Anda di halaman 1dari 2

Nama :Muhammad Ridho Al-Ihsan Lubis

Nim :2005131047
Kelas :TPJJ - 1A
Matkul :Pendidikan Pancasila

Perumusan Pancasila sebagai karakter keilmuan Indonesia yaitu di sisi ilmu itu
sendiri, pancasila sudah mencakup dari semua segi aspek kehidupan , mulai dari  sila
pertama yang mencakup segi ketuhanan dalam menuntut ilmu yaitu dalam
menuntut ilmu utamakan lah ilmu yang bermanfaat dan bisa dibagi dan diberikan
kepada orang lain, sampai keadilan sosisal yang mengajarkan kita menuntut ilmu
dengan seadil-adilnya dan saya artikan , dalam menunttut ilmu juga harus adil , yaitu
dalam menuntut ilmu , jangan hanya satu ilmu yang dipelajari , juga harus menguasai
ilmu yang lain , dalam penguasaan ilmu, jangan hanya ilmu di dunia, tapi kuasai juga
ilmu sebagai bekal di akhirat.
Di segi penuntut ilmu, sebagai penuntut akan ilmu, dalam pancasila juga diajarkan
harus adanya sifat kemanusia’an yang terdapat pada sila ke dua , yaitu kemanusiaan
yang adil dan beradab , sebagai penuntut kita harus mengedepankan sisi
kemanusiaan dalam mencari ilmu, maksudnya , jangan memaksakan suatu ilmu
hingga mengorbankan orang lain dalam mencapai tujuan tsb.
Setiap warganegara hakekatnya dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna
bagi negara dan bangsanya. Untuk itu diperlukan bekal ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni (IPTEKS) yang berlandaskan pada  nilai-nilai agama, moral dan budaya
bangsa. Fungsinya adalah sebagai panduan dan pegangan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konteks Pendidikan
Kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi pijakan utama, karena  tujuan
pembelajaran ialah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, juga
sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan budaya bangsa. 
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan
adat-istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan
agama lain, sebagai aset bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan
semacam ini akan menumbuhkan rasa saling menghormati, menyuburkan semangat
kerukunan, serta menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu.
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan
ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan
mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap
kokoh dan bersatu selamanya.
Bhineka Tunggal Ika pada era Glablisasi saat ini, Indonesia pada saat ini banyak
mengalami kemunduran persatuan dan kesatuan. Penyebabnya adalah adanya
ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, belum stabilnya kondisi politik
pemerintahan di Indonesia menjadikan rakyat tumbuh menjadi rakyat yang apatis
terhadap pemerintah. Dampak  buruk globalisasi yang membawa kebudayaan-
kebudayaan baru menjadikan komposisi kebudayaan masyarakat Indonesia menjadi
lebih kompleks atau rumit. Karena banyaknya kebudayaan baru yang datang dan
diterima begitu saja, menyebabkan terjadinya penyimpangan kebudayaan di
masyarakat. Belum lagi masalah klasik yang sepele namun berdampak serius seperti
perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan yang semakin memecah belah
kesatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Melihat kondisi seperti ini tentu kita semua
tidak boleh pesimis dan patah semangat, Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika
yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, selamanya akan tetap relevan untuk
mengiringi kehidupan bernegara di negeri yang multikultural ini, karena komposisi
kehidupan rakyat Indonesia akan terus beragam sampai kapanpun. Ketimpangan
sosial, kesenjangan ekonomi, perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan di
antara kita janganlah dijadikan pembeda. Perkembangan jaman yang cepat dan
masuknya budaya baru biarkanlah berlalu, karena pada dasarnya kita semua satu,
satu bangsa, Bangsa Indonesia. Satu tanah air, Tanah air Indonesia. Satu bahasa,
bahasa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu jua.
Indonesia satu!
Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan
“musyawa-rah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus
dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni inti kesamaan
yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses
musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul
diakomodasi dalam kesepa-katan. Tidak ada yang menang tidak ada yang kalah.
Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
Dari beberapa ilustrasi tersebut, secara bertahap, nilai-nilai pancasila akan benar-
benar menginternalisasi dan membumi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa dimulai dengan menjadikan dasar
negara ini kembali sebagai pembicaraan publik, sehingga masyarakat merasakan
bahwa pancasila masih ada, dan masih dibutuhkan bagi bangsa Indonesia.
Revitalisasi nilai-nilai juga dapat dilakukan dengan cara manifestasi identitas
nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai wawasan, antara lain; spiritual yang
berlandaskan etik, estetika, dan religiusitas sebagai dasar dan arah pengembangan
profesi.
Dalam konteks perguruan tinggi, revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa dilakukan
dengan menyiapkan sumber daya manusia yang profesional dan handal untuk
pembangunan nasional yang menumbuhkan kesadaran nasionalisme serta
menemukan jati diri bangsa yang mampu beradaptasi dengan perubahan, mampu
menangkap tantangan sebagai peluang dan mampu mengatasi segala permasalahan
sengan solusiyang baik, serta mengaktualisasikan diri untuk bangsa dan negara agar
lebih maju dan bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai