Anda di halaman 1dari 14

“BENTUK – BENTUK NASIONALISME ”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Budaya dan


Nasionalisme

Dosen Pengampu: Aneka, M.Pd

Disusun Oleh:

Anggy Fatika Sari : 1901071016

Mutiara Ramadhan : 1901071027

Annisa Amalia : 1901071007

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) METRO FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2020/2021
Daftar Isi

Daftar Isi..........................................................................................................

Kata Pengantar................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian nasionalisme......................................................................
B. Sejarah Lahirnya nasionalise .............................................................
C. Bentuk – bentuk dari nasionalisme ....................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran....................................................................................................

Daftar Pustaka.................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas
rahmat dan inayah-NYA jualah sehingga makalah yang berjudul “bentuk – bentuk
nasionalisme” ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad
SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam yang penuh kegelapan menuju
alam yang terang-benderang.

Tidak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada segala pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dosen penanggung jawab matakuliah “Pendidikan Budaya dan
Nasionalisme” ini.

Penulis merasa  masih terdapat banyak kekurangan di dalam pembuatan


makalah ini baik pada teknis penulisan maupun dari segi materi untuk itu kritik
dan saran senantiasa penulis harapkan dalam perbaikan makalah ini serta
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapa bermanfaat untuk
kita semua. Amin.

Metro, 3 April 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nasionalisme secara umum adalah pengabdian yang tinggi oleh
bangsa terhadap negaranya yang diperlihatkan melalui sikap dan tingkah
laku individu atau masyarakat (Budiyono, 2007: 208). Keutuhan dan
kekokohan suatu negara, tentu saja dipengaruhi oleh sifat nasionalisme
bangsanya, selain nasionalisme, seorang bangsa juga harus mempunyai
sikap patriotisme. Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia
yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih berdiri.
Nasionalisme sebagai salah satu paham untuk mengingatkan generasi
muda akan kegigihan usaha para pejuang Indonesia dalam merebut
kemerdekaan. Jasa para pahlawan memang harus dikenang, namun
dikenang saja tidaklah cukup. Para pahlawan bangsa yang telah gugur
tentu akan bangga bila perjuangan mereka diteruskan oleh generasi saat ini
karena perjuangan mereka belum selesai. Makna nasionalisme secara
politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-
cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan
atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan
negaranya (Budiyono, 2007: 211). Sebagai warga negara Indonesia, sudah
tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia.
Nasionalisme Pancasila pada prinsipnya merupakan pandangan
atau paham kecintaan rakyat Indonesia terhadap bangsa dan tanah air yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme Pancasila
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia
senantiasa menempatkan persatuankesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi. Rasa nasionalisme yang
tinggi dapat menjadi tali pengikat antara bangsa dengan warga negaranya
(Budiyono, 2007: 213).
Pengaruh era globalisasi sangat rentan terhadap penurunan rasa
nasionalisme. Rasa nasionalisme dikalangan pelajar di Indonesia semakin
rendah. Hal ini dapat terlihat ketika banyak warga negara yang lebih
membanggakan budaya bangsa lain dan acuh terhadap kekayaan yang
menjadi ciri khas bangsa sendiri. Cara berpakaian oleh kebanyakan
remaja-remaja Indonesia yang berdandan seperti selebritis yang cenderung
mengarah ke budaya Barat. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan
budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan
kepribadian bangsa. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah
lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung tidak ada rasa peduli
terhadap lingkungan. Selain itu tawuran antara pelajar juga sering terjadi.
Keadaan diperparah lagi ketika sosok pemimpin yang tidak dapat
dijadikan contoh bagi para generasi muda. Berdasarkan berbagai
kenyataan yang ada pada sekarang ini sangat rentan terjadi disintegrasi
bangsa yang dapat menghancurkan negara, sehingga perlu ada penguatan
nilai-nilai nasionalisme guna memperkuat dan menyatukan bangsa
Indonesia.
Rasa nasionalisme merupakan bagian terpenting yang harus
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah merupakan salah
satu lembaga yang dapat digunakan untuk menumbuhkan semangat
nasionalisme kepada generasi muda. Salah satu kegiatan disekolah yang
mampu menumbuhkan rasa nasionalisme yaitu melalui upacara bendera
hari Senin, seperti yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti,
menjelaskan bahwa pelaksanakan upacara bendera setiap hari Senin
dengan mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan
sekolah sangat penting dilakukan. Hal ini dikarenakan di dalam proses
pelakasanaan upacara bendera terdapat bagian-bagian yang dinilai mampu
menumbuhkan semangat nasionalisme, seperti menyanyikan lagu
Indonesia Raya saat pengibaran bendera, pembacaan teks Pancasila,
Pembukaan UUD 1945, dan mengheningkan cipta. Pelaksanaan kegiatan
upacara yang biasa dilaksanakan setiap hari Senin diharapkan mampu
memberikan kontribusi dalam menumbuhkan nilai nasionalisme kepada
siswa, sehingga tercipta karakter siswa yang sesuai dengan nilai-nilai yang
tertuang dalam falsafah Pancasila.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan nasionalisme?
2. Sejarah lahirnya nasionalisme ?
3. Bagaimana bentuk nasionalisme di Indonesia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan nasionalisme.
2. Mengetahui sejarah lahirnya nasionalisme.
3. Mengetahui bentuk-bentuk nasionalisme.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasionalisme
Ada beberapa tokoh mrngrmukakan tentang pengertian nasionalisme.
1. Menurut Ernest Renan: nasionalisme adalah kehendak untuk Bersatu
dan bernegara
2. Menurut Otto Bauar: nasionalisme adalah suatu persatuan perangai
atau karakter yang timbul karena perasaan senasib.
3. Menurut Hans Khon: nasionalisme secara fundamental timbul dari
adanya national counciosness. Dengan perkataan lain nasionalisme
adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi inilah yang membentuk
nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.
4. Menurut L. Stoddard: nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang
dimiliki leh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan
rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara Bersama di dalam
suatu bangsa.
5. Menurut Dr. Hentz dalam bukunya yang berjudul Nationality in
History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:
1. Hasrat untuk mencapai kesatuan.
2. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.
3. Hasrat untuk mencapai keaslian.
4. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

Dari definisi itu Nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok
manusia yang:

a. Memiliki cita-cita Bersama yang mengikat warga negara menjadi


satu kesatuan.
b. Memiliki sejarah hidup Bersama sehingga tercipta rasa senasib
sepenanggungan.
c. Memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama sebagai akibat
pengalaman hidup Bersama.
d. Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan
wilayah.
e. Teroganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga
mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.
6. Selanjutnya menurut Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari
perpaduan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.

Jadi Nasionalisme dapat diartikan:

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan


bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai sebagaimana mestinya.
Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa
yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinism. Sedang dalam
arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang
wajar yerhadap bangsa dan negara, dan sekaligus memghormati bangsa
lain.

B. Sejarah Lahirnya Nasionalisme


Kebanyakan teori menyebutkan bahwa nasionalisme dan nilai-
nilainya berasal dari eropa.
Sebelum abad ke-17, belum terbentuk satu negara nasional pun di
Eropa. Yang ada pada periode itu adalah kekuasaan kekaisaran-kekaisaran
yang meliputi wilayah yang luas, misalnya kekuasaan kekaisaran Romawi
Kuno atau Kekaisaran Jerman di bawah pimpinan Karolus Agung. Yang
jelas, kekuasaan bergandengan tangan dengan gereja katolik, sehingga
masyarakat menerima dan menaati penguasa yang mereka anggap sebagai
titisan Tuhan di dunia.
Karena itu kesadaran akan suatu wilayah (territory) sebagai milik
suku atau etnis tertentu belum terbentuk di eropa sebelum abad ke-17. Di
awal abad ke-17 terjadi perang besar-besaran selama kurang lebih tiga
puluh tahun antara suku bangsa-suku bangsa di Eropa. Misalnya, perang
Prancis melawan Spanyol, Prancis melawan Belanda, Swiss melawan
Jerman, dan Spanyol melawan Belanda, dan sebagainya. Untuk
mengakhiri perang ini, suku bangsa yang terlibat dalam perang akhirnya
sepakat untuk duduk Bersama dalam sebuah perjanjian yang diadakan di
kota Westphalia di sebelah barat daya Jerman. Pada tahun 1648 disepakati
perjanjian Westphalia yang mengatur pembagian teritori dan daerah-
daerah kekuasaan negara-negara eropa yang umumnya masih
dipertahankan sampai sekarang. Meskipun demikian, negara-negara baru
lahir pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Negara bangsa adalah
negara-negara yang lahir karena semangat nasionalisme. Semangat
nasionalisme yang pertama muncul di Eropa adalah nasionalisme romantic
yang kemudian dipercepat oleh munculnya revolusi Prancis dan
penaklukan daerah-daerah selama era Napoleon Bonaparte. Beberapa
Gerakan nasionalisme pada masa ini bersifat separatis, karena kesadaran
nasionalisme mendorong Gerakan untuk melepaskan diri dari kekaisaran
atau kerajaan tertentu. Misalnya, setelah kejatuhan Napoleon Bo-Naparte,
Kongres Wina (1814-1815) memutuskan bahwa Belgia yang sebelumnya
dikuasai Prancis menjadi milik Belanda, dan lima belas tahun kemudian
menjadi negara nasional yang merdeka. Atau, Revolusi Yunani tahun
1821-1829 dimana Yunani ingin melepaskan diri dari belenggu kekuasaan
kekaisaran Ottonom dari Turki.
Sementara itu belahan Eropa lain, nasionalisme muncul sebagai
kesadaran untuk menyatukan wilayah atau daerah yang terpecah belah.
Misalnya, italia dibawah pimpinan Giuseppe Muzzini, Camilo Cavour,
dan Giusepe Garibaldi, mempersatukan dan membentuk italia menjadi
negara kebangsaan pada tahun 1848. Di Jerman sendiri, kelompok-
kelompok negara kecil akhirnya membentuk sebuah negara kesatuan
Jerman dengan nama Prusia tahun 1871 dibawah Otto von Bismarck.
Banyak negara kecil dibawah kekuasaan kekaisaran Austria pun
membentuk negara bangsa sejak awal abad 19 sampai masa setelah Perang
Dunia 1. Sementara itu, Revolusi 1971 di Rusia telah melahirkan negara
bangsa Rusia.
Semangat nasionalisme menyebar ke seluruh dunia dan mendorong
negara-negara Asia-Afrika memperjuangkan kemerdekaannya. Ini terjadi
setelah Perang Dunia 1 dang selama Perang Dunia II. Hanya dalam dua
puluh lima tahun pasca Perang Dunia II, ada sekitar 66 negara bangsa
yang lahir. Indonesia termasuk salah satu dari negara bangsa yang baru
lahir pasca Perang Dunia II ini.
Di abad ini, semangat nasionalisme telah mendorong negara-negara
di bawah bekas Yugoslavia dan bekas Uni Soviet lahir sebagai negara-
negara bangsa. Dapat dipastikan bahwa ke depan, nasionalisme akan terus
menjadi ideologi yang menginspirasi dang mendorong Gerakan
pembentukan komunitas Bersama berdasarkan karakteristik etnis, kultur,
atau pun politik.

C. Bentuk-Bentuk Nasionalisme

Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai paham negara atau


gerakan yang populer sesuai pendapat negara,rtnis,budaya,keagamaan dan
ideologi. Kategori tersebut lazimnya bekaitan dan kebudayaan teori
nasionalisme memperaduk sebagian atau seluruh elemen tersebut.

1. Nasionalisme Kewarganegaraan
(atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme di mana
negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif
rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini
mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi
bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku
berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia
"Mengenai Kontrak Sosial").
2. Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara
memperoleh. kebenaran politik dari budaya asal atau etnis
sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder,
yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk
"rakyat").
3. Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik,
nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis di
mana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi
("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat
romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada
perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik;
kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme
romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh
Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan
etnis Jerman.
4. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme di mana
negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan
bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan
sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang
menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur
ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras
minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok.
Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat
Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah
banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis
Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC
karena pemerintahan RRT berpaham komunisme.
5. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme
kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme
etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih
keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan
suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip
masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state'
adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk
kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah
Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam
bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol,
serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat
negeri Prancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia,
yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan
(equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan
nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bilamana
nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang
berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah,
seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap
nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan
pusat yang kuat di Spanyol dan Prancis dengan nasionalisme
Basque, Catalan, dan Corsica.
6. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme di mana negara
memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun
begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan
dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat
nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu
Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh
pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.

Namun, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan


simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada
abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut
agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk
memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan
paham yang bersangkut paut dengan Irlandia sebagai sebuah negara
merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap
dikaitkan dengan kebebasan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa
nasionalisme adalah pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa,negara dan sekaligus menghormati negara lain.
Sikap nasionalisme yang ada sejak jaman duhulu harus tetap
kita tanamkan pada jiwa kita. Nasionalisme sebagai modal awal
dalam membangun bangsa dan negara indonesia adalan negara
generasi indonesia.
B. Saran
Nasionalisme hendak nya ditumbuhkan sejak dini lewat
pembekalan pembelajaran kewarganegaraan dan sejarah lewat
sektor pendidikan baik secara formal maupun informal. Warga
negara khususnya generasi muda diharapkan lebih menjiwai,
menghargai, dan melestarikan identitias nasional bangsa
indonesia seperti (adat istiadat, lagu,bahasa, dan kebangsaan)
demi menumbuhkan semangat nasionalisme.
DAFTAR PUSTAKA

Budi irwanto, T. (2001). Nasionalisme dan Sejarah. Bandung: Satya Historika.


Amal, I. & Armawi, A. (1995). Perkembangan Ilmu Sosial terhadap Konsep

Ketahanan Nasional. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

De Dreu, CKW. & De Vries, NK. (2001). Group Consensus and Minority

Influence. Oxford: Blackwell Publishers Ltd.

Anda mungkin juga menyukai