Anda di halaman 1dari 9

Fanuel Febrian Henky Saputra

F0311050

RMK - APLIKASI AUDIT ATAS
ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

Ruang Lingkup ETAP
Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP)
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik yang :
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan
2. Memberikan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purposes financial
statement) bagi pengguna eksternal.
Entitas memiliki akuntabilitas publik yang signifikan apabila
1. Entitas telah mengajukan persyaratan pendaftaran atau dalam proses pengajuan
persyaratan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek di pasar modal.
2. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat seperti bank, asuransi, pialang, dana pensiun, reksadana, dan bank
investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik yang signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.

Konsep dan Pervasif SAK ETAP
Tujuan laporan keuangan adalah mengadakan informasi posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi
dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut.
Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atas pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
padanya.

Posisi Keuangan
Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu waktu
tertentu.
1. Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
entitas.
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tak langsung
terhadap aliran kas dan setara kas pada entitas. Arus kas tersebut dapat terjadi
melalui penggunaan aset atas pelepasan aset.
2. Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber
daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Karakteristik esensial dari kewajiban adalah bahwa entitas mempunyai kewajiban
masa kini untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu.
Kewajiban dapat berbentuk kewajiban konstruktif dan kewajiban hukum.
Kewajibiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan entitas berikut:
a. Oleh praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atas
pernyataan kini yang cukup spesifik, entitas telah memberikan indikasi
kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu.
b. Akibatnya, entitas telah menimbulkan ekspektasi besar dan sah kepada pihak
lain bahwa entitas akan melaksanakan tanggung jawab tersebut
Pembayaran kewajiban masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas, penyerahan
aset lain, pemberian jasa, penggantian kewajiban lain, atau konversi kewajiban
menjadi ekuitas. Kewajiban juga dpat dihapuskam dengan cara lain, yaitu kreditur
membebaskan atau membatalkan haknya.
3. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi dengan semua
kewajiban.

Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas
sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering digunakan sebagai ukuran
kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi
atau laba per lembar saham.
1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan
dalam bentuk arus kas masuk atau peningkatan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
2. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau penurunan aset, atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan
distribusi kepada penanam modal.

Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan secara
langsung dari pengakuan dan pengukuran asset dan kewajiban.
1. Beban
Beban mencakup kerugian dan beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang
biasa.
a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa meliputi,
misalnya, beban pokok penjualan, upah dan penyusutan. Beban tersebut biasanya
berbentuk arus keluar atau berkurangnya asset seperti kas dan setara kas,
persediaan dan asset tetap.
b. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin, atau
mungkin tidak, timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa. Ketika kerugian
diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan secara terpisah karena
pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk tujuan pengambilan keputusan
ekonomi.


2. Penghasilan
Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains).
a. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, imbalan,
bunga, dividen, royalty, dan sewa.
b. Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan namun
bukan pendapatan. Ketika keuntungan diakui dalam laporan laba rugi, biasanya
disajikan secara terpisah karena pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk
tujuan pengambilan keputusan ekonomi.

Pengukuran Unsur-unsur Laporan Keuangan
Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos
dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur memenui kriteria
sebagai berikut:
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas, dan
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Keandalan Pengukuran
Kriteria kedua untuk pengakuan suatu pos adalah biaya atau nilai yang dapat diukur
dengan andal. Dalam banyak kasus, biaya atau nilai suatu pos diketahui. Dalam kasus
lainnya biaya atau nilai tersebut harus diestimasi. Penggunaan estimasi yang layak
merupakan bagian esensial dalam penyusunan laporan keuangan tanpa mengurangi tingkat
keandalan. Namun demikian, jika estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pos
tersebut tidak diakui dalam neraca atau laporan laba rugi.
Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar:
a. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh asset pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
b. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu asset, atau
untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan
memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk
mengukur asset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini
termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu.

Prinsip Pengakuan dan Pengukuran Berpengaruh Luas
Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran asset, kewajiban, penghasilan dan
beban dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasive dari Kerangka Dasar Penyajian
dan Pengukuran Laporan Keuangan.
Dalam hal tidak ada suatu pengaturan tertentu dalam SAK ETAP untuk transaksi atau
peristiwa lain, paragraph 9.4 memberikan panduan untuk membuat pertimbangan dan
paragraph 9.5 menetapkan hierarki yang diikuti oleh entitas dalam memutuskan kebijakan
akuntansi yang sesuai dala keadaan tersebut. Pada tingkat kedua hierarki tersebut
mensyaratkan entitas untuk menggunakan prinsip pengakuan dan pengukuran pervasive
yang diatur dalam bab ini.

Dasar Akrual
Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas, dengan
menggunakan dasar akrual, dengan menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos
diakui sebagai asset, kewajiban, ekuitas, penghasilan dan beban (unsur-unsur dalam laporan
keuangan) ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.

PENGAKUAN DALAM LAPORAN KEUANGAN
Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini
dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.


Penghasilan
Penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan asset dan kewajiban.
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi dimasa depan
yang berkaitan dengan penginkatan asset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal.

Aset
Asset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan
akan mengalir ke entitas dan asset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan
berjalan. Sebagai alternative transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam
laporan laba rugi.

Beban
Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur secara andal.

Laba atau Rugi
Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal
tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip
pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
*SAK ETAP tidak mengijinkan pengakuan pos-pos dalam neraca yang tidak memenuhi
definisi aset atau kewajiban dengan mengabaikan apakah pos-pos tersebut merupakan hasil
dari penerapan matching concept.




Audit pada ETAP sendiri melalui 4 tahapan, yaitu :
1. Perencanaan dan perancangan pendekatan audit
Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi sesuai dengan
besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang diperiksa dan
pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen-elemen
perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke (2000:219) adalah :
a) Pra Plan (Perencanaan Awal).
b) Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien.
c) Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien.
d) Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan.
e) Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima.
f) Memahami struktur pengawasan intern dan menilai resiko kendali.
g) Mengembangkan program audit dan rencana audit.
2. Pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
Lingkup Pengujian Pengendalian
Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian
yang ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus
dihimpun. Semakin luas lingkup pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor,
akan dapat dikumpulkan bukti lebih banyak mengenai efektifitas pengendalian intern.
Semakin banyak orang yang dimintai keterangan tentang pengendalian intern atas asersi
tertentu, semakin banyak bukti yang dapat dikumpulkan oleh auditor untuk menilai
efektifitas pengendalian intern atas asersi tersebut.
Luas Pengujian Substantif
Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan dalam
kertas kerja dalam bentuk program audit.Efektifitas pengujian ini juga tergantung pada
prosedur yang digunakan dan tipe bukti yang diperoleh. Berikut adalah contoh
bagaimana efektifitas pengujian atas saldo-saldo dapat direncanakan untuk memenuhi
berbagai tingkat risiko deteksi untuk asersi penilaian atau pengalokasian rekening kas di
bank.

3. Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
Terdapat lima jenis prosedur analitis:
1. Membandingkan data klien dengan industri
2. Menbandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya
3. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien
4. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor
5. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non
keuangan
Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :
a. Memahami bidang usaha klien
b. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu entitas
c. Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
d. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci
Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan
hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses audit,
pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis, klien
dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.

Prosedur Terperinci Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk
akun-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian
atas perinci saldo adalah pada neraca. Pengujian terinci atas saldo akhir ini penting dalam
pelaksanaan audit, karena dalam kebanyakan bagiaannya, bahan bukti diperoleh dari
sumber yang independent dari klien dan dengan demikian dinilai berkualitas tinggi.
Misalnya termasuk konfirmasi atas saldo pelanggan untuk akun piutang dagang,
pemeriksaan fisik persediaan, serta pemeriksaan laporan pemasok untuk utang dagang.

4. Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit
Mengevaluasi temuan
Langkah-langkah dalam evaluasi temuan yaitu :
1. Membuat penilaian akhir atas meterialitas dan resiko audit
2. Mengevaluasi apakah ada keraguan yang besar mengenai kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelanjutan usahanya
3. Melakukan review teknis atas laporan keuangan
4. Merumuskan pendapat dan membuat naskah laporan audit
5. Melakukan review akhir atas kertas kerja

Anda mungkin juga menyukai