Anda di halaman 1dari 5

Fanuel Febrian Henky Saputra

F0311050

RMK Chapter 16
Menyelesaikan Pengujian dalam
Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang Usaha

Metodologi Untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus
memenuhi masing-masing dari delapan tujuan audit dengan saldo piutang. Tujuan tersebut
adalah:
1. Detail tie-in
piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya
sama dengan buku besar umum
2. Keberadaan
piutang usaha yang dicatat ada (non-fiktif)
3. Kelengkapan
Piutang usaha yang ada telah dicantumkan
4. Keakuratan
piutang usaha sudah akurat
5. Klasifikasi
piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar
6. Pisah batas
pemisahan batas piutang usaha sudah benar
7. Nilai realisasi
piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi
8. Hak
klien memiliki hak atas piutang usaha

Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo bagi piutang usaha:
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha (tahap I)
Didasarkan pada prosedur penilaian resiko auditor yang memberi pemahaman
mengenai bisni dan industri klien.

2. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai resiko intern (tahap I)
Audito akan memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan
keuangan secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha.

3. Menilai resiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan (tahap I)
Utamanya adalah memperhatikan 3 aspek pengendalian internal:
a. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
b. Pengendalian terhadap pisah batas
c. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih

4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi (Tahap II)
perancangan prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantive
atas transaksi, memutuskan ukuran sampel, dan mengevaluasi hasil dari pengujian
terseut. Hasilnya akan meneutkan apakah penilaian resiko pengendalian untuk
penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Hasil pengujian substantive atas transaksi
untuk menentukan sejuah mana resiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi
setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.

5. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis (tahap III)
Prosedur analitis sering dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan, pelaksanaan,
penyelesaian. Prosedur analitis dilakukan pada semua siklus penjualan dan penagihan.
Contoh prosedur analitis terhadap siklus penjualan dan penagihan adalah
membandingkan:
a. Presentasi marjin kotor dengan tahun sebelumnya
b. Penjualan per bula selama beberapa waktu
c. Retur dan pengurangan penjualan dengan tahun sebelumnya
d. Saldo pelanggan individual terhadap jumlah yang dinyatakan dengan tahun
sebelumnya
e. Beban piutang tak tertagih sebagai presentase penjualan kotor
f. Jumlah hari piutang usaha bereda
g. Kategori umur piutang
h. Penyisihan untuk piutang tak tertagih
i. Penghapusan piutang tak tertagih

6. Merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha
Pengujian atas rincian saldo yang tepat tergantung pada faktor-faktor yang tercantum
pada kertas kerja perencanaan bukti.



Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
Auditor tidak boleh mengabaikan akun-akun laporan laba rugi karena akun itu akan diuji
sebagai produk sampingan dari pengujian neraca. Konfirmasi piutang usaha merupakan
pengujian atas rincian saldo piutang usaha yang paling penting. Pengujian yang dilakukan
antara lain:
1. piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya
sama dengan buku besar umum
Sebagian besar didasarkan pada aged trial balance yang mana menyajikan daftar saldo
dalam file induk piutang usaha pada tanggal neraca, termasuk saldo pelanggan
individual yang beredar dan rincian setiap saldo pada waktu antara tanggal penjualan
dan tanggal neraca.

2. Piutang usaha yang dicatat ada (non-fiktif)
Cara yang digunakan adalah konfirmasi saldo pelanggan

3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan
pengujian substantif atas transaksi untuk pengiriman yang telah dilakukan tetapi belum
dicatat dan oleh prosedur analitis.

4. Piutang usaha sudah akurat
Konfirmasi akun yang dipilih dari neraca saldo

5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar
mereview aged trial balance untuk piutang yang material dari afiliasi, pejabat, direktur,
atau pihak terkait lainnya.

6. Pemisahan batas piutang usaha sudah benar
salah saji pisah batas terjadi apabila transaksi periode berjalan dicatat dalam periode
selanjutnya atau sebaliknya. Auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga untuk
menentukan kelayakan pisah batas:
a. Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat
b. Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadi yang ditetapkan
untuk memastikan kelayakan pisah batas
c. Menguji apakah pisah batas sudah benar
Salah saji pisah batas dapat terjadi pada:
a. Penjualan
b. Retur dan pengurangan penjualan
c. Penerimaan kas



7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi
piutang usaha harus dinyatakan pada jumlah yang akhirnya akan tertagih. Harus dibuat
penyisihan piutang tak tertagih yang kemudian akan menjadi bebban piutang tak
tertagih.

8. Klien memiliki hak atas piutang usaha
sebagian piutang mungkin sudah digadaikan sebagai jaminan, difaktorkan, atau dijual
dengan diskon. Auditor dapat mereview notulen rapat, membahasnya dengan klien,
mengkonfirmasi dengan bank, memeriksa kontrak utang menyangkut bukti piutang
usaha yang digaidaikan sebagai jaminan dan memeriksa file korespondensi

9. Penyajian dan pengunkapan piutang usaha
bagian dari tahap penyelesaian audit.

Konfirmasi Piutang Usaha
Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berkembang dalam pembahasan
mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha. Tujuan utamanya adalah
untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan serta pisah batas.
Tiga pengecualian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:
1. Piutang usaha tidak material
2. Auditor mempetimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat responnya
kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan
3. Gabungan tingkat resiko inheren dan resiko pengendalian rendah dan bukti substantif
lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi

Faktor-faktor yang menjadi perhatian:
1. Jenis Konfirmasi
a. Konfirmasi positif
Komunikasi dengan debitur yang meminta pihak penerima untuk mengkonfirmasi
secara langsung.
i. Formulir konfirmasi yang kosong
tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk
mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya.
ii. Konfirmasi faktur
setiap faktur akan dikonfirmasi, bukan saldo piutang saja. Banyak pelanggan
yang menggunakan sistem voucher yang dapat mengkonfimasi tiap faktur
tetapi bukan saldonya
b. Konfirmasi negative
hanya diminta ketika debitor tidak setuju denga jumlah yang dinyatakan.
Penggunaan konfirmasi ini hanya dapat dinyatakan bila:
i. Piutang usaha tercipta dari sebagian besar akun kecil
ii. Penilaian resiko pengendalian dan resiko inheren gabungan adalah rendah
iii. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa penerima konfirmasi tidak mungkin
memberi pertimbangannya

2. Penetapan waktu
bukti didapat sedekat mungkin dari tanggal neraca

3. Keputusan sampling
Diperlukan stratifikasi pada sebagian besar konfirmasi

4. Menyelenggarakan pengendalian
lembar konfirmasi harus diawasi dan harus menyelenggarakan pengendalian untuk
lembar konfirmasi tersebut.

5. Menindaklanjuti nonrespons
menggunakan dokumen berikut untuk memverifikasi eksistensi dan keakuratan setiap
transaksi penjualan yang membentuk saldo akhir piutang usaha:
a. Penerimaan kas selanjutnya
b. Salinan faktur penjualan
c. Dokumen pengiriman
d. Korespondensi dengan klien

6. Analisis perbedaan
jenis perbedaan yang paling sering:
a. Pembayaran telah dilakukan
b. Barang belum diterima
c. Barang telah dikembalikan
d. Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdebatkan

7. Menarik kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai