Anda di halaman 1dari 3

Nama : Venezah N.

S Ulag
NIM : 190402016
Dosen : DR. Netanael Kaunang
MK : Filsafat Ilmu dan Metodologi Peneliti

ONTOLOGI ( HAKIKAT YANG DIKAJI )


- Metafisika
Metafisika adalah landasan peluncurannya.Dunia yang sepintas lalu kelihatan
sangat nyata ini, ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang hakikatnya.
Metafisika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat dibalik alam nyata
ini. Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari
setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.
Beberapa Tafsiran Metafisika:
1. Tafsiran yang diberikan manusia oleh manusia terhadap alam adalah bahwa terdapat
wujud-wujud gaib (supernatural), yang mana wujud-wujud ini lebih tinggi dan lebih
kuasa dibanding alam. Animisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran
supernatural ini.
2. Sebagai lawan dari supernaturalisme maka terdapat paham naturalisme yang menolak
wujud- wujud yang bersifat supernaturalisme. Materialisme yang merupakan paham
berdasarkan naturalisme ini, berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak berdasarka
oleh kekuatan gaib tetapi oleh kekuatan alam itu sendiri. Prinsip-prinsip materialisme
dikembangkan oleh Demokritos (460-370 S.M.). Dia mengembangkan teori tentang
atom yang dipelajari dari gurunya Leucippus. Gejala alam hanya didekati sebagai
proses fisika-kimia, paham ini disebut mekanistik.
Apa kebenaran dari pikiran dan zat apakah pikiran berbeda dengan zat, atau hanya
bentuk lain dari zat? Aliran monistik berpendapat yang tidak membedakan antara zat dan
pikiran, zat dianggap bentuk lain dari pikiran; mereka hanya berbeda dalam gejala
disebabkan oleh proses yang berlainan, namun mempunyai substansi yang sama. Ibarat
materi dan energi dalam teori relatifitas Einstin. Pendapat nini ditolak oleh penganut faham
dualistik. Paham dualistik dipelopori oleh Thomas Hyde (1700) sedangkan monisme
dipelopori oleh acristian Wolff (1679-1754). Dalam metafisika penafsiran dualistik
membedakan anatara zat dan kesadaran. Filsuf yang menganut faham dualisme diantaranya
Rene Descartes (1596-1650), John Locke (1632-1741) dan George Berkeley (1685-1753).
Cogito ergo sum! (Saya berfikir maka saya ada) Descartes mulai menyusun filsafatnya
secara deduktif berdasarkan pernyataannya yang dianggap merupakan kebenaran yang
tidak bias diragukan. John Locke menggap pikiran manusia seperti lempengan lilin dimana
pengalaman manusia saling menempel pada lilin tersebut (pikiran sebagai tabula rasa).
Sedangkan Berkeley menyatakan bahwa ada disebabkan oleh persepsi, bagi Berkely buah
apel ada di dalam pikiran. Jika tidak ada yang mimikirkan buah apel maka apakah buah
apel itu ada, jawab Berkeley buah apel tersebut ada di dalam pikiran Tuhan.
- Asumsi
Ada asumsi dari semua penemuan ilmu, untuk filsafat ada sebuah asumsi dasar
bahwa hukum alam itu ada, jika tidak ada maka sia-sia saja semua pembicaraan tentang
ilmu. Hukum disini diartikan adanya suatu pola berulang dari suatu kejadian yang diikuti
sebagian besar peserta, gejala yang berulang dapat teramati jika kejadian itu menghasilkan
sesuatu yang sama jika diberikan stimulus yang sama. Dari penalaran ini berkembang
paham determinisme yang dikembangkan oleh Thomas Hamilton yang menyimpulkan
bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat yang bersifat
universal.

- Peluang
Jadi berdasarkan teori-teori keilmuan tidak akan pernah ada kesimpulan-kesimpulan
yang pasti mengenai suatu kejadian hanya sebuah kesimpulan yang probabilistik, atau
peluang suatu kejadian terjadi adalah sekian persen. Lalu apa gunanya pengetahuan yang
seperti itu?
Ilmu tidak akan berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak.
Dalam masalah ini ilmu masih kalah dengan perdukunan. “Saudara pasti sembuh, jika
saudara minum air ini”, kata si dukun. Dia tidak akan pernah mengatakan anda berpeluang
0,8 untuk sembuh jika anda meminum air ini.

- Beberapa Asumsi dalam Ilmu


Mengapa terdapat perbedaan yang signifikan pada sebuah benda yang kongkret
(misal sebuah meja)? Mengapa amuba dengan kita seperti hidup di dalam dunia yang
berbeda? Secara mutlak tidak ada yang tahu sebenarnya seperti apa bidang datar itu, hanya
Tuhan yang tahu. Seorang ilmuwan harus benar- benar mengenal asumsi yang dipergunakan
dalam analisis keilmuannya. Sebab menggunakan asumsi yang berbeda akan berbeda pula
konsep pemikirannnya.

- Batas-batas Penjelajah Ilmu


Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu? Dimanakah ilmu berhenti
dan menyerahkan pengkajian lain kepada ilmu yang lain? Jawab semua pertanyaan itu
sangat sederhana ilmu memulai dari pengalaman manusia dan berhenti pula pada batas
pengalaman manusia.
Apakah ilmu mempelajari hal ikhwal surga dan neraka? Jawabnya jelas tidak; sebab
kejadian itu di luar jangkauan pengalaman manusia. Yang membahas surga dan neraka
adalah agama. Mengapa ilmu membatasi diri pada pengalaman manusia? Jawabannya
terletak pada fungsi ilmu itu sendiri untuk kehidupan manusia. Karena ilmu berguna untuk
menyelesaikan permasalah manusia. Ilmu membatasi diri pada pengalaman manusia karena
metode yang dipergunakan untuk menyusun ilmu yang telah teruji kebenaranya secara
empiris

Anda mungkin juga menyukai