Anda di halaman 1dari 2

Nama :Muhammad Ridho Al-Ihsan Lubis

Nim :2005131047
Kelas :TPJJ - 1A
Matkul :Pendidikan Pancasila

Teleologi berasal dari akar kata Yunani τέλος, telos, yang berarti akhir, tujuan,


maksud, dan λόγος, logos, perkataan. Teleologi adalah ajaran yang
menerangkan bahwa segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan
tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian Wolff,
seorang filsuf Jerman abad ke-18. Etika teleologis ini menganggap bahwa di
dalamnya kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan
akhir yang diinginkan. Sebagai contoh seseorang yang mungkin berniat sangat
baik atau mengikuti asas-asas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan
moral itu berbahaya atau jelek, maka tindakan tersebut dinilai secara moral
dinilai sebagai tindakan yang tidak etis.
Dua aliran etika teleologi :
– Egoisme Etis
# Egoisme Etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan
diri sendiri. Inti pandangan dari egoisme etis adalah tindakan dari
setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri. Egoisme etis
secara luas dapat dibagi menjadi tiga kategori: individu, pribadi,
dan universal. Seorang egois etis individu akan berpendapat
bahwa semua orang harus melakukan apa pun yang
menguntungkan "saya" ( individu ),  kepentingan pribadi; egois etis
pribadi akan berpendapat bahwa mereka harus bertindak demi
kepentingan pribadi mereka , tetapi tidak akan membuat klaim
tentang apa yang harus dilakukan orang lain, seorang egois etis
universal akan berpendapat bahwa setiap orang harus bertindak
dengan cara yang sesuai dengan kepentingannya sendiri. 
Egoisme etis sering digunakan sebagai landasan filosofis untuk
mendukung libertarianisme kanan dan anarkisme individualis . Ini
adalah posisi politik yang sebagian didasarkan pada keyakinan
bahwa individu tidak boleh secara paksa mencegah orang lain
menjalankan kebebasan bertindak.

– Utilitarianisme
# Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi
kata Inggris utility yang berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini,
suatu tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak
mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal “the
greatest happiness of the greatest numbers”. Perbedaan paham utilitarianisme
dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat.
Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan
paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak
(kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
Menurut kaum utilitarianisme, tujuan perbuatan sekurang-kurangnya
menghindari atau mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang
dilakukan, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Adapun maksimalnya
adalah dengan memperbesar kegunaan, manfaat, dan keuntungan yang
dihasilkan oleh perbuatan yang akan dilakukan. Perbuatan harus diusahakan
agar mendatangkan kebahagiaan daripada penderitaan, manfaat daripada
kesia-siaan, keuntungan daripada kerugian, bagi sebagian besar orang. Dengan
demikian, perbuatan manusia baik secara etis dan membawa dampak sebaik-
baiknya bagi diri sendiri dan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai