Anda di halaman 1dari 24

Nama : Gabriel Butar-Butar

Nim : 19.01.1759

Tingkat/Jurusan : II-A/Teologi

Mata Kuliah : Metodologi & Penelitian Sosial

Dosen Pengampu : Mago Dang Edward Sinaga M.Th

Lembar Jawaban UTS

1. Urutan Penggabungan Pengerjaan Tugas 1-6


 Tugas 1.
1. Struktur Penulisan Karya Ilmiah dan Teknik Pengumpulan Data
2. Ibadah, Teologi dan Dogma Gereja Katholik Roma pada abad pertengahan
3. Teologi Pentakostal, Karismatik
4. Surat-surat Paulus Mengenai Tentang latar belakang dan sejarah,arti dan makna pokok-
pokok ajaran serta tema-tema khusus surat-surat Paulus.
5. Filsafat Latar Belakang Perjanjian Baru
6. Manusia dan Kebudayaan
7. Kepribadian yang Ideal Menurut Buddha
8. Agama sebagai Institusi
9. Pemimpin Jemaat Yang Komunikatif
10. Gereja adalah Tempat Berkumpul Banyak Keluarga
11. Relasi Agama Dengan Ekonomi Dan Sosial
12. Fungsi Musik Dalam Ibadah
 Tugas 2.
1. Pilih tujuh (7) komentar yang menarik dari teman-temanmu di bawah bahasan
pertemuan II dan berikan tanggapan saudara kepada tujuh (7) komentar yang saudara
pilih.
Jawab:
 Komentar saudari Relita Menurut saya : Alasan mengapa Teologia itu bisa terus
eksis dan terus selalu bisa menjawab segala persoalan didalam hidup atau
bermasyarakat adalah karena hidup berteologia atau teologia itu sendiri mampu
menjadi sumber dari jalan keluar dari setiap persoalan yang di hadapi
masyarakat, dan teologi itu sebenar nya ada disetiap diri kita sendiri hanya saja
masyarakat yang tidak memahami dan mendalami hal itu, itulah sebab nya kita
sebagai anak teologi juga harus mampu menumbuhkan rasa itu ditengah-tengah
masyarakat kita Dan dengan hadirnya teologi dalam setiap pergumulan
masyarakat maupun dunia kita mampu menjadi pelopor dalam pemberitaan injil
atau kita juga sedang mengabarkan kabar baik ke seluruh dunia.

Tanggapan : saya sangat setuju dengana gagasan yang diutarakan saudari relita saya
menanggapi bahwa penekankanan yang kita butuhkan adalah teolog yang berakar kuat dalam
Gereja tetapi pada saat yang sama juga terbuka pada kebaruan yang terbatas dari Roh Allah, yang
mampu membebaskan diri dari cara berpikir yang selalu merujuk pada diri sendiri, yang penuh
persaingan dan yang membutakan mata kita. Teolog (dan mahasiswa teologi) dan harus menjadi
manusia yang penuh belarasa tidak mengisolasi diri. Teologi dan hidup doa bersatu, sehingga
teologi seperti ini lahir dari  kedalaman hidup rohani, sebuah “teologi yang berlutut dan
Sehubungan dengan interdisiplinaritas, ditekankan juga mengingatkan kita akan perlunya
membarui tradisi Gereja. Karena, “jangan kita lupakan bahwa tradisi adalah sebuah akar yang
memberi hidup: tradisi itu meneruskan kehidupan sehingga kita dapat bertumbuh, berkembang
dan menghasilkan buah

 Komentar saudara Ricson Nadapdap Mengapa teologi yang sejati itu harus
reflektif terhadap peristiwa penting tentang kemanusiaan dan lingkungan hidup
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, bangsa, dan dunia global.. Menurut
saya berteologi bukan hanya aktivitas mencari/membicarakan tentang Tuhan,
tetapi aktivitas berteologi juga harus bersifat fleksibel terhadap setiap peristiwa
yang terjadi. Masalah kemanusiaan dan lingkungan hidup yang akhir-akhir ini
banyak terjadi bisa kita refleksikan dengan menggunakan penalaran ilmu
teologi, mengapa hal itu terjadi sampai bagaimanakah langkah-langkah
menemukan suatu pemecahan masalah tersebut. Manusia adalah ciptaan Tuhan,
Tuhan memberi tanggung jawab kepada manusia untuk senantiasa dapat melihat
dan menjawab setiap peristiwa kemanusiaan dan juga manusia harus mampu
menjaga lingkungan sebagai tempat ia hidup.

Tanggapan : saya sangat setuju dengan komentar saudara ricson dikarenakan bagi
seorang mahasiswa teologi atau pengerja gereja masa kini, cuma mengetahui bahwa ia
percaya kepada Allah dan tidak tahu bagaimana memberi penjelasan beralasan tentang
imannya tersebut, belumlah cukup. Diskusi teologis masa kini terlalu penting untuk
diabaikan. Sehubungan untuk pembaharuan menemukan pemecaham masalah tersebut.

 Komentar saudari Dewi Siahaan Komentar saya terhadap Teologia yang sejati
yang mana menyangkut/berkaitan dengan hal-hal ajaran yang adikodrati yang
sumbernya adalah datang dari Tuhan. Ajaran-ajaran yang diwahyukan tersebut
menjadi objek dalam berteologi.Dan dari penjelasan Bapak Dosen tadi, "Teologi
sebagai suatu disiplin keilmuan berhubungan dengan kehidupan bergereja dan
bermasyarakat. Sebagai bagian dari kehidupan bergereja dan bermasyarakat,
teologia tidaklah terlepas dari bagaimana `pelayanan` merespon masalah sosial
dan kemasyarakatan dengan tetap mengutamakan nilai-nilai alkitabiah. Dalam
menanggapi masalah-masalah `pelayanan`, teologia memerlukan bantuan ilmu-
ilmu sosial, misalnya sosiologi, psikologi, dan antropologi di samping ilmu-ilmu
management, pendidikan, sejarah, ekonomi, dan sebagainya jadi Teologi yang
Relakktif itu sangat dibutuhkan masyarakat agar semakin banyak yang ber Iman
kepad Tuhan dan Teologi Juga harus peka terhadap keadaan sekitar dan membut
solusi atau jalan keluar.

Tanggapan : jadi saya menyatakan bahwa ilmu cenderung dipahami sebagai


pengetahuan yang diilmiahkan atau pengetahuan yang diilmukan, sebab tidak semua
pengetahuan itu bersifat ilmu atau harus diilmiahkan. Sebagai hasil kegiatan ilmiah,
ilmu merupakan sekelompok pengetahuan (konsep-konsep) mengenai sesuatu hal
(pokok soal) yang menjadi titik minat bagi permasalahan tertentu. Kesatuan ilmu
bersumber di dalam kesatuan obyeknya. aitan-kaitan logis yang dicari di dalam ilmu
tidak dicapai dengan penggabungan ide-ide yang terpisah, tetapi pada pengamatan dan
berpikir metodis, yang tertata rapih. Alat bantu metodologis keilmuan adalah
“teknologi ilmiah” dalam menguji-coba atau mengeksperimentasi konsep-konsep ilmu.
Makanya memerlukan bantuan ilmu-ilmu sosial, misalnya sosiologi, psikologi, dan
antropologi di samping ilmu-ilmu management, pendidikan, sejarah, ekonomi, dan
sebagainya

 Komentar Saudara Adolf Marbun Karena setiap peristiwa penting terkait


kehidupan manusia dan lingkungannya harus mengingat kembali kepada Tuhan.
Dalam bermasyarakat, berbangsa dan dunia akan selalu dilanda pergumulan, ini
karna kita hidup sebagai makhluk sosial dan memiliki kebutuhannya masing-
masing. Melalui sudut pandangan teologi, makhluk hidup harus berjalan sesuai
tuntunan Sang Pencipta.

Tanggapan : saya memberi tanggapan bahwa saya sangat setuju dengan gagasan
saudara adolf dikarenakan bahwa ada paradigma dari asumsi bahwa Filsafat harus
mampu memberi manusia keunggulan untuk mengatasi kekuatan-kekuatan alam
melalui penemuan dan penciptaan dalam ilmu. Peran ini telah merubah secara
revolusioner pandangan skolastisisme yang memposisikan filsafat dalam peran sebagai
pelayan teologi, menjadi pelayan ilmu pengetahuan. Perubahan tersebut meruntuhkan
pula metode deduksi yang sangat spekulatif dalam memahami gejala atau fenomena
alam dan kehidupan manusia.

 Komentar saudari Rumenta Simanjuntak Alasan mengapa teologi terus eksis,


karena teologu atau berteologi sangat penting di dalam kehidupan manusia,
karena manusia bukan hanya manusia bahkan seluruh ciptaan yang ada di bumi
tidak luput dari sebuah masalah masalah, karena itu di dalam diri manusia itu
ketika mengalaminya di benaknya hanya satu yaitu mendapat pertolongan,
keteguhan dari sang pencipta, dan apabila rasa teologi tidak ada di hati dan
pikirannya maka di benaknya kekuatan dunia saja. Nah, sering kita menjumpai
orang percaya mengandalkan teologi ataupun spiritualitas di tengah hidup, maka
dari itu teologi terus semakin eksis.. Karena sangat berguna dan berfaedah di
hidup kita.

Tanggapan : saya mendukung pernyataan dari saudari rumenta dikarenkan Cara


pandang manusia atas bumi, sangat berpengaruh pada wajah asli bumi. Cara pandang
telah menyebabkan adanya pemaknaan yang berbeda-beda atas bumi oleh manusia
berdasarkan suku bangsa. Nilai dan arti dari lingkungan sangat ditentukan oleh sikap
hidup, tujuan dan kecakapan teknik manusia. Oleh karenanya, wajah alam asli akan
berubah menjadi wajah alam budaya. Wajam alam asli yang merupakan kesatuan dari
unsur-unsur berupa bentuk permukaan tanah, mutu tanah, pembuangan air, iklim dan
dunia tumbuhtumbuhan sebagai sesuatu yang saling terkait dan mempengaruhi. Maka
dari itu bagaimana `pelayanan` merespon masalah sosial dan kemasyarakatan
dengan tetap mengutamakan nilai-nilai alkitabiah.

 Komentar saudari Maria Tampu bolon Menurut saya: Teologi merupakan suatu
jalan keluar/ jawaban atas perubahan-perubahan sosial yang terjadi. Perubahan
dan sesuatu yang terjadi pada ruang lingkup sosial terjadi sangat memungkinkan
karena seseorang itu telah berteologi. Sehingga tantangan sikap berteologi itu
telah sampai kepada pelayanan setiap Gereja dan yang menjadi jalan keluar bagi
pelayan yang sedang bergumul itu ialah ilmu Teologi sesuai Alkitabiah yang
datangnya bersumber dari Tuhan.

Tanggapan : saya mendukung dengan pernyataan saudara maria dikarenakan


filsafat dan teologi merupakan ilmu pengetahuan yang pada awal perkembangannya
merupakan sebuah paradigma yang bersifat diskursif teologis. Paradigma ini
berkembang pada masanya, seiring dengan kebutuhan pengembangan ilmu yang
memang menuntut dan mendukung masyarakat untuk menemukan identitas keimanan
mereka. Hanya saja, sampai saat ini banyak kalangan ilmuwan yang masih saja
menekankan kedua ilmu ini pada aspek diskursif dan teologis, sehingga keduanya
menjadi ilmu yang statis, kurang berkembang, dan acapkali memicu pertikaian antar
sesama umat manusia.

 Komentar saudara Rafli Alasan mengapa teologi terus eksis, karena teologi
sangat penting di kalangan masyarakat dan kehidupan sehari-hari manusia,
karena manusia dan seluruh isi di dalam bumi ini saling membutuhkan, satu
sama yang lain dan teologi berperan penting dalam melakukan hal itu, sehingga
teologi bisa memberi dampak positif dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Maka dari itu teologi terus semakin eksis di kemudian hari, karena sangat
berguna dan membantu dalam kehidupan manusia baik sekarang maupun di
kemudian hari

Tanggapan : saya sangat mendukung dengan gagasan saudara rafli dikarenakan


Jika nalar teologi menempatkan Tuhan sebagai poros utama eksistensi, filsafat
berangkat dari mempertanyakan unsur apakah yang ada di balik alam semesta ini.
Lebih dari itu, juga mempertanyakan tentang diri manusia yang ada di bumi ini, karena
hanya manusia lah satu-satunya “yang ada” yang dapat mempertanyakan
keberadaannya. Maka dari itu perubahan teologi Penelitian untuk Kemajuan, Ilmu
Pengetahuan, dan Berteologi yang Reflektif harus disiplin mengenai keilmuan
berhubungan dengan kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Sebagai bagian dari
kehidupan bergereja dan bermasyarakat, teologia tidaklah terlepas dari bagaimana
`pelayanan` merespon masalah sosial dan kemasyarakatan dengan tetap
mengutamakan nilai-nilai alkitabiah.

 Tugas 3

Hasil Pemaparan Diskusi


1. Dalam Tugas I, saudara/i diminta untuk menyebutkan dua belas (12) topik sosial dan
teologi yang relevan saat ini untuk dijadikan menjadi thema sebuah penelitian. Karena
itu, padukanlah topik-topik yang saudara/i miliki menjadi sebuah bahasan/diskusi di
dalam kelompok saudara/i !

Pembahasan Kelompok: banyaknya argument yang terjadi disdiskusikan dalam kelompok


maka kami menyatukan hati dan pikiran kam dan menyepakati bahwa topik yang kami
sepakati adalah Ibadah, Teologi dan Dogma Gereja Katholik Roma pada abad pertengahan
mengapa kami memilihnya dikarenakan Kita tidak dapat mengabaikan masa lalu. Pelajaran
Sejarah Gereja apalagi tentang Ibadah, Teologi dan Dogma Gereja Katholik Roma pada abad
pertengahan mempunyai masa lalu tersendiri, bahkan pembelajaran ini terus mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Ketika seseorang mempelajari Sejarah Gereja ini , ia
bukan hanya mendalami sejarah berdirinya dan bertumbuhnya institusi gereja di dunia ini,
namun dia juga bisa mendalami lahirnya ide-ide atau pikiran-pikiran orang-orang yang
berpengaruh dari abad ke abad, serta bagaimana pengaruhnya bagi pelayanan gereja pada
masa itu. Juga dapat dipelajari tentang ajaran-ajaran yang telah dikemukakan oleh tokoh-tokoh
gereja dari abad ke abad, dan bagaimana itu dijadikan sebagai pegangan gereja dalam
menghadapi tantangan-tantangan pada suatu periode tertentu. Kalau seseorang ingin
mengetahui tentang perkembangan ajaran-ajaran Kristen yang telah dikelompokkan ke dalam
pokok-pokok tertentu dari abad ke abad, maka dia sedang mempelajari Sejarah Gereja dari
aspek perkembangan dan perubahan teologi dari waktu ke waktu.

2. Selanjutnya, bahas lagi bahasan kelompok saudara/i dengan pertanyaan, "Apakah jenis
penelitian yang paling tepat untuk dipakai dalam topik-topik yang saudara/i padukan di
kelompok anda? Mengapa?" Jadikan Materi Pertemuan III hari ini menjadi penuntun
untuk pertanyaan ini !

Pembahasan Kelompok : menurut kelompok kami yang cocok adalah metode penelitian terapan
dikarenakan pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
manusia baik secara individu atau kelompok maupun untuk keperluan industridan bukan untuk
wawasan keilmuan semata. sehingga apalagi mempelajari sejarah gereja mengenai Ibadah,
Teologi dan Dogma Gereja Katholik Roma pada abad pertengahan. pemanfaatan atau penerapan
ilmu pengetahuan pada isu-isu praktis tertentu, seperti untuk menjawab persoalan kebijakan dan
penelitian yang dikerjakan dengan maksud untuk menerapkan,menguji, dan mengevaluasi
kemampuan suatu teori yang diterapakan dalam pemecahan permasalahan praktis yang terjadi
dalam Ibadah, Teologi dan Dogma Gereja Katholik Roma pada abad pertengahan karena yang
mana diketahui metode penelitian terapan ini seperti arahan bapak dosen bahwa sebuah penelitian
yang telah ditentukan untuk sebuah tujuan/keperluan/kebutuhan tertentu. Penelitian ini membahas
beberapa faktor penghambat dan penunjang dalam menjalankan/mewujudkan sebuah
keputusan/aturan yang telah ditentukan. Organisasi, institusi, lembaga pemerintah dan
swasta/kerohanian/agama biasa melakukannya untuk sebuah tujuan, yaitu solusi. Dan topik yang
kami bahas bersangkutan pula dengan organisasi.

 Tugas 4
Anda baru saja menyelesaikan tugas I, II, dan III. Ada kemajuan, secara khusus dalam
tugas Kelompok di mana diskusi kelompok telah memperluas wawasan dalam metodologi
penelitian saudara/i. Apakah kira-kira judul penelitian saudara/i (secara perorangan) dari hasil
penyelesaian tugas khususnya yang I dan III? Silahkan jawab pertanyaan ini dan pakailah
materi Pertemuan IV sebagai penuntun ! Terimakasih.

Pembahasan: saya akan menentukan judul tentang “Manusia dan Kebudayaan” dimana budaya
dan manusia itu terkadang tidak terlepas dari budaya sampai sekarang. dikarenakan masalah yang
dikaji benar-benar real pada kehidupan sehari-hari, permasalahan yang mau dikaji itu benar-benar
ada dan terbukti, dan permasalahan itu bisa bermula atau terungkap karena pengalaman diri
sendiri. Dan Teorinya adalah Pragmatis yang Bersifat praktis dan berguna bagi umum bersifat
mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan) mengenai atau bersangkutan dengan
nilai-nilai praktis; mengenai atau bersangkutan dengan pragmatism
Sehingga metode yang digunakan yaitu menggunakan Teori: Pendapat yang didasarkan pada
penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental yang
mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi; asas dan
hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan; pendapat, cara, dan
aturan untuk melakukan sesuatu
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan
mereka sendiri dan melestarika nnya secara turun temurun. Budaya tercipta dari kegiatan-kegitan
sehari-hari dan juga dari kejadian-kejadian yang sudah diatur oleh yang maha kuasa. Dari sisi lain
hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat di pandang setara hubungan manusia dengan
masyarakat dinyatakan sebagai dialegtis, maksudnya adalah saling terkait satu dengan yang
lainnya.
 Tugas 5

Penelitian kuantitatif memiliki metode:

1. Survei.

2. Kausal Komperatif.

3. Korelasional.

4. Eksperimen.

Coba jelaskan secara panjang lebar tentang ke empat (4) metode di atas, dengan
mencari sumber-sumber elektronik seperti: Wikipedia, Blog, YouTube, dan lain sebagainya.
Agar materi tulisan saudara/i berkualitas, maka lengkapilah tugas saudara/i dengan nama
penulis atau narasumber, tahun dipublikasi, judul topiknya, halaman atau paragaf ke berapa
jika di sana tidak ada halaman, dan jangan lupa melampirkan alamat web-nya serta tanggal,
bulan, tahun dan pukul berama saudara mengutipnya. Khusus tentang YouTube, selain hal-hal
di atas, jangan lupa menyebut di menit ke berapa hingga menit ke berapa pembahasan itu
dijelaskan/disebut.

Pembahasan: 1. Survei Penelitian survei merupakan suatu bentuk aktifitas yang sudah
menjadi kebiasaan pada masyarakat, dan banyak diantaranya berpengalaman dengan riset ini
sebagai suatu bentuk yang tersendiri atau yang lainnya. Survey riset dikembangkan sebagai
bentuk pendekatan positivist pada ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana dikatakan oleh Robert
Groves, seorang ahli survey terkemuka, “survey menghasilkan informasi yang secara alami
bersifat statistik”. Survey merupakan bentuk dasar kuantitatif”. Penelitian survey menanyakan
kepada beberapa responden tentang kepercayaannya, pendapat-pendapat, karakteristik, dan
perilaku yang telah atau sedang terjadi
Survey menyediakan pertanyaan-pertanyaan untuk penelitian tentang laporan
keyakinan/kepercayaan atau perilaku diri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi lebih tajam
ketika responden memberikan jawaban-jawaban atas suatu pertanyaan-pertanyaan dengan
variabel-variabel yang dikehendaki. Pada waktu melakukan survey biasanya peneliti
menanyakan tentang beberapa hal, antara lain : ukuran beberapa variabel (seringkali dengan
berbagai indikator), dan beberapa uji hipotesis dalam suatu survey tunggal. Meskipun suatu

3
Robert Groves, seorang ahli survey terkemuka, “survey menghasilkan informasi yang
secara alami bersifat statistik”. Survey merupakan bentuk dasar kuantitatif” dalam Robert
M. Groves, Survey Methodology (2010), Second edition of the (2004) first edition ISBN 0-
471-48348-6
4
Robert M. Groves, Survey Methodology (2010), Op.cit., halaman 57
kategori bersifat tumpang tindih, beberapa pertanyaan dapat disertakan pada suatu survey, yaitu
berkenaan dengan : 1) perilaku; 2) sikap, pendapat, keyakinan/kepercayaan; 3) karakteristik; 4)
ekspektasi; 5) pengklasifikasian, dan 6) pengetahuan. Penelitian survey, titik beratnya
diletakkan pada penelitian relasional; yakni mempelajari hubungan variabel-variabel, sehingga
- secara langsung atau tidak langsung- hipotesa penelitian senantiasa dipertanyakan5.
Para sarjana melakukan survey dengan menggunakan sandaran pertanyaan pada tekanan
kalimat “mengapa”. Pertanyaan-pertanyaan “mengapa” adalah ukuran, jika peneliti ingin
menemukan pemahaman subyektif responden atau teori informal. Karena beberapa responden
dengan penuh kesadaran mengetahui faktor-faktor kausal yang membentuk perilaku atau
keyakinan mereka, karena itu pertanyaan-pertanyaan tidak dapat diganti oleh peneliti dalam
mengembangkan sebuah teori kausal yang konsisten dalam membangun literatur ilmiah.
Dalam survey, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.
Umumnya penelitian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel
atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Hal ini berbeda dengan sensus yang
informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Pada umumnya yang merupakan unit analisa
dalam penelitian survey adalah individu. Penelitian survey dengan demikian adalah penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok.
Untuk penelitian tertentu, unit analisa mungkin pasangan suami isteri, pasangan yang
sudah bercerai atau rumah tangga sebagai keseluruhan tetapi satu wawancara tetap ditujukan
kepada satu orang. Unit analisa ini perlu diperhatikan, terutama bagi peneliti pemula. Apabila
peneliti tertarik untuk meneliti pola perkawinan dan perceraian pada tiga masyarakat melalui
penelitian survey, maka yang perlu diingat bahwa unit analisanya adalah individu dan bukan
masyarakat. Meskipun akhirnya memang diadakan perbandingan diantara ketiga masyarakat
yang ditelitinya tersebut, berdasarkan data yang dianalisis dari jawaban-jawaban pertanyaan
dari individu yang diteliti.
Penelitian survey dapat digunakan untuk : 1) penjajagan (eksploratif); 2) deskriptif; 3)
penjelasan (explanatory atau confirmatory), yaitu menjelaskan hubungan kausal dan pengujian
hipotesa; 4) evaluasi; 5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang;
6) penelitian operasional, dan 7) pengembangan indikator-indikator sosial6.
5
Singarimbun, Masri, Sofian Effendi (1989), Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta,
halaman 98
6
Singarimbun, Masri, Sofian Effendi (1989), loc.cit,
Penelitian penjajagan atau ekploratif bersifat terbuka, masih mencari-cari. Pengetahuan
peneliti tentang masalah yang akan diteliti masih terlalu tipis untuk melakukan studi deskkriptif.
Suatu penelitian eksploratif dalam menggali pertanyaan-pertanyaan kepada responden masih
belum memperoleh jawaban-jawaban yang jelas dan terperinci. Pada penelitian deskriptif,
dimaksudkan untuk melakukan pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.
Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian
hipotesa. Suatu penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel
melalui pengujian hipotesa dinamakan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan
(explanatory research). Perbedaan pokok antara penelitian deskriptif dan penelitian penjelasan
(explanatory research) tidak pada sifat datanya, tetapi pada sifat analisanya7.
Penelitian survey juga dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi. Di sini yang menjadi
perhatian utama adalah pertanyaan pokok : seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal
program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai. Hasil survey juga dapat
digunakan untuk mengadakan prediksi mengenai suatu fenomena sosial tertentu. Di Amerika
Serikat, poll adalah survey sampel yang menyangkut pendapat umum mengenai keadaan sosial
politik. Ada kalanya hasil survey juga digunakan untuk mengadakan proyeksi penduduk.
Dalam beberapa waktu ini penelitian survey juga banyak digunakan untuk penelitian
operasional (operations research), dengan pusat perhatiannya adalah variabel-variabel yang
berkaitan dengan aspek operasional suatu program. Setelah diidentifikasi hambatan-hambatan
operasonalnya, penelitian dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
1. Disain Penelitian Survey
Karakter survey analisis data tidak hanya mengandalkan pada tujuan dari studi-
deskriptif atau ekplanatori- tetapi juga pada bentuk dari kemanfaatan disain. Betuk dasar pada
desian penelitian survey adalah : desain pembagian silang (cross sectional design), studi
kecenderungan (trend studies), panel studi (panel studies) dan sosiometrik (sociometric), dan
desain kontekstual (contextual design).
Pada umumnya desain survey lebih banyak digunakan pada desain pembatasan silang
(cross sectional design), dalam hal ini data dalam bagian silang (cross section) pada pilihan
responden mewakili populasi amat besar yang mengumpulkan perhatian pada hal-hal yang
perlu pada suatu waktu. Dengan “suatu hal pokok pada suatu waktu” tidak berarti bahwa
responden telah diwawancarai atau dilakukan pengadministrasian kuesioner diri yang
7
Sprent, P., Metode Statistik Nonparametrik Terapan, 1991, UI Press, Jakarta, halaman
127
dikumpulkan secara berkelanjutan (meskipun kuesioner sedang dipelajari). Bagaimanapun juga
data yang dikumpulkan pada jangka pendek adalah feasible. Banyak penelitian menyebutkan
sebagai cross sectional desain. Tren studi dan panel studi adalah dua tipe dari desain
longitudinal, yaitu suatu desain yang datanya dikumpulkan pada periode yang telah lampau.
A. Unsur-unsur Penelitian Survey
Sebagai suatu metode penelitian ilmiah, penelitian survey memiliki dasar pemikiran,
prosedur, dan teknik-teknik khusus yang membedakannya dari metode lainnya. Penelitian
survey terdiri dua tahap, yaitu proses teorisasi dan proses empirisasi. Untuk dapat melakukan
proses-proses penelitian tersebut dengan baik, peneliti perlu memiliki pengetahuan yang baik
tentang berbagai unsur penelitian. Pemahaman ini diperlukan pada proses teorisasi, karena
dengan adanya pemahaman tentang konsep, proposisi, dan teori, peneliti akan dapat
merumuskan hubungan-hubungan teoretis secara baik. Pada tahap empirisasi pengetahuan
tentang variabel, hipotesa dan definisi operasional juga diperlukan aagar peneliti mempunyai
gambaran yang jelas tentang data yang akan dikumpulkan dalam suatu penelitian.
i. Konsep
Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah khusus untuk menggambarkan
secara tepat fenomena yang hendak ditelitinya. Inilah yang disebut dengan konsep, yaitu, istilah
dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak : kejiadan, keadaan,
kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti
diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk
beberapa kejadian (events) yang barkaitan satu dengan lainnya.
Dalam penelitian akan dijumpai dua jenis konsep. Pertama, konsep-konsep yang jelas
hubungannya dengan fakta atau realitas. Kedua, konsep-konsep yang lebih abstrak atau kabur
hubungannya dengan fakta atau realitas. Konsep-konsep yang tingkat abstraksinya lebih tinggi
dari kejadian-kejadian konkrit merupakan inferensi. Sehingga tdak mudah menghubungkannya
dengan kejadian, obyek, atau individu tertentu. Konsep yang abstrak ini seringkali disebut
sebagai konstruks (constructs), karena dikonstruksikan dari konsep yang lebih rendah tingkat
abstraksinya.
Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar
generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.
Peranan konsep dalam penelitian adalah menghubungkan teori oservasi, antara abstraksi
dengan dan realitas.
ii. Proposisi
Dalam ilmu sosial, realitas sosial biasanya diabstraksikan sebagai hubungan antara dua
konsep. Hubungan yang logis antara dua konsep disebut proposisi. Untuk analisa sederhana
suatu realitas sosial dapat digambarkan sebagai satu proposisi. Untuk analisa yang lebih
kompleks realitas sosial sering digambarkan sebagai beberapa hubungan antar konsep atau
proposisi.
Proposisi tidak mempunyai format yang tertentu. Biasanya disajikan dalam bentuk
suatu kalimat pernyataan yang menunjukkan hubungan antara dua konsep. Dalam penelitian
sosial dikenal dua tipe proposisi, yaitu : aksioma atau postulat, dan teorem. Aksioma atau
postulat adalah proposisi yang kebenarannya tidak dipertanyakan lagi oleh peneliti, sehingga
tidak perlu diuji dalam suatu penelitian. Teorem adalah proposisi yang dideduksikan dari
aksioma.
Proposisi yang kebenarannya tidak dipertanyakan lagi dalam penelitian sosial sangat
jarang terjadi. Pada penelitian sosial, yang sering ditemui adalah aksioma-kasioma yang lebih
lemah, yang penetapannya didasarkan pada asumsi mengenai ada atau tidaknya hubungan
kausalitas antarkonsep yang yang dikandung ole aksioma tersebut.
iii. Teori
Unsur penelitian yang mempunyai peranan utama adalah teori, karena dengan unsur ini
peneliti mencoba meneranhgkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat
perhatian penlitian ilmiah. Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruks, definisi,
dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep.
Formulasi teori yang biasa digunakan adalah terdiri dari beberapa proposisi seperti dalil
(lawlike) yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Dalam perumusan teori seperti ini,
peneliti ada proposisi yang dianggap sebagai aksioma, sehinggatidak perlu diuji kebenarannya.
Atas dasar aksioma-aksioma itu peneliti merumuskan teorem-teorem yang dipandang dapt
mengungkapkan fenomena sosial yang menarik perhaitan peneliti. Perumusan teori seperti ini
disebut perumusan teori aksiomatis.
iv. Variabel
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, mereka dioperasionalisasikan dengan
mengubahnya menjadi variabel, yang berarti sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Caranya
adalah dengan memilih dimensi tertentu pada konsep yang mempunyai vqariasi nilai. Dalam
penelitian sosial, dikenal dua bentuk variabel, yaitu variabel kategorikal (categorical variable)
dan variabel berkesinambungan (continuous variable). Variabel kategorikal adalah variabel yag
membagi responden menjadi dua kategori atau beberapa kategori. Variabel yang terdiri dari
dua kategori disebut variabel dikotomi(contohnya : jenis kelamin (pria/ wanita), status
pekerjaan (bekerja/tidak bekerja), status perkawinan (kawin/tidak kawin), sedangkan variabel
yang memiliki banyak variabel disebut variabel politomi (tidak sekolah, TK, SD, SMP, SMA,
S1, S2, S3).
Variabel berkesinambungan adalah variabel yang nilai-nilainya merupakan suatu skala,
baik bersifat ordinal maupun rasio. Beberapa contoh variable ini dalam penelitian adalah :
umur, jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran rumah tangga, dan sebagainya). Dalam analisa
seringkali variabel-variabel berkesinambungan diubah menjadi variabel kategorikal, agar
peneliti dapat melakukan analisa-analisa kategorikal seperti tabulasi silang dan analisa varians.
Sebaliknya variabel kategorikal tidak dapat langsung diubah menjadi variael
berkesinambungan.
v. Hipotesa.
Hipotesa adalah sarana penting penelitian yang tidak dapat ditinggalkan, ia merupakan
instrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi dari teori atau proposisi, hipotesa lebih
spesifik sifatnya, sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris. Dalam penelitian, suatu
proposisi harus dijabarkan menjadi hipotesa yang lebih terinci. Proposisi yang dijabarkan
menjadi hipotesa menjadi lebih operasional, lebih siap untuk diuji secara empiris, karena
variabel-variabelnya dapat diukur.
Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan
antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut dapat dirumuskan secara eksplisit maupun
secara implisit. Dalam penelitian sosial yang sebenarnya, jarang sekali ditemukan suatu
fenomena yang dapat diabstraksikan sebagai hipotesa yang terdiri dari dua variabel. Masalah
sosial selalu merupakan interaksi antara banyak variabel, sehingga merupakan suatu hubungan
yang multivarian8.
Sebagian peneliti sosial berpendapat bahwa hipotesa tidak selalu diperlukan dalam
suatu penelitan, karena kebebasan peneliti menjadi terganggu. Pendapat ini muncul karena
adanya kekhawatiran bahwa peneliti cenderung untuk mencari data yang dapat membenarkan
hipotesa mereka, dan hanya menguji hubungan yang sudah jelas saja. Pendapat seperti ini tidak

8
Groves, R., Wissoker, D., Greene, L., McNeeley, M., and Montemarano, D. (2000),
"Common Influences on Noncontact Nonresponse Across Household Surveys: Theory and
Data," paper presented at the annual meetings of the American Association for Public Opinion
Research., halaman 48
sepenuhnya benar, karena dengan demikian fungsi hipotesa telah ditafsirkan secara salah. Hal
seperti ini jelas suatu tindakan yang salah, karena hipotesa yang tidak terbukti mempunyai
nilai ilmiah yang sama pentingnya. Hipotesa yang tidak terbutki akan menghasilkan
pemikiran- pemikiran yang baru, baik berupa teori baru amupun metodolagi baru, yang akan
terus menerus akan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan9.
Teori dan hipotesa adalah seperangkat ilmu yang diperlukan peneliti untuk
membuktikan kebenaran dengan cara menerangkan fenomena sosial melalui suatu pengujian
secara terkontrol. Dengan demikian salah satu langkah penting dalam penelitian adalah
merumuskan hipotesa yang variabel-variabelnya dapat diukur, sehingga pengujian hipotesa
dapat dilakukan secara baik dan sistematis. Selain mencoba untuk menerangkan hubungan-
hubungan untuk menggambarkan suatu fenomena sosial, hipotesa juga merupakan suatu
prediksi yang dapat diuji secara empiris.
vi. Definisi Operasional
Konsep-konsep sosial yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang lebih
operasional, yaitu variabel dan konstruk (construct), biasanya belum sepenuhnya siap untuk
dilakukan pengukuran. Hal demikian ini karena variabel dan konstruk sosial mempunyai
beberapa dimensi yang dapat diukur secara berbeda. Definisi operasional adalah unsur
penelitian yang memeritahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain
definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang
ingin mengunakan variabel yang sama.
Dari informasi tersebut peneliti dapat mengetahui bagaimana caranya pengukuran
suatu variabel dapat dilakukan. Dengan demikian seorang peneliti dapat menentukan apakah
prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan atau diperlukan prosedur pengukuran yang
baru.
2. Kausal Komperatif
Menurut kerlinger (1973) penelitian kausal komparatif (causal comparative
research) yang disebut juga sebagai penelitian ex post facto adalah penyelidikan
empiris yang sistematis dimana ilmuan mengendalikan variabel bebas secara
langsung karena eksistensi dari variabel-variabel tersebut telah terjadi, atau karena
variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat di manipulasi.
Sementara itu menurut Gay (1981:197) penelitian kausal komparatif merupakan
penelitian dimana peneliti berusah menetukan penyebab atau alasan , untuk
keberadaan perbedaan dalam prilaku atau status dalam kelompok individu.Dengan
kata lain telah di amatai bahwa kelompok berbeda pada beberapa variabel dan peneliti
berusaha mengidentifikasi factor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut.
Penelitian semacam ini dirujuk sebagai penelitian ex post facto (bahasa latin seteah
fakta) karena pengaruh dan yang mempengaruhi telah terjadi dan di teliti oleh
peneliti dalam tinjauan ke belakang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang
dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang
berbeda dan menemukan hubungan sebab-akibatnya tanpa memberikan perlakuan
terhadap variabel yang telah ada tersebut

Tujuan Penelitian kausal komparatif

Tujuan penelitian kausal komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan


sebab akibat dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari
kembali factor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan
dengan metode eksprimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi
yang di control. 1

2.3 Perbandingan antara penelitian kausal komparatif , korelasional dan eksprimental


1. Study kausal komparatif biasanya melibatkan dua atau lebih kelompok dan satu
variabel bebas , sementara study korelasional biasanya melibatkan dua atu lebih
variabel dan satu kelompok.
2. penelitian kausal komperatif berusaha untuk mengidentifikasi hubungan sebab-
akibat, sedangkan penelitian korelasi tidak. Dengan kata lain bahwa penelitian
korelasi hanya meneliti hubungan variabel bukan pada sebab-akibatnya
3. Penelitian kausal komparatif,peneliti pertama mengamati pengaruh dan
mencoba menentukan penyebabnya. Sedangkan pada penelitian eksprimental , peneliti
menciptakan “penyebab” dengan sengaja membuat perbedaaan kelompok kemudian
mengamati pengaruh yang berbeda pada beberapa variabel terikat. Secara sederhanan
perbedaan antara studi eksprimental dan studi kausal komparatif adalah bahwa dalam
studi eksprimental variabel bebas sebagai penyebab dimanipulasi, dalam studi kausal
komparatif tidak , ia telah muncul sebelumnya. 2

Ciri – ciri pokok kausal komparatif


Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto , artinya data dikumpulkan setelah
semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat) . peneliti mnegambil satu atau
lebih akibat (sebagai dependent variabel) dan menguji data itu dengan menelusuri
kembali ke masa lampau untuk mencari sebab sebab , saling hubungan dengan
maknanya. 3
1
Sumandi suryabrata loc.cit hal 84
2
Emzir Loc.cit hal 120-121
3
Sumandi suryabrata Loc.cit hal 85
Kelebihan penelitian kausal komparatif diantaranya
1. Metode kausal komparatif adalah suatu penelitian yang layak dalam banyak hal
bila metode eksprimental tidak memungkinkan untuk dilakukan
· Apabila tidak memungkinkan memilih , mengontrol dan memanipulasi variabel
untuk studi hubungan sebab akibat (kausal) secara langsung
· Apabila pengontrolan semua variasi kecuali satu variabel bebas tunggal
mungkin sangat tidak realistic dan artificial , mencegah interaksi normal dengan
variabel lain yang berpengaruh
· Apabila pengontrolan secara laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian
tidak praktis, terlalu mahal, atau secar etika di pertanyakan.
2. Studi kausal komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai
sifat – sifat gejala yang di persoalkan :apa sesuai dengan apa, di bawah kondisi apa,
dalam urutan dan dalam pola apa dan seterusnya
3. Memperbaiki tekhnik , metode statistic, dan desain dengan pengontrolan fitur-
fitur secara parsial, dalam beberapa tahun belakangan, studi ini lebih banyak di
pertahankan. 4
Namun penelitian kausal komparatif ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya
adalah
1. Kelemahan utama setiap rancangan kausal komparatif adalah tidak adanya
control pada variabel bebas. Dalam batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan,
penelitian harus mengambil fakta-fakta yang di jumpai tanpa kesempatan untuk
mengatur kondisi atau memanipulasi variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang di
jumpai nya.
2. Sukar untuk memperoleh kepastian bahwa factor factor penyebab yang relevan
telah benar – benar tercakup dalam kelompok factor – factor yang di selidiki.
3. Kenyataan bahwa factor penyebab bukanlah factor tunggal, melainkan
kombinasi dan interaksi antara berbagai factor dalam kondisi tertentu untuk
menghasilkan efek yang di saksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks
4. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat akibat dari sebab – sebab
ganda , tetapi dapat juga disebabkan karena kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada
ke jadian lain
5. Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap, penentuan mana
penyebab dan mana akibat mungkin sulit
6. Terdapat fakta bahwa dua atau lebih factor yang berhubungan tidak harus
mempunyai implikasi hubungan sebab akibat. Semuanya secara sederhana ungkin
berhubungan dengan suatu factor tambahan yang belum / atau tidak teramati
7. Menggolong-golongkan subjek kedalam kategori dikotomi (misalnya golongan
pandai dan golongan bodoh ) untuk tujuan perbandingan , menimbulkan persoalan –
persoalan, karena kategori –kategori semacam itu sifatnya kabur, bervariasi dan tak

4
Emzir Loc.cit hal 1
mantap. Seringkali penelitaian yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang
berguna.
8. Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek
secara terkontrol . menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan
dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya pada variabel bebas adalah
sangat sukar[8]

Prosedur Penelitian Kausal Komparatif

Menurur Emzir (2010:125) penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima


tahap yakni, (1) merumuskan masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki
karakteristik yang ingin diteliti, (3) pemilihan kelompok pembanding, (4)
pengumpulan data, dan (5) analisis data 5
Sementara itu menurut sumadi , terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi
kausal komparatif sebagai berikut.
a) Mendefinisikan masalah
b) Melakukan penelaahan kepustakaan.
c) Merumuskan hipotesis-hipotesis
d) Merumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur
prosedur yang akan digunakan.
e) Merancang cara pendekatannya, antara lain ;
1) Pilihlah subjek-subjek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang relevan.
2) Pilihlah atau susunlah teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
3) Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasikan data yang jelas, sesuai
dengan tujuan studi, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling hubungan.
4) Memvalidasikan teknik untuk mengumpulkan data itu dan menginterpretasi kan
hasilnya dalam cara yang jelas dan cermat.
5) Mengumpulkan dan menganalisis data.
6) Menyusun laporannya

3. Korelasional
Jenis penelitian korelasional dipilih karena disesuaikan dengan tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variabel
lain. Dengan ini penggunaan media visual (X1) penggunaan media audio (X2) dan
penggunaan media audiovisual (X3). Dimana (X1, X2, X3) merupakan variabel bebas,
dan prestasi belaja r siswa (Y) variabel terikat. Jadi penelitian korelasional merupakan
salah satu bagian dari penelitian ex-post facto karena biasanya peneliti tidak
memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan
dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.6
5
Sumandi suryabrata Loc.cit hal 86-87
6
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2005), hal. 165 3 Zainul Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,
4. Eksperimen
Menurut Sugiyono, penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang terkendalikan. 7
Sedangkan menurut Wiersma sebagaimana yang dikutip Emzir mendefinisikan
eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel
bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh
peneliti.[6]
Definisi yang lebih jelas diungkapkan oleh M. Kasiram bahwa eksperimen
dapat didefinisikan sebagai suatu model penelitian di mana peneliti memanipulasi
suatu stimuli atau kondisi, kemudian mengobservasi pengaruh atau akibat dari
perubahan stimuli atau kondisi tersebut pada obyek yang dikenai stimuli atau kondisi
tersebut. 8
Untuk lebih mudah memahami pengertian penelitian eksperimen, terutama pada
beberapa kata yang menjadi kata kunci dalam penelitian eksperimen, seperti kata
manipulasi, control, dan observasi, maka disini akan dijelaskan tentang karekteristik
penelitian eksperimen, yaitu:
a. Manipulasi
Karekteristik pertama yang selalu ada dalam penelitian eksperimen adalah adanya
tindakan manipulasi variabel yang secara terencana dilakukan oleh si peneliti. Dalam
hal ini Sukardi menjelaskan bahwa memanipulasi variabel ini tidak mempunyai arti
yang negatif seperti yang terjadi di luar konteks penelitian. Yang dimaksud dengan
manipulasi yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas
dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka guna
memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat. Sebagai contoh dalam hal ini
misalnya dalam suatu proses penelitian laboratorium, dua kelompok yaitu treatment
dan kelompok kontrol diberikan suhu ruangan yang bertingkat, yaitu dingin, sedang
dan panas. Perbedaan kondisi ruang tersebut direncanakan sebagai penentu awal agar
mereka memperoleh hasil yang mungkin berbeda di antara kedua grup. Perbedaan
yang muncul tersebut diperhitungkan sebagai akibat adanya manipulasi variabel
terhadap dua kelompok. 9
b. Mengontrol variabel
Karekteristik kedua yang selalu ada dalam penelitian eksperimen yaitu adanya kontrol
yang secara sengaja dilakukan oleh peneliti terhadap variabel yang ada. Menurut
L.R.Gay sebagaimana yang dikutip oleh Emzir dalam buku Educational Research:
Competencies For Analysis & Application, Kontrol atau pengendalian mengacu pada
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal.42 73
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 72.
8
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2009), h. 63.
9
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi
Penelitian.(Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 210.
usaha-usaha pihak peneliti untuk menyingkirkan pengaruh suatu variabel (selain
variabel bebas) yang dapat mempengaruhi performansi pada variabel terikat. Dengan
kata lain, peneliti ingin agar kelompok sedapat mungkin sama, dengan demikian
perbedaan utama di antara mereka hanyalah variabel bebas, perbedaan yang
disebabkan oleh peniliti.
c. Observasi (pengamatan)
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap variabel
terikat dalam suatu penelitian eksperimen, pengamatan perlu dilakukan. Pengamatan
dilakukan pada ciri-ciri tingkah laku subjek yang diteliti. Dalam melakukan
pengamatan ini peneliti melakukan pengukuran dengan menggunakan instrumen. 10
2. Masalah Dalam Penelitian Eksperimental
Maganti mengungkapkan bahwa masalah adalah kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Masalah penelitian adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan
yang dapat diteliti.[11]
Menurut kerlinger permasalahan yang kan diteliti hendaknya dapat memenuhi tiga
kriteria penting, yaitu:
a) Permasalahan atau problematika sebaiknya merefleksikan dua variabel atau
lebih
b) Sebaoknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan
c) Sebaiknya dapat diuji secara empirik. 11
Jadi meurut sukardi suatu masalah pada penelitian eksperimen pada prinsipnya
terbangun dari hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect
relationship). Pada penelitian eksperimen masalah itu muncul melalui pertanyaan
sederhana yang berkaitan dengan sesuatu jika dilakukan pada kondisi yang dikontrol
dengan teliti, maka apa yang akan terjadi? Oleh karena itu penelitian eksperimen ini
dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana pengaruh beberava
variabel terhadap satu atu variabel terikat dapat teridentifikasi.

3. Kajian Teori Dalam Penelitian Eksperimental


Dalam mengkaji sumber pengetahuan, peneliti mencar dasar-dasar nyang menjadi
acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. melakukan pendalaman dan
mengidentifikasi pengetahuan yang tidak terbatas hanya pada satu sumber saja tetapi
dapat bervariasi. Kegiatan inilah yang disebut dengan kajian teori.
Kajian teori yang baik adalah kajian teori yang cocok dengan variabel penelitian
secara teoritis dan filosofis. Misalnya penelitian pendidikan islam sebaiknya kajian
teori diambil dari tokoh-tokoh pendidikan islam agar filosofis pendidikan islam ikut
terbangun dalam teori-teori yang digunakan. Kemudian jumlah kelompok teori yang
dikumpulkan harus disesuaikan dengan jumlah variabel yang ditelti. Kalau dalam

10
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.181.
11
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 67.
penelitian eksperimen ada variabel independent dan variabel dependent maka kedua-
duanya harus dijelaskan berdasarkan teori-teori yang ada.
Ada beberapa langkah dalam melakukan kajian teori, yaitu:
a) Menidentifikasi term kunci yang akan digunakan dalam pencarian literatur.
b) Mengumpulkan semua literatur yang berkaitan dengan topik
c) Memilih literatur yang akan digunakan
d) Mengorganisir literatur yang telah dipilih
e) Menulis review literature dan menuliskan ringkasanya.
 Tugas 6

Latihan (Penelitian) dengan tema: Kejujuran Mahasiswa/i dan Tantangan dalam Sistem
Belajar Dalam Jaringan (Daring). Bisa memilih salah satu jenis (Kualitatif atau Kuantitatif).

1. Utarakan apa fakta dan fenomena yang sdr/i alami, baca, dan dengar (lewat WA
Group, GCR, dan GMeet atau ZOOM, Tugas Pribadi/Kelompok, Sajian) sejak media
Daring menjadi pilihan karena pandemi Covid-19 !
Pembahasan: Walaupun pembelajaran daring menjadi solusi saat ini, namun masih
banyak kendala yang ditemukan, misalnya terkendalanya infrastruktur atau perangkat
seperti komputer atau gadget. Sebagian dosen dan mahasiswa masih belum terbiasa
menggunakan atau mengoperasikan perangkat ini karena terbiasa dengan metode
konvensional. Dosen masih belum terbiasa mengajar dengan memanfaatkan media daring
kompleks yang harus dikemas dengan efektif, mudah diakses dan dipahami oleh
mahasiswa. Sedangkan mahasiswa sangat membutuhkan budaya belajar mandiri melalui
komputer atau gadget. Selain itu, tidak ada jaringan internet yang kuat juga menjadi
hambatan dalam pembelajaran daring.
Kreatifitas merupakan kunci sukses seorang dosen dalam memotivasi
mahasiswanya untuk semangat belajar secara daring dan tidak menjadi beban psikis.
Dosen dituntut untuk mampu merancang atau mendesain pembelajaran daring yang
ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan
sesuai dengan materi yang diajarkan. Dosen harus mampu memilih dan membatasi sejauh
mana cakupan materinya dan aplikasi apa yang cocok pada materi dan metode belajar
yang digunakan. Penggunaan aplikasi untuk pembelajaran harus mempertimbangkan
kebutuhan dosen dan mahasiswa, kesesuaian terhadap materi, keterbatasan infrastuktur
perangkat seperti jaringan. Dalam hal ini, pembelajaran daring seharusnya dapat
memaksimalkan potensi dosen dan mahasiswa, bukan saling membebani. Keterbatasan
dalam pemanfaatan media tersebut tidak lantas praktis mengubah sistem pembelajaran
dalam perkuliahan daring menjadi tugas daring, dikarenakan dosen hanya menjejali
mahasiswa dengan tugas diluar dari rencana pembelajaran yang telah tersusun di awal
semester. Lantas, siapkah dosen berkreasi dan memiliki kemampuan memadai terhadap
teknologi?
Dosen dan mahasiswa mau tidak mau dituntut untuk sama-sama belajar teknologi.
Sekali lagi, pembelajaran daring bukanlah tugas daring. Perlu adanya komunikasi antara
dosen dan mahasiswa dalam menentukan media pembelajaran yang digunakan sesuai
kebutuhan dan kondisi saat itu. Sehingga, suasana kelas diharapkan tetap kondusif dan
aktif. Apabila pembelajaran daring dapat dilaksanakan dengan optimal, maka bisa jadi
akan melengkapi atau bahkan lebih efektif dari pembelajaran konvensional di kelas.

2. Bangunlah beberapa langkah yang harus saudara lakukan agar penelitian yang sdr/i rancang
dan rencanakan suatu saat layak untuk dilaksanakan !

Pembahasan: Jenis penelitian yang cocok digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini
akan menggambarkan pembelajaran yang dilakukan selama ini khususnya untuk teologi.
Penelitian yang saya rancang dengan apa adanya di era pandemic ini adalah dilakukan dengan
terlebih dahulu mengadakan survei kepada mahasiswa mengenai penerapan pembelajaran daring.
Survei disebarkan menggunakan google form yang diberikan kepada mahasiswa melalui pesan
WhatsApp. Kemudian survei dikelompokkan kedalam tiga kategori respon mahasiswa: (1)
Setuju dengan penerapan pembelajaran daring; (2) Tidak setuju dengan penerapan pembelajaran
daring; (3) Ragu dengan pelaksanaan pembelajaran daring. Serta Pengumpulan data yang harus
dilakukan adalah melalui wawancara via telpon dan atau zoom cloud meeting. Aspek-aspek yang
ditanyakan dalam wawancara adalah: (1) sarana dan prasarana yang dimiliki mahasiswa untuk
melaksanakan pembelajaran daring; (2) Respon mahasiswa mengenai efektivitas pembelajaran
daring; (3) Pelaksanaan pembelajaran daring dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19
di lingkungan perguruan tinggi.

Tanggapan atau Bagaimana tentang hubungan/kaitan keseluruhan tersebut?

Hubungannya yaitu dimana tugas 1-6 ini dituntut untuk mempersiapkan diri tentang bagaimana
melakukan penelitian yang tepat serta mengkajinya yang mana dalam kaitannya yang satu
dengan yang lain saling bersangkut paut. sehingga dalam dalam pertemuan pertama itu kami
dituntut memilih topik yang relevan hingga saat ini lalu selanjutnya kami tentang beghitu
pentingnya teologi yang sejati dengan beghitu terjadi kesejajaran atau urutan pengerjaan yang
tepat. Baru dimengerti bahwa jenis-jenis penelitian sosial setelah mengerjakan tugas yang
berkaitan.

2. Berilah Pendapat saudara/i mengapa mata kuliah Metodologi Penelitian Sosial dan
TEOLOGI begitu penting dalam Teologi Kristen Protestan
Pembahasan: mengapa sebeghitu pentingnya metodologi peneltian sosial dan teologi
bagi orang berteologi apalagi untuk teologi Kristen Protestan untuk menemukan solusi
atau kemungkinan dalam memecahkan masalah Sosial, serta untuk menganalisis gejala-
gejalayang terjadi dalam umat Kristen dan untuk mendapatkan gambara sebab akibat
untuk meningkatkan kinerja pelayanan gereja sehingga mendapatkan gambaran dan
umpan balik dari anggota jemaat terhadap pengembangan pelayan gereja. Misalnya
observasi ke gereja-gereja digunakan pengkajian dan penyelidikan terhadap ajaran
apakah sesuai atau tidak serta memperoleh pengetahuan mengenai pokok persoalan yang
mana dala pewahyuan Allah sendiri. Sehingga dampak yang dirasakan langsung adalah
teologi harus eksis dan selalu bisa menjawab segala persoalan hidup karena hidup
berteologia atau teologia itu sendiri mampu menjadi sumber dari jalan keluar dari
setiap persoalan yang di hadapi masyarakat, dan teologi itu sebenarnya ada disetiap
diri kita sendiri hanya saja masyarakat yang tidak memahami dan mendalami hal itu,
itulah sebab nya kita sebagai anak teologi juga harus mampu menumbuhkan rasa itu
ditengah-tengah masyarakat kita.

Anda mungkin juga menyukai