Anda di halaman 1dari 23

PERANAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PENGUATAN NASIONALISME DI INDONESIA

ABDUL HAMID
Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Tadulao, Palu, Sulawesi Tengah
Email: hamiduntad@gmail.com

DOI : 10.14421/jpai.2018.151-02

Abstract
The 21st century is a triumph for the era of globalization. An era that tries to make the world,
especially the world incorporated in the third world category (developed) like Indonesia to carefully and
firmly address all the effects it produces. Globalization is, in essence, a process of generating ideas, then
offered to be followed by other nations that eventually arrive at a common point of agreement and serve
as a common ground for nations around the world. Globalization as well as nationalism is a concept of
a pluralistic. Substantively also contains a contradictory spirit. Nationalism with the spirit of
exclusiveness desires loyalty to the nation and state. Nationalism, in any way, tried to convince a nation
that felt the same ground, breathed the same air, and drank water from the same source, that is, Bumi
Indonesia. To love the homeland that gives the source of life as a gift of Allah SWT. So that every form
of natural produce should be utilized as well as possible for the common welfare as a nation. In the
process, Indonesia tries to shed tribal, religious, racial and linguistic identity for a cooperation to achieve
prosperity. While Islam is one of the religions that desires the unity and unity among human beings.
Encourage his people to love and work for the inhabited country.
Keywords: Islamic religious education and nationalism

Abstrak
Abad 21 merupakan masa kejayaan bagi era globalisasi. Sebuah era yang mencoba
menjadikan dunia, khususnya dunia yang tergabung dalam kategori dunia ketiga
(berkembang) seperti Indonesia untuk secara cermat dan tegas menyikapi segala efek yang
ditimbulkannya. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai
pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di
seluruh dunia. Globalisasi sebagaimana juga nasionalisme adalah sebuah konsep berwajah
majemuk. Secara substansif juga mengandung semangat yang bertolak belakang.
Nasionalisme dengan semangat eksklusifisme menghendaki kesetiaan kepada bangsa dan
negara. Nasionalisme, dalam rupa apapun sejatinya mencoba meyakinkan bangsa yang
merasa berpijak pada bumi yang sama, menghirup udara yang sama, juga meneguk air dari
sumber yang sama, yakni Bumi Indonesia. Untuk mencintai tanah airnya yang memberikan
sumber kehidupan sebagai anugerah Allah SWT. Sehingga setiap wujud hasil alam harus
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan bersama sebagai suatu bangsa.
Dalam prosesnya, Indonesia mencoba menanggalkan identitas kesukuan, agama, ras maupun
bahasa demi sebuah kerjasama mencapai kesejahteraan. Sementara Islam adalah salah satu
agama yang sangat menghendaki adanya persatuan dan kesatuan antar umat manusia.
Menganjurkan umatnya untuk mencintai dan bekerja untuk negeri yang didiami.

Kata Kunci: Pendidikan agama Islam dan nasionalisme

19
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

Pendahuluan oleh administrasi dan ideologi negara


Berbicara salah satu masalah (Zainuddin, 2000: xxv).
yang dihadapi bangsa Indonesia Menurut Robert W. Hefner
dewasa ini dari sebuah asumsi awal (2000: 37), dalam lingkup sejarah
dimana penulis tidak menyepakatinya, Indonesia agama Islam telah
bahwa agama Islam dinilai berbagai menunjukkan arti pentingnya dalam
pihak sebagai penyebab konflik agama pembentukan kebangsaan Indonesia.
yang sering terjadi di Indonesia. Ini Sejarah telah mencatat bahwa pondok
merupakan konflik komunal yang pesantren dengan para kyainya
mengancam nasionalisme Indonesia menjadi basis paling kuat untuk
dan integrasi bangsa. melawan penjajah. Sebagaimana telah
Islam tidak menolak ditunjukkan dalam sebuah resolusi
nasionalisme. Ia merupakan agama jihad yang dikeluarkan NU pada saat
yang sangat menghargai entitas itu. Pesan jihadnya mampu
kebangsaan sebagaimana fitrah mengobarkan semangat nasionalisme
manusia. Tidak cuma itu, Islam bahkan melawan penjajah seperti yang dimiliki
mampu memberi kontribusi positif oleh penyiar radio, Bung Tomo.
terhadap perkembangan kebangsaan. Pendapat lain menyebutkan “No idea
Pernyataan ini pernah dibuktikan has had so profound an influence on the
Islam. Islam pada awalnya memiliki refiguration of Muslim politics in modern
citra dan cerita yang positif karena Indonesia as has nationalism.”
penyebarannya dengan jalan damai Cinta tanah air atau
dan berperan dalam peningkatan nasionalisme merupakan modal paling
peradaban manusia. Bahkan Islam penting dalam mencapai cita-cita
telah menjadi kekuatan dominan yang Indonesia yang telah tersurat dalam
mampu menyangga dan pancasila dan Undamg-Undang Dasar
mempersatukan penduduk nusantara 1945. Akan tetapi, keberadaan
ke dalam sebuah identitas baru yang nasionalisme mulai menghadapi
bernama Indonesia, sekalipun pada persoalan. Yaitu ketika paham
akhirnya secara legal formal ikatan
keindonesiaan ini diatur dan diperkuat

20
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

kebangsaan ini mulai digeser dengan bidang ekonomi dan egalitarianisme


fanatisme yang berdasar daerah, (Qodri Azizy, 2002: 90).
golongan atau keagamaan. Sebagai Disinilah arti penting
contoh banyak pihak yang terang- pendidikan agama Islam. Yaitu sebagai
terangan ingin memisahkan diri dari media transfer pemahaman keislaman
kesatuan Indonesia atau mendirikan yang inklusif dan kontekstual. Karena
negara berbasis agama Islam dengan sampai sekarang pendidikan dipercaya
konsekuensi langsung memarginalkan sebagai sarana paling ampuh untuk
kelompok lain yang tidak sepaham proses transformasi nilai, termasuk
atau segolongan. nilai-nilai nasionalisme yang juga
Pertanyaan selanjutnya adalah diakui dan didukung dalam Agama
apakah Islam benar-benar Islam.
menghendaki seperti itu? Sesuatu yang Menurut Cak Nur (2001: 8)
justeru menimbulkan persoalan baru mengatakan, bahwa pendidikan adalah
yang menjurus pada perpecahan kunci untuk mengatasi perpecahan
bangsa. Padahal cita-cita bangsa bangsa dan membangun sumberdaya
Indonesia sama dengan tujuan adanya manusia. Pada tulisannya yang lain dia
Islam di dunia. Kalau Indonesia juga menyatakan bahwa sikap mental
memiliki tujuan sebagaimana yang ada yang dihasilkan oleh sekolah-sekolah
dalam visinya Pancasila dengan tujuan Belanda saat itu, apapun motif dan
utama pembentukan masyarakat tujuannya telah memberikan
Indonesia yang berkeadilan sosial bagi kemungkinan diketemukannya
seluruh rakyat Indonesia, maka tujuan kesamaan dalam frame of reference dua
Islam sebagaimana yang tertuang orang dari dua daerah yang berbeda
dalam kitab sucinya adalah keadilan sehingga dapat dikatakan bahwa
sosial dalam bidang ekonomi dan “orang Indonesia” ialah orang yang
egalitarianisme. Hal ini sangat sesuai berpendidikan, sedangkan yang tidak
dengan pandangan Quraishh Shihab berpendidikan hanyalah menjadi
bahwa inti ajaran kitab suci al Qur’an daerahnya atau
adalah ajaran moral yang menekankan
ide-ide tentang keadilan sosial dalam

21
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

sukunya sendiri (Nurcholish Madjid, sadar dan terencana dalam


1993: 132). menyiapkan peserta didik untuk
Dapat disimpulkan bahwa mengenal, memahami, bertakwa dan
pendidikan merupakan kunci pokok berakhlak mulia dalam mengamalkan
dalam pembentukan jiwa nasionalisme ajaran Islam dari sumber utamanya al-
rakyat Indonesia. Oleh karena itu Qur’an dan Hadits. Melalui kegiatan
diharapkan melalui pendidikan akan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
mampu melahirkan generasi yang penggunaan pengamalan. Dibarengi
memiliki kepribadian kuat dan jiwa tuntunan untuk menghormati agama
nasionalisme yang tinggi. Karena lain dalam hubungan antar kerukunan
dengan begitu akan mampu umat beragama dalam masyarakat
menciptakan bangsa yang besar dan hingga terwujud kesatuan dan
memiliki keadilan. Pendidikan agama persatuan bangsa (Departemen Agama,
Islam dalam konteks kebangsaan T.th: 3).
sangat diharapkan mampu Fungsi pendidikan agama
memberikan pemahaman Islam yang Islam adalah melestarikan dan
inklusif, komprehensif dan mempertahankan nilai-nilai ilahi dan
kontekstual. insani sebagaimana terkandung dalam
Pengertian Pendidikan Agama Islam kitab-kitab ulama terdahulu.
Pendidikan keagamaan Sedangkan hakekat tujuan pendidikan
sebagaimana tertera dalam UU Nomor Islam adalah terwujudnya penguasaan
20 tahun 2003 pasal 30 ayat 2 berfungsi ilmu agama Islam serta tertanamnya
untuk mempersiapkan peserta didik perasaan agama yang mendalam dan
menjadi anggota masyarakat yang mengamalkannya dalam kehidupan
memahami dan mengamalkan nilai- sehari-hari (Muhaimin, 2003: 17).
nilai ajaran agamanya dan/atau Dengan begitu dapat
menjadi ahli ilmu agama (Undang- disimpulkan bahwa pendidikan agama
Undang RI, 2003: 20). Adapun Islam adalah usaha sadar yang
pendidikan Agama Islam sebagaimana dilakukan untuk mengembangkan
yang definisikan Departemen
Pendidikan Nasional adalah upaya

22
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

potensi manusia supaya bisa menjadi dalam pengertian kedua, bangsa


manusia yang seutuhnya berdasarkan dimaknai sebagai suatu daerah yang
konsep agama Islam, yaitu menjadi sama dan mereka tunduk kepada
pribadi yang beriman dan bertaqwa kedaulatan negaranya sebagai suatu
sehingga mampu menjalankan tugas kekuasaan tertinggi ke luar dan ke
kemanusiaan yaitu menjadi khalifah di dalam (Badri Yatim, 1999: 58).
bumi. Khalifah di bumi ini Adapun definisi nasionalisme
mengendung maksud sesuai dengan menurut ilmuan dan tokoh dunia,
konteks wilayah dan sosial manusia. adalah sebagai berikut:
Dengan begitu pendidikan agama 1. Huszer dan Stevenson nasionalisme
Islam juga memiliki tanggungjawab adalah yang menentukan bangsa
untuk mendukung kemaslahatan mempunyai rasa cinta secara alami
lokalitasnya. Sebagaimana terdapat kepada tanah airnya.
dalam surat Hud ayat 61. 2. L. Stoddard nasionalisme adalah
Artinya: “Dia Telah menciptakan suatu keadaan jiwa dan suatu
kamu dari bumi tanah dan
kepercayaan yang dianut oleh
menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan- sejumlah besar manusia
Nya, Kemudian bertobatlah kepada-
Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat perseorangan sehingga mereka
dekat rahmat-Nya lagi membentuk suatu kebangsaan. Atau
memperkenankan doa hamba-Nya”.
dengan kata lain nasionalisme

Adapun nasionalisme berasal adalah rasa kebersamaan

dari kata nation yang berarti bangsa. segolongan sebagai suatu bangsa.

Adapun bangsa sebagaimana pendapat 3. Hans Kohn menyatakan bahwa

Badri Yatim memiliki dua pengertian, negara kebangsaan adalah cita-cita

pertama bangsa dimaknai sebagai dan satu-satunya bentuk sah dari

suatu masyarakat yang merupakan organisasi politik, dan bahwa bangsa

suatu persekutuan-hidup yang berdiri adalah sumber dari semua

sendiri dan masing-masing anggota


persekutuan-hidup tersebut merasa
satu kesatuan ras, bahasa, agama,
sejarah dan adat istiadat. Sedangkan
23
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

tenaga kebudayaan kreatif dan function in industrial society.” (John A.


kesejahteraan ekonomi. Hall, 1998: 28).
4. Soekarno mendefinisikan Dengan begitu bisa
nasionalisme sebagai kombinasi dari disimpulkan bahwa nasionalisme atau
rasa ingin bersatu, persatuan sering disebut sebagai wawasan
perangai dan nasib, serta persatuan kebangsaaan adalah rasa cinta yang
antara orang dan tempat (Badri dimiliki oleh sekelompok besar orang
Yatim, 1999: 58-59. yang berada pada suatu wilayah
Di lain pihak didefinisikan tertentu terhadap tanah airnya dan
nasionalisme sebagai sebuah ideologi mereka memiliki cita-cita dan tujuan
yang menyatakan suatu afinitas yang ingin diraih bersama sebagai
kelompok yang didasarkan atas suatu bangsa. Rasa kecintaan ini
bahasa, budaya, keturunan bersama; merupakan sebuah kesadaran yang
dan terkadang pada agama dan ditandai dengan kesetiaan dan upaya
wilayah yang bersama pula; terhadap memuliakan dan mengutamakan
semua pengakuan lain atas loyalitas kepentingan bangsa daripada
seseorang (Asykuri Ibn Chamim dkk, kepentingan pribadi atau golongan.
2003:233). Nasionalisme bernilai spiritual,
Adapun menurut Frank Dhont artinya sesuatu yang sangat
nasionalisme adalah sebuah paham berhubungan dengan kejiwaan
dan proses di dalam sejarah ketika seseorang. Nasionalisme akan mampu
sekelompok orang merasa menjadi mendorong seseorang untuk
anggota dari suatu bangsa nation dan mengorbankan harta, jiwa dan raganya
mereka secara bersama-sama ingin untuk bangsa. Hal ini sebagaimana
mendirikan sebuah negara state yang yang telah dibuktikan para pahlawan
mencakup semua anggota kelompok kemerdekaan Indonesia. Dengan
tersebut (Zudi Setiawan, 2007: 25). semengant nasionalisme mereka rela
Definisi lain menyatakan mengorbankan segala yang dimilikinya
“Nationalism recognized the crucial tanpa pamrih untuk
importance of education in the making of
modern person – i.e. an individual skilled to

24
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

membebaskan tanah airnya dari Dengan begitu, ada lima unsur


belenggu penjajahan. Fenomena bom yang membentuk nasionalisme. Kelima
bunuh diri yang banyak terjadi di unsur itu adalah tekad bersama,
Palestina juga dinilai lebih didasari oleh keinginan bersatu, perasaan cinta,
semangat nasionalisme atas tanah pemahaman atau orientasi kebangsaan
kelahirannya yang diklaim dan dan adanya semangat. Nasionalisme
dikuasai bangsa Israel. yang menurun di Indonesia dan negara
Unsur Pembentuk dan Arti Penting berkembang lainnya dikarenakan
Nasionalisme orientasi kebangsaan yang belum jelas
Menurut Ernest Renan yang ini. Adapun yang membentuk orientasi
sangat disepakati plokamator nasional adalah identitas nasional.
Indonesia, Soekarno hal yang paling Sebagai sebuah bangsa,
utama dan mutlak diperlukan dalam Indonesia harus memiliki nasionalisme
pembentukan nasionalisme adalah yang kuat. Hanya dengan nasionalisme
kemauan dan tekad bersama (Zudi itu pembangunan dan semua cita-cita
Setiawan, 2007: 26). Kemauan dan bangsa Indonesia dalam Pancasila dan
tekad bersama ini pula lah yang Undang-Undang Dasar 1945 bisa
kemudian melahirkan bangsa dan dicapai. Hanya dengan nasionalisme
negara Indonesia pada 17 Agustus itu pula, Indonesia bisa bersaing
1945. Selain adanya kemauan dan tekad dengan negara-bangsa lain dengan
bersama, Sunardi dan Ryamizard kedudukan sejajar.
Ryacudu mengkonsepsikan paham Nasionalisme merupakan pilar
kebangsaan dalam tiga komponen penyangga bangsa, karena tanpa itu,
utama, yaitu rasa kebangsaan, paham bangsa dan negara tidak akan bisa
pemahaman kebangsaan, dan bertahan. Sejak awal nasionalisme telah
semangat kebangsaan. Karena tiga hal menjadi kunci pokok perjalanan
itulah nasionalisme sering dipandang kebangsaan Indonesia. Nasionalisme
sebagai ideologi pemelihara negara
bangsa (Tatang Muttaqin dan Aris
Subiyono, 2017).

25
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

pada masa sebelum kemerdekaan sahabat Nabi


digunakan sebagai ideologi perjuangan Saw. pun demikian, sampai-
melawan penjajah dan setelah sampai Nabi Saw. bermohon kepada
kemerdekaan ia digunakan Allah supaya mencintakan Madinah
membangun negara bangsa dan sebagaimana mereka mencintai Mekah
membangun bangsa. bahkan lebih, sebagaimana hadist
Landasan Nasionalisme dalam Islam Bukhori (T.Th: 61), yang berbunyi:
Mempertahankan kedaulatan ‫اللهما حبب الينا المدينة كحبنا مكة او اشد و صحيحنا‬
.‫وبركلنا فى صاءيها و مدها وانقل همها فجعل ب الجخفة‬
negara merupakan sebuah kewajiban ‫رواه البخارى‬
bagi seorang muslim sebagaimana Artinya: Ya Allah cintakanlah kepada kami
kota Madinah sebagaimana rasa cinta kami
sabda Nabi Muhammad Saw dalam kepada Mekah bahkan lebih dan berilah
sebuah hadits, dari Bukhori, T.Th: 222), kami kebaikan, berkahilah kami
……………. (HR. Bukhari).
sebagai berikut:
َ‫سلَّ ْم َم ْن ك َِره‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ َ‫ص َلى هللا‬
َ ‫ع َْن إِ ْب ِن َعبَّاس ع َْن النَّ ِبي‬ Dari berbagai dalil tersebut
‫ش ْب ًرا‬
ِ ‫ان‬ َ
ِ ‫صلط‬ ْ ُ ‫صبِ ْر فَ ِإنَّهُ ِمن خ َر َج ِم ال‬
َ‫ن‬ َ ْ ْ َ‫ش ْيأ ً فَي‬
َ ‫ِم ْن أ َ ِم ْي ِر ِه‬ dapat disimpulkan bahwa
‫ رواه البخارى‬. ‫َماتَ َم ْيتَةَ َجا ِه ِليَة‬
ً
cinta kepada tanah tumpah darah m
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a dari Nabi
saw beliau bersabda: ”Siapa yang melihat erupakan naluri atau fitrah
suatu tindakan pembesarnya yang tidak manusia, dan
menyenangkan, hendaklah bersabar karena
siapa yang keluar dari kekuasaan yang sah paham kebangsaan atau nasionalisme
barang sejengkal, niscaya orang itu mati sama sekali tidak bertentangan dengan
secara kematian jahiliyah.”(Bukhori, 1992:
125). ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Islam
sangat menghargai dimensi
Diceritakan pula ketika
kemanusiaan, sehingga sangat
Rasulullah saw
mendukungnya dan memberi pahala
meninggalkan kota Makkah untuk
yang besar bagi orang yang
berhijrah ke Madinah Nabi menengok
mempertahankan tanah kelahirannya
ke kota Makkah beliau berucap: Demi
itu. Hal ini diperkuat tentang
Allah, sesungguhnya engkau adalah
pentingnya memahami Islam secara
bumi Allah yang paling aku cintai,
kontekstual sebagaimana pendapat
seandainya bukan yang bertempat
Quraish shihab, sehingga ia mampu
tinggal di sini mengusirku, niscaya aku
memberikan solusi bagi permasalahan
tidak akan meninggalkannya. Sahabat-
26
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

umat dalam menciptakan ketenangan dan memikirkan dengan aktif tentang


penciptaan langit dan bumi seraya
dan kesejahteraan lahir batin sekaligus berkata Ya Tuhan kami tidaklah Engkau
menyediakan sarana dan ciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci
Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksa
mekanismenya. neraka (QS. Âli ‘Imrân [3]: 190-191).
Unsur-Unsur Nasionalisme dalam Kendatipun Islam memberikan
Pendidikan Agama Islam porsi akal, tetapi yang harus diingat,
Keseimbangan Logika dan Rasa manusia bukan hanya digerakkan oleh
Menurut Muhammad Hasan akal, manusia juga memiliki komposisi
al-Hamsyi mengatakan, Islam satu- banyak unsur yang tidak lepas satu
satunya agama di muka bumi yang unsur pun dari perhatian ajaran Islam.
akan memberikan porsi akal dengan Karena itu kewajiban kita membaca
tepat, satu-satunya agama yang ajaran Islam secara proporsional, agar
menghormati akal. Luar biasa, seluruh membuahkan pemahaman yang
agama selain Islam dalam akidah seimbang. Ia tidak hanya
mereka benar-benar telah mematikan berkonsentrasi pada akal saja, tidak
akal sehat manusia. Hanya akidah pula berkonsentrasi pada hati saja.
Islam yang membuka keyakinan Konsep keseimbangan (balance concept)
dengan akal (Arifin Jayadiningrat, adalah salah satu karakteristik ajaran
2017). Islam.
Katakanlah “apakah sama antara orang
Artinya:“Yang telah menciptakan tujuh
yang berilmu dan orang yang tidak
langit berlapis- lapis. Kamu sekali-kali
berilmu? “sesungguhnya yang dapat
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang
menerima pelajaran hanyalah orang-orang
Maha Pemurah sesuatu yang tidak
yang berakal/berfikir (QS. al-Zumar [39]: seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
9). Bahkan Al-Qur`an ayat-ayat yang tetap adakah kamu melihat sesuatu yang tidak
di dalam hati orang-orang yang diberi seimbang?. Kemudian pandanglah sekali
ilmu. Dan tiada yang menyangkal ayat- lagi niscaya penglihatanmu akan kembali
ayat Kami melainkan orang-orang yang kepadamu dengan tidak menemukan
zalim (QS. al-Ankabût [29]: 49). Dan sesuatu yang cacat dan penglihatanmu itu
milik Allah kerajaan langit dan bumi dan pun dalam keadaan payah” (QS. al-Mulk
Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. [67]: 3-4).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi silih bergantinya malam dan
siang adalah tanda-tanda bagi orang-orang
yang mempunyai fikiran/berakal (berilmu).
Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring
27
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

Oleh karena itu, dalam sudah merupakan keniscayaan bahwa


pendidikan agama Islam, sejatinya seseorang belum dikatakan
tidak ada dikotomi antara ilmu dunia bermanfaat bagi sesamanya ketika dia
seperti matematika dengan ilmu akhirat belum mampu memberi kontribusi
seperti fiqh, karena pada dasarnya yang memadai bagi keberlangsungan
semua ilmu datangny dari Allah hidup lingkungannya. Ada beragam
dengan tujuan ibadah. Keduanya cara untuk menjadi manusia yang
semestinya harus saling mengisi dan bermanfaat, salah satunya adalah
melengkapi melalui suatu asumsi dengan upaya pengelolaan sumber-
bahwa ilmu dunia digunakan sebagai sumber alam yang dipadukan dengan
jembatan memahami alam ciptaan kecerdasan, sehingga bisa menanjak
Allah Swt untuk kemudian pada tataran berkreasi, berproduksi
mensyukurinya. maupun berinovasi. Secara umum,
Dari sini dapat dipahami ketiga hal tersebut punya keterkaitan
bahwa setiap individu punya hak yang erat dengan pengembangn Ilmu
berinterpretasi tanpa takut disalahkan Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
atau dihakimi. Menginterpretasikan (Arifin Jayadiningrat, 2017).
segala bentuk doktrin ataupun tradisi Menilik pada salah satu dari
yang dianggap sudah usang dan sekian ayat yang menyeru pada
justru mematikan ijtihad. Hal itu pengelolaan anugrah Allah berupa
dilakukan demi mengejar alam adalah surat Ibrahim ayat 24-27.
ketertinggalan umat yang masih Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana
terbelenggu konservatifisme, perintah Allah Swt, untuk menjadi
doktrinasi dan fanatisme yang agenda kajian ilmiah agar dapat
menyesatkan. menjawab bagaimana menbangun
Kreatif, Produktif, Inovatif kepribadian muslim yang sejati, yaitu
Pendidikan Islam selaim kalimat tauhid yang menyatu dalam
erorientasi pada pengembangan akal diri kita laksana pohon yang kokoh,
dan fisik, dia juga sangat
memprioritaskan pengembangan jiwa
ataupun mental seseorang. Karena
28
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

akarnya menancap perut bumi, persoaln keagamaan itu adalah


cabangnya mencakar langit dan tidak pengakuan akan hak agama-agama
ada henti-hentinya ia berbuah, tak ituuntuk persoalan keagamaan itu
kenal musim (produktif, kreatif, adalah untuk berada dan untuk
inovatif). Selain itu, ditegaskan pula dilaksanakan. Karena itu agama tidak
pada surat Al-An'am ayat 75-79. boleh dipaksakan. Hal ini yang
Artinya: “Dan demikian Kami perlihatkan melatarbelakangi adanya prinsip
kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi,
toleransi. Prinsip toleransi ini menjadi
dan supaya dia termasuk orang-orang yang
yakin. Maka tatkala malam telah gelap, dia sangat berharga dan penting sekali
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata
“inilah Tuhanku”. Maka tatkala bintang ketika diplikasikan pada konteks
itu hilang dia berkata “Aku tidak suka keberagaman agama di negara-negara
kepada yang hilang. Kemudian tatkala
dia melihat bulan terbit, dia berkata yang memiliki banyak agama, seperti
“inilah Tuhanku”. Maka tatkala bulan itu Indonesia. Ajaran Islam yang tersirat
terbenam dia berkata, Sesungguhnya jika
Tuhanku tidak memberikan petunjuk pada surat Al-Baqarah ayat 256 ini
kepadaku niscaya aku termasuk kaum yang mendasari Pendidikan Islam yang
sesat. Kemudian tatkala dia melihat
matahari terbit, dia berkata “inilah berorintasi pada pembentukan
Tuhanku”. Ini yang lebih besar !”. Maka ta
karakter toleransi (Abuddin Nata, 2000:
tkala matahari itu terbenam, dia berkata:
Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas 80).
diri dari apa yang kamu persekutukan.
Terbuka, Akomodatif dan Selektif
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada Tuhan yang menjadikan langit dan Dari satu segi, Islam bersifat
bumi dengan penuh keikhlasan dan aku
terbuka dan akomodatif untuk
tidak termasuk orang-orang yang
Musyrik.” menerima berbagai masukan dari luar,
Toleransi namun bersamaan dengan itu Islam
Islam selaku agama besar juga selektif yakni tidak begitu saja
terakhir, mengklaim sebagai agama menerima seluruh jenis ilmu dan
yang memuncaki proses pertumbuhan kebudayaan, melainkan memfilter dan
dan perkembangan agam-agam dalam menyesuaikannya dengan ketentuan
garis kontinuitas. Meski demikian, ajaran Islam. Dalam hal ilmu dan
perlu diingat, bahwa justru teknologi, Islam mengajarkan kepada
penyelesaian terakhir yang diberikan
Islam sebagi agama terakhir untuk
29
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

pemeluknya untuk bersikap terbuka pemahaman dan kesadaran bahwa


atau tidak tertutup. Bagaimanapun manusia itu sama di hadapan Allah.
juga Islam adalah sebuah paradigma Pembedanya adalah kadar
terbuka.Ia merupakan mata rantai ketaqwaan, sebagai bentuk perbedaan
peradaban dunia, baik dunia Barat secara kualitatif. Pendidikan Islam
maupun Timur (Abuddin Nata, 2000: pada akhirnya bermuara pada
85). pembentukan manusia sesuai dengan
Artinya: "Bukanlah kebajikan itu kodratnya yang menyangkut dimensi
menghadapkan wajahmu ke timur dan
imanensi (horizontal) dan dimensi
barat, tetapi kebajikan itu adalah beriman
kepada Allah, hari akhir, para malaikat, transendensi (vertical; hubungan dan
kitab-kitab, para nabi, memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabat , anak- pertanggungjawabannya kepada Yang
anak yatim, orang-orang miskin, ibn sabil, Maha Pencipta), (Muslih Usa, 1991: 31).
orang- orang yang meminta-minta, hamba
sahaya,; mendirikan shalat, mengeluarkan Islam sangat menekankan
zakat, menunaikan janjinya apabila pada keadilan di semua aspek
berjanji, bersabar dalam keadaan keadaan
peperangan, kekusahan dan kesempitan. kehidupan. Dan keadilan ini tidak akan
Itulah orang-orang yang benar tercipta tanpa membebaskan golongan
(imannya) dan itulah orang-orang yang
bertaqwa kepad Allah". (QS. Al- Baqarah, masyarakat lemah dan marjinal dari
177). penderitaan, serta memberi
Pembebasan kesempatan kepada mereka untuk
Pendidikan secara kodrati menjadi pemimpin (Asghar ali Enginer,
adalah sebagai instrumen yang 1999: 33). Al-Qur’an juga
membawa pribadi kepada penentuan memerintahkan kepada orang-orang
diri menuju pada kemandirian, yang beriman untuk berjuang
pengenalan jati diri dan kebebasan dari membebaskan golongan masyarakat
keterbelungguan marginalitas. yang lemah dan tertindas.
Pendidikan Islam sebagai pranata Dalam firman Allah Swt:
”Mengapa kamu tidak mau berperang
sosial, juga sangat terikat dengan
pandangan Islam tentang hakekat
keberadaan (eksistensi) manusia. Oleh
karena itu pendidikan Islam juga
berupaya untuk menumbuhkan

30
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

di jalan Allah dan (membela) orang-orang semangat anti penjajah. Pergerakan


yang lemah baik laki-laki, wanita maupun
dan perjuangan melawan kekuasaan
anak-anak yang semuanya berdo’a: “Ya
Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri penjajah yang muncul di Indonesia
ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan
berilah kami perlindungan dari sisi membuktikan bahwa Islam mampu
Engkau, dan berilah kami penolong dari menjadi faktor pemersatu dan
sisi Engkau!” (Depag RI, 1985: 131).
penggerak bangsa menuju kepada
Hal ini menunjukkan bahwa
ambang kemerdekaan. Islam sendiri
pendidikan agama Islam mempunyai
mengajarkan tentang pentingnya
nilai pembebasan terhadap belenggu-
patriotisme, sebagaimana disebutkan
belenggu kebodohan yang
dalam Al-Qur’an:
berdampak pada matinya kreatifitas
Artinya; Dan berjuanglah kamu dengan
maupun belenggu marginalitas.
harta dan jiwa kamu pada jalan Allah.
Namun kebebasan tentu ada batasnya.
Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu
Kebebasan tanpa batas akan
termasuk orangorang yang
berbenturan dengan hak-hak orang lain
berpengetahuan. (Q.S: At-Taubah: 41),
dan pada akhirnya menimbulkan
(Depag RI, 1985: 285).
anarki disetiap lini kehidupan. Karena
Humanisme
tujuan akhir dari pendidikan Islam
Dalam pendidikan agama
adalah agar anak didik menjadi
Islam, humanisme merupakan prinsip
manusia yang bertaqwa kepada Allah
yang tidak pernah lepas dari materi
Swt. Itu berarti kebebasan disini
maupun proses belajar mengajar yang
dibatasi oleh hukum-hukum dan
diterapkannya. Karena Islam memiliki
ajaranajaran yang ditentukan oleh
nilai universal dalam segala hal. Islam
Allah Swt agar dijadikan pegangan
adalah rahmamatal lil alamin; termasuk
untuk menjadi manusia yang bertaqwa.
menekankan pada pendidikan kasih
Patriotisme
sayang, menghormati dan menghargai
Nasionalisme dan patriotisme
hasil karya orang lain, kebebasan
lahir dari semangat solidaritas yang
berfikir, humanisme dan prulalisme
dianjurkan oleh agama Islam (Thoyib I.
M dan Sugiyanto, 2002: 138). Solidaritas
ummah inilah yang menimbulkan

31
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

serta tidak mengenal etnisitas maupun kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku


supaya kamu saling mengenal.
sekterianisme. Sesungguhnya orang yang paling mulia
Pendidikan pada hakekatnya diantara kamu di sisi Allah SWT. ialah
orang yang paling bertaqwa diantara
adalah merupakan suatu proses kamu. Sesungguhnya Allah SWT. Maha
perubahan sosial, proses adopsi dan Mengetahui dan Maha mengenal. (Al-
Hujurat: 13), Depag RI, 1985: 847).
inofasi dalam pembangunan,
pendidikan harus mendahului
Persatuan
perubahan sosial. Posisi pendidikan
Landasan hukum agama
Islam pada saat ini dan yang akan
adalah bahwa segala dimensi
datang dalam kaintannya dengan
kehidupan baik pribadi maupun
perubahan sosial cultural adalah untuk
kehidupan komunitas di bawah
memberikan makna pengembangan
otoriterisme Tuhan. Ia secara penuh
nilainilai kemanusiaan yang lebih adil
mendapatkan legitimasinya pada
dan beradap (M. Chabib Thoha, 1996: kekuasaan tertinggi dan kehendak
26-27). Allah Swt. Komunitas tadi dipandang
Pluralisme sebagai suatu ikatan dalam kesatuan
Kurikulum pendidikan agama konsep ummatan wahidah Ini berarti
Islam mengakui adanya perbedaan- bahwa loyalitas pokok individu ialah
perbedaan individual diantara para pada ummah bukan pada negara.
peserta didik, baik dalam bakat, minat, Sebagaimana firman Allah Swt dalam
kemampuan-kemampuan, kebutuhan- surat Ali Imron ayat 103:
kebutuhan maupun masalah-masalah Artinya: Berpeganglah kamu semuanya
yang dihadapinya (Muhaimin, 1991: pada tali Allah dan janganlah kamu
berpecah belah… (QS. Ali Imran: 103).
34). Secara tersirat Islam mengajarkan
Demokratisasi
bahwa pluralisme bukanlah sebagai
Islam mempunyai sifat yang
instrumen pembatas yang mengkotak-
istimewa, yang meletakkan dasar
kotak ideologi dalam berbangsa dan
keseimbangan antara individualisme
bernegara. Hal ini sesuai dengan
konsep Al-Qur’an yang menyatakan:
Artinya: Hai Manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan perempuan dan menjadikan
32
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

dan kolektifisme (Khursyid Ahmad, Telah dijelaskan dalam


1992: 35). Islam mengakui hak pribadi penjelasan di awal bahwa pendidikan
setiap orang dalam hal melakukan agama Islam adalah usaha sadar yang
aktifitas sehari-hari. Tidak ada dilakukan untuk mengembangkan
lararangan seorang mempunyai potensi manusia supaya bisa menjadi
pendapat yang berbeda dengan orang manusia yang seutuhnya berdasarkan
atau kelompok lain. Pendapat yang konsep agama Islam, yaitu menjadi
berbeda dalam menanggapi atau pribadi yang beriman dan bertaqwa
merespon sebuah permasalahan adalah sehingga mampu menjalankan tugas
kewajaran, dan untuk menyamakan kemanusiaan yaitu menjadi khalifah di
persepsi tersebut Islam mengajarkan bumi.
tentang musyawarah dalam Sebagaimana yang dipahami
berdemokrasi. Sebagaimana firman Quraish Shihab (2003: 173)
Allah Swt: menjelaskan, kekhalifahan
Artinya: "Dan (bagi) orang-orang mengharuskan empat sisi yang saling
yang menerima (mematuhi) seruan
terkait. Yaitu, pemberi tugas, penerima
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan tugas, tempat dan meteri penugasan.
musyawarah antara mereka, dan mereka
Keberhasilan menjadi khalifah bisa
menafkahkan sebagian dari rizki yang
Kami berikan kepada mereka". (Q.S: Asy dicapai jika keempat unsur tadi
Syura: 38), (Depag RI, 1985: 789).
dipenuhi. Yaitu dengan manusia atau
Metode pendidikan dan sekelompok manusia yang
pengajaran Islam, sangat banyak menjalankan tugas sebagaimana yang
terpengaruh oleh prinsip-prinsip telah diperintahkan Allah Swt dalam
kebebasan dan demokrasi (Moh. Al-Qur’an dengan mempertimbangkan
Athiyah Al-Abrasy, 1996: 5). Islam kondisi lingkungan dimana ia berada.
telah menyerukan adanya prinsip Oleh karena itu, tiap wilayah
persamaan dan kesempatan yang sama dapat memiliki tujuan pendidikan yang
dalam belajar. berbeda sesuai dengan kebutuhan
Pendidikan agama Islam dalam lingkungannya berdasar identitas,
Penguatan Nasionalisme
pandangan hidup, dan nilai

33
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

yang diakui pada masyarakat atau kreatifitas dirinya sekaligus


wilayah tersebut. Adapun dalam meningkatkan kualitas keimanan dan
konteks nasional dapat dinyatakan ketakwaannya secara berkelajutan.
bahwa pendidikan agama sangat Sedangkan kesalehan sosial
berperan dalam pembentukan mengandung makna orang tersebut
masyarakat yang memiliki kecintaan memiliki kepedulian untuk
terhadap bangsa dan tanah airnya berhubungan secara harmonis dengan
sebagai modal awal untuk menjalankan lingkungan sosial dan alam sekitarnya,
pembangunan. sekaligus mampu ikut
Di tengah kondisi Bangsa bertanggungjawab terhadap
Indonesia yang plural, diharapkan pengembangan masyarakatnya atau
Pendidikan Agama Islam mampu memiliki keunggulan partisipatoris yang
mengajarkan para generasi muslim dilandasi oleh tingginya kualitas iman
untuk tetap menjaga persatuan bangsa. dan takwa terhadap Allah Swt
Atau meminjam istilah Muhaimin (Muhaimin, 2003: 60).
ukhuwah islamiah dalam arti luas, yaitu Dengan begitu, maka
persaudaraan antar sesama manusia pendidikan agama Islam diharapkan
untuk membentuk kesalehan pribadi mampu menghindari; 1) tumbuhnya
dan sosial. Pendidikan telah diakui semangat fanatisme buta; 2)
memiliki peran sentral dalam tumbuhnya sikap intoleran di kalangan
penyediaan sumber daya manusia yang peserta didik dan masyarakat
berkualitas dan berdaya saing tinggi. Indonesia dan; 3) melemahnya
Dalam kaitannya dengan politik, ia kerukunan hidup beragama serta
berpengaruh pada pembetukan persatuan dan kesatuan nasional
manusia sebagai anggota sebuah (Muhaimin, 2003: 61).
bangsa yang baik dan bertanggujawab. Pengembangan pendidikan
Kesalehan pribadi mengandung agama Islam di sekolah, madrasah,
makna seseorang yang peduli terhadap
kebaikan, yang memiliki komitmen
untuk memperbaiki, meningkatkan
serta mengembangkan potensi dan

34
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

pesantren atau masyarakat memiliki membangun citarasa dan perilaku


potensi untuk mewujudkan integrasi beragama yang baik, loyal, komitmen
atau disintegrasi dan komunalisme. dan penuh dedikasi. Sedangkan misi
Keadaan ini sangat dipengaruhi, keilmuan diwujudkan dengan
sebagai berikut: membangun pemahaman dan sikap
1. pandangan teologi agama dan yang rasional, kritis, dinamis dan
doktrin ajarannya; obyektif serta berwawasan luas
2. sikap dan perilaku (Muhaimin, 2003: 68).
pemeluknya dalam memahami dan Penghayatan nilai-nilai dari
menghayati agama tersebut; masyarakat sangat berbeda, tergantung
3. lingkungan sosio-kultural yang pada tingkat perkembangan
mengelilinginya; kejiwaannya. Akan tetapi keadaan
4. peranan dan pengaruh pemuka pendidikan dalam menanam nilai
agama, termasuk guru agama, dalam cenderung formalistik dan tidak
mengarahkan pengikutnya kontekstual. Padahal dalam hal
(Muhaimin, 2003: 59). penanaman nilai yang perlu
Hal ini karena agama sarat ditekankan adalah penghayatan dan
dengan ajaran yang sangat pengamalannya dalam sendi-sendi
fundamental yang diturunkan Tuhan kehidupan.
kepada manusia. Akan tetapi untuk Dengan begitu, tantangan
mengimplementasikan ajaran-ajaran pendidikan agama Islam saat ini adalah
tersebut tidak dapat lepas dari bagaimana pendidikan tersebut tidak
penafsiran manusia sebagai subjek. hanya mengajarkan pengetahuan
Oleh karena itu keragaman pandangan tentang agama, akan tetapi dapat
tidak dapat dihindari. mengarahkan peserta didik memiliki
Dari sini sebenarnya para guru kualitas keberagamaan yang kuat
agama Islam dan para pendakwah sehingga pendidikan agama mampu
memiliki dua tanggung jawab yaitu membentuk sikap dan kepribadian
mengemban misi keagamaan dan masyarakat yang memiliki iman dan
keilmuan. Misi keagamaan
diwujudkan dalam bentuk

35
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

taqwa yang sesungguhnya, yang juga dan evaluasinya agar pendidikan


dipraktekkan dalam dunia realitas agama mencapai tujuan sejatinya, yaitu
secara kontekstual. terbangunnya kehidupan masyarakat
Adapun kendala yang dihadapi yang bermoral secara ideal dan
oleh pendidikan agama Islam adalah prakteknya atau dengan kata lain
pengajarannya yang tidak menyentuh terwujudnya realitas masyarakat
aspek efektif dan psikomotor. Hal ini dengan perilaku moralitas Qodri Azizy
karena pengajarannya yang tidak lebih 2002: 85).
dari sekedar formalitas, ritualitas dan Ada berbagai metode untuk
sekedar pengetahuan. Padahal pada menanamkan nilai-nilai nasionalisme
intinya pendidikan agama lebih jauh dan nilai-nilai universal lain dalam
dari itu, yaitu berkenaan dengan pendidikan. Adapun metode yang
pembangunan moral dan menyentuh digunakan untuk memberi
ranah afektif dan psikomotorik. pemahaman tentang nilai tersebut bisa
Di lain pihak, menurut Qodri dilakukan dengan berbagai
Azizy 2002: 82-85), bahwa.menilai nilai- pendekatan, diantaranya keteladanan,
nilai ideal agama Islam yang tidak pengajaran, pengalaman khusus,
terwujud di kehidupan sehari-hari hukuman dan ganjaran, situasi
dalam sistem sosial adalah bukti lingkungan dan kelembagaan, dan
adanya krisis multi dimensi atau krisis layanan bimbingan (Qodri Azizy 2002:
lingkaran setan, dan untuk 72-73).
memperbaikinya harus dengan Sedangkan salah satu
kembali kepada ajaran agama. Dalam pendekatan yang tepat dalam
jangka panjang bangsa ini harus menanamkan nilai ini dengan
diperbaiki melalui pendidikan, menggunakan pendekatan holistik
termasuk pendidikan agama. dengan pemberdayaan pribadi sebagai
Pelajaran agama dan praktek fokus utamanya. Yaitu pendidikan
etika sosial harus mendapat perhatian harus dipandang sebagai satu
serius di setiap sekolah/madrasah, keutuhan dalam berbagai aspek dan
sejak dari kebijakan dan
kurikulum, sampai dengan praktek

36
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

dimensi seperti landasan, tujuan, isi, iman dan taqwa terhadap Allah Swt;
strategi, pelaksanaan, manajemen, dan Ketiga, terdapat beberapa kekuatan
lingkungan pendidikan dan sebagainya global yang hendak membentuk dunia
(Qodri Azizy 2002: 72-73). masa depan, yang menggarisbawahi
Tipologi yang perlu perlunya pendidikan Islam untuk
dikembangkan di Indonesia adalah menyiapkan peserta didik yang unggul
rekonstruksi sosial yang teosentris, dalam iptek, produktif dan kompetitif
dengan landasan pemikiran bahwa: sehingga memiliki kesadaran akan hak
Pertama, bangsa Indonesia mengakui dan kewajibannnya dalam kehidupan
Pancasila sebagai dasar negara, sila bersama dan kesadaran bersama dalam
pertama adalah ketuhanan Yang Maha alam demokratis (Muhaimin, 2003:49).
Esa, yang menunjukkan keharusan Kebijakan yang dapat
bangsa Indonesia untuk bersikap dilakukan untuk menguatkan
teosentris. Dalam konteks ajaran Islam nasionalisme dalam aspek agama
sila tersebut dimaknai dengan kosep sebagaimana kesimpulan dalam
tauhid, yang mencakup konsep-konsep penelitian Tatang Muttaqin adalah
tauhid uluhiyah, rubbubiyah, mulkiyah sebagai berikut:
dan rahmaniyah; Kedua, bangsa a. Mengembangkan materi agama
Indonesia hidup dalam pluralisme yang yang komprehensif sehingga materi
sangat rentan terhadap timbulnya ini dapat menampilkan wajah agama
konflik-konflik, namun demikian sebagai karunia bagi pemeluk agama
mereka bertekad untuk ber-Bhinneka tersebut maupun pemeluk agama
Tunggal Ika. Pengembangan lain rahmatan lil alamin di dalam
Pendidikan Islam berusaha semua bidang kehidupan.
menciptakan ukhuwah islamiyah dalam b. Mengembangkan metode
arti luas, yang mampu membentuk pengajaran agama yang kritis,
manusia yang memiliki kesalehan
pribadi sekaligus kesalehan sosial,
yakni melalui daya kreativitasnya
memiliki keunggulan partisipatoris
yang dilandasi oleh tingginya kualitas

37
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

dialogis, dan aplikatif dengan tetap Akibatnya orang kembali


berpegang pada standar kaidah- tertarik pada komunitas sosial
kaidah agama. antropologis yang lebih sempit seperti
c. Menciptakan kehidupan keagamaan kekerabatan, kedaerahan, agama dan
intra dan antarumat beragama yang kelas sosial. Kembalinya masyarakat ke
interaktif, dialogis dan toleran komunitas yang lebih kecil tersebut
sehingga menumbuhkan semangat akan menjurus pada konflik komunal
kebersamaan dan kerjasama (Tatang dan konflik kebangsaan yang
Muttaqin dan Aris Subiyono, 2017). berbahaya bagi Indonesia.
Oleh karena itu, pembenahan Uraian di atas juga merupakan
ini sangat penting dilakukan. Adapun bukti nyata semakin meluruhnya garis-
yang terpenting adalah mengajarkan garis batas negara. Akan tetapi hal ini
ajaran-ajaran universal yang justeru menunjukkan relevansinya
kontekstual. Hal ini karena pesan- nasionalisme sebagai pembentuk
pesan Allah Swt yang tersusun dalam pandangan yang sehat dan wajar dalam
ayat-ayat Al-Qur’an sangat sarat jangka panjang. Ia merupakan isi dari
makna akan tetapi perlu disesuaikan kerangka penanganan masalah secara
dengan kondisi lingkungan. Setelah hal mendasar. Nasionalisme akan
ini dipahami, yang selanjutnya adalah menyadarkan warga tentang arti
menyampaikan pesan itu melalui pentingnya hidup bersama atas
media pendidikan dan pengajaran persamaan status dan hak. Selain itu
yang efektif dan efisien. dengan nasionalisme akan mampu
Simpulan dan Saran mendorong penggunaan sumber daya
Simpulan yang tersedia untuk kepentingan
Saat ini ideologi-ideologi ini bersama. Dengan nasionalisme pula
besar tidak mampu memberikan yang mampu mendudukkan suatu
jawaban pasti mengenai persoalan- bangsa sejajar dengan bangsa lain.
persoalan fundamental manusia
terutama dalam menghadapi masalah-
masalah lingkungan hidup, dan
masalah negara.

38
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

Yang terpenting penumbuhan substansial sebagai saran dari penulis.


kesadaran nasionalisme ternyata Pertama, pendidikan agama secara
menyentuh hakekat inti dari kehidupan materi harus mengajarkan teks-teks
umat manusia yaitu menyangkut keagamaan secara komprehensif.
kepentingan yang berbeda secara Selain itu juga mengedepankan pada
rasional. Dan kesadaran itu akan nilai-nilai universal setiap agama, yaitu
tumbuh apabila dapat dikembangkan sebagai sebuah tatanan sosial yang
sikap memahami bahwa kemampuan menghendaki kedamaian di bumi.
mempertahankan unikum suatu Karena itu sangat penting untuk
golongan hanya dapat dikembangkan memaknai teks-teks keagamaan secara
dalam kebersamaan dengan golongan- kontekstual dan universal.
golongan lain. Kedua, sebagai alat sentral
Pendidikan agama harus lebih dalam penanaman nilai, pendidikan
ditekankan pada pembangunan agama Islam harus memiliki kesadaran
karakter bangsa. Pendidikan agama wawasan nasional atau nasionalisme.
selain mengasah nalar, juga hal yang Setidaknya memiliki persamaan
lebih penting adalah mengasah rasa konsepsi bahwa Islam dan Bangsa
dan prilaku. Bahkan Islam dengan Indonesia bisa saling menguatkan.
tegas menyatakan bahwa Ketiga, internalisasi nilai.
pembangunan karakter merupakan Internalisasi ini merupakan tahap
tujuan utama Agama Islam. Akan selanjutnya setelah materi yang
tetapi pemahaman ini agak mengalami diajarkan tidak sekedar tekstualis.
kebingungan saat mendarat dalam Pengajaran harus ditekankan pada
lapangan sosial, dalam ranah ranah afektif dan psikomotorik.
kehidupan. Pendidikan agama Islam Keempat, metode yang
mengalami kesulitan untuk membuat digunakan dalam penyampaian materi
formulasi yang tepat. harus lebih baik. Metode doktrinasi dan
Saran dogmatisasi yang membelenggu alar
Banyak hal yang harus pikir secepatnya ditanggalkan dan
dilakukan pendidikan agama kita.
Antara lain ada empat hal yang

39
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018

diganti dengan metode yang lebih Departemen Agama, Tt, Kurikulum


Berbasis Kompetensi; Penilaian
kritis, dialogis, partisipatif dan
Berbasis kelas, Jakarta: Depag
aplikatif. RI.
DAFTAR PUSTAKA Engineer, Asghar Ali, 1999, Islam dan
Teologi Pembebasan,
Ahmad, Khursyid, 1992, Prinsip-Prinsip Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pendidikan Islam, Surabaya: Hall, John A, 1998, The State of The
Pustaka Progresif. Nation, New York:
Azizy, Qodri, 2002, Pendidikan Agama Cambridge University.
Untuk Membangun Etika Hefner, Robert W, 2000, Civil Islam,
Sosial, Semarang: Aneka USA: Princeton University.
Ilmu.
Maliki, Zainuddin, 2000, Agama Rakyat
Al-Abrasyi, Muhammad ‘Athiyah, Agama Penguasa,
1996, Beberapa Pemikiran Yogyakarta: Galang Press.
Pendidikan Islam (Ruh al-
Madjid, Nurcholis, 1993, Islam
Islam). Terj. Syamsuddin
kerakyatan dan Keindonesiaan,
Asyrofi, dkk. Yogyakarta:
Bandung: Mizan.
Titian Il Ahi Press.
________________, “Madrasah yang
Al-Hamsyi, Muhammad Hasan,. Tafsir
Terus Tersendat”, Kompas,
Wa Bayan Mufrodat Al-
Jakarta, 10 Oktober 2001.
Qur’an Mushaf Tajwid Ma
Asbabun Nuzul Lis Muhaimin, 2003, Arah Baru
Syahyuti 1999 dikutip Pengembangan Pendidikan
Arifin Jayadiningrat, LSq, Islam, Bandung: Nuansa
Membangun Kepribadian Cendekia.
Muslim, _________, Konsep Pendidikan Islam
http://joomla/2/06/2017. Sebuah Telaah Komponen
Bukhori, 1992, Terjemah Hadits Shahih Dasar Kurikulum, Solo: CV.
Bukhori jilid 4, Jakarta: PT Ramadhani.
Bumi Restu. Muttaqin, Tatang dan Aris Subiyono,
_______, Tt, Matan Masykul al Bukhori, “Studi Pengembangan dan
Kairo: Darulfikr. Pemantapan Wujud Ikatan
Kebangsaan”,
Chamim, Asykuri Ibn. Dkk, 2003,
http://www.budpar.go.id/
Pendidikan Kewarganegaraan,
filedata/1004_168-
Yogyakarta: Diktilitbang PP
Kajian20141.pdf. diambil
Muhammadiyah.
pada 15 Juni 2017.
Depag, RI, 1985, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, Jakarta:
Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur’an.

40
ABDUL HAMID, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam..

Nata, Abuddin, 2000, Metodologi Studi


Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2003, Bandung: Citra
Umbara, 2003.
Setiawan, Zudi, 2007, Nasionalisme NU,
Semarang: Aneka Ilmu.
Shihab, Quraish, 2003, Membumikan Al-
Qur’an, Bandung: Mizan.
Thoyib I.M. dan Sugiyanto, 2002, Islam
dan Pranata Sosial
Kemasyarakatan, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Thoha, M. Chabib, 1996, Kapita Selekta
Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Usa, Muslih, 1991, Pendidikan Islam di
Indonesia, Yogyakarta: PT.
Tiara Wacana.
Yatim, Badri, 1999, Soekarno, Islam dan
Nasionalisme, Jakarta: Logos.

41

Anda mungkin juga menyukai