Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan

https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP
Vol. 7, No. 5, September 2021

Mengarusutamakan Moderasi Beragama di Kalangan Remaja: Kajian Konseptual


Hadiat1, Syamsurijal2

1,2
Dosen STAI Al-Mas’udiyah Sukabumi
Email: hadiat.almas81@gmail.com, si_ichill@yahoo.com
Info Artikel Abstract:
Sejarah Artikel: Teenagers are vulnerable to being exposed to the virus of
Diterima: 19 Agustus 2021 intolerance and radicalism, this must be used as a study
Direvisi: 27 Agustus 2021 material for all parties. The purpose of this study is to describe
Dipublikasikan: September 2021 the form of mainstreaming religious moderation among
e-ISSN: 2089-5364 adolescents. The approach used is a qualitative approach. Its
p-ISSN: 2622-8327
nature is natural and fundamental and oriented to natural or
DOI: 10.5281/zenodo.5508208
naturalistic phenomena or phenomena. This research method
uses library research. The results of his research include: (1)
religious moderation in the family is very important. The
practice of moderate attitude that is highlighted by parents is
part of learning by doing. (2) religious moderation in
schools/madrasas is very strategic to implement. the values of
religious moderation are easy to apply to students, teachers are
the main pioneers in internalizing the values of religious
moderation in subjects. (3) religious moderation on social
media is very representative. The reach of socialization and
internalization of the values of religious moderation is not only
accessible to the surrounding community, but is able to
penetrate various cities, provinces and across countries.

Keywords: Religion, Moderation, Moderate, Youth

pluralisme keberagamaan dan keesaan


PENDAHULUAN dalam kebenaran sebagai bentuk
Indonesia adalah negara yang kaya tantularisme. Semangat tantularisme yang
dari segalanya. Mulai dari aspek religi, bercirikan religius, non doktriner, toleran,
kultur, ras, kepercayaan serta aspek akomodatif dan optimistik merupakan ciri
lainnya. Berkaitan dengan hubungan antar khas budaya nusantara yang kiranya masih
umat beragama, nenek moyang bangsa relevan dengan situasi kemasyarakatan saat
Indonesia mewariskan semangat toleransi, ini yang terbilang pluralis. Tradisi ini
penuh kedamaian serta mengakui menjadi akar historis terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

158
Salah satu konflik sosial berkedok Tidak ada paksaan dalam (menganut)
agama seperti pada 17 Juli 2015 saat agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
masjid di Tilikara, Papua dibakar oleh (perbedaan) antara jalan yang benar dengan
sekelompok Pemuda Gereja Injil di jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada
Indonesia (GIDI) atau tiga bulan Tagut dan beriman kepada Allah, maka
setelahnya terjadi di kabupaten Singkil, sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada
Nanggroe Aceh Darusslam diamana dua tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.
gereja di hancurkan dan dibakar oleh Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
sekelompok muslim (Islam, 2020). Berdasarkan ayat diatas, maka dapat
Peristiwa tersebut merupakan contoh dari dipahami bahwa tiada paksaan dalam
isu pluralitas agama di Indonesia, dimana menganut keyakinan agama. Allah
hal itu merupakan sikap intoleransi menghendaki setiap orang memiliki
terhadap kelompok agama lainnya keterbukaan dalam berkeyakinan sehingga
Pemuda berada pada masa berfikir terjadi kedamaian dalam bermasyarakat.
kritis, bebas, dan luas. Sehingga mudahnya Pemuda sebagai kader penerus bangsa harus
terjadi perbedaan sudut pandang yang mampu menjaga kerukunan antar agama
liberalisme hingga ekslusivisme. Paham dengan demikian Indonesia dapat mengukuh
ekslusivime merupakan paradigma berfikir persatuan dan menjadikan bangsa sebagai
yang cenderung tertutup pada bangsa yang kokoh. Dari pernyataan diatas
keanekaragaman, sementara liberalisme penulis merenungkan betapa pentingnya
yaitu paham yang memperjuangkan konteks toleransi (As-samahah) dalam
kebebasan dalam setiap aspek. (Hadiat, pluralitas bangsa sehingga penulis akan
Syamsurijal: 2021) membahas terkait konsep As-Samahah,
Pentingnya sikap toleransi (as- bentuk-bentuk pluralisme,serta upaya pemuda
Samahah) dengan mengarahkan dalam menumbuhkan ukhwah wasthaniyah
pemahaman pada tiap pemeluk agama agar sebagai bentuk implementasi moderasi
dapat mewujudkan kehidupan yang beragama.
harmonis antar umat beragama. Konsep as- Dalam Kamus Kontenporer Arab-
Samahah akan terwujud manakala ada Indonesia, kata toleransi berasal dari asal
kebebasan beragama untuk memeluk kata: ‫س او اح‬
‫ ا‬yang berarti: memberikan,
agama sesuai keyakinannya. Pada konteks memberi izin, dan membolehkan. Jika kata
tersebut Al-Quran melarang untuk ‫س ُو اح‬
‫( ا‬huruf mim berbaris dhammah) maka
melakukan pemaksaan agar orang lain diartikan sebagai toleran atau murah hati.
memeluk agama Islam. Hal ini ditegaskan Kata ‫س ْو ٌح‬ ‫( ا‬huruf mim berbaris sukun) juga
oleh Allah SWT dalam Qs. Al-Baqarah/ diartikan sebagai toleransi. Adapun kata
2:256 ‫س اوا ٌح‬
‫ا‬ atau ٌ‫س اوا احت‬
‫ ا‬selain mengandung arti
toleransi, kata ini juga mengandung arti:
izin, legitimasi, lisensi, maaf, keadaan
ُّ ‫ا َۤل ِا ْك اراها فِى ال ِدّي ِْن ۗ اق ْد تَّبايَّنا‬
ُ ‫الر ْشد‬ lapang dada dan kedermawanan (Mursyid

ّ ‫ِهنا ْالغا‬
Salma: 2016).
‫ث اويُؤْ ِه ْن‬ ُ ‫لطا‬
ِ ‫غ ْى‬ َّ ‫ي ِ ۗ فا او ْن يَّ ْكفُ ْر ِبا‬
Biasanya as-Samahah disebut juga
‫صا‬ ‫س اك ِبا ْلعُ ْر او ِة ْال ُىثْ ٰقى اَل ا ْن ِف ا‬‫ِبا هّٰللِ فاقا ِد ا ْستا ْو ا‬ dengan tasamuh dan subjek yang
‫ع ِل ْي ٌن‬ ‫ام لا اها ۗ اوا هّٰللُ ا‬
‫س ِو ْي ٌع ا‬ melakukan tasamuh disebut juga dengan
mutasamihin, yang berarti pemaaf,
159
dan ideologi kelompok. Kita kemudian Keluarga, sekolah/madrasah dan
melakukan pengelompokan yang berbeda masyarakat menjadi Lembaga yang
agama, bahkan yang memiliki agama yang penting dan sangat signifikan jika terlibat
sama tetapi berbeda aliran, dapat dianggap dalam memberikan pemahaman dan
berbeda oleh kelompok. Dalam kondisi ada praktik baik kepada kalangan remaja.
emosi-emosi negatif terjadilah penilaian Banyaknya persoalan yang menyudutkan
yang makin bersifat emosional (Arnus, eksistensi seseorang, Lembaga maupun
2019). agama menjadikan bahan yang penting
Anak-anak dan remaja adalah usia untuk dikaji dan dicarikan solusinya.
yang sangat rentan dengan terpaan konten Moderasi Bergama menjadi bahan
media yang menyajikan penilaian salah pembelajaran yang mesti
dan tidak berdasar (stereotype) yang diinternalisasikan, diterapkan bahkan
bersumber dari konten media terutama dipraktikan dalam setiap kehidupan remaja
televisi tersebut. Hal ini dikarenakan faktor saat ini. Bukan hal yang sulit jika semua
psikologis anak dan remaja yang sedang stakeholder bekerja sama dan sama-sama
dalam tahap pencarian jati diri. Dalam fase kerja guna mewujudkan harapan remaja
ini, mereka mencari sebuah model panutan yang visioner.
yang akan diikutinya sebagai pijakan awal. Berdasarkan hasil riset mengenai
Televisi memiliki kekuatan untuk intoleransi di kalangan remaja dari The
menyajikan pengisi kekosongan panutan Wahid Institute pada 2015 dan Lembaga
tersebut dengan menghadirkan tokoh-tokoh Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP),
panutan yang beragam yang bisa dipilih menunjukkan bahwa remaja rentan
oleh anak dan remaja. Misalnya saja terpapar virus intoleransi dan radikalisme.
menghadirkan pahlawan-pahlawan palsu Saat menjadi keynote speaker dalam
(artificial hero) seperti tokoh komik, Halaqah Ulama Moderasi Beragama dan
pemain band, pemain film, bahkan pelaku Wawasan Kebangsaan di Kalangan Siswa,
kriminal dan teroris sekalipun (Kunandar, yang berlangsung di Hotel Regina
2014). Pemalang, Selasa (10/03/2020) Wakil
Remaja merupakan refresentasi dari Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen
hadirnya pemimpin-pemimpin masa depan. mengatakan, pada 2015, dari 306 siswa,
Keberadaan dan eksistensinya menjadi sebanyak 27 persen menyatakan tidak
harapan semua lapisan masyarakat. Sangat setuju mengucapkan hari raya kepada umat
disayangkan jika mereka masuk ke dalam agama lain, 28 persen ragu-ragu, dan
pemikiran dan pemahaman yang ekstrim sisanya setuju. Saat ditanya soal membalas
terlebih melakukan hal-hal yang tindakan perusakan rumah ibadah agama
merugikan dan terorisme. Kendati lain, sebanyak 15 persen setuju dan 27
demikian, dibutuhkan perhatian dan action persen ragu-ragu
sedini mungkin dari beberapa lemnbaga (https://humas.jatengprov.go.id/detail_berit
Pendidikan yang dinilai relevan dalam a_gubernur?id=4111).
merawat dan menjaga perkembangan Masalah di atas dapat dijadikan
pikiran dan sikap remaja. penyakit dan mesti dicarikan obat guna
mencegah menjalarnya ke berbagai

160
kalangan. Mengarusutamakan moderasi ini merujuk pada berbagai informasi, buku,
beragama di kalangan remaja melalui jurnal dan media sosial. Informasi dikaji
peran lembaga-lembaga yang relevan lebih mendalam dengan menemukan
dengan kejadian tersebut merupakan berbagai teori, analisis dan sistesis dari
bagian penting dan sangat mungkin untuk kajian Pustaka. Hasil dari penelitian ini
dilakukan secara efektif dan efisien. adalah analisis dan sintesis tentang
Kendati demikian, masalah ini menjadi alternatif media sosial sebagai media yang
penting untuk diteliti serta diupayakan dinilai relevan dan efektif untuk digunakan
hadir konsep baru dalam dalam mengarusutamakan moderasi
mengarusutamakan moderasi beragama beragama di kalangan remaja. Hasil
khususnya bagi kalangan remaja. tersebut dapat dijadikan sandaran dan
Dari masalah penelitian di atas bahan kajian bagi penelitian berikutnya,
dapatlah ditarik rumusan masalah dalam khususnya dalam mengkaji moderasi
penelitian ini pada bagaimana bentuk beragama di kalangan remaja.
pengarusutamaan moderasi beragama bagi
kalangan remaja. Rumusan masalah HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut diharapkan dapat mewakili Pengarusutamaan moderasi beragama di
permasalahan yang terjadi guna keluarga
menghasilkan sintesis yang akurat dan Belajar dari kasus-kasus intoleransi
kontributif. Adapun Tujuannya dari seperti penyerangan bernuansa keagamaan
penelitian ini ialah mengembangkan desain seperti yang terjadi di gereja Santo Joseph
moderasi beragama bagi kalangan remaja. di Medan, dan peristiwa-peristiwa lain
Dengan besar harapan memberikan seperti Nana Mulyana dan Dani Permana
kontribusi, terlebih dapat mengurangi (kasus JW. Marriot), Nur Rohman (kasus
permikiran para pemaja yang intoleran. Solo), Teuku Umar (kasus Aceh);
Sehingga hasil sintesis tersebut dapat menunjukkan bahwa fenomena lone wolf
dijadikan role model bagi Lembaga di kalangan anak muda sudah tidak bisa
Pendidikan, Lembaga kursus, pesantren lagi dianggap kejadian sepele. Perlu
dan masyarakat sebagai Lembaga terbesar. keterlibatan semua elemen untuk lebih
serius melakukan pencegahan dan
METODE PENELITIAN pembinaan serta kampanye yang terus
Pendekatan yang digunakan ialah menerus terkait hal tersebut. Fenomena
pendekatan kualitatif. Sifatnya yang alami lone wolf yaitu peristiwa penyerangan yang
dan mendasar serta berorientasi kepada terjadi dalam bentuk (a) beroperasi secara
fenomena atau gejala alami atau individual, (b) tidak terkait dengan sebuah
naturalistic inquiry (Suryana,Yahya & organisasi teroris atau jaringan tertentu,
Priatna, 2007). Jenis data terdiri dari kata- dan (c) modus operandi nya secara
kata dan tindakan yang sumber utama langsung dilakukan sendirian tanpa
penelitiannya diambil dari subjek yang komando langsung dari luar ataupun tanpa
diamati (Lexy J Moleong, 2013). Metode hirarki merupakan peristiwa tak terduga
penelitian ini menggunakan penelitian yang bisa terjadi di mana saja. Karena itu,
kepustakaan (library research). Penelitian kemungkinan terjadinya lone wolf saat ini

161
perlu mendapatkan perhatian dari semua ialah dengan cara memberikan pemahaman
pihak baik orang tua, masyarakat maupun yang didasari dengan teladan orang tua
lembaga Pendidikan (Haryani, 2020). dalam bersikap. Sementara itu, membuat
Murtadlo (2019a) dalam kajian anak didiknya memiliki pelajaran yang
tentang moderasi beragama pada lembaga berharga dengan mengajaknya untuk
pendidikan keagamaan pesantren dan berperilaku jujur, demokratis, tanggung
Seminari di Jawa Timur (2019) jawab serta menghargai perbedaan
merekomendasikan perlunya pendidikan merupakan hal yang penting untuk
moderasi beragama dikenalkan kepada dilakukan.
anak muda sedini mungkin. Hal ini penting Orang tua dalam menanamkan
agar sedini mungkin anak muda Indonesia pemahaman sikap moderat tentunya diikuti
mengenal perbedaan, keragaman dan siap dengan cara bersikap, bernalar hingga
untuk hidup bersama (Murtadlo, 2019b). memproduksi pernyataan yang
Peran guru sekolah sangat penting dalam mengandung nilai-nilai kebaikan.
mengenalkan moderasi beragama di Kehidupan di keluarga agar menjadi
sekolah. Sedikit guru agama memberi keluarga yang menjungjung tinggi nilai-
peluang berkembangnya paham intoleran, nilai moderasi beragama, tentunya akan
maka hal itu akan menyumbang berimplikasi terhadap cara pandang dan
berkembangnya radikalisme agama di cara bersikap moderat di masyarakat.
masyarakat secara luas. Sehingga keberadaan orang tua yang
Pentingnya peran keluarga bagi memiliki cara pandang dan cara bersikap
kalangan remaja sangat referesentatif moderat tersebut menjadi stimulus bagi
dalam menanamkan sekaligus anak didiknya untuk melakukan hal yang
pembudayaan berpikir moderat. sama dengan orang tuanya.
Aplikasinya, keluarga Kedua, mengubah cara pandang yang
menginternalisasikan sikap moderat ekstrim menjadi moderat melalui diskusi
melalui kegiatan bersengkrama, saat keluarga. Diskusi keluarga yang dimaksud
belajar bersama, saat tamasya, atau dalam adalah diskusi keakraban antara orang tua
setiap keadaan apapun. Sementara itu, dengan anak. Orang tua masuk ke dalam
keluarga dalam hal ini orang tua memiliki dunia akannya, termasuk mengikuti alur
pemahaman yang moderat sedini mungkin, pembicaraan, hal yang dipikirkan oleh
hal ini guna dapat menjawab dan anaknya, serta masuk ke dalam dunia
menguasai pertanyaan, sanggahan serta masalahnya. Keberadaan orang tua yang
mengimbangi daya nalar anak didiknya semula hanya masuk ke dalam dunia anak
yang sedang berkembang menuju didiknya hanya untuk mengajak berdiskusi
pemikiran orang dewasa. Bentuk dan saling mengeluarkan curahan hati, di
pengarusutamaan moderasi beragama yang waktu yang lain memberikan cara pandang
dapat dilakukan oleh keluarga antara lain: yang solutif terhadap permasalahan yang
Pertama, internalisasi pemahaman sedang menimpa pada anaknya. Ia akan
sikap moderat dalam kehidupan keluarga berlajar dari cara pandang solutif yang
dan masyarakat. Bentuk internalisasi sikap diberikan orang tuanya sebagai rumus
moderat keluarga kepada anak didiknya

162
dalam memecahkan masalah-masalah serta contoh perilaku yang menjadi
lainya. prototype dalam mempraktikan sikap
Cara pandang orang tua yang solutif moderat, cara pandang dan menyelesaikan
terhadap permasalahan anaknya masalah dengan cara-cara yang moderat.
menjadikan bahan dan media untuk Dengan demikian, praktik tersebut
menanamkan sikap moderat pada anak. dianggap penting karena menjadi role
Hal ini menjadi barometer di kemudian model dalam menginternalisasikan nilai-
hari bagi orang tua untuk menanamkan nilai moderasi beragama dalam
sikap-sikap positif lainnya kepada membiasakan dan membudayakan berpikir
anaknya. Sementara itu, cara pandang yang moderat.
solutif menjadi bahan untuk menamkan
cara pandang moderat, penting pula Pengarusutamaan moderasi beragama di
memiliki tujuan untuk menghilangkan cara Sekolah/Madrasah
pandang yang ekstrim pada anak didiknya. Peran agama bagi perubahan sistem
Hal ini dimungkinkan anak memiliki cara sosial mempunyai peran yang urgen, akan
pandang ekstrim yang merupakan tetapi tentunya outputnya sangat
pengaruh dari cara pandang dari tergantung dari pemahaman seseorang
lingkungan permainan dan lingkungan terhadap teks-teks agamanya, seseorang
sepermainan. akan menjadi radikallis ataupun moderat.
Ketiga, praktik sikap moderat di Disinilah pentingnya peran lembaga
semua kegiatan dan aktivitas keluarga. pendidikan Islam (Madrasah) dalam
Praktik sikap moderat orang tua memberikan interpretasi terhadap teks-teks
merupakan puncak dari perubahan cara agama dan mengambil nilai-nilai universal
pandang anak terhadap situasi yang terjadi. dari Agama, dimana nilai-nilai universal
Karena pada dasarnya, anak memiliki cara agama tersebut dijadikan nilai-nilai moral
pandang dari situasi dan kondisi di yang diinternalisasikan kepada siswa
keluarganya. Jika mereka dibesarkan dari disekolah, seperti nilai tawasuth
keluarga yang memiliki pandangan (mengambil jalan tengah), syura
ekstrim, maka dipastikan pandangan (musyawarah), musawah ( egaliter atau
tersebut menjadi warisan utama dari orang non diskriminatif), tawazun
tua untuk anaknya. Sementara itu, jika (berkeseimbangan), awawiyah
orang tua memiliki cara pandang dan (mendahulukan yang prioritas), Islhah
bersikap moderasi beragama, maka (reformasi), tahaddur (berkeadaban),
dipastikan nilai-nilai moderasi beragama tathawur wa ibtikar (dinamis, kreatif dan
mudah diserap dan diaktualisasikan oleh inovatif). Untuk menginternaisasikan nilai-
anak. nilai moral tersebut maka ada beberapa hal
Praktik sikap moderat yang yang harus dilakukan oleh Guru, Kepala
ditonjolkan oleh orang tua merupakan Madrasah ataupun Pengawas dalam
bagian dari learning by doing. Menuntut melakukan moderasi beragama
anak untuk meniru dan melakukan apa dilingkungan Lembaga pendidikannya,
yang dilakukan oleh orang tuanya. Hal ini yaitu:
menunjukan pentingnya teladan yang baik

163
Pertama, menciptakan suasana di Keempat, menghidupkan nilai-nilai
lembaga pendidikannya, yang bisa universal moderasi agama dilingkungan
menstimulus dan memotivasi guru agar lembaga pendidikan Madrasah, baik Siswa,
terus dan tetap belajar (learning), belajar Guru, Kepala Madrasah, ataupun
kembali (relearning) terhadap apa yang pengawas, sehingga terjadinya sinergnitas
telah diilakukan dan akan dilakukan, dan dilingkungan lembaga pendidikan
yang tidak kalah penting adalah madrasah sehingga tercipta lingkungan
unlearning, yang dilakukan oleh Pendidik, pendidikan yang ramah terhadap
baik Guru, Kepala Madrasah maupun perbedaan. Keempat hal tersebut diatas
Pengawas, mengupgrade pengetahuan ketika diimplementasikan di lembaga
yang telah tidak sesuai dengan Pendidikan (Sekolah/ madrasah) yang
perkembangan zaman dan digantikan nantinya diharapkan menghasilkan Sikap
dengan sesuatu yang modern atau suasana ataupun karakter moderat dalam beragama
lembaga Pendidikan yang biasa disebutkan pada Siswa di madrasah / Sekolah, dan
oleh Fazlur Rahman adalah suasana tumbuh pada siswa sikap keberagamaan
Intelektualitas tercipta (Rahman, 2000). (mengamalkan ajaran agamanya) yang di
Kedua, menciptakan di lingkungan ekspresikan oleh pemeluk agama terkait
internal lembaga pendidikan suatu pemahamannya terhadap teks kitab suci
paradigma lebih moderat dalam memahami agamanya (eksklusif) dan juga bagaimana
keberagamaan, merubah meanset dia bisa juga bisa memahami dan
(paradigm) gurunya terkait sikap menghormati (toleransi) terkait ekspresi
keberagamaan harus dilakukan sebab keberagamaan yang dilakukan orang lain
sebagus apapun kurikulum ataupun yang berbeda dengannya (inklusif)
dukungan bahan ajar, tanpa didukung dari (Senjaya, 2020).
perubahan paradigma guru tentang sikap Empat cara di atas dinilai efektif
keberagaam yang lebih moderat, maka diterapkan di sekolah/ madrasah. Hal ini
moderasi beragama yang ingin diterapkan karena bentuk internalisasinya dari
kepada anak didik adalah hal yang aktivitas intra hingga pada aktivitas
mustahil bisa dilakukan secara maksimal. ekstrakurikuler. Kendati demikian, nilai-
Ketiga, mengintegrasikan nilai-nilai nilai moderasi beragama mudah diterapkan
universal agama yang moderat yaitu: kepada peserta didik, guru menjadi pelopor
tawasuth, syura, musawah, tawazun, utama dalam menginternalisasikan nilai-
awawiyah, Islhah, tahaddur, tathawur wa nilai moderasi beragama dalam mata
ibtikar ke dalam mata pelajaran PKn dan pelajaran. Dengan demikian, peserta didik
juga rumpun Pendidikan Agama Islam akan memiliki sikap dan berpikir moderat
(PAI) di madrasah yaitu : Fikih, SKI, melalui kegiatan pembiasaan dan
Akidah Akhlakdan Al Quran hadits dalam pembudayaan baik dalam maupun luar
kegiatan pembiasaan dan dalam kegiatan mata pelajaran.
ekstrakulikuler siswa di sekolah. Sehinga
Siswa mepunyai pemahaman yang moderat
dan juga moderat dalam menerapkan
ajaran agamanya.

164
Pengarusutamaan moderasi beragama di (https://www.aljamaa.net/ar ).Karenanya
Media Sosial warganet dituntut meningkatkan
Untuk mewujudkan adanya literasi keterampilan berpikir kritis (critical
media, maka bisa dilakukan beberapa thingking skill) agar menjadi modal utama
langkah berikut ini: Pertama, membangun bagi mereka untuk menggiring beragam
perpustakaan yang lengkap via internet opini di medsos.Cogan &Derricott (1998),
sehingga bisa menjadikan rujukan menegaskan bahwa tantangan globalisasi
pemikiran, historis dan agamis dalam pada abad 21 menuntut setiap warga
menyebarkan paham moderasi dan negara memiliki karakteristik, salah
meredam radikalisme.Kedua, membentuk satunya adalah kemampuan berfikir kritis
grup-grup diskusi di medsos guna dan sistematis
menyebarkan paham wasatiyah secara (https://www.qureta.com/next/post/medsos
massif.Ketiga, perlunya dibentuk mimbar -menggulung-tata-nilai-bangsa).
para da’i dan cendekiawan sebagai Literasi Medsos terkait dengan sikap
pengganti mimbar secara fisik guna yang tepat dalam memposisikan
memuaskan kebutuhan intelektual melalui penggunaan media sosial sebagai
berbagi seminar dan workshop yang fenomena sosial yang membawa berbagai
disebarkan melalui suara, gambar dan konsekuensi kehidupan, seperti ekonomi,
tulisan sehingga bisa dijangkau oleh publik sosial, politik dan juga sikap beragama
guna memahami konsep Wasathiyah sehingga mengarah kepada mediasi antara
secara sempurna.Keempat, perlunya teknologi dengan khalayak untuk
digelar dialog seputar konsep Wasathiyah mempraktekkan teknologi secara tepat dan
ini melalui berbagai sarana visual dan berbasis moralitas. Literasi ini juga terkait
audio-visual yang menggelorakan konsep sikap seseorang yang mampu memilih,
wasatiyah ke kalangan publik. Kelima, menetapkan, menggunakan, mengakses,
menggiring publik untuk ikut serta dalam mengelola dan mengevaluasi sebuah
program edukasi Wasathiyah secara konten ata u informasi sehingga mampu
periodik dan sistematis. Keenam, perlunya mengambil kesimpulan yang tepat, cepat
dikembangkan program pendidikan dan dan cerdas, sehingga penggunaan medsos
pembelajaran sikap toleran dalam sangat tepat dan tidak salah guna (Faidhol,
beragama dan menjauhi sikap ekstrem, 2000).
terutama di kalangan anak muda Pengguna medsos harus sangat arif
(http://www.wasatyea.net/ar/content). dan bijaksana dalam menerima berbagai
Termasuk sikap literasi adalah bahwa informasi, karena sejatinya sudah barang
pengguna medsos harus konsisten mencari tentu tidak semua informasi baik dan layak
kebenaran bukan semata menyebarkan untuk dikonsumsi secara publik.Ada
informasi tanpa mengetahui isi kebenaran beberapa informasi yang mereka (oknum)
beritanya. Banyak info medsos yang sebarkan hanya untuk menyesatkan dan
ujung-ujungnya adalah membuat mengelabui masyarakat. Contoh konkrit di
kekacauan di kalangan kaum muslimin atas, bahwa kaum radikalisme
karena berhasil menyebarkan fitnah dan menggunakan jaringan internet melalui
adu domba diantara mereka medsos dalam menjalan aksinya, yaitu

165
dengan memberikan doktrin buruk beragama kepada masyarakat. Efektfitas
terhadap masyarakat luas. Pengguna tersebut dapat ditarik benang merahnya
medsos harus hati-hati dan benar-benar sebagai berikut: (1) media sosial dengan
waspada terhadap apa yang terjadi di percepatannya akan memudahkan dan
medsos dan harus mempunyai sikap mempercepat misi membentuk masyarakat
moderat atau adil dalam menerima moderat, (2) media sosial lebih banyak
berbagai informasi, terutama moderat dinikmati dan diminati oleh masyarakat
dalam hal beragama (moderasi beragama) dibandingkan dengan bentuk sosialisasi
(Kosasih, 2019). secara tatap muka, (3) jangkauan
Media sosial hari ini tidak dianggap sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai
sebagai fasilitator saja, tetapi dijadikan moderasi beragama tidak hanya dapat
sebagai teman dan sumber informasi diakses oleh masyarakat sekitar, tetapi
terupdate. Hampir semua orang hidup mampu menembus berbagai kota, provinsi
dengan dan memiliki handphone, guna dan lintas negara.
memudahkan mengakses media sosial dan
komunikasi. Menurut hemat penulis, tidak KESIMPULAN
hanya menguatkan opini tetapi dapat Pengarusutamaan moderasi bagi kalangan
memberikan penguatan dalam bentuk remaja sangat penting. Hal ini mampu
internalisasi nilai-nilai positif seperti nilai- meprediksi kualitas cara pandang dan
nilai moderasi beragama. Hal ini senada bersikap remaja di masa mendatang.
dengan menurut pendapat Kosasih, Praktik sikap moderat yang ditonjolkan
jaringan Medsos ini dipandang sebagai oleh orang tua merupakan bagian dari
sarana komunikasi modern yang paling learning by doing. Menuntut anak untuk
efektif dan efisien dengan daya pengaruh meniru dan melakukan apa yang dilakukan
yang luas bagi para pemakainya.Ia kini oleh orang tuanya. Hal ini menunjukan
menjadi alat atau media sangat populer pentingnya teladan yang baik serta contoh
yang bisa dipakai oleh siapapun dengan perilaku yang menjadi prototype dalam
motivasi apapun juga, dengan syarat mempraktikan sikap moderat, cara
terhubung dengan jaringan internet. pandang dan menyelesaikan masalah
Berbagai elemen masyarakat bisa dengan cara-cara yang moderat. Dengan
digerakkan secara seketika hasil dari demikian, praktik tersebut dianggap
agitasi via medsos ini. Medsos ini pula penting karena menjadi role model dalam
dinilai sarana tepat guna menguatkan opini menginternalisasikan nilai-nilai moderasi
si penyebar info, melakukan tukar- beragama dalam membiasakan dan
menukar data informatif, media membudayakan berpikir moderat.
penyebaran sebuah ide atau gagasan Semantara itu, nilai-nilai moderasi
tertentu (Kosasih, 2019). beragama mudah diterapkan kepada
Melihat efektifitas media sosial di peserta didik, guru menjadi pelopor utama
samping sebagai sarana komunikasi, dalam menginternalisasikan nilai-nilai
keberadaannya sangat refresentatif dalam moderasi beragama dalam mata pelajaran.
memberikan penguatan dan Implementasi nilai-nilai moderasi tersebut
menginternalisasikan nilai-nilai moderasi sangat mudah diterapkan, terutama

166
hubungannya dengan media sosial. Konflik Sosial. Jurnal Komunikasi
Jangkauan sosialisasi dan internalisasi Profetik, 7(1), 87–99.
nilai-nilai moderasi beragama tidak hanya https://doi.org/10.1111/j.1467-
9647.2008.00463.x
dapat diakses oleh masyarakat sekitar,
Lexy J Moleong. (2013). Metode
tetapi mampu menembus berbagai kota, Penelitian Kualitatif. Rosda.
provinsi dan lintas negara. Maskuri, M., Ma’arif, A. S., & Fanan, M.
A. (2020). Mengembangkan Moderasi
DAFTAR PUSTAKA Beragama Mahasantri Melalui Ta’lim
Arnus, S. H. (2019). Literasi Media Ma’hadi di Pesantren Mahasiswa. J-
Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam,
Kota Kendari Terhadap Isu Sara Pada 7(1), 32–45.
Media Sosial. Al-Izzah: Jurnal Hasil- https://doi.org/10.18860/jpai.v7i1.112
Hasil Penelitian, 14(1), 154. 39
https://doi.org/10.31332/ai.v14i1.130 Nur, D. M. M., & Fitriani, R. (2020).
6 Membumikan Nilai-Nilai Moderasi
Fatih, M. K. (2020). PESAN DAKWAH Agama Di Masa Pandemi. Harmony,
MODERASI BERAGAMA DALAM 5(2), 110–119.
PROGRAM MUSLIM TRAVELERS Rahman, Fazlur. 2000. Islam and
NET TV TAHUN 2020 ( Analisis Modernity, transformation of an
Tayangan Komunitas Muslimah Di Intelectual Tradition, Chicago: The
Irlandia ). Alamtara: Jurnal University of Chicago
Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Suryana,Yahya & Priatna, T. (2007).
4(2), 114–130. Metode Penelitian Pendidikan. Azkia
Haryani, E. (2020). Pendidikan Moderasi Pustaka Utama.
Beragama Untuk Generasi Milenia:
Studi Kasus Lone Wolf” Pada Anak
di Medan. EDUKASI: Jurnal
Penelitian Pendidikan Agama Dan
Keagamaan, 18(2), 145–158.
https://doi.org/10.32729/edukasi.v18i
2.710
Hefni, W., & Uyun, Q. (2020).
Pendampingan Kader Pesantren
Sebagai Aset Modal Sosial dalam
Penguatan Moderasi Beragama.
Dimas: Jurnal Pemikiran Agama
Untuk Pemberdayaan, 20(2), 175.
https://doi.org/10.21580/dms.2020.20
2.5452
https://humas.jatengprov.go.id/detail_berit
a_gubernur?id=4111
Kosasih, E. (2019). Literasi Media Sosial
dalam Pemasyarakatan Sikap
Moderasi Beragama. Bimas Islam,
12(1), 263–296.
Kunandar, A. (2014). Model Literasi
Media Pada Anak Dalam Mencegah

167
Kesatuan Republik Indonesia. kerukunan yang baik, maka berbagai program
Peluang lainnya bagi terwujudnya pembangunan daerah akan menemui jalan
hubungan yang harmonis antar umat buntuh, karena tidak adanya kerjasama baik
beragama adalah Pancasila sebagai titik antara pemerintah dan masyarakat. Pada
temu peradaban Indonesia serta tataran inilah kerukunan umat beragama harus
beragamnya budaya (culture) dan kearifan dioptimalkan oleh segenap elemen bangsa
lokal sebagai penyangga budaya kerukunan yang sadar akan pentingnya pembangunan
(Fatih, 2020). karakter dan budaya rukun (Fatih, 2020).

Pada kebiasaannya perbedaan Arus keislaman di Indonesia akhirakhir


pandangan dalam hal beragama terjadi ini dipertegas dengan wujudnya moderasi
akibat adanya gesekan dan difraksi beragama (wasathiyyah). Ide moderasi
perbedaan memahami keagamaan dan cara beragama ini sepertinya akan menjadi solusi
pandang, terlebih karena adanya truth untuk menjawab berbagai problematika
claim dari seseorang yang merasa paling keagamaan di kancah nasional dan peradaban
benar. Kelompok tersebut dapat dipetakan global di level internasional. Jika kelompok
menjadi kelompok ekslusivisme dan radikalis dan ekstrimis berbicara tentang
kelompok yang lain adalah liberalisme. Islam dengan lantang dan kekerasan, maka
Islam Moderat diharapkan bisa juga berbicaa
Ekslusivisme adalah paradigma dengan lantang dan bersifat damai untuk
berfikir yang cenderung tertutup terhadap menjadi solusiatas problematika keberagaman
keanekaragaman, sementara liberalisme agama di Indonesia (Maskuri et al., 2020).
adalah sebaliknya, yaitu paham yang
memperjuangkan kebebasan di semua Konsep moderasi beragama, di tengah
aspek. Kedua kelompok tersebut seringkali kegentingan itu, mendapat posisi dan porsi
memperlihatkan wajah Islam yang terkesan yang tepat yang harus dijungjung dan
kurang bersahaja dan berkerahmatan (Nur dikokohkan dalam arus perang pemikiran dan
& Fitriani, 2020). Kerukunan umat corak keagamaan dewasa ini. Selain untuk
beragama menjadi salah satu pilar utama menetralkan kondisi, namun juga dapat
dalam memelihara persatuan dan kesatuan menjadi penghadang untuk menenggelamkan
bangsa serta kesatuan Negara Republik aliran-aliran keagamaan yang cenderung
Indonesia. eksklusif dan menyalahkan kelompok lain
(Hefni & Uyun, 2020). Keberagaman suku,
Kerukunan juga sering diartikan agama, dan etnis di Indonesia menjadikan isu
sebagai kondisi sosial yang damai, saling tentang SARA menjadi hal yang sangat
menghargai satu sama lain, tentram, sensitif. Suku, agama, ras, dan golongan
kesejahteraan hidup, hormat-menghormati, merupakan suatu identitas yang melekat pada
tepasarira, tenggang rasa, dan gotong diri setiap individu. Manusia umumnya
royong yang semuanya sesuai dengan mengidentifikasikan diri dengan kelompok
ajaran agama dan karakter pancasila.
Kerukunan antar umat beragama juga
menjadi sangat berarti dan besar nilainya
sehingga nilai-nilai kerukunan sangat
diharapkan dan dicita-citakan oleh setiap
elemen masyarakat. Tanpa terjalin
159

Anda mungkin juga menyukai