Disusun oleh:
Fiqi Fathnin Nafi’i / 1104190004
Dosen Pengajar
Rita Yuliastuti
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatakan puja dan syukur atas Kehadirat – Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah – Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tentang
INDAHNYA BELAJAR DAN BERIBADAH DI BULAN RAMADHAN KETIKA ADA
WABAH CORONA
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Demikian pula makalah ini tentu masih mempunyai banyak kekurangan dan
kesalahan, karena itu kepada para pembaca khususnya dosen mata pelajaran ini di mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun demi bertambahnya wawasan kami di bidang ini.
Diucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu,
hingga terselesainya makalah ini. Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat.
KATA PENGANTAR
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
1.1. Latar Belakang
Tentunya Ramadhan tahun ini sangat berbeda dari bulan puasa tahun-tahun
sebelumnya. Bulan puasa yang kali ini jatuh pada 24 April hingga jelang akhir Mei 2020
mendatang terasa lebih sendu dan tak semeriah biasanya. Kondisi ini tak lepas dari pandemi
Corona COVID-19 yang melanda dunia.Data yang dihimpun oleh Johns Hopkins University
memperkirakan, ada 185 negara, termasuk Indonesia, yang telah terdampak Virus Corona
baru. Hingga 24 April 2020, pukul 20.06 WIB,
situsgisanddata.maps.arcgis.com menunjukkan total kasus positif COVID-19 yang
terkonfirmasi di seluruh dunia telah mencapai lebih dari 2,7 juta orang. Virus SARS-CoV-2
telah merenggut 191.614 jiwa di dunia. Transmisi COVID-19 yang begitu cepat
melalui droplet atau cairan hidung dan mulut serta permukaan benda yang terkontaminasi
telah mengubah pola hidup masyarakat.
Gejala dan karakteristik virus yang tidak pasti dan terus berubah tengah diteliti para
ilmuwan di dunia. Jumlah orang yang terinfeksi semakin meningkat. Para ilmuwan berlomba
dengan waktu, berusaha memahami lebih dalam tentang Virus Corona jenis baru ini demi
menemukan penawarnya. Dengan semakin banyak informasi yang digali
mengenai coronavirus, rumor yang mengiringinya pun semakin banyak sehingga tak sedikit
pihak bertanya-tanya, amankah berpuasa di tengah pandemi COVID-19?
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pandangan WHO terhadap Corona?
PEMBAHASAN
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan bahwa ada baiknya otoritas negara
mempertimbangkan untuk tidak menggelar pertemuan sosial termasuk acara keagamaan demi
mencegah infeksi COVID-19. tirto.id - Seluruh umat muslim di dunia sedang menjalankan
ibadah puasa Ramadan saat ini, di tengah wabah pandemi COVID-19 mengancam. Beberapa
kegiatan ibadah termasuk salat taraweh, hingga pengajian sore menjelang berbuka, yang
biasanya dilaksanakan di bulan Ramadan juga terpaksa dihentikan untuk menghindari
penularan Corona. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyarankan bahwa ada baiknya
otoritas negara mempertimbangkan untuk tidak menggelar pertemuan sosial termasuk acara
keagamaan demi mencegah infeksi COVID-19. “WHO merekomendasikan bahwa keputusan
apapun untuk membatasi, memodifikasi, menunda, membatalkan, atau melanjutkan untuk
tidak melakukan pertemuan massal diharuskan berdasar pada pengukuran risiko yang telah
distandarisasi,” tulis WHO dalam siarannya.
Alternatif secara virtual dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media seperti
televisi, radio, hingga perangkat digital termasuk media sosial. Sementara itu, jika pertemuan
sosial dalam ibadah Ramadan diizinkan untuk dilanjutkan, langkah-langkah untuk
mengurangi risiko penularan COVID-19 harus dilaksanakan. Salah satunya adalah jarak fisik
yang harus tetap dilaksanakan, serta praktik-praktik kebersihan dan kesehatan diri. Lebih
lanjut, WHO menyarankan informasi terkait wabah SARS-CoV-2 harus terus
dikomunikasikan oleh jaringan informasi negara. Dalam pelaksanaan puasa Ramadan, WHO
menyebutkan bahwa belum terdapat penelitian yang menunjukkan berpuasa dapat
meningkatkan risiko terinfeksi COVID-19. Apabila dirasakan bahwa tubuh sehat dan baik-
baik saja, umat muslim dapat melaksanakan puasa Ramadan sebagaimana yang dilakukan
sebelumnya. Akan tetapi, pasien terinfeksi virus Corona COVID-19 dapat
mempertimbangkannya sesuai dengan perintah dalam agama Islam dan harap berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter atau ahli kesehatan.
2.2. Membangun Pendidikan Islam dalam keluarga selama beribadah ramadhan di
rumah
Di antara hikmah di balik pandemi Covid-19 ini adalah para orang tua kembali
kepada keluarga. Ada momentum untuk keluarga. Adanya physical distancing dan work from
home dapat memberikan waktu yang lebih leluasa bagi para ayah atau ibu untuk kembali
kepada keluarga. Maka saat ini, orang tua tidak lagi berperan menjadi ‘orang tua’ semata,
mereka juga diminta perannya sebagai mitra pendidikan (sekolah). Karena anak-anak tidak
boleh lagi sekolah di sekolahan untuk sementara, kan?. Puasa kali ini akan terasa
berbeda dibandingkan dengan Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Aktivitas
ibadah hanya akan bisa dilaksanakan di rumah masing-masing karena masih
berlangsungnya Pandemi Covid-19.
Kedua, kita perlu pastikan ketentuan fikih yang terdiri dari rukun dan
syarat (ibadah)-nya terpenuhi. Ketiga, pastikan juga adab-adab dalam
beribadah. Kesemuanya ini penting untuk dijaga guna membantu kita menjaga
pola ibadah kita. Dengan begini, mudah-mudahan kita bisa meningkatkan ibadah
Ramadhan meski dari rumah saja
Kita tahu dalam Ramadhan ada shalat tarawih yang biasanya kerap
dilakukan di masjid secara berjamaah. (Ibadah) ini sejatinya juga bisa
dikerjakan di rumah, bisa shalat tarawih berjamaah dengan keluarga seperti
istri, anak, orang tua. Shalat tarawih ini tidak hanya menjadi momentum ibadah,
tapi juga ajang mendekatkan diri kepada Allah sekaligus menjadi momentum
pendidikan karakter kepada keluarga.
Di antara hikmah di balik pandemi Covid-19 ini adalah para orang tua
kembali kepada keluarga. Ada momentum untuk keluarga.
Adanya social/physical distancing dan work from home dapat memberikan
waktu yang lebih leluasa bagi para ayah atau ibu untuk kembali kepada
keluarga.Maka saat ini, orang tua tidak lagi berperan menjadi ‘orang tua’
semata, mereka juga diminta perannya sebagai mitra pendidikan (sekolah).
Karena anak-anak tidak boleh lagi sekolah di sekolahan untuk sementara, kan?
Momentum ini juga pas bagi orang tua dalam memberikan keteladanan
pada anak-anaknya. Akhlak dan adab orang tua akan menjadi cerminan bagi
anak, sebab mereka akan mencontoh, meneladani, dan mudah-mudahan
melahirkan akhlak yang mulia dari apa yang mereka tangkap.
2.3. Perbedaan melakukan ibadah tarawih di rumah dengan dimasjid
Dalam kondisi normal alias tanpa adanya hujjah seperti pandemi Covid-19 ini,
maka menunaikan tarawih berjamaah di masjid itu lebih afdhal. Hukumnya lebih
utama, lebih berpahala, lebih disukai (Allah) jika dibandingkan menunaikannya
di rumah.
Tapi tentu saja pada saat-saat pandemi, maka menunaikan shalat tarawih di
rumah diperkenankan. Bahkan dalam kondisi tertentu (seperti di zona merah) itu
dianjurkan bagi yang sakit untuk (beribadah) di rumah. Karena sakit atau
berpotensi sakit atau kekhawatiran sakit bisa menjadi udzur dalam syariah untuk
tidak menunaikan ibadah shalat di masjid.
Kurang produktif dalam bekerja itu sangat mungkin terjadi. Menjadi realitas saat
di rumah saja dan work from home di mana suasana di kantor lebih kondusif di
banding di rumah untuk melakukan tugas, tentu wajar.
Tidak hanya saat menjalankan puasa, Kami pun akan memberikan panduan dalam
melaksanakan ibadah yang rutin dilakukan saat bulan Ramadan. Berikut di antaranya: -
Menjaga jarak fisik dengan secara ketat setidaknya 1 meter atau tiga kaki dengan orang-orang
di sekitar setiap saat. - Gunakan salam yang disetujui secara budaya dan agama yang
menghindari kontak fisik, seperti melambaikan tangan, mengangguk, atau meletakkan tangan
di atas dada sebelah kiri. - Menghentikan berkumpul di tempat-tempat yang terkait dengan
kegiatan Ramadan, seperti tempat hiburan, pasar, dan toko. - Mendesak orang yang merasa
tidak sehat, atau memiliki gejala COVID-19 untuk tidak menghadiri acara. Selain itu,
disarankan untuk mengikuti panduan nasional tentang tindak lanjut dan pengelolaan kasus
simptomatik. - Mendesak orang tua atau siapa saja yang memiliki riwayat medis seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, atau kanker, untuk tidak
menghadiri pertemuan. Kelompok tersebut rentan terhadap penyakit parah dan kematian
akibat COVID-19.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari semua penjelasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa Hubungan dengan
keluarga sangatlah penting dari apapun di dunia ini, terutama hubungan dengan ayah dan ibu
kita. Saat wabah corona ini melanda kita tahu bahwa, kehidupan di dunia tidak begitu penting
dari apapun juga. Dengan adanya corona kita lebih menghargai tentang arti kenyamanan
dalam keluarga. Ayah dan ibu kita lah yang paling penting dan utama dari apapun juga.
Untuk itu mari kita lebih dekat dengan keluarga kita di tengah wabah Corona ini dengan
penuh kasih sayang . Semoga wabah ini cepat diangkat oleh Allah swt dan kita bisa
menjalankan ibadah tanpa suatu kendalan apapun.
3.2 Saran
Jadi, mari putus rantai penyebaran virus corona dengan cara menjaga kebersihan
dalam keidupan sehari hari kita. Dan mari selama wabah ini kita bangun dan bina kehidupan
islami dalam keluarga kita dengan indah dan harmoni. Ingat, waktu tidak akan dapat terulang
kembali. Mungkin inilah yang dapat dituliskan meskipun penulisan ini jauh dari sempurna.
Masih banyak kesalahan dari penulis, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan
dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/kritikan agar
bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://indonesia.go.id/layanan/kependudukan/ekonomi/pedoman-ibadah-
ramadan-dan-lebaran-di-masa-pandemi-covid-19
2. https://tirto.id/panduan-puasa-dan-beribadah-di-tengah-pandemi-covid-19-
menurut-who-e9ck
3. https://www.liputan6.com/regional/read/4233710/13-poin-panduan-ibadah-
ramadan-saat-pandemi-covid-19-di-baubau