Anda di halaman 1dari 18

Nama Kelompok : Enda Theresia Br.

Milala

Ferdi Bresman Situmorang

Jisi Benario

Melianty Brahmana

Tingkat/Prodi : II-C / Theologia

Mata Kuliah : Teologi Praktika

Dosen Pembimbing : Dr. Tony Hutagalung

Evangelisasi , KKR , dan KKI

I. Pendahuluan
Pewartaan Injil dalam Gereja berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat
kemanusiaan dan melalui pengaruh nilai-nilai Injil merubah umat manusia dari dalam
dan membuatnya menjadi baru. Perubahan yang dimaksud bukan sekedar bertobat dalam
relasinya dengan Tuhan, melainkan juga bertobat dalam relasinya dengan sesama
manusia, masyarakat dan dunia . Kabar Baik yang diwartakan Gereja adalah Yesus
Kristus Sang Penyelamat, sebab Allah telah mewahyukan diriNya pada kita dalam
PutraNya sebagai yang mengutus dan diutus (Kirchberger, 2004:14). Melalui pewartaan
para rasul tentang Yesus Kristus, kitapun semakin mengenal dan mencintai Allah serta
menanggapinya dalam iman. Kita mewartakan Injil ke seluruh dunia dan menatanya
melalui kesaksian hidup.
II. Pembahasan
2.1. Evangelisasi
2.1.1. Pengertian Evangelisasi
Evangelisasi berasal dari kata kerja Yunani “euangelizien” (juga
“euangelizomai” dan kata ini terjadi dari kata benda “euangelion” = kabar –
kesukaan tentang kedatangan kerajaan Allah oleh perkataan dan perbuatan Yesus
Kristus, sesuai dengan itu “euangelizein” (atau “ euangelizomai”) berarti
memberitakan kabar kesukaan ini kepada manusia (= manusia Kristen dan bukan
Kristen) diseluruh dunia. “euangelizein” sama dengan “kerussein” =
memproklamasikan (mengumumkan) berita – selamat.1 Evangelisasi adalah
pekabaran injil kepada semua orang, kepada jemaat dan kepada mereka yang

1
J.l. Ch. Abineno, Sekitar Theologia Praktika II, ( Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1980), 165-166
belum menjadi anggota jemaat.2 Evanglisasi adalah salahsatu bentuk pelayanan
yang banyak dipakai oleh gereja-gereja di Indonesia. Hampir tidak ada satu gereja
yang tidak mencantumkannya dalam tata gerejanya. 3 Di Amerika, Evanglisasi
merupakan pelayanan pekabaran injil dalam arti luas: kepada semua orang baik
yang telah menjadi anggota gereja maupun yang belum sedangkan di Eropa
khususnya di Belanda dan Jerman umumnya menganggap Evangelisasi sebagai
pelayaanan perkabaran injil dalam arti yang sempit: ditujukan kepada anggota
gereja yang sesat, dimana mereka akan dipimpin untuk kembali kedalam gereja
yang benar.4

2.1.2. Apa saja yang dilakukan didalam Evangelisasi


Evangelisasi merupakan perkerjaan Allah, yang berdasar atas kasih dan
kemurahanNya
1. Evangelisasi berpartisipasi dalam karya Yesus Kristus yang terus bekerja
menghimpunkan bangsa-bangsa di dunia. Dalam pekerjaan itu seluruh gereja
sebagai “umat Allah yang memberitakan injil” ditetmpatkan dalam evangelisasi
dan anggota-anggota jemaat merupakan baris yang paling besar. Dimana di
dunia sedang dijalankan usaha untuk memobilisasikan jemaat sebagai umat
Allah yang memberitakan injil dan membeangkitkan serta memperdalam
kesadaran apostel anggota-anggota jemaat.
2. Evangelisasi mulai dengan suatu demonstrasi solidaritas yang meyakinkan
yang penting ialah menemukan suatu ruangan rohani bersama dimana kata-kata
dapat menjalankan fungsinya kembali..
3. Evangelisasi baru ada artinya kalau ia dikeluarkan dari isolemen “aktu bebas”
(hari minggu ; sesudah waktu kerja dan dapat diintegrasikan kedalam
perusahaan biasa yang dkerjakan setiap hari 5
4. Evanglisasi bertujuan untuk mendidik orang – orang didalam iman sedemikian
rupa sehingga membimbing tiap-tiap individu kristen untuk menghayati
sakramen – sakramen iman sejati dan bukannya untuk menerima sakramen –
sakramen secara pasif melainkan untuk ambil bagian dalam penerimaan
sakramen – sakramen6

2
J.L.Ch. Abineno, Jemaat, (Jakarta: BPK-GunungMulia, 1956), 115
3
J.L.Ch. Abineno, SekitarTeologiPraktika II, 165
4
J.L.Ch. Abineno, SekitarTeologiPraktika II,165
5
J.l. Ch. Abineno, Sekitar Theologia Praktika II, ( Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1980), 170-171
6
Franz- Josep Eiler, Berkomunikasi Dalam Pelayanan dan Misi, (Yogyakarta Penerbit Kanisinus,
2003),111
5. Evangelisasi merupakan upaya orang Kristen melayangkan kabar kesukaan
ihkwal Yesus Kristus kepada seorang, sedemikian rupa sehingga ia berpaling
dari dosa-dosanya dan percaya kepada Allah melalui anak-Nya Yesus Kristus
dengan kuasa Roh Kudus.7
2.1.3. Apa saja isi evangelisasi
1. Bahwa evangelisasi bukanlah pertama – tama pekerjaan Gereja, tetapi,
pekerjaan Kristus. Ia adalah subjeknya yang sebenarnya. Ialah yang mula-mula
bertindak. Gereja hanya alat saja : alat yang ia pakai dalam pekerjaanNya.
Pekerjaan Gereja ialah partisipasi dalam pekerjaan kristus.
2. Evangelisasi erat sekali hubungannya dengan apostolat Gereja
3. Dalam pekerjaan evangelisasi dipergunakan alat-alat komunikasi “massa
modern” dan (sama dengan pers, radio, televisi) dan apostolat kebudayaan
(sama dengan film, drama)
4. Bahwa untuk pekerja evangelisasi harus dilepaskan dari ikatan gereja dan baha
persekutuan yang timbul oleh pekerjaan mereka, berdiri sendiri, lepas dari
organisasi gereja yang ada.8
2.1.4. Bagaimana cara melakukan Evangelisasi
Evangelisasi itu berkenanaan dalam penyajian iman kristen, amanat serta
penebusan Kristus secara aktual bagi kehidupan melalui pembaptisan dan menjadi
angota Gereja. Evangelisasi jauh melampaui sekedar penyampaian informasi
belaka serta kesan pertama saja. Dalam katekese, iman Kristen dibagi pada suatu
pemahaman dan penerimaan yang lebih mendalam yang menghayati pembelajaran
yang tidak saja bercorak intelektual tetapi berdampak atas keseluruhan pribadi.
Dengan cara ini , liturgi jemaat dan aksi kristiani juga menyertai pembelajaran
kateketis. Dalam proses personalisasi semacam itu, media massa elektronik tidak
terlalu berperan bila dibandingkan dengan komunikasi pribadi secara langsung
yang membantu mengembangkan pemahaman dan pengalaman yang lebih
mendalam. Komunikasi evangelisasi juga tidak bersandar pada satu media saja,
tetapi juga pada pelayanan – pelayanan terpadu dan orang – orang yang
berintegras, yang yakin bahwa gereja dan setiap anggotanya adalah dan pada
hakikatnya adalah merupakan komunikasi.9

7
H. Ongirwalu, Himpunan Bahan Study Institute Tentang Ekklesiologia, (Jakarta: 1988), 15
8
Ibid
9
Franz- Josep Eiler, Berkomunikasi Dalam Pelayanan dan Misi, (Yogyakarta Penerbit Kanisinus,
2003),71
2.1.5. Evangelisasi pada gereja mula-mula sampai jaman sekarang
Bentuk Evangelisasi atau peribadatan diadakan di Sinagogue atau di Bait Suci
Allah. Seperti Kesaksian iman terhadap Allah yang Esa, Doa umum, Membaca
nats dari Pentateukh dan berkhotbah. Dari tata cara tersebut jemaat mula-mula
menyesuaikan bahan-bahan dengan pelayanan Yesus sebagai Mesias yang dimulai
dari awal pelayanan Yesus, penderitaan, kematian dan kebangkitanNya. Pada
waktu khotbah Paulus masih dalam bentuk lisan dan sebagian dalam bentuk tertulis
yang berisikan ajaran tentang kehidupan berdasarkan pembebasan yang dilakukan
oleh Yesus.10
Evangelisasi zaman sekarang dapat kita lakukan melalui kesaksian hidup
suci, hidup seturut teladan Yesus Kristus dengan mencintai dan mengasihi orang
lain. Kesaksian hidup sebagai umat Kristiani, penyerahan diri secara penuh pada
Allah, membentuk persekutuan yang kuat, kokoh dan semangat yang berkobar-
kobar sangat relevan untuk pewartaan Injil zaman sekarang Sebab pewartaan yang
dilakukan melalui kesaksian hidup akan lebih menyentuh hati setiap orang.
Terlebih hidup zaman sekarang orang lebih senang mendengarkan kesaksian yang
menunjukkan suatu fakta daripada kata-kata yang tidak sesuai dengan tindakan.
Namun bukan berarti kata-kata menjadi tidak penting dalam pewartaan, melainkan
suatu kegiatan yang harus dijalankan dengan seimbang. Artinya kita berbicara
tentang kebenaran Kabar Gembira yang dapat dilihat dalam sikap dan tindakan kita
Maka kesaksian hidup suci menjadi sarana utama bagi penginjil yaitu tindakan
konkret dari sikap dan tindakan seseorang yang mencerminkan nilai-nilai Injil
dalam hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, kaum awam harus menyadari bahwa
evangelisasi melalui sikap dan tingkah laku yang mencerminkan diri sebagai orang
beriman, hidup sederhana, setia pada Kristus dengan mengamalkan cinta kasih,
peduli pada sesama, peka terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan orang-
orang di sekitar.11
2.1.6. Tantangan dan Hambatan12

Tantangan merupakan segala sesuatu yang akan dihadapi oleh setiap


orang dalam mengarungi hidupnya di dunia. Menyadari kehidupan yang
semakin hari semakin berkembang dalam banyak hal, kaum awam sebagai

10
A.A. Sitompul, Bimbingan Tata Kebaktian Gereja,(Pematang Siantar, 1993), 35.
11
https://repository.usd.ac.id/22740/2/061124051_Full.pdf diakses Pada Tanggal 08 Februari, 2019.
Pukul 18.00 WIB.
12
https://repository.usd.ac.id/22740/2/061124051_Full.pdf diakses Pada Tanggal 08 Februari, 2019.
Pukul 18.00 WIB.
pewarta Injil perlu tanggap dan peka terhadap perubahan zaman agar mereka
lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang dapat menghambat
perjuangan mereka dalam mewartakan Injil. Tantangan tersebut tidak hanya
datang dari luar diri melainkan juga dari dalam diri sendiri.
1. Tantangan Dari Dalam Diri
a. Perasaan “Takut” dan “Malu”

Takut dan malu merupakan hal yang hampir dirasakan oleh setiap
orang dalam dirinya. Hal tersebut dapat membawa seseorang pada suatu
kebaikan namun dapat juga menjadi penghambat bagi perkembangan
pribadinya. Takut di sini menjadi penghambat dalam perkembangan iman
seseorang untuk semakin mengenal dan mencintai Allah dengan bebas.
Sebagai umat Katolik, seringkali kita merasa takut untuk mengenal Allah
lebih dalam. Terlebih kita sebagai kaum awam merasa bahwa kita tidak
punya pengetahuan dan pengalaman apa-apa yang dapat kita banggakan
sebagai pengikut Yesus Kristus. Kita merasa takut dan malu karena kita
tidak dapat hidup suci seperti para kaum religius. Sebab dalam pemahaman
kaum awam hidup suci adalah hidup membiara seperti suster, bruder, frater
dan pastor. Sikap takut ini seringkali membuat kaum awam tidak melakukan
apa-apa dan hanya berdiam diri saja.

b. Pandangan Negatif terhadap Dunia


Kaum awam mendapatkan panggilan khusus dalam mewartakan Injil
di tengah-tengah dunia. Apapun situasi dan kondisi dunia, itulah yang
dihadapi mereka dalam tugas pewartaannya. Menghadapi kenyataan dunia
zaman sekarang tentu kaum awam merasa itu sebagai suatu tantangan yang
amat berat dan sulit untuk dilakukan, namun di sini pula mereka diuji untuk
menemukan cara-cara atau metode yang cocok untuk menyampaikan Kabar
Gembira kepada umat manusia. Sebab pada dasarnya Allah menciptakan
dunia dan segala isinya itu baik. Dari Perjanjian Lama Kej. 1:1-31 kita dapat
melihat kisah penciptaan Allah dan pada hari terakhir Allah melihat semua
yang diciptakanNya itu sangat baik, sehingga kita tidak dapat mengatakan
bahwa dunia itu telah merusak moral manusia melainkan manusia yang tidak
dapat mengendalikan dirinya menghadapi pergolakan dunia saat ini. Sebab
mereka terlalu buta untuk melihat kebaikan-kebaikan yang diberikan dunia
dan hanya mengandalkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya
untuk kesenangan semata.
2. Tantangan Dari Luar Diri
a. Irelevansi Agama dalam Hidup Sehari-hari.
Ketidakadilan, kekerasan, perpecahan, perang antar agama, pemerasan,
perampasasan hak, ketidakpedulian antara manusia yang satu dengan yang lainnya,
pemerkosaan dan tindak kekerasan lainnya menjadi fenomena yang tidak asing lagi
dalam kehidupan manusia zaman sekarang. Kenyataan ini tentu saja menimbulkan
pertanyaan bagi setiap orang apakah pentingnya agama dalam kehidupan zaman
sekarang ini? Agama dikatakan sebagai pemersatu umat manusia, tetapi
kenyataannya untuk mempersatukan yang seiman saja sulit apalagi
mempersatukan yang berbeda agama. Agama tidak dapat menjadi tempat yang
damai bagi umatnya karena di dalam persekutuannya tidak dapat lagi dibangun
sikap saling menghargai dan menghormati. Ketidakadilan menjadi tantangan berat
dalam pewartaan kita karena kita sendiri hendak mewartakan tentang keadilan,
kebahagiaan, kedamaian dan kerukunan. Namun kenyataannya adalah seringnya
terjadi ketidakadilan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, pentingnya kaum
awam mengupayakan pewartaan tentang keadilan yang bersumber pada cinta kasih
Allah untuk melawan ketidakadilan.
b. Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa
kesenangan, kenikmatan dan materi adalah tujuan utama dalam hidup ini.
Zaman ini kebanyakan orang berpandangan bahwa hidup hanya satu kali dan
harus dinikmati dengan sebaik- baiknya, dengan hidup sebebas-bebasnya
dan berfoya-foya yang terpenting adalah dirinya senang. Dalam kehidupan
zaman sekarang, tidak jarang kaum awampun menganut paham hedonisme.
Hal itu nampak dalam kehidupannya sehari-hari yang bekerja siang dan
malam, terkadang mengabaikan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Bahkan, walau telah berkelimpahan sekalipun mereka tetap
bekerja tanpa batas waktu untuk terus mengumpulkan uang demi memenuhi
kebutuhan yang tak terbatas tersebut. Seringkali karena kesibukan bekerja
mereka mengabaikan urusan di tengah masyarakat dan di dalam Gereja.
Paham hedonisme ini adalah menyamakan kebaikan dengan
kenikmatan, sehingga kebanyakan orang zaman ini menyetujui konsep
tersebut dan siap untuk mengikutinya serta menempatkan kesenangan dan
kenikmatan itu sebagai hal utama yang harus dikejar selama ia masih
berziarah di dunia ini. Mereka menganggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan tidak perlu bersusah payah untuk memperolehnya di surga
karena di dunia sudah ditemukan. Oleh karena itu harus segera dinikmati
sebelum mereka meninggalkan persiarahannya di dunia ini
c. Materialisme
Berkaitan dengan paham hedonisme di atas maka tak dapat disangkal
pula bahwa paham itu secara tidak langsung membawa manusia pada sikap
materialistis, sehingga segala sesuatu yang dihadapi di dunia ini dinilai
dengan uang, harta dan kedudukan. Bila ketiga hal tersebut sudah menguasai
pikiran setiap orang, maka di antara manusia tidak lagi mempedulikan
manusia lainnya apalagi yang lemah, miskin dan tertindas.
2.1.7. Keuntungan pengkabaran Injil dengan menggunakan Evanglisasi
Evagelisasi mengupayakan pendengarannya supaya bertobat dan
menyerahkan diri kepada Kristus, dan melayaniNya sebagai Tuhan dalam
persekutuan orang percaya. Jadi yang penting bukan caranya atau metodenya
melainkan inti beritanya.13 Tujuan dari Evangelisasi juga, agar semua orang
mengalami keselamatan yang diwartakan Yesus Kristus, yakni “pembebasan
dari segala sesuatu yang menindas manusia, terlebih pembebasan dari dosa dan
dari kejahatan, serta kegembiraan karena mengenal Allah serta dikenal oleh-
Nya, karena melihat Dia dan dijadikan anak-Nya.14

2.2. Kebaktian Kebangunan Rohani ( KKR)


2.2.1. Pengertian KKR
Kebaktian Kebangunan Rohani(KKR) adalah Kegiatan ibadah yang
diselenggarakan oleh Gereja. Ibadah ini diselenggarakan untuk memperbaharui
kerohanian dan iman dari jemaat Gereja tersebut.KKR berarti “menghidupkan
kembali” atau “bangun kembali”. Kata ini juga diterjemahkan sebagai
memelihara, menjaga agar tetap hidup, memulihkan atau menjadikan utuh.
KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) adalah kegiatan ibadah yang
disenggarakan oleh gereja. Ibadah ini diselenggarakan untuk memerbaharui
kerohanian dan iman dari jemaat gereja tersebut. Kebaktian kebangunan rohani
lebih daripada pertemuan-pertemuan besar, lebih daripada membangkitkan
orang-orang kudus, lebih daripada membangkitkan jiwa-jiwa.15
2.2.2. Apa saja yang dilakukan didalam KKR
1. Ibadah ini biasanya diselenggarakan dengan kapasitas jumlah jemaat yang
lebih besar dari ibadah biasa, dengan persiapan yang lebih kompleks.
2. Jemaat pada umumnya didorong untuk berpartisipasi mengajak keluarga,
sanak saudara, maupun rekan-rekannya yang mungkin mengalami kemunduran
rohani, atau belum hidup menuruti perintah dan ajaran Tuhan untuk turut
diperbaharui dan disegarkan lagi dalam ibadah tersebut.\

13
D.W. Ellis, Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993), 117-118
14
H. Ongirwalu, Himpunan Bahan Study Institute Tentang Ekklesiologia, (Jakarta: 1988), 14
15
Jonathan David, Menangkap Gelombang Kebangunan Rohani, (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2003), 3
3. Khotbah yang dibagikan dalam ibadah tersebut biasanya bersifat sederhana dan
mudah dimengerti, berupa dasar-dasar iman (bukan merupakan pengajaran agama
yang mendalam).
4. KKR sebenarnya identik dengan ibadah-ibadah yang pernah dilakukan Kristus
dahulu seperti khotbah di bukit, pelayanan di tempat-tempat umum sehingga orang-
orang kebanyakan (umum) bisa datang berbondong-bondong untuk mendengar
pengajaran firman Tuhan, didoakan dan mengalami mujizat kesembuhan Ilahi,
diselamatkan dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus secara pribadi.
5. Kebangkitan Kebangunan Rohani adalah Allah menyatakan diri-Nya kepada
manusia dalam kekudusan yang mengagumkan dan kuasa yang tidak tertahankan.
Kuasa yang sanggup mengubah segala hal.

6. Kebanguan Rohani yang nyata menggerakkan setiap hati manusia kepada


pengenalan dan kebenaran Kristus dan Kebangunan Rohani dalaj kehadirat Allah16

2.2.3. Bagaimana cara melakukan KKR


KKR biasanya dilakukan dengan cara :
a. Khotbah yang ringan dan impresif,
b. Penyembuhan massal,
c. Pujian dan Penyembahan,
d. Ibadah yang tidak terikat liturgi,
e. Pembahasan mengenai kuasa Yesus mengusiran roh-roh jahat dan
f. Pengurapan dengan minyak.
Ibadah-ibadah KKR, khususnya ketika memasuki penyembahan dan
pengurapan, sering terjadi seseorang mengalami Kepenuhan Roh Kudus.

2.2.4. KKR pada gereja mula – mula dan sekarang

Gerakan Kebangunan Rohani, dipelopori oleh berkembangnya Pietisme


yang menjangkiti wilayah Eropa dan Amerika17 Gerakan ini digambarkan
sebagai gelombang unik yang turut mewarnai kebangkitan negara-negara
koloni pada 1740-1742.Gerakan ini kemudian dikenal sebagai permulaan

16
http://gjki-milleniumdamai.org/berita_detail.php?id diakses pada Rabu 14 Febuari 2018 pukul
17
C. De Jonge. Pembimbing ke Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hlm. 78-79.
gerakan evangelikal.18Ada empat periode dari gerakan kebangunan rohani ini.
Masing-masing memiliki karakteristik menyebar luas dengan sangat pesat,
dipimpin oleh para pendeta evangelikal, memberi peningkatan sangat tajam
dalam ketertarikan beragama dan membawa dampak besar bagi rasa bersalah
dan pengampunan terhadap seseorangHal inilah yang mengakibatkan gereja
evangelikal mengalami lompatan hebat
dalam hal jumlah dan membawa bentuk pergerakan keagamaan baru dan
denominasi (termasuk di dalamnya Gereja Baptis)19

2.2.5. Tantangan dan Hambatan


1. Berkurangnya Kontak Tatap-Muka – Orang-orang tidak lagi melakukan banyak tatap-
muka. Mereka berhubungan melalui teks, Facebook, Twitter dan bentuk-bentuk
jaringan sosial online lain. Ini menghalangi kemampuan injil bisa dengan efektif
menarik perhatian dan fokus anak muda (begitu juga orang yang lebih tua) karena
proses berpikir kita yang dibanjiri dengan interaksi sosial yang murahan dan yang
seringkali merusak, di samping internet porno, video game dan hal-hal lain yang
menyedot kehidupan dan enersi rohani suatu generasi.
2. Budaya cara-pikir bebas Amerika, bukannya cara-pikir bersama – Sewaktu saya
mendengar cerita tentang kebangunan di Korea Selatan, China, Afrika, Kolumbia, dan
yang lain-lain, saya langsung beranggapan kalau bangsa-bangsa tersebut kurang
menghadapi tantangan budaya dibandingkan dengan Amerika. Budaya-budaya
mereka punya lebih caraa-pikir bersama / komunal, dimana mereka cenderung untuk
menyesuaikan pada norma-norma yang ada di hadapan mereka yang diletakkan oleh
pemipin dan / atau kelompok yang kuat, dibandingkan dengan cara-pikir berbeda yang
melandasi para individu di Amerika, yang suka menonjol dan yang diperburuk dengan
kemajuan tehnologi.
Oleh karena itu sulit untuk mendapatkan dan memegang struktur menggembalakan
kelompk kecil, keluar rumah untuk berdoa setiap hari jam 5 pagi, menghadiri pertemuan
malam hari lima hari seminggu, mengikuti serangkaian sasaran penginjilan, dll. Itulah
mengapa strategi-strategi pertumbuhan gereja dan penginjilan, seperti G12, tidak berjalan

18
Daniel G. Reid, et al. Dictionary of Christianity in America. Illinois: Intervarsity Press, 1990. Hlm. 397-
398.
19
Jan S. Aritonang. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Hlm. 155-156
di Amerika. Bahkan pendiri G12 juga tidak berhasil melakukannya di Miami seperti yang
dia alami di Bogota, Kolombia.
Orang di Amerika harus menemukan strategi-strategi yang bisa berjalaan dalam konteks
budaya Amerika, bukaan sekedar menjiplak strategi-strategi yang berjalan dengan efektif
di konteks dan budaya-budaya komunal.

3. Banyak Distraksi dan Pilihan – Selama kebangunan pada abad 18 dan 19 orang-orang
punya sedikit pilihan akan transportasi, tehnologi, dan keuangan. Oleh karena itu saat ada
gereja dibuka di suatu komunitas, itu bukan saja sebagai pusat rohani tetapi juga pusat
sosial dan budaya bagi semua orang, bahkan bagi yang tidak percaya. Msisalnya, Charles
Finney sebagai seorang anggota paduan suara di komunitasnya meskipun dia sebagai
orang yang tidak peraya! Oleh karena itu saat Tuhan bergerak di suatu gereja otomatis
berpengaruh padaa atmosfir komunitas dan daerahnya!
Sekarang ini orang-orang punya televisi, radia, komputer, bowling, bisokos, olahraga,
tempat kebugaran, senia beladiri, dll. Terlalu banyak pilihan memberikan kurangnya ikatan
kohesi dan kurangnya perhatian untuk diberikan ke Tuhan dan gereja.

4. Kurangnya Mengkotbahkan hukum Tuhan dan Sepuluh Perintah Allah – Banyak


gembala dan gereja yang telah mengabaikan Perjanjian Lama, Sepuluh Perintah Allah dan
hukum moral Allah dalam kotbah dan pengajaran mereka. Sebagai akibatnya, kecil sekali
adanya tempelakan dosa yang membawa ke pengambilan keputusan untuk menerima
Kristus yang sejati, melainkan keputusan yang hanya didorong oleh emosionil semata.
Para gembala perlu mengkotbahkan hukum moral Allah sekali lagi karena dengan hukum
tersebut pengetahuan akan dosa (Rm. 7:7) yang akan membimbing kita kepada Kristus
(Gal. 3:24). Jika baik masyarakat dan gereja meninggalkan Sepuluh Perintah Allah akan
lebih sedikit orang yang bisa ditempelak dosa atau bahkan perlunyaa mereka akan
keselamatan, yang akan menjadikan hambatan yang begitu besar akan kebangunan rohani
yang alkitabiah.

5. Kurangnya Mengkotbahkan sorga, neraka dan kekekalan – Cukup dengan bertanya:


Kapan terakhir kali gembala kita suatu pesan mengenai neraka? (Baca Mat. 3:7; Luk.
16:19-31)

6. Kurangnya rasa takut akan Tuhan di gereja – Sekarang ini sangat umum bagi
pengunjung gereja Injili untuk hidup bersama dalam dosa, mempraktekkan seks sebelum
menikah, bermabuk-mabukan, berkunjung di nigth club, mengunggah gambar-gambar
tidak senonoh di Facebook, mengatakan kata-kata kotor, dan mendengarkan musik orang
fasik – semuanya dengan mengatas-namakan kasih-karunia dan sebaga tanggapan
legalisme yang berlebihan.
7. Kurangnya doa dan mencari Tuhan yang dilakukan oleh pribadi, keluarga dan jemaat –
Sementara hampir semua orang Kristen mencela Madalyn Murray O'Hair yang atheis,
yang berhasil mengeluarkan doa untuk tidak dilakukan di sekolah di awal 1960, tetapi kita
mengakui kalau doa itu juga sudah dicopot sebelum hal tersebut terjadi. Hanya sedikit
umat percaya yang saya ketahui yang telah membangun mezbah keluarga di rumah-rumah
mereka dan yang terus-menerus mencari Tuhan bersama pasangan dananak-anak
mereka..20

2.3. Kebaktian Kebangunan Iman (KKI)


2.3.1. Pengertian KKI
KKI adalah kebaktian kebangunan iman, KKI ini bertujuan untuk membangun
iman, yakni iman sejati, KKI ini juga merupakan wadah untuk membangkitkan
kembali jiwa-jiwa yang telah jauh dari Kristus. Yang penting bagi seorang
Kristus ialah berada dalam Kristus dimana orang lain berada. Bukan berada
sekedar berada saja, tetapi berada didalam nama Kristus.21

2.3.2. Apa saja yang dilakukan didalam KKI


membangun iman, yakni iman sejati, selamanya terfokus pada kehendak
Allah, bukan pada keinginan kita. Itu ada adalah percaya kepada Allah, percaya
pada janji-janjiNya dan berbuat sesuai firman-Nya. Iman kita bertumbuh
sementara kita mendengarkan firman Tuhan dan mempraktikkannya (Roma
10:17; Yak 2:17-18). Membuka pikiran kita kepada pengajaran-pengajaran
firman Tuhan, membangun iman dan melakukan apa yang Allah inginkan.22

20
http://hegaihadasa.blogspot.com/2014/06/13-tantangan-yang-menghambat-kebangunan.html Diakses
Pada Tanggal 08 Februari 2019, Pukul 20.45 WIB
21
B.A. Simajuntak, Pemikiran Tentang Batak, (Pematang Siantar: HKBP, 1986), 137
22
B.A. Simajuntak, Pemikiran Tentang Batak, 137
2.3.3. Tujuan melakukan KKI

Bertujuan memulihkan kebenaran dan memanggil pada ketaatan pada


Firman Allah. Kebangunan rohani lebih dari sekedar ibadah besar, kegairahan
yang agamawi, bangkitnya orang-orang yang kudus, kepenuhan Roh Kudus
atau bahkan suatu penuaian jiwa-jiwa.23 Tujuan dari Kebangunan Rohani yang
sejati adalah pertobatan diri yaitu meninggalkan berbagai perbuatan daging
yaitu: sihir, perselisihan, perjinahan, pembunuhan, perdukunan, dsbg.
Kebangunan Rohani saat orang yang kita layani menerima Firman dan
bertumbuh dalam Firman dan mengalami pertobatan dan memanggil jemaat
untuk melayani Tuhan.24

2.3.4. Cara Melakukan KKI

KKR yang diselenggarakan oleh Gereja-gereja di Indonesia secara umum


sebagai berikut:

a. Ibadah ini biasanya diselenggarakan dengan kapasitas jumlah jemaat


yang besar dari jumlah ibadah biasanya, dengan persiapan yang lebih
kompleks

b. Jemaat pada umumnya didorong untuk berpartisipasi mengajak keluarga,


sanak saudara, maupun rekan-rekannya yang mungkin mengalami kemunduran
rohani, atau belum hidup menuruti perintah dan ajaran Tuhan untuk turut
diperbaharui dan di segarkan lagi dalam ibadah tersebut

c. Khotbah yang dibagikan dalam ibadah tersebut bersifat sederhana dan


mudah dimengerti, berupa dasar-dasar Iman (bukan merupakan ajaran Agama
yang mendalam).

d. KKR sebenarnya identik dengan ibadah yang pernah dilakukan Kristus


dahulu seperti khotbah di bukit, pelayanan di tempat-tempat umum sehingga
orang-orang kebanyakan (umum) bisa datang berbondong-bondong untuk
mendengar pengajaran Firman Tuhan, didoakan dan mengalami muzijat
kesembuhan ilahi, diselamatkan dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus
secara pribadi.25

23
Jonathan David, Menangkap Gelombang Kebangunan Rohani, 6-7
24
http://www.katnet.orege/web/indeks.php?optionc=kontentdanview=artikeldanid=169diakses
pada tanggal 08 Februari 2019 pukul 18.54
25
http://id.wikipedia.org/wiki.kebaktiankebangunanrohani, diakses pada tanggal 08 Februari 2019
pukul 18.48.
2.3.5. Tantangan dan Hambatan

1. Mengabaikan kehidupan batin kita bersama Kristus, sementara kita


memusatkan perhatian pada penampilan luar.Sepertinya kita hidup di zaman di
mana orang-orang lebih memusatkan perhatian pada penampilan luar,
ketimbang ketulusan hati. Seperti ketika Anda melihat orang menjual mobil
bekas yang telah disulap, yang tanpak luar mengkilap, bagus dan menarik,
tetapi setelah Anda memakainya beberapa minggu kemudian, semua yang
buruk yang tersembunyi mulai menampakkan diri, dan Anda pasti kecewa.
2. Orang yang mencoba berhasil dengan memisahkan diri dari tubuh Kristus,
yaitu Jemaat Lokal. (1 Kor. 12:12-27; Ibr 10:24-25). Dosa manusia yang
paling dasar yaitu tuntunan untuk bebas secara total dari siapapun dan apapun
(seperti Lucifer). Mereka seperti pasangan yang ingin hidup bersama tanpa
ikatan pernikahan. Mereka mengunjungi gereja, tapi tidak mau berkomitmen
dengan gereja. Dalam Kej. pasal 3, iblis menjalankan rencananya untuk
memisahkan Adam dan Hawa dari persekutuan dengan Allah. Dan sekarang
iblis terus berusaha menisahkan orang-orang Kristen dengan tubuh Kristus.
Gereja/jemaat adalah keluarga Allah, dan setiap orang percaya harus
bergabung dalam komunitas keluarga Allah (Ef. 2:19). Dalam komunitas
keluarga Allah kita diberi hadiah kelahiran yang mengagumkan, yaitu nama
keluarga, hubungan akrab, warisan keluarga (Fil 4:19).
3. Orang Kristen meremehkan pengaruh dari luar terhadap pertumbuhan
mereka.1 Korintus 15:33 – Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk
merusakan kebiasaan yang baik. Amsal 4:14-15 – Janganlah menempuh jalan
orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. Jauhilah jalan itu,
janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalan terus.
4. Orang-orang percaya tidak mengutamakan hal-hal yang utama (Titus 3:9-
11).Salah satu tipu muslihat iblis dalam menghambat pertumbuhan iman kita
adalah pengalihan perhatian. Iblis itu ahli strategi dalam soal bagaimana
menjatuhkan orang-orang Kristen. Iblis punya banyak cara menjebak kita.
Salah satu jebakan yang paling ampuh adalah mengalihkan perhatian kita dari
hal-hal yang utama kepada hal-hal yang tidak utama. Buktinya semakin banyak
orang percaya terjebak pada: hal-hal, sebab-sebab, dan gerakan-gerakan.Yang
terutama dalam kehidupan Kristen setelah ia diselamatkan adalah mengenal
Kristus dan membagikan kasihnya kepada dunia. Jangan membiarkan hal-hal
minor menyelubungi gambaran besar mengenai apa yang sedang di lakukan
Allah dan apa yang Allah ingin kita lakukan.
5. Hambatan yang ke tujuh adalah orang-orang percaya hidup oleh perasaan,
bukan oleh iman. Mereka adalah tipe orang Kristen Roller coaster, perjalanan
hidup yang dikendalikan oleh perasaan atau emosi. Kita hidup di tengah
budaya yang terobsesi dengan apa yang kita rasakan. Sering kali kita bertemu
dengan orang-orang yang tidak mengakui kenyataan buruk, membohongi
keadaan diri mereka yang sebenarnya. Sepertinya kelihatan begitu sangat
rohani apabila seseorang terus meyakinkan dirinya luar biasa sementara pada
kenyataannya dirinya sedang dirundung masalah.26

III. Analisa: Persamaan, Perbedaan, dan Yang Lebih Relevan Dalam Gereja
Protestan
IV. Kesimpulan

Evangelisasi adalah memberitakan kabar kesukaan kepada manusia. Baik untuk manusia
yang sudah Kristen dan yang bukan Kristen. Tugas utama dari Evangelisasi ini ialah untuk
menyampaikan Injil dengan berbagai tugas yang sudah diterapkan. Selain Evangelisasi
yang menjadi wujud pelayanan Gereja, ada juga yang disebut dengan KKI dan KKR, yang
merupakan juga pelayanan terhadap umat Gereja. Kedua pelayanan ini sangat
mengutamakan pertumbuhan Iman dan kehidupan kerohaniannya. Disaat KKI datang
untuk menolong membangun Iman dan meneguhkannya maka KKR ikut serta dalam
melengakapi Iman seseorang dengan cara ibadah yang menumbuhkan rasa ingin bertobat
dalam kehidupan seseorang. Demikianlah ketiga pelayanan ini, akan sempurna jika
dijalankan dengan baik dan akan membuahkan hasil yang baik seperti yang diharapkan.

V. Daftar Pustaka

26
https://www.kristenalkitabiah.com/10-hambatan-pertumbuhan-iman/ Diakses Pada Tanggal 08 Februari
2019 Pukul 22.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pak Nilai Print
    Pak Nilai Print
    Dokumen13 halaman
    Pak Nilai Print
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • Dogmatika Ema
    Dogmatika Ema
    Dokumen8 halaman
    Dogmatika Ema
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • Dogmatika Masa Kini
    Dogmatika Masa Kini
    Dokumen14 halaman
    Dogmatika Masa Kini
    Benario Perangin-angin
    75% (4)
  • Teoprak Kel1
    Teoprak Kel1
    Dokumen18 halaman
    Teoprak Kel1
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • PB Untuk Mahasiswa
    PB Untuk Mahasiswa
    Dokumen9 halaman
    PB Untuk Mahasiswa
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • PB Si Surung
    PB Si Surung
    Dokumen22 halaman
    PB Si Surung
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • Dogma Trinitas
    Dogma Trinitas
    Dokumen8 halaman
    Dogma Trinitas
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • $ama Hindu Budha
    $ama Hindu Budha
    Dokumen6 halaman
    $ama Hindu Budha
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • Jeremia Sinulingga
    Jeremia Sinulingga
    Dokumen4 halaman
    Jeremia Sinulingga
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • Etika Budha Dinda
    Etika Budha Dinda
    Dokumen7 halaman
    Etika Budha Dinda
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Gereja Umum
    Sejarah Gereja Umum
    Dokumen1 halaman
    Sejarah Gereja Umum
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • $ama Hindu Budha
    $ama Hindu Budha
    Dokumen6 halaman
    $ama Hindu Budha
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • $ama Hindu Budha
    $ama Hindu Budha
    Dokumen6 halaman
    $ama Hindu Budha
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat
  • $ama Hindu Budha
    $ama Hindu Budha
    Dokumen6 halaman
    $ama Hindu Budha
    Benario Perangin-angin
    Belum ada peringkat