Anda di halaman 1dari 3

BAB I

A. Pendahuluan
Masalah kesehatan dan masalah penyakit, tidak semata-mata bersumber dari
kelalaian individu, kelalaian keluarga, kelalaian kelompok atau komunitas. Kebanyakan
penyakit yang diderita individu maupun penyakit yang ada di komunitas masyarakat pada
umumnya bersumber dari ketidaktahuan dan kesalahpahaman atas berbagai informasi
kesehatan yang diterima.
Komunikasi kesehatan mencakup pemanfaatan jasa komunikasi untuk
menyampaikan pesan dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan upaya peningkatan dan pengelolaan kesehatan oleh individu
maupun komunitas masyarakat. Selain itu, komunikasi kesehatan juga meliputi kegiatan
menyebarluaskan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat agar tercapai perilaku
hidup sehat, menciptakan kesadaran, mengubah sikap dan memberikan motivasi pada
individu untuk mengadopsi perilaku sehat yang direkomendasikan menjadi tujuan utama
komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan memberi kontribusi dan menjadi bagian dari upaya
pencegahan penyakit serta promosi kesehatan. Komunikasi kesehatan juga dianggap
relevan dengan beberapa konteks dalam bidang kesehatan, termasuk didalamnya 1)
hubungan antara ahli medis dengan pasien, 2) daya jangkau individu dalam mengakses
serta memanfaatkan informasi kesehatan, 3) kepatuhan individu pada proses pengobatan
yang harus dijalani serta kepatuhan dalam melakukan saran medis yang diterima, 4)
bentuk penyampaian pesan kesehatan dan kampanye kesehatan 5) penyebaran informasi
mengenai resiko kesehatan pada individu dan populasi, 6) gambaran secara garis besar
profil kesehatan di media massa dan budaya, 7) pendidikan bagi pengguna jasa kesehatan
bagaimana mengakses fasilitas kesehatan umum serta sistem kesehatan dan 8)
perkembangan aplikasi program.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara
positif perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan
berbagai prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun
komunikasi massa. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan
penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis
dalam bidang kesehatan yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas
individu dalam suatu komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
pengetahuan dan etika.
B. Latar Belakang
Tuberculosis (TBC) sudah dikenal sejak dulu kala. Penyakit yang disebabkan oleh
kuman “Mycobacterium tuberculosis”, ini pada umumnya menyerang paru-paru dan
sebagian lagi menyerang luar paru-paru, seperti kelenjar getah bening
(kelenjar),kulit,usus/saluran pencernaan,selaput otak,dan sebagainya. Penyakit TB
merupakan masalah yang besar bagi negara berkembang termasuk indonesia, karena
diperkirakan 95% penderita TB berada dinegara berkembang dan 75% dari penderita TB
paru tersebut adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun).
Penyakit TB paru dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, faktor social
ekonomi, faktor gizi dan faktor umur. Faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam
penularan penyakit Tuberkulosis yaitu kaitannya dengan kondisi rumah, kepadatan
hunian serta lingkungan dan sanitasi yang buruk dapat memudahkan penularan penyakit
tersebut. Faktor Social ekonomi, pendapatan keluarga juga sangat mempengaruhi
penularan tuberculosis karena dengan pendapatan yang kecil membuat orang tidak
mampu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan memenuhi syarat kesehatan. Status
Gizi, kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain mempengaruhi daya tahan
tubuh seseorang, sehingga rentan terhadap penularan penyakit termasuk tertular penyakit
tuberculosis paru. Umur, penyakit tuberculosis paru ditemukan pada usia muda, usia
lansia dan usia produktif, masyarakat usia produktif sering melakukan kegiatan tanpa
mempedulikan resiko kesehatan.
Tuberkulosis menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas, berdasarkan Aplikasi PIS-PK Puskesmas Perumnas tahun 2022 dari 100%
pasien yang didiagnosis Tuberkulosis, 42 % diantaranya tidak menjalani pengobatan
secara teratur.
Adanya tantangan besar dalam pengendalian TB yaitu pengobatan yang masih
membutuhkan waktu yang cukup lama (6 bulan), dan ketidakteraturan minum obat bagi
pasien sehingga kemungkinan terjadi MDR.

Anda mungkin juga menyukai