Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH COVID-19 TERHADAP KEBUDAYAAN DI

TENGAH – TENGAH MASYARAKAT SEKARANG

Pengaruh terhadap covid-19 terhadap kebudayaan di tengah-tengah


masyarakat sekarang ini banyak dilarang atau tidak di biasakan , misalnya
bersalaman ke teman terdekat, berpelukan atau berdekatan itu di batasi dan juga
lupa teman karena teman-teman kita memakai masker atau penutup mulut untuk
protocol kesahatan. Kebiasaan berkumpul atau rapat di dalam ruangan dibatasi
orang nya dan juga di buat jarak untuk berdiskusi dengan teman. Sekarang untuk
bekerja kantoran di lakukan work from home (WFH) dan berdiskusi melakukan
lewat aplikasi video call (ZOOM).

Seperti yang kita ketahui bahwasanya seluruh penduduk bumi pada saat ini
sedang di uji dengan adanya wabah covid-19 (Corona Virus Disease – 2019)
dimana wabah tersebut yelah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO. Penyebaran
virus ini tejadi dengan sangat cepat, awal mulanya hanya terdapat di Wuhan,
China. Namun sekarang telah menyebar ke seluruh Negara di dunia dan hal
tersebut membawa pengaruh yang begitu besar terhadap bangsa yang hidup di
dalamnya, tidak terkecuali bangsa Indonesia.

Setelah melewati beberapa bulan yang mencekam akibat covid-19 yang


melanda berbagai belahan dunia. Kini terjadi bentuk kecemasan di masyarakat
terpapar virus corona. Penanganan wabah penyakit ini tidak bisa hanya
melibatkan aspek medis saja. Disatu sisi kita tidak dapat mengingkari suatu fakta
bahwa penyakit sering disebabkan oleh budaya (cara-cara hidup) manusia, atau
setidaknya penyakit mudah menjadi wabah karena perilaku atau budaya tertentu
dalam masyrakat. Disisi lain penyakit juga memberikan dampak yang luar biasa
dalam aspek budaya manusia. Penyakit kolera misalnya diketahui muncul dari
budaya atau perilaku penggunanaan sarana sanitasi yang buruk dan tidak sesuai
dengan kaidah kesehatan. Penyebaran kolera dimungkinkan karena pola hidup
yang tidak bersih. Kepercayaan dan praktik yang berkenaan dengan penyakit,
yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit,
tidak berasal dari kerangka kedokteran modern atau dipandang sebagai System
medis non-barat. Secara antopologis, sistem pengobatan atau kesehatan asli sering
dianggap sebagai bagian dari pranta social pada umumnya, dan bahwa praktik-
praktik pengobatan asli.

Para antropolog modern bahkan takjub melihat beberapa praktik yang


berkenaan dengan penyakit dari masyarakat kuno dilakukan secara rasional. Di
seluruh negeri di dunia, termasuk di bumi Nusantara, telah lama dikenal berbagai
cara dan upaya masyarakat local untuk melawan atau menanggulangi terhadap apa
yang mereka anggap penyakit. Dengan demikian, ini berarti bahwa nilai dan
norma kebudayaan serta sistem sosial menentukan usaha kesehatan, tidak saja dari
aspek biomedis (medis modern) atau kesehatan tradisional (medis tradisional),
tetapi juga dalam kesehatan keluarga atau upaya sendiri ( Home atau Self
Treatment).

Esensi nilai, norma, dan organisasi sosial yang terkait dengan penyakit
memberi makna bahwa upaya kesehatan, penyebab dan penyebaran peyakit serta
model pengobatan dan penyembuhannya dipengaruhi kebudayaan dan peradaban
masyarakat sesuai dengan konteks lokalitasnya. Ini berarti bahwa sistem
pengobatan tradisional bukan sekedar sebagai fenomena medis dan ekonomi,
tetapi jauh lebih luas lagi, yaitu fenomena sosial budaya. Hal ini terjadi dalam
kehidupan masyarakat, terutama kehidupan yang menyangkut kesehatan individu
maupun kesehatan publik. Sebagian masyarakat awam saat ini cenderung
memandang pengobatan tradisional dari perspektif ekonomi dan medis semata. Di
masa lalu, jarang muncul upaya riset yang lebih khusus melalui perspektif sosial
dan budaya dengan cara terjun langsung dalam kehidupan masyarakat, misalnya,
dengan mengukur sejauh mana herbal maupun obat-obatan tradisional dipandang
sebagai kebutuhan perawatan kesehatan oleh masyarakat.
Padahal, sebelum ditemukan teknologi medis modern telah sejak lama
pengobatan dan obat tradisional telah menyatu dengan kehidupan masyarakat
serta selalu digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan. Ini berarti
bahwa kemampuan masyarakat untuk mengenal gejala penyakit, menemukan obat
penawar, mengobati sendiri, dan memelihara kesehatan telah berlangsung cukup
lama di Nusantara. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) di tahun 1993 telah menyadari pentingnya pengobatan
tradisional untuk penduduk dunia umumnya. Melalui pengakuan terhadap manfaat
obat tradisional, organisasi dunia ini bermaksud mengembangkan kenaikan
perluasan secara rasional keselamatan penggunaan secara efektif untuk semua
penduduk di dunia di waktu kini maupun mendatang.

Di Indonesia, upaya pengobatan tradisional hanya dan masih berperan


pada tingkat rumah tangga dan tingkat masyarakat. Patut disayangkan jika saat ini
belum ada upaya yang modern sekaligus masif untuk mengembangkan industri
herbal berbasis sumber daya lokal, misalnya. Dengan kata lain, pola-pola budaya
masyarakat dalam upaya menjadikan kehidupan yang lebih sehat hingga hari ini
belum banyak memperoleh insentif dari negara. Budaya hidup sehat yang selama
ini diterapkan oleh masyarakat tradisional jelas memerlukan upaya fasilitasi dari
berbagai pihak. Oleh karenanya, berbeda dari negara-negara lainnya, terutama di
Asia seperti RRT dan India, cara-cara pengobatan tradisional dan cara pengobatan
modern dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan formal dan terpadu. Dua
negara tersebut merupakan contoh di mana kebudayaan dipadukan dengan unsur
medis sebagai upaya menyehatkan masyarakat. Upaya semacam itu dimaksudkan
agar pencapaian tingkat kesehatan masyarakat dapat diwujudkan secara efektif.
Sejalan dengan itu, pemanfaatan budaya lokal sebagai modal sosial dalam
pengobatan juga dimaksudkan agar aspek budaya tetap langgeng dan relevan. Di
sisi lain, fasilitas pelayanan kesehatan publik di Tanah Air, baik pada tingkat
rujukan pertama dan rujukan yang lebih tinggi masih terbatas daya jangkaunya.
Sementara pemenuhan aspek kesehatan pada tingkat rumah tangga masih
memegang peran utama. Faktor ini jelas merupakan tantangan yang cukup bagi
para pemangku kepentingan di sektor kesehatan.

Dalam hal ini pengaruh kebudayaan di tengah-tengah masyarakat banyak


berubah dan dalam perubahaan itu juga disebut dengan NEW NORMAL sesuai
dengan ketentuan pemerintah sekarang. Masyarakat di biasakan mematuhi
protokoler kesahatan yang diatur oleh kementerian kesehatan. Lalu pertunjukan
tiap tahun tidak bisa di lakukan di tempat ramai. Dan hanya bisa di lihat melalui
streaming (Youtube, Zoom, instagram dan aplikasi streaming lain)
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

KEBUDAYAAN MELAYU NUSANTARA

OLEH :

Rio Nurul Zunof

0637516

PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

PADANGPANJANG

2020

Anda mungkin juga menyukai