Anda di halaman 1dari 20

Sosial Media Sebagai Sarana Penginjilan : Respon

Gereja Masa Pandemic Covid-19


Benny Santoso
Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu
Bennysantoso4210@gmail.com
Abstrak
Munculnya virus Corona menjelang akhir tahun 2019, telah
menimbulkan wabah penyakit secara global, banyak negera-negara yang
masih bergulat dengan virus ini hingga detik ini. Keberadaan virus Corona
yang mudah sekali menjangkiti umat manusia telah menghambat aktivitas
manusia dalam berbagai aspek, berimbas baik bagi ketidaknyamanan
pekerjaan, kelembagaan, pembangunan, perekonomian, dan kasih banyak
lagi.Berbagai tindakan pencegahan digalakkan oleh pemerintah bekerjasama
dengan daerah untuk sedapat mungkin meminimalkan penyebarannya,
sehingga tidak berimbas pada aspek lainnya.
Gereja sebagai institusional dan organisme turut terkena dampak
darinya, mulai dari peribadatan secara online, untuk sebisa mungkin
meminimalkan tatap muka, serta beberapa hal lainnya, lantas bagaimana
dengan penginjilan jika sebelum pandemi penginjilan dapat dilakukan secara
face to face, tetapi ditengah situasi seperti ini nampaknya sulit bagi gereja
untuk melakukan tatap muka. Gereja perlu menanggapi secara cepat, tepat
dan bijaksana khusunya dalam penyampaian shalom, yakni dengan
pendekatan tematis digunakan untuk memahami penerapan media sosial
sebagai sarana penginjilan. Mengingat pada dasarnya keadaan apapun tidak
boleh menghalangi pemberitaan shalom termasuk pandemi corona virus
deases 2019. Disini gereja akan mengambil peranan penginjilan yang relevan
pada masa Covid-19 dari penerapan sosial media .
Kata Kunci : Corona, Virus, Covid-19, Penginjilan, Sosial Media, Internet.

Abstract
The emergence of the Corona virus towards the end of 2019, has
caused an outbreak of disease globally, many countries are still grappling
with this virus until now. The existence of the Corona virus which easily
infects mankind has hampered human activities in various aspects, has a

1
good impact on job inconvenience, institutions, development, the economy,
and many more. Various preventive measures are being promoted by the
government in the regions to spread its spread as much as possible, so that
does not affect other aspects.
The church as an institution and an organism also influences the
response, ranging from online worship, to face-to-face use as much as
possible, and several other things, then what about evangelism if before the
pandemic evangelism could be done face-to-face, but in the midst of a
situation like this it seems difficult. for the church to do face-to-face. The
church needs to be reminded quickly, precisely and wisely, especially in the
delivery of shalom, namely the thematic approach is used to understand the
application of social media as a means of evangelism. In fact, nothing can
prohibit the reporting of shalom, including the 2019 coronavirus pandemic.
Here the church will take a relevant evangelistic role during the Covid-19
era from the application of social media.
Keyword : Corona, Virus, Covid-19, evangelism, Social Media, Internet.

Pendahuluan
Pandemik Coronavirus Disease 2019 (Selanjutnya akan disebut:
Covid-19) telah mendunia dan setiap negara yang terdampak mengalami
krisis kesehatan, tidak terkecuali di Indonesia. Upaya setiap Pemerintah di
dunia telah dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 dengan
berbagai cara dan kebijakan, peraturan dan penerapan secara teknis.
Pemerintah dan setiap warga negara berusaha seoptimal mungkin untuk
melaksanakan sikap dan tindakan social distance (jaga jarak sosial,
pertemuan), penggunaan masker penutup mulut dan hidung yang berkualitas,
cara mencuci tangan yang benar, serta himbauan dan perintah untuk tetap
tinggal di rumah saja. Hal ini dilakukan setiap negara sejak pandemik Covid-
19 semakin meningkat.
Menurut data dari pemerintah yang diakses melalui covid19.go.id,
pada tanggal 11 oktober 2020, Pandemi Covid-19 di Indonesia dinyatakan
333.449 kasus positif. Dengan total kesembuhan sebesar 255.027 jiwa, dan

2
total meninggal dikarenakan positif covid-19 adalah sebesar 11.844 jiwa,
dengan suspek sebesar 151.652 jiwa serta 42.668 spesimen.1
Dalam kondisi dan situasi seperti ini, gereja secara institusional dan
organisme2 wajib menanggapi dengan tepat, cepat, dan bijaksana, John R.W
Stott pada suatu Konferensi Misionaris Urbana menyatakan bahwa “Allah
kita adalah Allah yang mengabarkan Injil.”3 Pekabaran Injil berasal dari hati
Allah, sebab dari semula keinginan untuk mengabarkan Injil sudah ada dalam
hati Allah. Dalam Perjanjian Baru (PB), Tuhan Yesus sebelum naik ke surga,
Ia memberikan “Amanat Agung” kepada murid-murid-Nya (Mat. 28:18,19;
Mrk. 16:15) dan tidak hanya berlaku pada masa itu saja, tetapi tetap berlaku
hingga sekarang. Untuk melaksanakan Amanat Agung memerlukan suatu
tindakan yaitu lewat misi penginjilan. Penginjilan adalah misi ke luar, kata
penginjilan mengandung makna rohani yang sangat dalam. Kata dasarnya
adalah Injil, kata Injil secara harafiah dapat diartikan sebagai kabar kesukaan
(Kis. 13:32), Kabar Baik (Luk. 4:18), Kesukaan Besar (Luk. 2:10). Rasul
Paulus di dalam 1 Korintus 15:1-4 menjelaskan bahwa Injil adalah berita
tentang kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus.
Maka dari itu seharusnya gereja semakin bersemangat dalam
menginjil pada masa covid-19 sehingga setiap orang tetap dapat menerima
kabar baik. Amanat Agung yang ditujukan Yesus tetap dapat terlaksana di
mana pandemic Covid-19. Cara untuk dapat menginjil pada masa pandemic
Covid-19 adalah dengan menggunakan sosial media yang terus berkembang
sampai masa kini.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menunjukkan penginjilan yang
relevan pada masa pandemic covid-19 ini. Penulisan ini lebih kepada
penekanan pemakaian social media untuk penginjilan sebagai respon gereja
terhadap masa pandemic covid-19.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
1
“Pasien Sembuh Menembus Angka 251.481 Kasus,” Satuan Tugas Penanganan Covid-19,
last modified 2020, https://covid19.go.id/p/berita/pasien-sembuh-menembus-angka-251481-
kasus.
2
Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Volume 5 : Doktrin Gereja (Surabaya: LRII, 1999),
hal
29.
3
Paul Bortwick, Pemberitaan Injil Tugas Siapa? (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1995).
3
orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini menggunakan metode
studi literatur. Peneliti berusaha menjawab permasalahan penelitian dengan
mencari sumber-sumber literatur yang berkorelasi dengan masalah
penelitian. Sumber-sumber tersebut adalah buku-buku teks dan juga jurnal-
jurnal ilmiah. Pendekatan tematis digunakan untuk memahami penerapan
media sosial sebagai sarana penginjilan. Kemudian peneliti menganalisis
sumber-sumber yang terkait dengan menggunakan analisis dokumen/analisis
isi. Teknik analisis tersebut merupakan kajian yang menitikberatkan pada
tafsiran/ pemahaman terhadap bahan tertulis sesuai dengan konteks untuk
memperoleh jawaban atas permasalahan yang diteliti. Peneliti juga
mencermati cara berkomunikasi seorang Rasul Paulus dengan jemaat-
jemaatnya dan orang-orang yang dikasihinya.
Pembahasan
1.1 Penginjilan
Kata ‘Injil’ berasal dari kata benda bahasa Yunani ευαγγέλιον
(euanggelion) yang secara umum berarti kabar baik atau berita baik.4
Marulak Pasaribu menjelaskan kata ευαγγέλιον secara rinci sebagai berikut:
“Kata ini merupakan kombinasi dari dua kata, yaitu: dari awalan kata eu dan
anggelia Kata eu artinya baik, sedangkan anggelia artinya suatu berita. Untuk
kata kerja Yunani disebut aggello artinya memberitakan. Orang yang
membawa berita baik disebut aggelos (utusan).” 5 Dalam perkembangannya,
kata euanggelion kemudian diterjemahkan di dalam bahasa Inggris dengan
kata Gospel. Kata Gospel sendiri berasal dari bahasa Inggris Kuno gōd-spell.
Bermula dari akar kata tersebut maka Gospel kemudian diartikan Good
News.6
Selain secara umum istilah euanggelion berarti kabar baik, kata ini
juga memiliki pengertian khusus yang mengacu nuansa dua dimensi.
Pertama, kata euanggelion berkaitan dengan dimensi upah yang akan
diterima oleh si pemberita. Di dalam kebiasaan budaya Yunani, orang yang
membawa kabar baik biasanya mendapatkan upah dari kabar baik yang
dibawanya.7 Kedua, kata euanggelion berkaitan dengan dimensi reaksi dan
tindakan dari pendengar berita. Kabar baik yang disampaikan akan

4
Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik (Malang: Gandum Mas, 2005).
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid.
4
memberikan reaksi pertama, yaitu membawa kurban kepada Allah sebagai
ucapan terima kasih atas berita kabar baik yang mereka dengar.8
Berdasarkan penjelasan di atas maka Injil merupakan Kabar Baik
bagi setiap manusia, dimana jika itu diberitakan maka akan memberikan
upah bagi si pemberitanya dan memunculkan reaksi dan tindakan bagi
pendengarnya, yaitu ucapan terima kasih sebagai wujud kurban kepada
Allah.
Di samping arti yang berkaitan dengan etimologinya, istilah Injil juga
dapat diletakkan dalam cakupan yang lebih luas tergantung di mana istilah
ini dipakai. Pertama, Injil dapat diartikan sebagai keseluruhan Alkitab yang
meliputi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Keseluruhan Alkitab disebut
Injil karena berisi Kabar Baik. Keseluruhan berita yang ada di dalam
Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) berisi tindakan Allah yang
menyelamatkan manusia dari dosa kepada hidup melalui Yesus Kristus yang
telah dinubuatkan oleh para nabi.9
Kedua, Injil dapat diartikan sebagai berita khusus tentang
pembebasan Allah bagi umat-Nya. Nabi Yesaya pernah menubuatkan berita
pembebasan bagi umat-Nya dari pembuangan (Yes. 40:9). Kabar nubuatan
tentang pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir inipun juga
dapat disebut sebagai Injil atau kabar baik. Ketiga, Injil dapat diartikan
sebagai Hidup dan Pekerjaan Yesus yang adalah Sang Mesias. Hidup dan
pekerjaan Yesus telah dinubuatkan oleh para nabi di dalam PL. Di dalam
hidup dan karyaNya, Allah hadir membebaskan manusia. Hal ini selaras
dengan nubuatan Nabi Yesaya tentang pelayanan Sang Mesias yang
membebaskan (Yes. 6:1; Luk. 4:18-19). Jadi hidup dan karya Yesus adalah
kabar baik atau Injil.
Keempat, Injil dapat diartikan sebagai keempat kitab yaitu Matius,
Markus, Lukas dan Yohanes. Empat kitab yaitu Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes merupakan Injil. Mengapa demikian? Karena di dalam keempat
kitab tersebut secara khusus berbicara tentang pribadi dan karya Yesus.
Melalui pribadi dan karya-Nya, setiap manusia yang percaya kepada-Nya
mengalami pembebasan. Maka keempat kitab tersebut dapat disebut sebagai
Kabar Baik atau Injil.

8
Ibid.
9
David Eko Setiawan, “Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial,” BIA’: Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 1 (2019): 83–93.
5
Kelima, Injil dapat diartikan juga dengan tulisan-tulisan Paulus dan
kitab-kitab lainnya. Surat-surat Paulus pada dasarnya adalah Injil, mengingat
bahwa di dalam suratsuratnya Paulus menuliskan beberapa fakta tentang
Injil. Sebagai contoh di dalam surat kepada jemaat di Korintus (I Kor. 15:1-
11), Paulus menjelaskan elemen-elemen dalam Injil yaitu: Pertama, Yesus
telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. Kedua, Yesus
telah dikuburkan. Ketiga, Yesus telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga,
sesuai dengan Kitab Suci. Keempat, Yesus akan kembali kepada umat
kepunyaan-Nya. Selain itu di dalam surat Roma, Paulus menyebut Injil
Allah. Berati semua isi surat Roma adalah Injil atau Kabar Baik10
1.2 Pentingnya Penginjilan
Packer menunjukkan Good News itu sebagai berikut: “Injil Yesus
Kristus adalah kabar terbaik yang pernah ada, setelah kabar terburuk yang
mungkin ada.”11 Berdasarkan pernyataan Packer tersebut tampak bahwa yang
disebut Good News adalah Injil. Pernyataannya tersebut sangatlah beralasan,
karena pada dasarnya Injil merupakan jawaban atas kondisi manusia berdosa
yang tanpa harapan akibat penghukuman Allah. Melalui Injil, setiap manusia
mendapatkan solusi untuk terhindar dari penghukuman Allah. Injil pada
dasarnya berisi kabar baik tentang Yesus Kristus, tentang kedatangan-Nya ke
dunia, tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya.12
Stanley Heath membuat ringkasan isi Injil berdasarkan I Korintus
15:1-4 sebagai berikut: “Yesus adalah Anak Allah, yang telah menggantikan
hukuman saya pada kayu salib. Ia telah disahkan menjadi penebus pribadi
saya, dalam hal Allah sudah membangkitkan Dia dari kubur-Nya sesuai
dengan isi Kitab Suci.”13 Berdasarkan penjelasan Heath tersebut tampak
bahwa kabar baik yang terkandung di dalam Injil adalah karya Allah melalui
Yesus Kristus Anak-Nya untuk menyelamatkan setiap manusia yang percaya
kepada-Nya. Yesus Kristus menggantikan hukuman di atas kayu salib dan
menebus mereka dari segala dosa. Bahkan kebangkita-Nya telah menjadi
bukti bahwa kuasa dosa telah dikalahkan (1 Kor. 15:17-20)
Melalui Injil setiap manusia yang percaya dapat diselamatkan dari
penghukuman Allah. hal ini dikarenakan universalisme adalah hal yang

10
Ibid.
11
Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik.
12
G.C. et.all van Niftrik, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995).
13
Stanley Heath, Penginjilan Dan Pelayanan Pribadi, ed. PN Yakin (Surabaya, n.d.).
6
sangat berbahaya bagi Kekristenan.14 Rasul Paulus tanpa ragu meyakini hal
tersebut. Dia menyatakan keyakinannya itu sebagai berikut: “Sebab aku
mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan
Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang
Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rom. 1:16). Berdasarkan pernyataan
Paulus tersebut tampak bahwa Injil merupakan kabar baik yang dapat
memulihkan harapan setiap manusia untuk diselamatkan. Kabar baik ini
penting untuk didengar oleh semua orang, karena pada dasarnya Injil itu
untuk semua orang.15 Hal ini tampak dari perkataan Tuhan Yesus berikut:
“Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala makhluk. Siapa
yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya
dihukum (Mark. 16:15-16). Jadi, mandat untuk memberitakan Injil untuk
semua manusia di seluruh dunia merupakan bukti dan fakta keuniversalan
dari Injil tersebut.16
Melalui Injil, seseorang diharapkan untuk mengalami kelahiran baru.
kelahiran baru merupakan peristiwa yang terjadi ketika seseorang menerima
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan selamatsecara pribadi. Peristiwa ini
sangatlah penting bagi orang percaya. Karena melaluinya orang percaya
menjadi ciptaan baru dan menerima hidup baru yang diungkapkan dalam
perhatian dan minat-minat baru. Selain itu, orang percaya juga menghasilkan
pembaharuan cara hidup yang akan berdampak bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya.17
2.1 Media Sosial
Boyd dalam Nasrullah (2015) media sosial sebagai kumpulan
perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk
berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling
berkolaborasi atau bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada
usergenerated content (UGC) dimana konten dihasilkan oleh pengguna,
bukan oleh editor sebagaimana di instansi media massa.18

14
David Eko Setiawan, “Refleksi Pastoral Terhadap Konsep Keselamatan Dalam
Universalisme Ditinjau Dari Soteriologi Kristen,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika
dan Praktika 1, no. 2 (2018): 250–269.
15
Kalis Stevanus, Benarkah Injil Untuk Semua Orang? (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2017).
16
Ibid.
17
David Eko Setiawan, “Kelahiran Baru Di Dalam Kristus Sebagai Titik Awal Pendidikan
Karakter Unggul,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 3, no. 2
(2019): 154.
18
Astari Clara Sari et al., “Komunikasi Dan Media Sosial,” no. December (2018).
7
Van Dijk dalam Nasrullah (2015) menyatakan bahwa media sosial
adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang
memfasilitasi mereka dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Karena itu
media social dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang
menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebuah ikatan sosial.
Pada intinya, dengan sosial media dapat dilakukan berbagai aktifitas
dua arah dalam berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling
berkenalan dalam bentuk tulisan, visual maupun audiovisual. Sosial media
diawali dari tiga hal, yaitu Sharing, Collaborating dan Connecting (Puntoadi,
2011). Sosial media mengalami perkembangan yang sangat signifikan dari
tahun ke tahun, Jika pada tahun 2002 Friendster merajai sosial media karena
hanya Friendster yang mendominasi sosial media di era tersebut, kini telah
banyak bermunculan sosial media dengan keunikan dan karakteristik masing-
masing.19
Sejarah sosial media diawali pada era 70-an, yaitu ditemukannya
sistem papan buletin yang memungkinkan untuk dapat berhubungan dengan
orang lain menggunakan surat elektronik ataupun mengunggah dan
mengunduh perangkat lunak, semua ini dilakukan masih dengan
menggunakan saluran telepon yang terhubung dengaan modem.
Pada tahun 1995 lahirlah situs GeoCities, GeoCities melayani web
hosting (layanan penyewaan penyimpanan data-data website agar website
dapat diakses dari manapun). GeoCities merupakan tonggak awal berdirnya
websitewebsite.
Pada tahun 1997 sampai tahun 1999 munculah sosial media pertama
yaitu Sixdegree.com dan Classmates.com. Tak hanya itu, di tahun tersebut
muncul juga situs untuk membuat blog pribadi, yaitu Blogger. situs ini
menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri.
Sehingga pengguna dari Blogger ini bisa memuat hal tentang apapun.
Pada tahun 2002 Friendster menjadi sosial media yang sangat
booming dan kehadirannya sempat menjadi fenomenal. Setelah itu pada
tahun 2003 sampai saat ini bermunculan berbagai sosial media dengan
berbagai karakter dan kelebihan masingmasing, seperti LinkedIn, MySpace,
Facebook, Twitter, Wiser, Google+ dan lain sebagainya. Sosial media juga

19
Ibid.

8
kini menjadi sarana atau aktivitas digital marketing, seperti social media
maintenance, social media endorsement dan social media activation.
Ada beberapa karakteristik dari media sosial yakni:
1. Jaringan (network), adalah infrasturktur yang menghubungkan antara
komputer dengan perangkat keras lainnya. Koneksi ini diperlukan karena
komunikasi bisa terjadi jika antar komputer terhubung, termasuk di dalamnya
perpindahan data.
2. Informasi (informations), menjadi entitas penting di media sosial karena
pengguna media sosial mengkreasikan representasi identitasnya,
memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan
3. Arsip (archive), bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah
karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bias diakses
kapanpun dan melalui perangkat apapun.
4. Interaksi (interactivity), media sosial membentuk jaringan antar pengguna
yang tidak sekedar memperluas hubungan pertemanan atau pengikut
(follower) semata, tetapi harus dibangun dengan interaksi antar pengguna
tersebut.
5. Simulasi sosial (simulation of society), media sosial memiliki karakter
sebagai medium berlangsungnya masyarakat (society) di dunia virtual. Media
sosial memiliki keunikan dan pola yang dalam banyak kasus berbeda dan
tidak dijumpai dalam tatanan masyarakat yang real.
6. Konten oleh pengguna (User-Generated Content). Di Media sosial konten
sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi pengguna atau pemilik akun.
UGC merupakan relasi simbiosis dalam budaya media baru yang
memberikan kesempatan dan keleluasaan pengguna untuk berpartisipasi. Hal
ini berbeda dengan media lama (tradisional) dimana khalayaknya sebatas
menjadi objek atau sasaran yang pasif dalam distribusi pesan.
konsep dasar dalam komunikasi digital adalah:
2.1.1 Dunia Maya (Cyberspace)
Istilah dunia maya memiliki beberapa makna berbeda. Dalam novel
William Gibson (1984/1994), Neuromancer, istilah dunia maya muncul
pertama kalinya untuk merujuk pada jaringan informasi luas yang oleh para

9
penggunanya disebut dengan console cowboys akan “muncul”, atau koneksi
langsung dengan sistem-sistem syaraf mereka.
Berikut adalah sebuah definisi lebih formal yang dikembangkan dari
konsep Gibson tetapi memberikan keterkaitan langsung dengan sistem
syaraf, “Dunia maya adalah realita yang terhubung secara global, didukung
komputer, berakses komputer, multidimensi, artificial, atau “virtual”, Dalam
realita ini, di man setiap komputer adalah sebuah jendela, terlihat atau
terdengar objek-objek yang bukan bersifat fisik dan bukan representasi
objek-objek fisik, namun lebih merupakan gaya, karakter, dan aksi
pembuatan data, pembuatan informasi murni”.
Dalam pemakaian umum saat ini, dunia maya adalah istilah
komprehensif untuk world wide web (www), Internet, milis elektronik,
kelompok-kelompok dan forum diskusi, ruang ngobrol (chatting), permainan
interaktif multi-player, dan bahkan e-mail (Turkle, 1995).
2.1.2 Virtual Reality (VR)
Virtual reality merujuk pada pemakaian komputer untuk
mensimulasikan sebuah pengalaman dengan cara yang sama dengan realita.
Pada jenis-jenis VR yang paling sering dipakai, seseorang memakai sarung
tangan, earphone, dan goggles yang disambungkan dengan komputer.
Rangsangan berubah sesuai dengan gerakan orang itu, misalnya menggerak-
gerakkan kepala atau gerakan-gerakan lainnya.
VR mencakup interaktivitas dan multidimensi yang beroprasi pada
level yang sangat tinggi. sistem VR yang canggih dapat menjadi jawara
dalam komunikasi sebuah format yang didalamnya kita dapat berbagi
pengalaman dengan orang lain.
2.1.3 Komunitas Maya (Virtual Community)
Virtual community atau komunitas maya adalah komunitas-komunitas
yang lebih banyak muncul didunia komunikasi elektronik dari pada di dunia
nyata. Salah satu bentuk yang paling awal adalah bulletin komputer yang
diberi dengan menyambungkan modem pada tahun 1970- an. Ruang chatting,
e-mail, dan kelompokkelompok diskusi via elektronik adalah contoh baru
tempat-tempat yang dapat dipakai oleh komunitas untuk saling
berkomunikasi. Orang yang tinggal di bebagai penjuru dunia yang memiliki
ketertarikan sama dapat berkumpul untuk membecirakannya dalam dunia
maya.
1
2.1.4 Chat Rooms, MUD, dan Bot
Fitur internet tertentu memungkinkan kita melakukan interaksi
dengan cara-cara baru dan menarik. Chat room atau ruang ngobrol
memungkinkan kita berkomunikasi langsung dengan orang lain yang belum
kita kenal. Game (permainan) interaktif multiplayer memungkinkan kita
melakukan peran-peran fantasi dengan orang lain. Satu jenis permainan
interaktif yang canggih adalah MUD, singkatan dari Multi-User Dungeon
atau Multi-User Domain. Para pemain dalam permainan ini memiliki sebuah
peran dan berkelana di dunia maya serta memungkinkan mereka dapat
berinteraksi dengan para pemain lainnya.
2.1.5 Interaktivitas
Interaktivitas adalah bahwa ia dipakai minimal dalam dua makna
berbeda. Orang-orang dengan latar belakang ilmu komputer cenderung
memaknainya sebagai interaksi pengguna dengan komputer sebagaimana
permainan-permainan interaktif. Definisi seacam itu menyebutkan bahwa
interaktivitas “berarti kemampuan pengguna untuk berkomunikasi secara
langsung dengan komputer dan memiliki dampak pada pesan apa pun yang
sedang dibuat” (Dillon dan Leonard, 1998).20
2.2 Fasilitas Media Sosial yang bisa digunakan dalam penginjilan
Salah satu cara agar penginjilan melalui sosial media menjadi sukses,
dan dapat memenangkan banyak jiwa, adalah dengan memilih fasilitas sosial
media yang benar. Media sosial yang benar dalam arti memiliki pengunjung
yang banyak. Dalam arti lain, tidak akan menjadi berguna bila apa yang kita
posting tidak dilihat oleh seorang pun. Maka dari itu, data di Indonesia pada
Januari 2020, ada 10 media sosial yang sering dikunjungi atau digunakan.

20
Ibid.
1
Grafik Ini yang menjadi acuan kita dalam memakai fasilitas media sosial
dalam menginjil pada masa covid-19 ini.21 Dari data yang ada, Youtube,
Whatsapp, Facebook, Instagram, dan Twitterlah yang sering dipakai oleh
masyarakat di Indonesia. Maka dari itu, pergunakanlah fasilitas-fasilitas
tersebut untuk menginjil atau mengabarkan kabar baik, serta memenangkan
jiwa bagi Yesus Kristus.

3.1 Media Sosial sebagai Sarana Penginjilan

Media Sosial memiliki banyak keunggulan yang bisa kita manfaatkan


demi kemuliaan Tuhan. Salah satu keunggulan media sosial adalah tidak
terikat ruang dan waktu. Sekali menuliskan sesuatu, banyak yang melihatnya.
Selain itu, kita juga bisa mengetahui kondisi teman kita dan mengomentari
pendapat orang lain.22

21
Hootsuite, “10 Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan Di Indonesia,” last modified
2020, accessed October 11, 2020, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/26/10-
media-sosial-yang-paling-sering-digunakan-di-indonesia.
22
Palti Hutabarat, “Media Sosial Untuk Kemuliaan Tuhan,” last modified 2015, accessed
October 5, 2020, https://majalahdia.net/sudut-pandang/media-sosial-untuk-kemuliaan-tuhan/.
1
Media sosial saat ini juga bukan hanya dipakai untuk menyatakan isi
hati atau mencari tahu kabar terkini, melainkan juga untuk menuntut
penegakan kebenaran dan keadilan. Kita tahu bagaimana berpengaruhnya
petisi online yang ditandatangani melalui situs Change.org dalam
memperjuangkan kebenaran dan hak-hak sipil. Beberapa petisi yang dibuat
kemudian dibagikan serta membesar pengaruhnya di media sosial dan
akhirnya didengarkan oleh pihak terkait, sehingga berhasil melakukan
perubahan-perubahan.23

Manfaat lain media sosial adalah sebagai jembatan penghubung


komunikasi dengan tokoh publik. Saya sendiri menjadikan Media Sosial
sebagai sarana berkomunikasi dengan tokoh-tokoh penting di negeri ini.
Beberapa bulan yang lalu, saya pernah berdiskusi dengan pakar Hukum Tata
Negara, Yusril Ihza Mahendra, melalui akun twitternya, tentang gugatannya
ke Mahkamah Konstitusi, yaitu mengenai pemilu serentak. Karena merasa
ada yang salah dan saya kurang cepat menanggapi, pak Yusril pun
menelepon nomor ponsel yang tertera di akun Twitter saya, dan kami pun
berkomunikasi melalui telepon. Beberapa kali juga saya mencoba berdiskusi
dan berkomunikasi dengan tokoh-tokoh nasional di akun Twitter.24
Memanfaatkan media sosial untuk memberitakan Injil tidaklah sesulit
membangun sebuah stasiun radio atau jaringan televisi yang membutuhkan
teknologi, keahlian dan dana yang besar. Membangun sebuah sarana
penginjilan dengan media sosial hampir dapat dilakukan oleh semua orang,
dengan biaya yang murah dan jangkauan yang luas. Dari segi jangkauan
media internet tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu, juga tidak
dibatasi oleh batas-batas negara dengan segala birokrasinya. Jadi peluang
untuk memanfaatkan media internet untuk menyampaikan berita Injil sangat
terbuka.25
Supaya posting penginjilan dapat dikunjungi, maka perlu membangun
jembatan yaitu menyediakan informasi yang mereka cari atau istilah yang
biasa dipakai “pasang umpan sesuai dengan apa yang disukai ikan, bukan apa
yang disukai si pemancing”. Tulisan pada halaman-halaman situs adalah
topik-topik sekuler seperti yang disebutkan di atas atau tentang kebutuhan-
kebutuhan umum, dengan demikian akan menemukan target penginjilan,
23
Ibid.
24
Ibid.
25
Adrianus Pasasa, “Penggunaan Media Internet Sebagai Pemberitaan Injil,” Jurnal Simpson
2 (2015).
1
yaitu orang-orang yang belum mengenal Kristus. Misalnya, informasi yang
ditulis di halaman situs tentang bagaimana memperbaiki mobil VW, atau
bagaimana beternak tikus, atau tentang penyanyi idola, halaman situs harus
betul-betul “membicarakan” topik tersebut. Topik tersebut harus berisi
tulisan yang bermutu dan seinformatif mungkin, bahkan bisa ditambah
dengan banyak tautan (link) menarik ke halaman-halaman lain yang
membicarakan topik tersebut.26
Target yang hendak dijangkau adalah orang-orang yang belum
percaya kepada Tuhan Yesus, maka hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat posting penginjilan adalah tampilkan topik-topik yang sering dicari
orang, misalnya: topik tentang olah raga, kesehatan, seks dan hubungan,
nasihat untuk masalahmasalah pribadi, hobi, berita lokal, informasi
pariwisata, humor, film, musik, berita-berita yang terkait, selebritis, dan
jutaan hal-hal lain. Namun isi tulisan yang disajikan adalah tentang jalan
keselamatan, jadi topik-topik di atas hanya dipakai untuk menarik perhatian
pengguna internet untuk berkunjung ke posting penginjilan.27

3.2 Media Sosial sebagai Sarana Penginjilan Menurut Alkitab

Pada zaman Tuhan Yesus, penginjilan (pewartaan kabar baik)


dilakukan secara verbal bahkan face to face. Pola penginjilan yang sama juga
masih dilakukan oleh murid Tuhan Yesus sampai kepada Misionaris,
semuanya masih bersifat kunjungan atau terjun langsung ke lapangan, baik
melalui darat maupun laut untuk menjangkau orang-orang yang belum
diselamatkan di dalam Tuhan Yesus. Misalnya kerinduan Paulus untuk
mengenalkan Kristus kepada orang-orang yang belum diselamatkan dengan
mengunjungi mereka dan memberitakan Injil kepada orang-orang non-
Yahudi yang masih awam terhadap Injil. Paulus dalam pelayananya juga
menggunakan jalur darat dan laut, bahkan dalam pelayanannya banyak
berjalan kaki, tujuannya supaya dapat bertemu langsung dengan banyak
orang, supaya semakin banyak yang mendengar Injil.

Rasul Paulus adalah salah satu teolog besar dalam Perjanjian Baru
yang kaya dengan pemikiran teologis.28 Paulus berkomunikasi dengan
menulis surat. Surat-surat itu ada pada kita dalam Kitab Suci. Surat itu
26
Ibid.
27
Ibid.
1
menyapa kita dewasa ini seperti dulu menyapa si alamat. Sifat komunikatif
surat itu memang abadi. Penulisnya sama. Tetapi pembacanya berganti, dari
waktu ke waktu. Surat-surat Paulus bernilai tinggi karena kita percaya bahwa
surat-surat itu terilhami Roh Kudus. Surat-surat itu, walau tidak dimaksudkan
sebagai catatan sejarah, tetapi dapat menjadi sumber utama bagi kita tentang
sejarah dan ajaran gereja purba yang baru muncul. Surat-surat itu ikut
mempengaruhi dan membentuk perjalanan dan perkembangan gereja.29

Keadaan jaman Paulus tentu berbeda dengan jaman kita. Saat ini kita
punya banyak sarana transportasi dan komunikasi modern, canggih, cepat.
Pada jaman Paulus dulu, belum ada teknologi transportasi dan komunikasi
seperti dewasa ini. Kalau Paulus punya fasilitas seperti dewasa ini, mungkin
wilayah yang dicakupnya dalam layanan komunikasi pastoralnya sangat luas,
mungkin seluas dunia seperti Yohanes Paulus II (maka menjadi rasul para
bangsa dalam arti sebenarnya). Cakupan itu tidak hanya luas. Pertumbuhan
dan perkembangan gereja purba akan menjadi lain sekali kalau Paulus punya
media seperti dewasa ini. Tetapi sudahlah. Realistik saja. Paulus
berkomunikasi dengan menulis surat, berkunjung, berkaki, berkuda (delman),
berlayar. Komunikasi elektronik dewasa ini amat mengagumkan. Dunia
menjadi sempit, menjadi dusun global, a global village, kata orang-orang.
Paulus si penulis surat dan penginjil utama gereja purba itu, kiranya akan
sangat terpesona dengan fasilitas modern ini. Tetapi sekali lagi kita realistik
saja.30

Keadaan jaman mengkondisikan Paulus untuk menulis surat sebagai


sarana dan cara berkomunikasi. Tetapi, Paulus selalu menindaklanjuti
(Follow up) Jemaat Rintisannya.31 Keadaan itu sulit, karena jarak tempuh ke
si alamat. Kita tahu bahwa menulis surat saat itu memerlukan kesabaran dan
ketekunan luar biasa. Ini adalah bukti bahwa menulis surat itu sulit. Perlu
ketekunan, kesabaran. Tetapi semua itu tidak mengurangi semangat Paulus
untuk bersurat, karena bagi dia bersurat adalah sebuah tanda cinta dan per-

28
David Eko Setiawan and Dwiati Yulianingsih, “Signifikansi Salib Bagi Kehidupan
Manusia Dalam Teologi Paulus,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 2
(2019): 227–246.
29
Fransiskus Borgias, “BELAJAR DARI PAULUS, KOMUNIKATOR ULUNG,” last
modified 2008, http://canticumsolis.blogspot.com/2008/12/belajar-dari-paulus-komunikator-
ulung.html.
30
Ibid.
31
David Setiawan, “Menemukan Sebuah Model Misi Perintisan Jemaat Alkitabiah-
Kontekstual Bagi Sebuah Gereja Lokal Baru” (2020).
1
hati-an. Cinta, juga cinta pastoral butuh pengorbanan, butuh perjuangan, dan
karena itu tidak mudah.32

Surat dan bersurat adalah satu-satunya cara dan sarana berkomunikasi


gereja purba. Memang pada masa Kristianitas purba, perkumpulan jemaat
yang ada di tempat yang berbeda, saling berkontak dengan Paulus lewat
surat. Pemimpin jemaat lain juga demikian. Mereka saling berkontak dengan
surat-menyurat. Sebenarnya ada banyak surat dari pada yang tertampung
dalam Perjanjian Baru maupun di luarnya (karena tidak masuk kanon,
seperti Pastor Hermas itu). Sayang, banyak dari surat itu kini tidak ada lagi.
Beberapa surat Paulus adalah tanggapan atas surat-surat yang dikirim
kepadanya. Dengan surat yang dikirimnya, Paulus memberi nasihat, perintah,
wejangan, petuah. Dengan itu ia memecahkan soal yang muncul di kalangan
jemaat. Ia memberi dorongan, kekuatan, dan penghiburan, memberi visi
teologis, kepada komunitas jemaat local.33

Biasanya surat ditulis pada perkamen (kulit yang disamak). Juga


memakai papirus, yang dibuat dari pelepah pandan, dari mana kita mewarisi
kata paper. Papirus itu diambil dari pandan, yang banyak tumbuh di pinggir
sungai (terutama Nil). Ada yang tebal, ada yang tipis. Ada yang
permukaannya halus, ada yang kasar. Perkamen/papirus itu biasanya dibuat
dengan ukuran tertentu (10-12 inci) agar dapat disusun menjadi satu
kumpulan/jilid. Dari segi bahan tampak bahwa saat itu menulis adalah satu
perjuangan, kebutuhan elit, kebutuhan lux. Bisa dikatakan bahwa menulis
adalah penderitaan. Jangan sampai kita membayangkan bahwa permukaan
papirus/perkamen itu halus sehingga mudah ditulis. Sama sekali tidak. Kertas
kita dewasa ini terlalu halus, sehingga sulit kita membayangkan perjuangan
dan penderitaan untuk menulis pada jaman dahulu.34

Sekarang mengenai pena atau alat tulis. Pena biasanya dibuat dari
potongan buluh atau bulu burung. Tintanya kental; biasanya terbuat dari
campuran carbon dan lem atau getah pohon. Dengan mutu permukaan
papirus/perkamen yang kasar, aktifitas menulis itu sangat sulit. Perlu
perjuangan, kesabaran, dan ketekunan, bahkan harus rela menderita. Di atas
32
Borgias, “BELAJAR DARI PAULUS, KOMUNIKATOR ULUNG.”
33
Ibid.
34
Ibid.
1
permukaan yang tidak mulus, si penulis dengan tekun dan perlahan
merangkai huruf untuk mengungkapkan pikiran. Jadi, ia berjuang antara
kecepatan berpikir dan kecepatan tangan, dan permukaan papirus kasar.
Bahkan si penulis harus berjuang menghasilkan huruf-huruf ini. Belum lagi
ia harus mencelupkan penanya dan pena itu kering sebelum dipakai menulis.
Tinta menguap, pikiran dan ilham bisa lenyap ditelan waktu. Belum lagi ide
hilang karena pelbagai pelanturan. Ini adalah penyadaran
akan spiritualitas menulis (sebenarnya saya mau memberi judul tulisan ini
dengan Spiritualitas Menulis).35

Kalau suratnya pendek, maka perjuangan juga pendek walau tetap


sulit. Begitu misalnya pesan Paulus kepada Filemon (25 ayat). Surat yang
pendek biasanya digulung, lalu dimeterai dengan lilin atau dimasukkan ke
dalam kendi. Lalu nama penerima surat ditulis pada bagian luar pembungkus
surat. Biasanya ditulis juga nama si pembawa surat. Ada juga yang menyebut
tempat-tempat yang bakal dilalui si pembawa surat. Surat yang lebih panjang
biasanya digulung dan dimasukkan ke dalam amplop bermeterai; bisa juga
dibungkus dengan lembar papirus yang lain, lalu diikat dengan tali dan
dimeterai.36

Kesimpulan

Pandemik Covid-19 telah mendunia dan setiap negara yang


terdampak mengalami krisis kesehatan, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam
kondisi dan situasi seperti ini, gereja secara institusional dan organisme,37
wajib menanggapi dengan tepat, cepat, dan bijaksana. Maka dari itu
seharusnya gereja semakin bersemangat dalam menginjil pada masa covid-
19. Injil merupakan Kabar Baik bagi setiap manusia, dimana jika itu
diberitakan maka akan memberikan upah bagi si pemberitanya dan
memunculkan reaksi dan tindakan bagi pendengarnya, yaitu ucapan terima
kasih sebagai wujud kurban kepada Allah. Melalui Injil setiap manusia yang
percaya dapat diselamatkan dari penghukuman Allah. Sosial media adalah
tempat untuk melakukan berbagai aktifitas dua arah dalam berbagai bentuk
pertukaran, kolaborasi, dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan, visual
maupun audiovisual. Media Sosial memiliki banyak keunggulan yang bisa
35
Ibid.
36
Ibid.
37
Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Volume 5 : Doktrin Gereja (Surabaya: LRII,
1999), hal 29.
1
kita manfaatkan demi kemuliaan Tuhan. Salah satu keunggulan media sosial
adalah tidak terikat ruang dan waktu. Sekali menuliskan sesuatu, banyak
yang melihatnya. Selain itu, kita juga bisa mengetahui kondisi teman kita dan
mengomentari pendapat orang lain. Target yang hendak dijangkau adalah
orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam membuat posting penginjilan adalah tampilkan
topik-topik yang sering dicari orang, misalnya: topik tentang olah raga,
kesehatan, seks dan hubungan, nasihat untuk masalahmasalah pribadi, hobi,
berita lokal, informasi pariwisata, humor, film, musik, berita-berita yang
terkait, selebritis, dan jutaan hal-hal lain. Namun isi tulisan yang disajikan
adalah tentang jalan keselamatan, jadi topik-topik di atas hanya dipakai untuk
menarik perhatian pengguna internet untuk berkunjung ke posting
penginjilan. Paulus berkomunikasi dengan menulis surat. Surat-surat itu ada
pada kita dalam Kitab Suci. Surat itu menyapa kita dewasa ini seperti dulu
menyapa si alamat. Sifat komunikatif surat itu memang abadi. Penulisnya
sama, Tetapi pembacanya berganti, dari waktu ke waktu. Surat-surat Paulus
bernilai tinggi karena kita percaya bahwa surat-surat itu terilhami Roh
Kudus. Keadaan jaman mengkondisikan Paulus untuk menulis surat sebagai
sarana dan cara berkomunikasi. Keadaan itu sulit, karena jarak tempuh ke si
alamat. Kita tahu bahwa menulis surat saat itu memerlukan kesabaran dan
ketekunan luar biasa. Keadaan jaman Paulus tentu berbeda dengan jaman
kita. Saat ini kita punya banyak sarana transportasi dan komunikasi modern,
canggih, cepat. Pada jaman Paulus dulu, belum ada teknologi transportasi
dan komunikasi seperti dewasa ini. Surat dan bersurat adalah satu-satunya
cara dan sarana berkomunikasi gereja purba. Sekarang, dengan adanya sosial
media, semua hal lebih dipermudah, termasuk penginjilan. Di masa Covid-19
ini, penginjilan melalui sosial media sangatlah relevan dilakukan oleh
pendeta-pendeta, atau pemimpin-pemimpin rohani lainnya.

Daftar Pustaka
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika, Volume 5 : Doktrin Gereja.
Surabaya: LRII, 1999.
Borgias, Fransiskus. “BELAJAR DARI PAULUS, KOMUNIKATOR
ULUNG.” Last modified 2008.
http://canticumsolis.blogspot.com/2008/12/belajar-dari-paulus-
komunikator-ulung.html.
Bortwick, Paul. Pemberitaan Injil Tugas Siapa? Bandung: Yayasan Kalam
1
Hidup, 1995.
Heath, Stanley. Penginjilan Dan Pelayanan Pribadi. Edited by PN Yakin.
Surabaya, n.d.
Hootsuite. “10 Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan Di Indonesia.”
Last modified 2020. Accessed October 11, 2020.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/26/10-media-sosial-
yang-paling-sering-digunakan-di-indonesia.
Hutabarat, Palti. “Media Sosial Untuk Kemuliaan Tuhan.” Last modified
2015. Accessed October 5, 2020. https://majalahdia.net/sudut-pandang/
media-sosial-untuk-kemuliaan-tuhan/.
van Niftrik, G.C. et.all. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1995.
Pasaribu, Marulak. Eksposisi Injil Sinoptik. Malang: Gandum Mas, 2005.
Pasasa, Adrianus. “Penggunaan Media Internet Sebagai Pemberitaan Injil.”
Jurnal Simpson 2 (2015).
Sari, Astari Clara, Universitas Muslim Indonesia, Rini Hartina, Universitas
Muslim Indonesia, Reski Awalia, Universitas Muslim Indonesia, Hana
Iriyanti, and Universitas Muslim Indonesia. “Komunikasi Dan Media
Sosial,” no. December (2018).
Setiawan, David. “Menemukan Sebuah Model Misi Perintisan Jemaat
Alkitabiah-Kontekstual Bagi Sebuah Gereja Lokal Baru” (2020).
Setiawan, David Eko. “Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan
Sosial.” BIA’: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no.
1 (2019): 83–93.
———. “Kelahiran Baru Di Dalam Kristus Sebagai Titik Awal Pendidikan
Karakter Unggul.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan
Warga Jemaat 3, no. 2 (2019): 154.
———. “Refleksi Pastoral Terhadap Konsep Keselamatan Dalam
Universalisme Ditinjau Dari Soteriologi Kristen.” FIDEI: Jurnal
Teologi Sistematika dan Praktika 1, no. 2 (2018): 250–269.
Setiawan, David Eko, and Dwiati Yulianingsih. “Signifikansi Salib Bagi
Kehidupan Manusia Dalam Teologi Paulus.” FIDEI: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika 2, no. 2 (2019): 227–246.
Stevanus, Kalis. Benarkah Injil Untuk Semua Orang? Yogyakarta: Diandra
Kreatif, 2017.
“Pasien Sembuh Menembus Angka 251.481 Kasus.” Satuan Tugas
1
Penanganan Covid-19. Last modified 2020.
https://covid19.go.id/p/berita/pasien-sembuh-menembus-angka-251481-
kasus.

Anda mungkin juga menyukai