Anda di halaman 1dari 9

Permasalahan yang Berhubungan dengan Nasionalisme Bangsa Indonesia

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PPKN


Dosen Pengampu:
Apriliyani Diah K, M.Pd.

Disusun Oleh:

Intan Kumala Sari (932212418)


Yumna Roikhanah K.R (932213418)
Adita Chyindiana Putri (932212518)
Faiq Putri Andriany (932212318)
Auliana Rohma Pertiwi (932225518)
Fahrizal Muhamad Ramdan (932219318)

TARBIYAH
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Nasionalisme secara umum adalah pengabdian yang tinggi oleh bangsa


terhadap negaranya yang diperlihatkan melalui sikap dan tingkah laku individu
atau masyarakat (Budiyono, 2007: 208). Keutuhan dan kekokohan suatu negara,
tentu saja dipengaruhi oleh sifat nasionalisme bangsanya, selain nasionalisme,
seorang bangsa juga harus mempunyai sikap patriotisme. Nilai nasionalisme
merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa
Indonesia masih berdiri. Nasionalisme sebagai salah satu paham untuk
mengingatkan generasi muda akan kegigihan usaha para pejuang Indonesia dalam
merebut kemerdekaan. Jasa para pahlawan memang harus dikenang, namun
dikenang saja tidaklah cukup. Para pahlawan bangsa yang telah gugur tentu akan
bangga bila perjuangan mereka diteruskan oleh generasi saat ini karena
perjuangan mereka belum selesai. Makna nasionalisme secara politis merupakan
manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi
suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan
maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan
masyarakat, bangsa dan negaranya (Budiyono, 2007: 211). Sebagai warga negara
Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara
Indonesia.
Pengaruh era globalisasi sangat rentan terhadap penurunan rasa nasionalisme.
Rasa nasionalisme dikalangan pelajar di Indonesia semakin rendah. Hal
ini dapat terlihat ketika banyak warga negara yang lebih membanggakan budaya
bangsa lain dan acuh terhadap kekayaan yang menjadi ciri khas bangsa sendiri.
Cara berpakaian oleh kebanyakan remaja-remaja Indonesia yang berdandan
seperti selebritis yang cenderung mengarah ke budaya Barat. Tidak banyak remaja
yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
sesuai dengan kepribadian bangsa. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang
tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung tidak ada rasa peduli
terhadap lingkungan. Selain itu tawuran antara pelajar juga sering terjadi.
Keadaan diperparah lagi ketika sosok pemimpin yang tidak dapat dijadikan
contoh bagi para generasi muda. Berdasarkan berbagai kenyataan yang ada pada
sekarang ini sangat rentan terjadi disintegrasi bangsa yang dapat menghancurkan
negara, sehingga perlu ada penguatan nilai-nilai nasionalisme guna memperkuat
dan menyatukan bangsa Indonesia.

Kualitas yang menggambarkan suatu karakter bersifat unik, khas, yang


mencerminkan pribadi individu atau entitas dimaksud, yang akan selalu nampak
secara konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas dalam menghadapi
setiap permasalahan. Jatidiri bangsa adalah nilai-nilai luhur bangsa terdapat dasar
negara Kesatuan Republik Indonesia. Membangun jatidiri bangsa Indonesia
berarti membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang tiada lain adalah
membangun Manusia Pancasila

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian nasionalisme bangsa Indonesia


2. Pentingnya nasionalisme bangsa Indonesia
3. Berbagai bentuk nasionalisme bangsa Indonesia
4. Sejarah dan nasionalisme di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Nasionalisme Bangsa Indonesia

Sarman (1995) secara kritis menulis sempitnya kerangka pikir sebagian besar
orang mengenai nasionalisme. Menurutnya, nasionalisme sering diartikan sebagai
kecintaan terhadap tanah air yang tanpa reserve, yang merupakan simbol patriotisme
heroik semata sebagai bentuk perjuangan yang seolah-olah menghalalkan segala cara
demi negara yang dicintai. Definisi tersebut menyebabkan makna nasionalisme
menjadi usang dan tidak relevan dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
masa kini, yang tidak lagi bergelut dengan persoalan penjajahan dan merebut
kemerdekaan dari tangan kolonialis.
Menurut Hara (2000), nasionalisme mencakup konteks yang lebih luas yaitu
persamaan keanggotaan dan kewarganegaraan dari semua kelompok etnis dan budaya
di dalam suatu bangsa. Dalam kerangka nasionalisme, juga diperlukan sebuah
kebanggaan untuk menampilkan identitasnya sebagai suatu bangsa. Kebanggaan itu
sendiri merupakan proses yang lahir karena dipelajari dan bukan warisan yang turun
temurun dari satu generasi kepada generasi berikutnya.
Konskuensi dari pergeseran konteks nasionalisme menyebabkan orang tidak lagi
bergantung hanya kepada identitas nasional, yang sifatnya makrokosmos abstrak(Sindhunata,
2000), namun lebih menekankan pada identitas yang lebih konkrit seperti
negara modern, pemerintah yang bersih, demokrasi dan perlindungan hak asasi
manusia. Oleh karena itu, kebanggaan terhadap identitas suatu bangsa menjadi hal
yang mustahil apabila seorang warga negara tidak menemukan kebanggaan tersebut
dalam diri negaranya. Orang bukan saja malu terhadap identitas bangsanya bahkan
orang tersebut tidak mengakui kebangsaan yang dimilikinya.
Beragam definisi nasionalisme yang dilontarkan para ahli kebangsaan, yang pada
intinya mengarah pada sebuah konsep mengenai jati diri kebangsaan yang berfungsi
dalam penetapan identitas individu di antara masyarakat dunia. Konsep nasionalisme
juga sering dikaitkan dengan kegiatan politik karena berkaitan dengan kebijakankebijakan
pemerintah dan negara.
Nasionalisme dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencintai bangsa dan
negara. Mulyana (dalam Martaniah, 1990) mendefinisikan nasionalisme dengan
kesadaran bernegara atau semangat nasional. Nasionalisme atau kebangsaan bukan
sekedar instrumen yang berfungsi sebagai perekat kemajemukan secara eksternal,
namun juga merupakan wadah yang menegaskan identitas Indonesia yang bersifat
plural dalam berbagai dimensi kulturalnya. Nasionalisme menuntut adanya
perwujudan nilai-nilai dasar yang berorientasi kepada kepentingan bersama dan
menghindarkan segala legalisasi kepentingan pribadi yang merusak tatanan kehidupan
bersama.
Suatu bangsa hanya dapat muncul apabila terdapat keinginan untuk hidup
bersama, adanya jiwa dan pendirian rohaniah, adanya perasaan setia kawan yang besar
yang terbentuk bukan disebabkan persamaan ras, bahasa, agama atau batas-batas
negeri, melainkan terbentuk karena pengalaman-pengalaman historis yang
menjembatani kesediaan untuk berkorban bersama. Suatu bangsa adalah sekelompok
manusia dengan persamaan karakter atau watak yang tumbuh karena persamaan nasib
atau pengalaman yang telah dijalani. Nasionalisme merupakan suatu kesadaran atau
keinsyafan rakyat sebagai suatu bangsa. Stoddart menegaskan bahwa nasionalisme
merupakan keyakinan yang diteguh sejumlah besar orang, yang merupakan suatu
nasionalitas (Abdulgani, 1964).

2. Pentingnya Nasionalisme Bangsa Indonesia


Pentingnya semangat nasionalisme di era globalisasi ini adalah untuk membantu
meminimalisir dampak negatif dari globalisasi. Dengan semangat nasionalisme
yang tinggi, sifat individualisme tentu saja tidak akan dimiliki oleh para generasi
muda, kebudayaan lokal dan produk lokal juga akan mendapat banyak perhatian
serta dicintai, moral bangsa pun tentunya akan tetap terjaga. Nasionalisme juga
sangat penting terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara karena merupakan
perwujudan dari rasa cinta, bangga, serta penghormatan terhadap bangsa sendiri.
Di Indonesia sendiri, nasionalisme secara tidak langsung telah tertuang dalam
sila ke-3 Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Apabila para generasi
muda penerus bangsa Indonesia telah mengamalkan sila ini dengan cara mencintai
tanah air Indonesia, bangga telah lahir di Indonesia dan menggunakan bahasaIndonesia,
menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi maupun golongan, dan
mencintai serta menghargai perbedaan kebudayaan yang ada, tentusaja dampak negatif
dari era globalisasi tidak akan mempengaruhi mereka.
Nasionalisme juga telah terwujud pada Sumpah Pemuda, dimana para pemuda
dan pemudi Indonesia telah berikrar untuk bertanah air yang satu, yaitu tanah air
Indonesia, berbangsa yang satu, yaitu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa
persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda seharusnya bukan semata-mata
dihafal untuk mendapatkan nilai bagus dalam pelajaran PKN, melainkan harus
dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928 telah berhasil menyatukan para pemuda dan pemudi
Indonesia yang berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda untuk
berjuang bersama dalam mencapai kemerdekaan. Peristiwa Sumpah Pemuda juga
telah mempengaruhi bangsa Indonesia untuk hidup dalam kebersamaan dan
kerukunan serta menjadi dasar untuk terus menjaga nasionalisme hingga detik ini.
Para pemuda di masa lalu telah membuktikan bahwa dengan menjaga semangat
nasionalisme di dalam diri mereka, kemerdekaan Indonesia pun akhirnya bisa
diperoleh. Tetapi, di zaman sekarang ini, sadar ataupun tidak, nasionalisme telah
perlahan-lahan luntur di dalam diri generasi muda penerus bangsa Indonesia. Lebih
banyak orang yang menganggap dan berbicara bahwa dirinya telah memiliki
nasionalisme, padahal realitanya tidak demikian. Faktanya berbicara memang selalu
lebih mudah dilakukan daripada melakukannya.
Selama ini, yang terjadi justru berkebalikan dari teori mengenai nasionalisme
yang telah dipelajari oleh sekian banyak orang. Kebanyakan generasi muda
Indonesia telah berperilaku kebarat-baratan, lebih mencintai kebudayaan asing
dibandingkan kebudayaan lokal hingga akhirnya mereka menganggap bahwa
kebudayaan lokal itu tidak menarik, lebih menyukai produk luar negeri, terlalu
individualisme dan menganggap bahasa Indonesia lebih rendah daripada bahasa
asing. Contohnya adalah sedikitnya generasi muda yang menyukai pakaian adat
daerah, tarian daerah serta bahasa daerah. Kebanyakan generasi muda juga lebih
menyukai menggunakan produk luar negeri dibandingkan produk local Contoh lainnya
adalah siswa yang mengeluh saat melakukan upacara bendera setiap hari Senin. Padahal,
upacara bendera dilakukan dengan harapan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme,
menghormati sekaligus mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi
kemerdekaan Indonesia, melatih sikap disiplin dan patriotisme, dan meningkatkan
kekompakan serta kebersamaan. Upacara seringkali hanya dianggap sebagai formalitas
atau rutinitas semata tanpa diresapi artinya. Akibatnya adalah bukannya semakin
mencintai dan bangga dengan tanahair Indonesia, yang terjadi justru sebaliknya.
Contoh lainnya adalah masih banyak orang yang kerap kali membuang sampah
sembarangan, menebang pohon sembarangan, bahkan membakar hutan demi
kesenangan dan kepentingannya sendiri. Mereka tidak menyadari kalau hal tersebut
akan merusak negaranya sendiri. Ada juga sebagian orang yang berpindah
kewarganegaraan, mementingkan ego dan kenyamanan dirinya sendiri dibandingkan
kepentingan negara, bahkan mengadu domba bangsanya sendiri. Hal-hal diatas hanyalah
sebagian kecil dari perilaku orang yang sama sekali tidak mencerminkan nasionalisme
dalam hidupnya. Apabila hal-hal diatas kerap terjadi dan jiwa nasionalisme juga terus
memudar dalam diri bangsa Indonesia, tidak diragukan lagi kalau dampak negatif dari
globalisasi akan terwujud di Indonesia. Maka dari itu, nasionalisme perlu ditanamkan dan
diterapkan sejak dini kepada generasi muda penerus bangsa ini. Generasi muda harus
bangga dan mencintai tanah air bersama dengan kebudayaan yang ada dan
melestarikannya, bukannya minder ataupun merasa malu dengan keberagaman budaya
yang ada.

3. Berbagai Bentuk Nasionalisme Bangsa Indonesia.


Ada beragam bentuk nasionalisme yang diterapkan di suatu negara. Berikut ini beberapa bentuk
nasionalisme:
1. Nasionalisme kewarganegaraan
Nasionalisme kewarganegaraan biasa juga disebut dengan nasionalisme sipil.
Nasionalisme kewarganegaraan ialah bentuk nasionalisme di mana negara memiliki
kebenaran politik dari keikutsertaan rakyatnya, kehendak rakyat, atau perwakilan politik.
2. Nasionalisme etnis
Nasionalisme etis ialah berupa semangat kebangsaan di mana negara memiliki
kebenaran politik dari budaya asal atau etnis suatu masyarakat.
3. Nasionalisme romantik/organik/identitas
Bentuk nasionalisme tersebut ialah negara memiliki kebenaran politik secara organik,
yakni berupa hasil dari suatu bangsa atau ras menurut semangat romantisme.
4. Nasionalisme budaya
Bentuk nasionalisme budaya ialah negara memiliki kebenaran politik yang berasal dari
budaya bersama dan bukan dari sifat keturunan, seperti ras, warna kulit, dan lainnya.
5. Nasionalisme kenegaraan
Bentuk nasionalisme kenegaraan ialah masyarakatnya memiliki perasaan nasionalistis
yang kuat dan diberi keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Nasionalisme
kenegaraan juga sering berhubungan dengan nasionalisme etnis.
6. Nasionalisme agama
Bentuk nasionalisme agama ialah negara memiliki legitimasi politik dari adanya
persamaan agama.

4. Sejarah dan Nasionalisme di Indonesia.


Nasionalisme merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Karena dengan nasionalisme yang tinggi sebuah bangsa dapat berdiri
tegak dan memiliki sebuah jati diri yang kuat. Nasionalisme merupakan sesuatu yang
harus diperhatikan oleh setiap elemen bangsa dalam setiap perjalanan bangsa tersebut,
begitu pula dengan Indonesia. Indonesia memulai istilah nasionalisme jauh sebelum
Indonesia
terbentuk.
Ketika membicarakan tentang sejarah nasionalisme Indonesia tentu kita tidak
boleh melupakan salah satu pembentuk nasionalisme Indonesia yaitu orang-orang Indis.
Dalam sejarah nasionalisme sering hanya dikaitkan dengan para tokoh-tokoh
kemerdekaan saja, atau kita hanya memandang nasionalisme hanya terpaku pada sudut
kecil yaitu tokoh. Padahal kalau kita kaji lebih jauh ternyata banyak factor yang
akhirnya membentuk nasionalisme Indonesia. Seperti yang telah digambarkan di atas
bahwa nasionalisme Indonesia tumbuh jauh sebelum Negara Indonesia tertentu, seperti
“sumpah palapa” yang digelorakan oleh Maha Patih Gadjah Mada yang bertujuan untuk
menyatukan nusantara, kemudian lahirnya nasionalisme Indis yang dilakukan oleh orang
darah Eropa yang mengalami hibridasi dengan bangsa pribumi.
Nasionalisme Indis tentu memberi peran penting bagi lahirnya Nasionalisme
Indonesia, karena munculnya nasionalisme Indis merupakan bentuk dari penolakan dari
adanya kolonialisme yang akhirnya melahirkan beberapa produk yang akhirnya
membantu membentuk nasionalisme. Kemudian politik Etis Pemerintah hindia Belanda
yang pada akhirnya melahirkan Perhimpunan Indonesia juga sangat memberikan
pengaruh terhadap nasionalisme Indonesia. Kemudian dengan beberapa peristiwa tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa nasionalisme adalah alat untuk penolakan adanya
penjajahan atau
sebagai antitesis sebuah penjajahan tersebut. Langkah strategis ke depan bangsa
Indonesia harus menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme yang lebih kuat kepada generasi
muda penerus bangsa ini ke depan. Karena akibat dari lunturnya nilai-nilai nasionalisme
mengalami berbagai macam masalah.
Bangsa Indonesia mengalami berbagai macam masalah mulai dari kekerasan, isu
SARA, serta masalah-masalah Hak Asasi Manusia (HAM). Masalah-masalah tersebut
tentunya terjadi dari lunturnya nilai-nilai nasionalisme. Di sisi lain generasi muda bangsa
ini malah mengalami berbagai macam masalah seperti adanya tawuran antar pelajar,
masalah narkoba, seks bebas dan lain sebagainya. Akibat dari beberapa masalah tersebut
seakan memperlihatkan bahwa bangsa Indonesia seakan keluar dari jati dirinya sebagai
bangsa yang memiliki keberagaman dan kesantunan. Dengan menumbuhkan sikap
nasionalisme yang lebih kuat kepada generasi muda maka bangsa Indonesia akan bisa
keluar dari berbagai macam masalah yang dialami, karena kalau kita berkaca dari sejarah
generasi muda selalu menjadi sebuah pelopor berubahnya bangsa ini mulai dari jaman
kolonialisme sampai era reformasi. Dengan menumbuhkan sikap nasionalisme yang
tinggi maka bangsa Indonesia kedaulatan yang kuat dan pada akhirnya bangsa Indonesia
bisa mewujudkan cita-citanya yaitu sebuah Negara yang adil dan makmur.
REFERENSI

Kahin, G. M. (2013). Nasionalisme dan revolusi Indonesia. (D. Anggraeni, I.


Adilah, & T. Agrippina, Eds., Tim Komunitas Bambu, Trans.). Depok: Komunitas
Bambu.

Abdulgani, R. (1964). Nasionalisme Asia. Jakarta: Yayasan Pancaka.

Abdullah, T. (2001). Nasionalisme dan Sejarah. Bandung: Satya Historika.

Amal, I. & Armawi, A. (1995). Perkembangan Ilmu Sosial terhadap Konsep


Ketahanan Nasional. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai