompok Islam radikal dan DIVERSITY AND BLASPHEMY LAW
Understanding Growing Religious Conflict
konservatif mengorganisir And” 55, no. 1 (2017): 105–26,
penyerangan terhadap kelompok https://doi.org/10.14421/ajis.2017.551.105-
126.
78
Abdillah Peran Pesantren dalam...

menghilangkan orang lain yang


berbeda pendapat maupun beda HASIL DAN PEMBAHASAN
keyakinan. 5 Makna Pesantren
Berdasarkan masalah yang Secara harfiah, kata
sudah dipaparkan, maka penulis akan “Pesantren” berasal dari kata santri
menguraikan dan menjelaskan yang diartikan sebagai orang yang
mengenai pemikiran yang terbuka belajar agama Islam. Sementara
dan inklusif dari komunitas pesantren secara etimologis, kata “pesantren”
sekaligus juga menyanggah bahwa mendapatkan imbuhan awal pe- dan
pesantren secara umum tidak pernah akhiran -an yang berarti tempat
terlibat langsung dalam berbagai santri; asrama tempat santri belajar
tindakan radikal dan intoleran. agama; atau pondok. Dengan
demikian, pesantren bisa diartikan
METODE PENELITIAN sebagai tempat orang berkumpul
Dalam kajian ini, penulis untuk belajar agama Islam. 6
menggunakan metode tinjauan Arti yang sama juga
literatur yang berkaitan dengan disampaikan oleh Umma Farida .
pesantren. Hal pertama yang Menurutnya, pesantren secara
dilakukan penulis adalah etimologis berasal dari kata pe-
mengumpulkan beberapa literatur santri-an yang berarti tempat santri,
baik berupa buku, artikel, dan dan secara fungsional dapat
dokumen lainnya yang berkaitan didefinisikan sebagai sebuah institusi
dengan pemikiran keagamaan yang memiliki fungsi sebagai tempat
komunitas pesantren. Setelah bahan pendidikan, dakwah, kemasyarakatan
terkumpul, selanjutnya penulis dan bahkan pada masa penjajahan
melakukan analisis dokumen. juga berfungsi perjuangan.7

6
Syamsun Ni’am.
7
Umma Farida, “Radikalisme,
ModeRatisme, Dan LibeRalisme Pesantren:
5
Syamsun Ni’am, “Pesantren : The Melacak Pemikiran Dan Gerakan
Miniature of Moderate Islam in Indonesia,” Keagamaan Pesantren Di Era Globalisasi,”
Indonesian Journal of Islam and Muslim Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan
Societis 5, no. 1 (2015): 111–34. Islam 10, no. 1 (2015): 145–64.
79
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan|
Vol 5, No 2, Desember 2019

Sementara itu, secara pesantren ini sebenarnya sudah ada


terminologis, pondok pesantren sejak pada masa kekuasaan Hindu-
merupakan institusi sosial Buddha. Sehingga Islam tinggal
keagamaan yang menjadi wahana meneruskan dan mengislamkan
pendidikan bagi umat Islam yang lembaga pendidikan yang sudah
ingin mendalami ilmu-ilmu ada.9
keagamaan. Pondok pesantren dalam
terminologi keagamaan merupakan Memahami Islam Moderat
institusi pendidikan Islam. Meskipun Perkembangan Islam di
demikian, pesantren kemudian Indonesia tidak terlepas dari sejarah
berkembang sebagai ikon sosial yang masuknya Islam ke Nusantara. Hal
memiliki pranata sosial di tengah- ini bisa dikaji berdasarkan beberapa
tengah masyarakat. Hal ini karena teori tentang masuknya Islam ke
pondok pesantren memiliki Nusantara. Berdasarkan teori yang
modalitas sosial yang khas, yaitu: 1) paling populer menyatakan bahwa
ketokohan kyai, 2) santri, 3) Islam di Indonesia pertama kali
independen dan mandiri, dan 4) muncul dibawa oleh para ulama sufi
jaringan sosial yang kuat antaralumni yang kemudian berkembang dan
pondok pesantren. 8 dilanjutkan oleh Walisongo yang
Selanjutnya, Nurcholish merupakan golongan ulama sufi yang
Madjid memahami pesantren atau mampu mengakomodasi berbagai
pondok sebagai lembaga yang bisa perbedaan yang ada di Nusantara.
disebut sebagai wujud proses Islam yang diajarkan oleh
perkembangan sistem pendidikan Walisongo adalah Islam yang
nasional. Jika ditilik dari sisi moderat. Hal ini dapat disaksikan
historisnya, pesantren tidak hanya dari bagaimana Walisongo
identik dengan makna keislaman, menyebarkan Islam dengan damai,
tetapi juga mengandung makna tidak memaksa dan menyerang orang
keaslian Indonesia (indigenous). lain agar masuk Islam, menghargai
Sebab, lembaga yang serupa budaya dan bahkan mengakomodasi

8
Syamsun Ni’am, “Pesantren : The 9
Maksum, “Model Pendidikan Toleransi Di
Miniature of Moderate Islam in Indonesia.” Pesantren Modern Dan Salaf.”
80
Abdillah Peran Pesantren dalam...

budaya tanpa menghilangkan berpegang teguh terhadap


identitas.10 Walisongo datang ke “fundamen” agama Kristen melalui
Nusantara dengan cara yang damai. interpretasi yang kaku dan literal. 11
Mereka tidak mengganggu tradisi Kemunculan istilah Islam
dan adat lokal dan bahkan mereka moderat ini dianggap sebagai wacana
menjadikan budaya sebagai alat yang strategis guna mencegah
untuk berdakwah. Disebabkan hal penyebarluasan paham
tersebut, maka Islam di Indonesia fundamentalisme atau radikalisme
adalah Islam yang khas yang agama sekaligus juga menolak
menyatu dan mengakomodasi paham liberalisme yang dirasakan
budaya lokal namun tidak merupakan ancaman terhadap Islam
menghilangkan identitasnya. Istilah itu sendiri. Kedudukannya tentu
Islam moderat (washathiyah) yang dijadikan sebagai jalan tengah di
pada prinsipnya berlandaskan pada antara ekstrim kanan maupun kiri.
hadist Nabi dan juga Alquran. Selanjutnya, Abou Fadl sebagaimana
Selanjutnya, istilah moderat dikutip oleh Chafid Wahyudi
(washathiyah) ini digunakan untuk menyatakan bahwa Islam moderat
mencari jalan tengah antara adalah mereka yang meyakini Islam,
modernisme maupun liberalisme dan menghormati kewajiban-kewajiban
fundamentalisme. Dialektika kepada Tuhan, dan meyakini bahwa
modernisme dan fundamentalisme Islam sesuai untuk setiap saat dan
tidak hanya terjadi dalam Islam, tapi zaman, li kull zamân wa makân.
juga dalam agama Kristen. Istilah Mereka tidak memperlakukan agama
modernisme pada awalnya diartikan laksana monumen yang baku, tetapi
sebagai aliran kegamaan yang memperlakukannya dalam kerangka
melakukan interpretasi terhadap iman yang dinamis dan aktif.
doktrin agama agar sesuai dengan Konsekuensinya, Islam moderat
perkembangan pemikiran modern. menghargai pencapaian-pencapaian
Sebaliknya, fundamentalisme justru
dianggap sebagai aliran yang tetap 11
Chafid Wahyudi, “TIPOLOGI ISLAM
MODERAT DAN PURITAN: PEMIKIRAN
KHALED M. ABOU EL-FADL,” Teosofi:
Syamsun Ni’am, “Pesantren : The
10
Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran Islam 1, no.
Miniature of Moderate Islam in Indonesia.” 1 (2011).
81
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan|
Vol 5, No 2, Desember 2019

sesama Muslim di masa silam, untuk suatu pandangan yang menganggap


direaktualisasikan konteks bahwa satu agama adalah benar dan
kekinian.12 yang lain sesat atau salah. 14
Opini ini sesuai dengan
pendapat Quraish Shihab yang Pemahaman Keagamaan
Pesantren
menyatakan bahwa perbedaan adalah
Sistem nilai yang dianut oleh
sebuah keharusan dalam hidup yang
kalangan pesantren adalah yang
diinginkan oleh Allah yang
berakar dalam agama Islam. Tetapi
Mahakuasa. Dimana perbedaan
tidak semua yang berakar dalam
pendapat biasa terjadi dalam bidang
agama itu digunakan oleh mereka.
sains, dan bahkan perbedaan respon
Kalangan pesantren sendiri,
manusia pada kebenaran Alquran,
menamakan sistem nilai yang
interpretasi terhadapnya maupun
digunakannya itu dengan dengan
bentuk prakteknya. 13 Lebih lanjut,
sebutan ”Ahlu Sunnah wal
penulis menyandingkan Islam
Jama’ah”.15 Ahlu Sunnah wal
moderat dengan Islam inklusif.
Jamâ'ah sendiri mengacu pada
Paham inklusif adalah pandangan
golongan Sunni. Dimana ilmu
keberagamaan yang didasarkan pada
ketuhanan, kalam, atau tauhid yang
pandangan bahwa agama-agama lain
ada di pesantren mengikuti Mazhab
yang ada di dunia ini mengandung
Sunni, sebagaimana yang
kebenaran dan dapat memberikan
dirumuskan oleh Abu Hassan al-
manfaat serta keselamatan bagi
Asy'ârî, dan dalam beberapa karya-
penganutnya. Selain itu, ia tidak
karya Imam Ghazâlî yang telah
semata-mata menunjukkan realitas
tersebar luas. 16
tentang adanya kemajemukan,
Ideologi Ahlu sunnah wal
melainkan terlibat aktif terhadap
Jama’ah di Indonesia sudah lama
kenyataan kemajemukan.
Sebaliknya, Islam eksklusif adalah 14
P Goldburg, “Religious Diversity and
Religious Literacy,” Learning to Teach in
the Primary School 50, no. 1 (2013): 208–
12
Ibid., 24,
13
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya https://doi.org/10.1023/A:1012058201981.
Ilahi: Hidup Bersama al-Qur’an, Bandung: 15
Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren
Mizan, (Jakarta: Paramadina, 1997).
16
2007, 52 Ibid.,
82
Abdillah Peran Pesantren dalam...

diajarkan oleh komunitas pesantren. Sementara itu, pemahaman


Pesantren sejak awal berdirinya moderat tentang Islam di Indonesia
sudah mengikuti paham Sunni. juga dapat merujuk pada penyebaran
Seperti yang sudah diketahui bahwa Islam yang dilakukan oleh para
ajaran Sunni atau Ahlu sunnah wal ulama Sufi atau yang dikenal sebagai
Jama’ah di Indonesia muncul karena “Walisongo” sebagaimana yang telah
jasa dari Wali Songo. Oleh sebab itu, dijelaskan sebelumnya. Pembawa
karakter dasar pesantren dari awal generasi Islam moderat di Indonesia
berdirinya memiliki ciri-ciri berikut: mungkin bisa merujuk pada praktik
1) Tawassut atau tidak memihak atau Islam melalui organisasi Islam
moderasi, 2) Tawazun atau menjaga seperti Muhammadiyah sebagai
keseimbangan dan harmoni, 3) “Lembaga sosial dan pendidikan”,
Tasammuh atau toleransi, 4) dan NU (Nahdlatul ‘Ulama) melalui
Tashawwur atau musyawarah, 5) Adl pendidikan di Pesantren. Islam dalam
atau bersikap adil dalam beraksi konteks Indonesia jenis ini lebih
ataupun bereaksi. cocok, dengan meminjam konsep
Pesantren mempunyai sikap Syafi'i Ma'arif sebagaimana dikutip
konsisten dalam menjalankan ajaran oleh Syamsun Ni’am disebut "Islam
Islam secara substantif dan inklusif- dalam Bingkai Indonesia".
humanis sesuai kondisi lokalitas- Azyumardi Azra juga sering
kultural Islam Indonesia yang menyebutkan bahwa Islam moderat
damai,2 sebagai agama rahmatan li merupakan karakter asli umat Islam
al-‘alamin dan visi jauh ke depannya di Indonesia. Pesantren sebagai
dalam rangka menciptakan miniatur komunitas Muslim
perdamaian antarsesama manusia Indonesia telah menunjukkan karya
dan toleran terhadap berbagai macam mereka dalam mengartikulasikan
perbedaan. 17 Islam moderat di Indonesia.18
Pesantren yang selama ini
dikembangkan oleh Walisongo
17
Mukhibat, “Deradikalisasi Dan Integrasi
Nilai-Nilai Pluralitas Dalam Kurikulum mengikuti ideologi Ahl al-Sunnah
Pesantren Salafi Haraki Di Indonesia,” Al-
Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam 14, no. 1
(2016): 181–204, Syamsun Ni’am, “Pesantren : The
18

https://doi.org/10.21154/al-tahrir.v14i1.121. Miniature of Moderate Islam in Indonesia.”


83
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan|
Vol 5, No 2, Desember 2019

wal Jama’ah atau Sunni. apresiatif. Dalam hal ini Aswaja


Karakteristik dari ajaran dan ideologi sangat responsif terhadap hasil
Sunni adalah moderat, toleran dan pemikiran berbagai mazhab yang
terbuka. Sebagaimana telah masih eksis di tengah-tengah
disebutkan bahwa dalam bidang masyarakat seperti Mazhab Hanafi,
teologi, mereka mengikuti mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali.
Asy’ariyah dan Al-Maturidiyyah. Melainkan juga terhadap mazhab-
Kelompok ini tidak seperti mazhab yang pernah lahir, seperti
Mu’tazilah yang lebih imam Daud al-Zhahiri, Imam
mengutamakan akal daripada wahyu Abdurrahman al-Auza’i, Imam
atau naql. Dalam bidang fiqh atau Sufyan al-Tsauri, dan lain-lain. 20
hukum Islam mereka mengikuti Sangat menarik untuk dilihat
mazhab Imam Syafi’i. 19 dengan jelas bahwa pemikiran ulama
Komunitas pesantren atau pesantren tentu toleran, terbuka,
masyarakat Islam tradisional identik moderat dan menghargai perbedaan
dengan masyarakat NU (Nahdlatul selama pengikut Ahl Sunnah wa al-
Ulama) yang tentu saja tidak dapat Jamā'ah mempertahankan dan
dilepaskan dari pesantren ”salaf” mengembangkan prinsip-prinsip
sebagai rujukan praktik beragama. seperti at-Tawāsut, at-tawazun, dan
Sikap golongan Islam tradisional at-tasāmuh. Atas dasar penjelasan di
yang diwakili NU, pada dasarnya atas, maka Islam di Indonesia adalah
tidak terlepas dari akidah Ahlu Islam yang moderat dan ini menjadi
Sunnah wa al-Jama'ah (Aswaja) karakteristik dari Islam Indonesia
yang dapat disebut paham moderat. yang toleran, menghargai perbedaan,
Pemikiran Aswaja sangat toleran dan melindungi minoritas. Karena
terhadap pluralisme pemikiran. pemikiran pesantren yang moderat
Berbagai pemikiran yang tumbuh dan terbuka, maka dengan jelas hal
dalam masyarakat muslim ini juga menolak dan menggugurkan
mendapatkan pengakuan yang semua stigma buruk tentang
pesantren yang dituduhkan oleh
19
Zamakhsyari Dhopier, Tradisi Pesantren:
Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: 20
Maksum, “Model Pendidikan Toleransi Di
LP3ES, 2015). Pesantren Modern Dan Salaf.”
84
Abdillah Peran Pesantren dalam...

media Barat maupun pembuatan Amerika terhadap terorisme dimulai


kebijakan Barat. dengan menyisir negara-negara di
Berikut ini penulis berikan Timur Tengah sampai ke Indonesia.
gambaran tentang pola pemikiran sementara itu, di Indonesia sendiri,
komunitas pesantren: ada banyak kasus intoleransi dan
terorisme yang muncul dan bahkan
menyebar di beberapa wilayah di
Indonesia.
Namun, dalam kajian ini,
penulis membuktikan bahwa tuduhan
Pesantren Barat tidak sesuai dengan kenyataan
yang terjadi. Pesantren sebagai
Ahl al-Sunnah wa lembaga pendidikan Islam tertua di
al-Jama’ah Indonesia masih memiliki paham
yang toleran, terbuka dan moderat

Kitab kuning Ajaran Walisongo masih sama seperti awal


kemunculannya.
Paham moderat yang
Islam moderat ditunjukkan oleh pesantren tidak
lepas dari paham keagamaan dan
ideologi yang mereka ikuti. Ahlu
SIMPULAN
Sunnah wa al-Jama’ah yang
Berdasarkan tulisan di atas,
merupakan sebuah ideologi yang
dapat disimpulkan bahwa pesantren
mengajarkan tentang toleransi dan
selama ini selalu menjadi kambing
menerima pluralitas. Paham ini
hitam dan disalahkan oleh media
sangat sesuai dengan keadaan bangsa
Barat, terutama semenjak peristiwa
Indonesia yang majemuk baik dalam
bom bunuh diri di Amerika.
suku, budaya, adat maupun
Semenjak peristiwa pengeboman
keyakinan.
tersebut, Amerika dengan gencar
menyerang Islam sebagai dalang
DAFTAR PUSTAKA
terorisme. Rangkaian serangan

85
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan|
Vol 5, No 2, Desember 2019

Afif Muhammad. Agama Dan Toleransi Di Pesantren Modern


Konflik Sosial: Studi Dan Salaf.” Jurnal Pendidikan
Pengalaman Indonesia, 2012. Agama Islam 03, no. 01 (2015):
81–108.
Chafid Wahyudi. “TIPOLOGI
ISLAM MODERAT DAN Mukhibat. “Deradikalisasi Dan
PURITAN: PEMIKIRAN Integrasi Nilai-Nilai Pluralitas
KHALED M. ABOU EL- Dalam Kurikulum Pesantren
FADL.” Teosofi: Jurnal Salafi Haraki Di Indonesia.” Al-
Tasawuf Dan Pemikiran Islam Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam
1, no. 1 (2011). 14, no. 1 (2016): 181–204.
https://doi.org/10.21154/al-
Farida, Umma. “Radikalisme, tahrir.v14i1.121.
ModeRatisme, Dan
LibeRalisme Pesantren: Syamsun Ni’am. “Pesantren : The
Melacak Pemikiran Dan Miniature of Moderate Islam in
Gerakan Keagamaan Pesantren Indonesia.” Indonesian Journal
Di Era Globalisasi.” Edukasia: of Islam and Muslim Societis 5,
Jurnal Penelitian Pendidikan no. 1 (2015): 111–34.
Islam 10, no. 1 (2015): 145–64.
Zamakhsyari Dhopier. Tradisi
Goldburg, P. “Religious Diversity Pesantren: Studi Pandangan
and Religious Literacy.” Hidup Kyai Dan Visinya
Learning to Teach in the Mengenai Masa Depan
Primary School 50, no. 1 Indonesia. Jakarta: LP3ES,
(2013): 208–24. 2015.
https://doi.org/10.1023/A:10120
58201981.
Hasan, Noorhaidi. “RELIGIOUS
DIVERSITY AND
BLASPHEMY LAW
Understanding Growing
Religious Conflict And” 55, no.
1 (2017): 105–26.
https://doi.org/10.14421/ajis.20
17.551.105-126.
Hefner, Robert W. “Christians,
Conflict, and Citizenship in
Muslim- Majority Indonesia.”
The Review of Faith &
International Affairs 15:1, no.
March (2017): 91–101.
Madjid, Nurcholish. Bilik-Bilik
Pesantren. Jakarta: Paramadina,
1997.
Maksum, Ali. “Model Pendidikan

86

Anda mungkin juga menyukai