Abstract
Kemunculan virus corona atau Covid-19 diketahui berasal dari kota Wuhan, Cina.
Virus ini menyebar melalui kontak fisik sampai diseluruh dunia termasuk Indonesia.
Sebagian besar aktivitas masyarakat suatu daerah khususnya Bali menjadi terhambat hingga
terpaksa diberhentikan. Segala kebijakan diberlakukan pemerintah demi mencegah serta
mengurangi penyebaran Covid-19. Selain mempengaruhi kesehatan manusia, hal ini juga
berdampak kepada kehidupan sosial budaya dan kearifan lokal di Bali. Covid - 19 telah
dinyatakan sebagai Pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau yang disebut World
Health Organizer (WHO), karena telah menyebar ke hampir seluruh negara di dunia. Upaya
untuk menahan penyebaran virus ini terus dilakukan, namun dalam pelaksanaannya tidak
dapat dipungkiri akan muncul dampak atau permasalahan baru dalam penyesuaian. Untuk
itu diperlukan penelitian lebih lanjut guna mengungkap dampak yang ditimbulkan dari
penyesuaian kehidupan masyarakat terhadap upaya penanggulangan bencana wabah. Pada
penelitian ini lokasi penelitian dilakukan di Bali. Pendekatan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif deskriptif, yang akan menjelaskan gambaran kehidupan sosial budaya
masyarakat Hindu Bali di tengah Pandemi Covid -19. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak dari Pandemi Covid-19 agar dapat dijadikan sebagai pembelajaran
kedepannya untuk menghadapi bencana serupa. Dampak dari Pandemi ini juga dikaji dari
perspektif pendidikan agama Hindu. Akibat kedatangan Covid - 19, banyak perubahan
signifikan yang terjadi di Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan sosial
budaya masyarakat Bali mengikuti penyesuaian atau adaptasi baru untuk mengantisipasi
perkembangan wabah Corona virus disease (Covid -19).
Keywords : Covid-19, Sosial And Budaya
I. PENDAHULUAN
Sosial budaya adalah suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam masyarakat. Dalam
suatu masyarakat terdapat kehidupan sosial budayanya masing-masing. Hal ini dikarenakan
oleh kebiasaan masyarakat yang berawal dari pola pikir manusia dan budi pekertinya yang
diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan sosial budaya masyarakat Hindu
Bali pada umumnya, melibatkan sekelompok orang dan melakukan interaksi langsung, ber-
baur dan rasa gotong royong yang kental dalam menjalankan tradisi, budaya serta ritual
keagamaannya. Namun semenjak datangnya Pandemi Covid - 19, terjadi perubahan sosial
budaya yang besar. Dampak Covid - 19 terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Bali
ini membuat munculnya kebudayaan baru, yang dimulai dari segi peraturan, segi kegiatan
sosial dan segi kegiatan keagamaan. Pelaksanaan kegiatan sosial budaya tersebut selalu
melibatkan banyak orang karena diyakini dapat mempererat rasa persaudaraan dan pekerjaan
yang dilakukan menjadi lebih cepat selesai dengan bekerja sama.
Dalam sistem masyarakat Bali, budaya selalu mengalami proses pembaruan. Pembaruan
itu terjadi sebagai akibat dari perkembangan zaman sehingga memengaruhi berkembanganya
ide dan gagasan manusia dalam melihat lingkungan. Itulah sebabnya manusia disebut
sebagai pengisi masyarakat dan kebudayaan. Manusia selalu aktif mengubah, merenovasi,
mengembangkan, dan bahkan menghayati perkembangan masyarakat dan kebudayaannya.
Dalam penelitiannya tentang kebudayaan di Nusantara, Koentjaraningrat membagi unsur
kebudayaan menjadi tujuh, yakni sistem bahasa, teknologi, ekonomi, organisasi sosial,
pengetahuan, kesenian, dan religi. Unsur-unsur tersebut merupakan hal mendasar dalam
kebudayaan. Sementara, khusus mengenai kebudayaan Bali dan agama Hindu terdapat lima
hal yang seyogyanya harus dipahami, yaitu sebagai berikut.
Bali merupakan salah satu daerah yang paling terdampak pandemi Covid-19, karena Bali
dikenal sebagai daerah destinasi wisata yang tidak pernah sepi pengunjung baik wisatawan
lokal maupun mancanegara. Nilai-nilai tradisi sosial budaya yang masih dijaga sampai saat
ini seperti melaksanakan piodalan (upacara adat), menyama braya (gotong royong), ngayah di
Pura atau tempat suci agama Hindu, dan lain sebagainya. (Fajriyah, 2017). Selain membantu
meningkatkan perekonomian Bali, pariwisata juga mendorong pengenalan budaya Bali dalam
kancah Internasional. Pulau Bali menawarkan keindahan alam dan menciptakan identitas
keharmonisan antar masyarakat melalui adat, agama, kehidupan sosial, dan budayanya.
Dalam situasi pandemi saat ini, kehidupan sosial budaya Bali tidak dapat berjalan akibat
adanya kebijakan dan himbauan untuk melaksanakan segala sesuatu di rumah saja. Sehingga,
tradisi yang telah dijalankan turun-temurun terpaksa dikurangi untuk mencegah penyebaran
mata rantai Covid-19. (Murdiana, 2021)
Virus corona merupakan virus yang menyebar melalui kontak fisik dan sistem
pernapasan manusia pada saat terpapar atau terjangkit virus. Virus ini muncul pada akhir
tahun 2019 di Wuhan, tepatnya dari negara Cina. Pada umumnya, virus yang mengagetkan
banyak kalangan masyarakat di dunia ini dikenal sebagai Covid-19, namun juga dikenal
dengan nama SARS-Cov-2. (Lai et al., 2020). Penyebaran coronavirus terjadi dalam jangka
waktu yang cepat, sehingga setiap negara mengumumkan keberadaan kasus Covid-19
termasuk di Indonesia. Dikutip dalam (ADMINISTRATOR, 2020), pada awal bulan Maret
2020, Indonesia melaporkan kasus pertama sebanyak 2 kasus. Artinya sebanyak 2 Warga
Negara Indonesia (WNI) dinyatakan positif terinfeksi coronavirus. Diketahui bahwa kedua
WNI tersebut berasal dari Depok, Jawa Barat pernah berinteraksi dengan warga negara asal
Jepang yang dinyatakan mengidap wabah virus corona. Penyebaran virus terus meningkat
setiap harinya dan memunculkan istilah yaitu Pandemi Covid-19. Pandemi merupakan suatu
kondisi atau peristiwa penyebaran penyakit menular secara luas diseluruh dunia. Istilah ini
dinyatakan oleh suatu badan organisasi dunia yang disebut dengan World Health Organizer
(WHO). (Murdiana, 2021)
Menurut Budi Tri Akoso (2006:14) Pandemi adalah suatu peristiwa letupan dan
penyebaran penyakit menular yang terjadi secara cepat dan melintas secara luas melewati
batas Negara dan Benua. Berkaitan dengan itu Covid - 19 yang kini telah menyebar ke
berbagai negara di dunia, dan menginfeksi ribuan juta manusia hingga menimbulkan
kematian sehingga virus ini dinyatakan Pandemi global. Badan Kesehatan Dunia atau WHO
telah menetapkan status darurat “Global Warming”” Covid - 19. Dengan penetapan status
darurat tersebut semua negara seluruh di dunia mempersiapkan diri untuk berupaya
melakukan pencegahan. Seperti dilansir dari Healthline, Direktur Jenderal WHO, Tedros
Ghebreyesus mengumumkan dan menetapkan empat hal utama yang harus dilakukan oleh
suatu negara, yaitu: Mempersiapkan dan bersiap, Deteksi, lindungi, dan rawat, Kurangi
penyebaran dan Inovasi dan belajar. WHO memiliki beberapa fase Pandemi terkait dengan
Pandemic Covid- 19 ini, diantaranya:
1. Fase pertama tak ada virus yang beredar di antara hewan dapat menyebabkan infeksi
pada manusia.
2. Fase kedua ditandai dengan adanya virus yang beredar di antara hewan yang diketahui
dapat menyebabkan infeksi pada manusia sehingga dianggap sebagai potensi ancaman
Pandemi.
3. Fase ketiga virus yang disebabkan dari hewan atau hewan-manusia menyebabkan
beberapa kasus secara sporadis atau menjangkiti sekelompok kecil orang. Namun,
belum cukup untuk menetapkannya sebagai wabah di masyarakat. Penularan dari
manusia ke manusia pun masih terbatas.
4. Fase keempat penularan virus dari manusia ke manusia atau dari hewan ke manusia
semakin banyak sehingga menyebabkan terjadinya wabah. Dengan adanya hal Ini terjadi
peningkatan yang signifikan menunjukkan risiko Pandemi.
5. Fase kelima penyebaran virus dari manusia ke manusia telah terjadi setidaknya pada
dua negara di satu wilayah WHO. Sebagian besar negara tak akan terpengaruh pada
tahap ini, namun ini menjadi sinyal yang kuat bahwa Pandemi sudah dekat dan
implementasi dari langkah-langkah mitigasi yang direncanakan semakin singkat.
6. Fase keenam merupakan fase yang ditandai dengan wabah semakin meluas ke berbagai
negara di wilayah WHO. Fase ini juga menunjukkan bahwa Pandemi global sedang
berlangsung (https://www.sehatq.com/artikel/covid-19-ditetapkan-sebagai-Pandemi- apa-
artinya).
Menurut Mpu Tal (2020) yang merupakan pembaca naskah kuno dan penekun petuah
leluhur mengatakan berdasarkan teologi Hindu, memandang Covid - 19 ini sebagai siklus
alam. Siklus alam yang dimaksud adalah adanya masa atau kejadian yang memang harus
terjadi disebabkan oleh alam. Sama hal juga dengan bencana alam lainnya seperti angin
puting beliung, gunung meletus, tsunami, tanah longsor yang semuanya itu termasuk bencana
alam. Dalam teologi Hindu, ada dimana hari kurang tepat untuk menanam, berlayar, menikah
dan sebagainya. Semua logika karena ajaran itu hadir dari kesadaran manusia kuno atas
siklus alam semesta, kesadaran akan adanya masa tanam, masa istirahat, dan masa menepi
untuk mengkarantina diri seperti pada masa sekarang ini (https://www.nusabali.com/berita/
70889/covid-19-menurut-teologi-hindu).
Seiring dengan perkembangannya, virus ini akhirnya masuk juga ke Indonesia dan
penyebarannya pun ke seluruh wilayah Nusantara termasuk Pulau Bali. Bali merupakan
wilayah yang sebenarnya sangat memungkinkan terjadinya penyebaran virus ini, karena
dilihat dari pola kehidupan sosial budaya yang ada disini. Kehidupan sosial budaya yang
terdapat di Bali sangat terkenal dengan pariwisata dan kebudayaan lokal masyarakatnya.
Hampir sektor terbesar dari pulau ini di komoditasi oleh pariwisata. Sehingga kemungkinan
terbesar pulau ini terdampak dari kasus Pandemi Covid - 19.
Keunikan dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali, membuat Bali sangat
menarik dijadikan objek penelitian. Mayoritas masyarakat Bali adalah beragama Hindu.
Kebudayaan masyarakat Bali sangat dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu. Hampir semua
tradisi dan budaya masyarakat Bali berisikan nilai ajaran pendidikan agama Hindu. Dan
pemaknaan budaya masyarakat Bali cenderung dimaknai berdasarkan ajaran agama Hindu.
Sehingga jika dikaji dampak Covid - 19 melalui perspektif ilmu pendidikan agama Hindu,
akan terlihat jelas nilai-nilai ajaran agama hindu di tengah Pandemi ini. Salah satu nilai ajaran
agama Hindu yang muncul dalam Pandemi ini adalah nilai Ajaran Tat Twam Asi dimana rasa
kepedulian antar sesama untuk saling membantu satu sama lain.
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1)
bagaimana hakikat dari Covid - 19 dan Pendidikan Agama Hindu? 2) apa saja dampak yang
ditimbulkan dari Pandemi Covid-19 terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Hindu Bali
berdasarkan perspektif pendidikan agama Hindu?. Adapun tujuan penelitian ini dilakukan
adalah untuk memberikan gambaran serta penjelasan dari hakikat Covid - 19 dan pendidikan
agama Hindu sebagai cara menyikapi keadaan Pandemi saat ini. Hasil penelitian berupa
dampak-dampak ditimbulkan dari Pandemi Covid - 19 yang membawa perubahan pada
kehidupan sosial budaya masyarakat Bali nantinya dapat dijadikan historis atau sejarah dan
pembelajaran di masa mendatang dalam menghadapi bencana yang sejenis.
Manfaat pembuatan artikel adalah untuk memberikan pemahaman kepada pembaca
mengenai kehidupan sosial budaya dan kearifan lokal di Bali agar senantiasa dapat
berpengaruh baik terhadap cara pandang masyarakat mengenai dampak positif dan dampak
negatif pandemi Covid-19. Sehingga dampak yang positif diharapkan dapat dijadikan acuan
dalam berperilaku menjaga kehidupan sosial budaya di Bali. Sedangkan dampak yang negatif
diharapkan dapat dimaklumi dan dicarikan solusi agar tidak terlalu merugikan masyarakat
Bali. Dengan demikian, penulis membahas mengenai kehidupan sosial budaya dan kearifan
lokal di Bali, dampak positif dan dampak negatif pandemi Covid-19 terhadap kehidupan
sosial budaya dan kearifan lokal di Bali.
II. METODE
Sebelum lanjut kepada pembahasan, disini akan disampaikan teknik atau metode yang
digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
observasi dan studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Metode kualitatif deskriptif bertujuan untuk menjelaskan gambaran umum bagaimana
dampak kehidupan sosial budaya masyarakat Bali, di tengah merebaknya wabah Covid-19.
1. Hakikat Covid – 19
Sebelum pandemi Covid-19, komunikasi dilakukan secara langsung, yaitu interaksi tatap
muka. Namun, selama masa pandemi, setiap orang harus mengikuti protokol kesehatan saat
melakukan aktivitas sehari-hari. Adapun dampak positif dari adanya pandemi Covid-19
terhadap kehidupan sosial budaya dan kearifan lokal di Bali dapat dilihat berdasarkan konsep
Tri Hita Karana yaitu Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Kehidupan sosial budaya dan
kearifan lokal yang memunculkan dampak positif pada masa pandemi ini yaitu kegiatan
beribadah dijalankan di rumah dengan penuh hikmat, penerapan ajaran Tat Twam Asi yang
dapat dilihat dari tingkat kepedulian masyarakat dan satuan petugas Covid-19 untuk
membantu masyarakat yang terdampak pandemi dengan memberikan bantuan atau
sumbangan. Kemudian terdapat toleransi umat beragama pada saat hari besar atau haru suci
keagamaan seperti hari raya Nyepi umat Hindu yang mendapat dukungan, doa dan toleransi
dari umat beragama Islam seperti tidak menghidupkan pengeras suara agar tidak mengganggu
jalannya upacara. Selain itu, adanya pandemi ini meningkatkan minat masyarakat untuk
menjaga lingkungan sekitarnya seperti menata halaman rumah dengan berbagai macam
tanaman, tidak bepergian jika tidak memiliki kepentingan yang dapat mengurangi kemacetan
dan polusi udara, dan terjaganya tempat umum dari masalah sampah.
Menurut Razi, dkk (2020: 07) Covid - 19 merupakan penyakit baru yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SAR-CoV-2). Gejala klinis yang
muncul beragam, seperti gejala flu biasa (demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, nyeri otot,
nyeri kepala) sampai yang komplikasi berat (pneumonia atau sepsis). Karena begitu
mudahnya cara penularan Covid- 19 ini, maka tingkat kewaspadaan secara pribadi harus lebih
ditingkatkan. Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari diri dari Covid - 19 adalah
dengan cara melakukan Social Distancing atau Pasycal Distancing. Social Distancing dan
Pasycal Distancing pada intinya adalah memiliki pengertian yang sama yakni menjaga
jarak aman dari objek penularan Covid-19. Letak perbedaanya hanya masalah penggunaan
istilah tersebut. Jika penggunaan pada bidang ilmu sosial dalam upaya pencegahan Covid-
19 disebut dengan Social Distancing. dalam akar kata Social artinya sosial dan Distancing
artinya menjaga jarak, Physical Distancing juga memiliki pemaknaan yang sama, hanya
istilah ini digunakan pada istilah kedokteran yang artinya mengupayakan diri untuk tidak
bersentuhan atau kontak fisik langsung kepada orang yang kemungkinan menderita Covid-19
.
Menurut Fakhrur Razi, dkk (2020:7-8) berikut ini ada beberapa cara penularan dan
beberapa macam-macam gejala Covid-1 9 yang timbul:
1. Melakukan perjalanan ke negara terjangkit Covid-19. Contohnya sengaja mengadakan
liburan keluar negeri, atau imigran yang berada pada negara yang terjangkit virus
tersebut.
2. Kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke negara-
negara/daerah yang terkonfirmasi adanya terkonfirmasi adanya transmisi lokal Covid-
19.
3. Kontak erat dengan orang-orang yang berasal dari negara/daerah yang terkonfirmasi
adanya transmisi lokal Covid-19.
4. Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien yang
terkonfirmasi Covid-19
5. Riwayat kontak erat (minimal 15 menit dengan jarak kurang dari 2 meter) dengan
pasien terkonfirmasi Covid-19.
Berdasarkan keterangan diatas, sangat penting untuk mengetahui seperti apa itu Covid-
19 dan bagaimana penularanya, sehingga masyarakat dapat mengerti dan memahami serta
mematuhi peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah guna untuk menekan laju
penyebaran Covid-19.
Secara harfiah pendidikan agama Hindu terdiri dari dua kata yakni pendidikan dan
Agama Hindu. Pendidikan berarti proses perubahan perilaku sedangkan agama Hindu berarti
agama yang riil mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut tersurat secara
jelas dalam formula Veda dinyatakan sebagai berikut: Moksartham jagadhita ya ca iti
dharmah. Tujuan agama Hindu yang ingin dicapai dan diwujudkan dalam kehidupan ini
adalah pasti, yaitu berupa Moksa dan Jagadhita melalui jalan dharma. Moksa adalah berupa
kebahagian bathin, sedangkan Jagadhita adalah kesejahteraan lahir dengan cara yang baik
dan benar sesuai dengan petunjuk ajaran agama hindu / dharma (Ngurah, dkk, 1999:95).
Pendidikan agama Hindu dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran/ perubahan
tingkah laku manusia, berdasarkan ajaran agama Hindu. Di dalam proses pembelajaran
tersebut, umat manusia (umat Hindu) diajak untuk mengubah perilaku atau pandangan yang
tidak baik (Asubha Karma) menjadi perilaku yang baik (Subha Karma) dengan tujuan agar
kehidupannya senantiasa berada dijalan Dharma (kebenaran). Jika hidupnya senantiasa
berada dijalan Dharma, maka ia akan menemukan kebahagian secara lahir dan batin (Moksa).
Begitu dalam pemaknaan pendidikan agama Hindu sehingga dalam mengupas ajaran-nya
harus dilakukan dari tahap ke tahap. Seperti halnya filsafat tentang agama, agama Hindu juga
harus didasarkan pada keyakinan, sehingga ajaranya dapat dirasakan secara langsung dalam
kehidupan manusia.
3. Peraturan
Dari peraturan dan himbauan yang dikeluarkan pemerintah, banyak manfaat dan dampak
positif yang bisa dirasakan diantara yakni:
a. Mencegah penyebaran Covid-19.
Dengan himbauan dan peraturan pemerintah terkait upaya pencegahan Covid-19 laju
persebaran virus ini dapat dihambat dan dikurangi. Dengan pengurangan jumlah
persebaran virus ini diharapkan nanti dapat memutuskan dan menghentikan penyebaran
Covid-19 di Bali
b. Memutus rantai penyebaran Covid-19. Apabila masyarakat selalu mematuhi himbauan
dan peraturan dari pemerintah, rantai penyebaran Covid-19 ini akan cepat putus dan
dapat selesai.
c. Stay At Home, masyarakat Hindu Bali dapat melaksanakan dan mengamalkan ajaran
Jnana Kertih yang merupakan bagian dari Sad Kertih yakni menegakkan kesucian dan
keseimbangan diri dengan intrupeksi diri. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu menjaga
pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik.
Namun disamping dampak positif yang ditimbulkan dari aturan baru yang dikeluarkan
oleh pemerintah, ternyata juga ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak
negatif yang ditimbulkan diantaranya yakni sebagai berikut.
a. Tradisi dan Budaya tidak dapat diwujudkan. Pada masa wabah Covid-19 ini, banyak
tradisi dan budaya di Bali ditunda untuk diselenggarakan di karena dapat mengundang
massa. Hal ini ditinjau pemerintah akan dapat membuat penyebaran Covid-19 ini
semakin cepat sehingga tradisi dan budaya yang mengundang massa untuk ditunda atau
ditiadakan. Sebagai salah satu contoh yakni pelarangan tradisi dan budaya arakan Ogoh-
ogoh pada saat menjelang hari raya nyepi.
b. Membatasi tradisi gotong royong
Adat dan tradisi masyarakat Bali kental akan warisan budaya gotong royong. Gotong
royong yang dilakukan biasanya pada saat menyambut sebuah upacara keagamaan.
Namun dengan adanya himbauan Pemerintah yang melarang untuk mengadakan
perkumpulan, sehingga masyarakat Bali membatasi dan dilakukan bersama orang
terdekat saja.
4. Kegiatan Keagamaan
a. Membatasi umat yang hendak tangkil ke Pura-Pura Besar pada saat Piodalan.
Keinginan Pemedek atau umat Hindu yang ingin tangkil pada saat upacara Piodalan di
Pura-Pura Besar seperti Pura Besakih dan Batur, sedikit terhalangi, karena terjadi
pembatasan umat yang akan tangkil dan memiliki kepentingan khusus untuk tangkil.
b. Membatasi ruang gerak upacara/upakara dan mengurangi undangan (contoh:
pernikahan, potong gigi dll). Karena tidak diperbolehkan untuk mengadakan
pertemuan masa (undangan) sehingga masyarakat yang hendak melaksanakan upacara
keagamaan hanya dilaksanakan oleh beberapa orang saja (keluarga) yang membantu
dalam pelaksanaan upacara.
c. Menghentikan sementara waktu kegiatan keagamaan yang mengundang massa
(contoh Upacara Ngaben).
5. Kegiatan Sosial
Berikut ada beberapa dampak positif dari peraturan yang ditetapkan terhadap kegiatan
sosial masyarakat Bali.
a. Implementasi ajaran Tat Twam Asi. Suka duka pada masa Pandemi ini sudah dirasakan
oleh masyarakat Bali. Terlihat dari beberapa relawan yang antusias saling membantu
kepada yang membutuhkan. Dan sudah sepantasnya rasa kepedulian antar sesama itu
muncul pada masa-masa seperti ini, karena kita hidup didunia ini berdampingan.
Menyadari hal-hal itu merupakan cerminan dari implementasi dari ajaran Tat Tatwam
Asi. Dimana Saling merasakan kesusahan, penderitaan akibat Pandemi ini, terutama
berdampak besar dari segi ekonomi masyarakat.
b. Meningkatnya rasa toleransi umat beragama di Bali. Masa Pandemi ternyata terdapat
beberapa manfaat dan hikmah yang bisa dipetik.Salah satunya pada rasa toleransi
beragama di Bali yang ditujukan secara tidak langsung melalui himbauan pemerintah.
Dimana pada saat hari raya nyepi pemerintah menghimbau untuk melaksanakan sipeng
satu hari setelahnya, antusias keberagaman umat non hindu juga mendukung hal tersebut
dengan mematuhi himbauan dari pemerintah.
a. Peningkatan kebersihan lingkungan. Penerapan Social Distancing, Stay At Home, atau
bahkan upaya-upaya pemerintahan dalam pembatasan kegiatan sosial berskala besar,
seperti halnya menutup tempat hiburan, taman kota tempat perkumpulan orang-orang,
ini juga berdampak pada kebersihan lingkungan. Bukan hanya pada masalah sampah,
tetapi juga pada kebersihan udara, suara bising di jalanan yang mulai berkurang. Yang
biasanya mungkin terjadinya kemacetan dan polusi udara yang sangat banyak, dengan
upaya-upaya pemerintah tersebut, secara tidak langsung sekarang mulai berkurang.
Udara lebih cerah, dan polusi udara juga berkurang.
b. Menjaga jarak membuat masyarakat seakan saling menjauhi. Seperti kenyataanya
penerapan Social Distancing adalah untuk menjaga jarak antara individu satu dengan
yang lainya. Memang tujuannya adalah baik, untuk mencegah penularan Covid-19, tetapi
tidak menutup kemungkinan juga tampak hal kita seperti menjauhi satu sama lain. Dari
penerapan Social Distancing juga mengajarkan untuk selalu waspada dari kemungkinan
yang terjadi. Contohnya adalah hubungan/kontak fisik. Namun jika kita sama-sama
menyadari bersama tentang pentingnya Social Distancing untuk diri sendiri dan keluarga
serta teman dekat dan sebagiannya, ada baiknya untuk saling memahami ini untuk
dilakukan selama Pandemi Covid-19 belum berakhir.
Menurut Razi dkk (2020: 07) Covid - 19 merupakan penyakit baru yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SAR-CoV- 2).Covid - 19
menimbulkan berbagai dampak kehidupan sosial budaya masyarakat Bali yakni ditinjau dari
segi peraturan, segi keagamaan dan segi kegiatan sosial yang dalam penelitian ini dikaji
melalui perspektif pendidikan agama Hindu.
Dampak negatif pandemi Covid-19 terhadap kehidupan sosial budaya dan kearifan lokal
di Bali menyebabkan seluruh kegiatan keagamaan, tradisi dan sosial budaya masyarakat bali
terpaksa dibatasi untuk mencegah penularan virus tersebut. Dengan menyadari adanya
perubahan tatanan kehidupan di masyarakat akibat adanya pandemi Covid-19, masyarakat
diharapkan tetap bersyukur dan menerima segala hukum dan kebijakan pemerintan guna
mencegah penyebaran virus corona. Dengan demikian, keharmonisan masyarakat dapat
tercapai juga dimudahkan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama masa
pandemi.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, Budi Tri, 2006. Waspada Flu Burung: Penyakit Menular pada hewan dan manusia.
Asmariati, A. A. I. (2021). Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Tegalalang
Di Masa Pandemi Covid-19. Tutur: Cakrawala Kajian Bahasa-Bahasa Nusantara,
7(1), 58–66.
Azmi, Y. A. (2020). Makna dan fungsi upacara Piodalan Umat Hindu di Pura Jala
Siddhi Amerta Juanda Sidoarjo. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Bali, P. (2021). Tata Ruang Provinsi Bali (Kearifan Lokal Bali). Provinsi Bali.
https://tarubali.baliprov.go.id/local-wisdom/
Darmayasa. (2015) Bhagavad-gita (Nyanyian Tuhan). Denpasar : Yayasan Dharma
Sthapanam
Dewi, N. K. R., Tastra, I. D. K., & Pudjawan, K. (2016). Pengembangan Video
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Bali Untuk Siswa Kelas III.
Jurnal Edutech Undiksha, 4(2).
Fajriyah, I. (2017). Pembangunan Perdamaian dan Harmoni Sosial di Bali Melalui Kearifan
Lokal Menyama Braya. Damai Dan Resolusi Konflik, 3(1).
Fransiska, N. N. (2020). Konsep “Mecaru” Dalam Budaya Bali Sebagai Jembatan Penginjilan
Terhadap
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana
Nonalam Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid -19) Sebagai Bencana Nasional
Lai, C.-C., Shih, T.-P., Ko, W.-C., Tang, H.-J., & Hsueh, P.-R. (2020). Severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) and coronavirus disease-2019
(COVID-19): The epidemic and the challenges. International Journal of Antimicrobial
Agents, 55(3), 105924.
Ludji, F., Samiyono, D., & Lattu, I. Y. M. (n.d.). “Menyama Braya”: Pondasi Utama Relasi
Dialog Agama-Agama di Desa Dalung, Bali. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan
Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology), 5(2), 82–95.
Marzali, A. (2016). Etnosia Jurnal Etnografi Indonesia. Etnosia,
01(02), 13.
https://journal.unhas.ac.id/index.php/etnosia/article/download/1613/912/2706#:~:text=K
ajian literatur adalah satu penelusuran,satu topik atau isyu tertentu
Murdiana, I. K. A. (2021). Dampak Virus Corona (Covid-19) Terhadap Kehidupan Sosial
Budaya Masyrakat Hindu Bali (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). JAPAM (Jurnal
Pendidikan Agama), 1(1), 32–43.
Njatrijani, R. (2018). Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Kota Semarang. Gema
Keadilan, 5(1), 16– 31.
Orang Bali.
Parwati, N. N., & Suharta, I. G. P. (n.d.). Jenis-jenis Kearifan Lokal Bali sebagai Sumber
Belajar dalam Pengembangan Model Pembelajaran berorientasi Karakter Positif Siswa.
Raut, H. (2011). Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan Teoritik-
Empirik). Jurnal Inovasi 8 (04)
Razi, H. F, Dkk. (2020). Bunga Rampai Covid-19 : Buku Kesehatan Mandiri Untuk Sahabat
#Dirumahaja. Depok : Pd Prokami Kota Depok
Sena, I. (2017). Implementasi Konsep" Ngayah" Dalam Meningkatkan Toleransi Kehidupan
Umat Beragama di Bali. Makalah Disajikan Dalam Seminar Nasional Fakultas Brahma
Widya, IHDN, Denpasar, 25–26.
Sofyan, H., Anggereini, E., & Saadiah, J. (2019). Development of E-Modules Based on
Local Wisdom in Central Learning Model at Kindergartens in Jambi City. European
Journal of Educational Research, 8(4), 1137–1143.
Sufia, R., Sumarmi, S., & Amirudin, A. (2016). Kearifan lokal dalam melestarikan lingkungan
hidup (studi kasus masyarakat adat Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten
Banyuwangi). Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 1(4), 726–731.
Sukarma, I. W. (2016). Tri Hita Karana theoretical basic of moral Hindu. International
Journal of Linguistics, Literature and Culture, 2(3), 102–116.
Wiratmaja, I. N., Suacana, I. W. G., & Sudana, I. W. (2021). Penggalian Nilai-Nilai
Pancasila Berbasis Kearifan Lokal Bali Dalam Rangka Penguatan Wawasan
Kebangsaan. POLITICOS: Jurnal Politik Dan Pemerintahan, 1(1), 43–52.
Yogyakarta: Kanisius.