Milala
Jisi Benario
Melianty Brahmana
I. Pendahuluan
Pewartaan Injil dalam Gereja berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat
kemanusiaan dan melalui pengaruh nilai-nilai Injil merubah umat manusia dari dalam
dan membuatnya menjadi baru. Perubahan yang dimaksud bukan sekedar bertobat dalam
relasinya dengan Tuhan, melainkan juga bertobat dalam relasinya dengan sesama
manusia, masyarakat dan dunia . Kabar Baik yang diwartakan Gereja adalah Yesus
Kristus Sang Penyelamat, sebab Allah telah mewahyukan diriNya pada kita dalam
PutraNya sebagai yang mengutus dan diutus (Kirchberger, 2004:14). Melalui pewartaan
para rasul tentang Yesus Kristus, kitapun semakin mengenal dan mencintai Allah serta
menanggapinya dalam iman. Kita mewartakan Injil ke seluruh dunia dan menatanya
melalui kesaksian hidup.
II. Pembahasan
2.1. Evangelisasi
2.1.1. Pengertian Evangelisasi
Evangelisasi berasal dari kata kerja Yunani “euangelizien” (juga
“euangelizomai” dan kata ini terjadi dari kata benda “euangelion” = kabar –
kesukaan tentang kedatangan kerajaan Allah oleh perkataan dan perbuatan Yesus
Kristus, sesuai dengan itu “euangelizein” (atau “ euangelizomai”) berarti
memberitakan kabar kesukaan ini kepada manusia (= manusia Kristen dan bukan
Kristen) diseluruh dunia. “euangelizein” sama dengan “kerussein” =
memproklamasikan (mengumumkan) berita – selamat.1 Evangelisasi adalah
pekabaran injil kepada semua orang, kepada jemaat dan kepada mereka yang
1
J.l. Ch. Abineno, Sekitar Theologia Praktika II, ( Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1980), 165-166
belum menjadi anggota jemaat.2 Evanglisasi adalah salahsatu bentuk pelayanan
yang banyak dipakai oleh gereja-gereja di Indonesia. Hampir tidak ada satu gereja
yang tidak mencantumkannya dalam tata gerejanya. 3 Di Amerika, Evanglisasi
merupakan pelayanan pekabaran injil dalam arti luas: kepada semua orang baik
yang telah menjadi anggota gereja maupun yang belum sedangkan di Eropa
khususnya di Belanda dan Jerman umumnya menganggap Evangelisasi sebagai
pelayaanan perkabaran injil dalam arti yang sempit: ditujukan kepada anggota
gereja yang sesat, dimana mereka akan dipimpin untuk kembali kedalam gereja
yang benar.4
2
J.L.Ch. Abineno, Jemaat, (Jakarta: BPK-GunungMulia, 1956), 115
3
J.L.Ch. Abineno, SekitarTeologiPraktika II, 165
4
J.L.Ch. Abineno, SekitarTeologiPraktika II,165
5
J.l. Ch. Abineno, Sekitar Theologia Praktika II, ( Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1980), 170-171
6
Franz- Josep Eiler, Berkomunikasi Dalam Pelayanan dan Misi, (Yogyakarta Penerbit Kanisinus,
2003),111
5. Evangelisasi merupakan upaya orang Kristen melayangkan kabar kesukaan
ihkwal Yesus Kristus kepada seorang, sedemikian rupa sehingga ia berpaling
dari dosa-dosanya dan percaya kepada Allah melalui anak-Nya Yesus Kristus
dengan kuasa Roh Kudus.7
2.1.3. Apa saja isi evangelisasi
1. Bahwa evangelisasi bukanlah pertama – tama pekerjaan Gereja, tetapi,
pekerjaan Kristus. Ia adalah subjeknya yang sebenarnya. Ialah yang mula-mula
bertindak. Gereja hanya alat saja : alat yang ia pakai dalam pekerjaanNya.
Pekerjaan Gereja ialah partisipasi dalam pekerjaan kristus.
2. Evangelisasi erat sekali hubungannya dengan apostolat Gereja
3. Dalam pekerjaan evangelisasi dipergunakan alat-alat komunikasi “massa
modern” dan (sama dengan pers, radio, televisi) dan apostolat kebudayaan
(sama dengan film, drama)
4. Bahwa untuk pekerja evangelisasi harus dilepaskan dari ikatan gereja dan baha
persekutuan yang timbul oleh pekerjaan mereka, berdiri sendiri, lepas dari
organisasi gereja yang ada.8
2.1.4. Bagaimana cara melakukan Evangelisasi
Evangelisasi itu berkenanaan dalam penyajian iman kristen, amanat serta
penebusan Kristus secara aktual bagi kehidupan melalui pembaptisan dan menjadi
angota Gereja. Evangelisasi jauh melampaui sekedar penyampaian informasi
belaka serta kesan pertama saja. Dalam katekese, iman Kristen dibagi pada suatu
pemahaman dan penerimaan yang lebih mendalam yang menghayati pembelajaran
yang tidak saja bercorak intelektual tetapi berdampak atas keseluruhan pribadi.
Dengan cara ini , liturgi jemaat dan aksi kristiani juga menyertai pembelajaran
kateketis. Dalam proses personalisasi semacam itu, media massa elektronik tidak
terlalu berperan bila dibandingkan dengan komunikasi pribadi secara langsung
yang membantu mengembangkan pemahaman dan pengalaman yang lebih
mendalam. Komunikasi evangelisasi juga tidak bersandar pada satu media saja,
tetapi juga pada pelayanan – pelayanan terpadu dan orang – orang yang
berintegras, yang yakin bahwa gereja dan setiap anggotanya adalah dan pada
hakikatnya adalah merupakan komunikasi.9
7
H. Ongirwalu, Himpunan Bahan Study Institute Tentang Ekklesiologia, (Jakarta: 1988), 15
8
Ibid
9
Franz- Josep Eiler, Berkomunikasi Dalam Pelayanan dan Misi, (Yogyakarta Penerbit Kanisinus,
2003),71
2.1.5. Evangelisasi pada gereja mula-mula sampai jaman sekarang
Bentuk Evangelisasi atau peribadatan diadakan di Sinagogue atau di Bait Suci
Allah. Seperti Kesaksian iman terhadap Allah yang Esa, Doa umum, Membaca
nats dari Pentateukh dan berkhotbah. Dari tata cara tersebut jemaat mula-mula
menyesuaikan bahan-bahan dengan pelayanan Yesus sebagai Mesias yang dimulai
dari awal pelayanan Yesus, penderitaan, kematian dan kebangkitanNya. Pada
waktu khotbah Paulus masih dalam bentuk lisan dan sebagian dalam bentuk tertulis
yang berisikan ajaran tentang kehidupan berdasarkan pembebasan yang dilakukan
oleh Yesus.10
Evangelisasi zaman sekarang dapat kita lakukan melalui kesaksian hidup
suci, hidup seturut teladan Yesus Kristus dengan mencintai dan mengasihi orang
lain. Kesaksian hidup sebagai umat Kristiani, penyerahan diri secara penuh pada
Allah, membentuk persekutuan yang kuat, kokoh dan semangat yang berkobar-
kobar sangat relevan untuk pewartaan Injil zaman sekarang Sebab pewartaan yang
dilakukan melalui kesaksian hidup akan lebih menyentuh hati setiap orang.
Terlebih hidup zaman sekarang orang lebih senang mendengarkan kesaksian yang
menunjukkan suatu fakta daripada kata-kata yang tidak sesuai dengan tindakan.
Namun bukan berarti kata-kata menjadi tidak penting dalam pewartaan, melainkan
suatu kegiatan yang harus dijalankan dengan seimbang. Artinya kita berbicara
tentang kebenaran Kabar Gembira yang dapat dilihat dalam sikap dan tindakan kita
Maka kesaksian hidup suci menjadi sarana utama bagi penginjil yaitu tindakan
konkret dari sikap dan tindakan seseorang yang mencerminkan nilai-nilai Injil
dalam hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, kaum awam harus menyadari bahwa
evangelisasi melalui sikap dan tingkah laku yang mencerminkan diri sebagai orang
beriman, hidup sederhana, setia pada Kristus dengan mengamalkan cinta kasih,
peduli pada sesama, peka terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan orang-
orang di sekitar.11
2.1.6. Tantangan dan Hambatan12
10
A.A. Sitompul, Bimbingan Tata Kebaktian Gereja,(Pematang Siantar, 1993), 35.
11
https://repository.usd.ac.id/22740/2/061124051_Full.pdf diakses Pada Tanggal 08 Februari, 2019.
Pukul 18.00 WIB.
12
https://repository.usd.ac.id/22740/2/061124051_Full.pdf diakses Pada Tanggal 08 Februari, 2019.
Pukul 18.00 WIB.
pewarta Injil perlu tanggap dan peka terhadap perubahan zaman agar mereka
lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang dapat menghambat
perjuangan mereka dalam mewartakan Injil. Tantangan tersebut tidak hanya
datang dari luar diri melainkan juga dari dalam diri sendiri.
1. Tantangan Dari Dalam Diri
a. Perasaan “Takut” dan “Malu”
Takut dan malu merupakan hal yang hampir dirasakan oleh setiap
orang dalam dirinya. Hal tersebut dapat membawa seseorang pada suatu
kebaikan namun dapat juga menjadi penghambat bagi perkembangan
pribadinya. Takut di sini menjadi penghambat dalam perkembangan iman
seseorang untuk semakin mengenal dan mencintai Allah dengan bebas.
Sebagai umat Katolik, seringkali kita merasa takut untuk mengenal Allah
lebih dalam. Terlebih kita sebagai kaum awam merasa bahwa kita tidak
punya pengetahuan dan pengalaman apa-apa yang dapat kita banggakan
sebagai pengikut Yesus Kristus. Kita merasa takut dan malu karena kita
tidak dapat hidup suci seperti para kaum religius. Sebab dalam pemahaman
kaum awam hidup suci adalah hidup membiara seperti suster, bruder, frater
dan pastor. Sikap takut ini seringkali membuat kaum awam tidak melakukan
apa-apa dan hanya berdiam diri saja.
13
D.W. Ellis, Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993), 117-118
14
H. Ongirwalu, Himpunan Bahan Study Institute Tentang Ekklesiologia, (Jakarta: 1988), 14
15
Jonathan David, Menangkap Gelombang Kebangunan Rohani, (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2003), 3
3. Khotbah yang dibagikan dalam ibadah tersebut biasanya bersifat sederhana dan
mudah dimengerti, berupa dasar-dasar iman (bukan merupakan pengajaran agama
yang mendalam).
4. KKR sebenarnya identik dengan ibadah-ibadah yang pernah dilakukan Kristus
dahulu seperti khotbah di bukit, pelayanan di tempat-tempat umum sehingga orang-
orang kebanyakan (umum) bisa datang berbondong-bondong untuk mendengar
pengajaran firman Tuhan, didoakan dan mengalami mujizat kesembuhan Ilahi,
diselamatkan dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus secara pribadi.
5. Kebangkitan Kebangunan Rohani adalah Allah menyatakan diri-Nya kepada
manusia dalam kekudusan yang mengagumkan dan kuasa yang tidak tertahankan.
Kuasa yang sanggup mengubah segala hal.
16
http://gjki-milleniumdamai.org/berita_detail.php?id diakses pada Rabu 14 Febuari 2018 pukul
17
C. De Jonge. Pembimbing ke Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hlm. 78-79.
gerakan evangelikal.18Ada empat periode dari gerakan kebangunan rohani ini.
Masing-masing memiliki karakteristik menyebar luas dengan sangat pesat,
dipimpin oleh para pendeta evangelikal, memberi peningkatan sangat tajam
dalam ketertarikan beragama dan membawa dampak besar bagi rasa bersalah
dan pengampunan terhadap seseorangHal inilah yang mengakibatkan gereja
evangelikal mengalami lompatan hebat
dalam hal jumlah dan membawa bentuk pergerakan keagamaan baru dan
denominasi (termasuk di dalamnya Gereja Baptis)19
18
Daniel G. Reid, et al. Dictionary of Christianity in America. Illinois: Intervarsity Press, 1990. Hlm. 397-
398.
19
Jan S. Aritonang. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Hlm. 155-156
di Amerika. Bahkan pendiri G12 juga tidak berhasil melakukannya di Miami seperti yang
dia alami di Bogota, Kolombia.
Orang di Amerika harus menemukan strategi-strategi yang bisa berjalaan dalam konteks
budaya Amerika, bukaan sekedar menjiplak strategi-strategi yang berjalan dengan efektif
di konteks dan budaya-budaya komunal.
3. Banyak Distraksi dan Pilihan – Selama kebangunan pada abad 18 dan 19 orang-orang
punya sedikit pilihan akan transportasi, tehnologi, dan keuangan. Oleh karena itu saat ada
gereja dibuka di suatu komunitas, itu bukan saja sebagai pusat rohani tetapi juga pusat
sosial dan budaya bagi semua orang, bahkan bagi yang tidak percaya. Msisalnya, Charles
Finney sebagai seorang anggota paduan suara di komunitasnya meskipun dia sebagai
orang yang tidak peraya! Oleh karena itu saat Tuhan bergerak di suatu gereja otomatis
berpengaruh padaa atmosfir komunitas dan daerahnya!
Sekarang ini orang-orang punya televisi, radia, komputer, bowling, bisokos, olahraga,
tempat kebugaran, senia beladiri, dll. Terlalu banyak pilihan memberikan kurangnya ikatan
kohesi dan kurangnya perhatian untuk diberikan ke Tuhan dan gereja.
6. Kurangnya rasa takut akan Tuhan di gereja – Sekarang ini sangat umum bagi
pengunjung gereja Injili untuk hidup bersama dalam dosa, mempraktekkan seks sebelum
menikah, bermabuk-mabukan, berkunjung di nigth club, mengunggah gambar-gambar
tidak senonoh di Facebook, mengatakan kata-kata kotor, dan mendengarkan musik orang
fasik – semuanya dengan mengatas-namakan kasih-karunia dan sebaga tanggapan
legalisme yang berlebihan.
7. Kurangnya doa dan mencari Tuhan yang dilakukan oleh pribadi, keluarga dan jemaat –
Sementara hampir semua orang Kristen mencela Madalyn Murray O'Hair yang atheis,
yang berhasil mengeluarkan doa untuk tidak dilakukan di sekolah di awal 1960, tetapi kita
mengakui kalau doa itu juga sudah dicopot sebelum hal tersebut terjadi. Hanya sedikit
umat percaya yang saya ketahui yang telah membangun mezbah keluarga di rumah-rumah
mereka dan yang terus-menerus mencari Tuhan bersama pasangan dananak-anak
mereka..20
20
http://hegaihadasa.blogspot.com/2014/06/13-tantangan-yang-menghambat-kebangunan.html Diakses
Pada Tanggal 08 Februari 2019, Pukul 20.45 WIB
21
B.A. Simajuntak, Pemikiran Tentang Batak, (Pematang Siantar: HKBP, 1986), 137
22
B.A. Simajuntak, Pemikiran Tentang Batak, 137
2.3.3. Tujuan melakukan KKI
23
Jonathan David, Menangkap Gelombang Kebangunan Rohani, 6-7
24
http://www.katnet.orege/web/indeks.php?optionc=kontentdanview=artikeldanid=169diakses
pada tanggal 08 Februari 2019 pukul 18.54
25
http://id.wikipedia.org/wiki.kebaktiankebangunanrohani, diakses pada tanggal 08 Februari 2019
pukul 18.48.
2.3.5. Tantangan dan Hambatan
III. Analisa: Persamaan, Perbedaan, dan Yang Lebih Relevan Dalam Gereja
Protestan
IV. Kesimpulan
Evangelisasi adalah memberitakan kabar kesukaan kepada manusia. Baik untuk manusia
yang sudah Kristen dan yang bukan Kristen. Tugas utama dari Evangelisasi ini ialah untuk
menyampaikan Injil dengan berbagai tugas yang sudah diterapkan. Selain Evangelisasi
yang menjadi wujud pelayanan Gereja, ada juga yang disebut dengan KKI dan KKR, yang
merupakan juga pelayanan terhadap umat Gereja. Kedua pelayanan ini sangat
mengutamakan pertumbuhan Iman dan kehidupan kerohaniannya. Disaat KKI datang
untuk menolong membangun Iman dan meneguhkannya maka KKR ikut serta dalam
melengakapi Iman seseorang dengan cara ibadah yang menumbuhkan rasa ingin bertobat
dalam kehidupan seseorang. Demikianlah ketiga pelayanan ini, akan sempurna jika
dijalankan dengan baik dan akan membuahkan hasil yang baik seperti yang diharapkan.
V. Daftar Pustaka
26
https://www.kristenalkitabiah.com/10-hambatan-pertumbuhan-iman/ Diakses Pada Tanggal 08 Februari
2019 Pukul 22.00 WIB.