Mulyanti Purba
Tingkat/Jurusan : II-C/Teologi
Etika Hindu
I. Pendahuluan
Etika merupakan ilmu tentang yang baik dan yang buruk, dan tentang
kewajiban sosial. Salah satunya yaitu Etika Hindu yang juga menekankan hal
yang baik dan yang buruk. Bagaimana sebenarnya etika Hindu itu?. Semoga
sajian ini dapat membahas kita bersama.
II. Pembahasan
2.1.Pengertian Etika
Kata Etika berasal dari beberapa kata Yunani yang hampir sama
bunyinya, yaitu ethos dan ethikos. Kata ethos artinya kebiasaan, adat. Kata
Ethikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau kecenderungan hati
1
dengan mana seseorang melaksanakan sesuatu perbuatan. etika adalah ilmu
tentang apa yang seharusnya di tindakkan oleh manusia tentang apa yang
benar, baik dan tepat. 2 namun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika
3
ialah ilmu tentang yang baik dan buruk dan tentag kewajiban sosial. etika
menjadi pegangan seseorang ataupun kelompok dalam mengatur tingkh laku
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma moral sehingga etika ini berfungsi
dalam hidup manusia maupun dalam lingkup taraf sosial. 4
2.2.Latar Belakang Agama Hindu
Hinduisme yang dalam bahasa Sansekerta disebut bagai “Sanata
Dharma” (Hukum yang selama-lamanya digunakan sebagai keseluruhan ritus,
1
J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, (Jakarta:BPK-GM, 2013), 1
2
Eka Darmaputer, Etika Sederhana Untuk semua, (Jakarta: BPK-GM 1989), 60
3
....., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 217
4
K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia, 2011), 6n
hukum adat, kebiasaan dan anggapan-anggapan yang dikemukakan dan
ditetapkan oleh kitab-kitab Veda (Kitab Suci orang India). Dan oleh
ketentuan-ketentuan Kaum Brahmana.5
Agama Hindu bukanlah satu agama, tetapi sejumlah agama-agama,
yang serupa dalam garis besarnya yang sangat penting. Dalam nama agama
Hindu tercantum juga etika yang termasuk pada agama-agama ini, dan
akhirnya juga bentuk masyarakat yang ada hubungannya dengan etika
tersebut. Keseluruhan ini disebut dengan nama agama Hindu. Agama Hindu
ialah orang India dan juga keseluruhan kebudayaan yang bersangkutan dengan
itu. 6
Etika agama Hindu sangat erat berberhubugan dengan keseluruhan
ritus, hukum adat, kebiasaan dan anggapan-anggapantersebut. Etika bersumber
dari kepercayaan semula yaitu tata tertib semesta alam (Rta) di mana
bergantung peredaran dunia dan hukum susila. Dalam agama Hindu diyakini
bahwa hukum alam maupun hukum susila dijaga oleh dewa-dewa. Sebab itu
kepaa dewa-dewa itu manusia memberi hormat dan mempersembahkan
korban. Misalnya korban kepada dewa api yaitu Agni yang terkenal dan
termashyur sebagai koban persembahan soma atau agnisoma. Sepanjang
Zaman Veda (1500-1000SM) di India berkembang sistem kasta yang disebut
varna. Sampai saat ini sistem varna ini masih menjadi ciri Khas agama Hindu.
Berkembangnya sistem kasta ini menyebabkan setiap orang tidak lagi hanya
memenuhi kewajiban umum, yang dibebankan kepadanya oleh hukum susila
umum yang berwujud dalam semesta alam, tetapi juga kewajiban memenuhi
segala tuntutan khusus yang diwajibkan oleh kastanya sendiri. 7
Hinduisme dalam keseluruhannya memang beraneka ragam,
Hinduisme boleh dikaakan terhimpun seluruh sejarah agama degan segala
ragam bentuk kesalehannya. Agama hindu termasuk agama yang tertua dari
agama-agama besr yang masih berkembang sekarang. 8
2.3. Dasar Etika Agama Hindu
2.3.1. Karma dan Reinkarnasi
5
R. P. Borrong, Materi Etika I, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan
Departemen Agama, 1998), 34
6
A. G. Honig Jr., Ilmu Agama, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 124
7
R. P. Borrong, Materi Etika I, 34
8
H. Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, (T,t: Rineka Cipta tt, 2011), 113-115
Karma merupakan perbuatan yang bersifat ritual ataupun lainnya
dan menunjukkan pada hukum tindakan secara umum, dimana setiap tindakan
merupakan akibat dari sesuatu sebab dan pada gilirannya menjadi sebab dari
suatu akibat lain.9 Orang Hindu percaya bahwa Karma menumpuk dalam
kehidupan sebelumnya pindah ke masa kini dan sangat menentukan wujud
kelahiran jiwa kembali.10 Karma yang buruk memastikan bahwa jiwa manusia
akan kembali pada kehidupan yang akan datang dengan tingkat yang lebih
rendah.11
Kasta seseorang ditentukan melalui karmanya dalam kehidupan
sebelumnya. Perpindahan dari kasta rendah ke kasta yang lebih tinggi hanya
dapat terjadi setelah kematian, melalui reinkarnasi kedalam kasta yang lebih
tinggi. Karma yang baik diraih untuk mendorong jiwa memasuki keadaan lebih
baik dalam kehidupan berikutnya. Reinkarnasi dan karma seperti dua sisi yang
brbeda dari mata uang yang sama. Reinkarnasi adalah keyakinan bahwa jiwa
seseorang lahir kembal ke dalam makhluk lain setelah mati. Siklus reinkarnasu
mencakup juga hewan-hewan. Ide bahwa hewan juga termasuk, bersama
manusia dalam siklus reinkarnasi ini memberi Hinduisme rasa hormat besar
pada kehidupan binatang. 12
2.3.2. Kasta
Di India berkembang sistem kasta yang disebut Varna. Sampai
saat ini sistem Varna ini masih menjadi ciri khas agama Hindu.
Berkembangnya sistem Kasta ini menyebabkan setiap orang tidak
lagi hanya memenuhi kewajiban umum yang dibebankan
kepadanya oleh hukum susila umum yang berwujud dalam alam
semesta. Tetapi juga kewajiban memenuhi segala tuntutan yang
khusus yang dijawibkan oleh kastanya sendiri. Dengan kata lain,
tiap kasta mempunyai etikanya yang khusus selain etika umum
dalam agama Hindu. Bahkan dalam hidup sehari-hari dan dalam
hidup keagamaan, kewajiban kasta lebih dominan mewarnai
seluruh hidup orang Hindu. Uniknya, makin tinggi kasta seseorang,
9
Maria Susanti Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 298
10
Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 19
11
Ibid, 19
12
David W. Shenk, Ilah-Ilah Global, (Jakarta:BPK-GM 2003), 98
kewajibannya makin tinggi pula. Mariah kita melihat pembagian
kasta dan kewajiban tiap kasta.
A. Kasta Brahmana, yaitu imam dan penyair. Kewajiban, mereka
adalah mempelajari kitab-kitab Veda, mempersembahkan
korban-korban, melakukan amal, memberi pelajaran,
memimpin ibadat dan menerima persembahan.
B. Kasta Ksatriya, yang disebut juga kasata rajanya yaitu
penguasa (raja) dan militer. Kewajibannya adalah memperlajari
kitab-kitab Veda. Mempersembahkan korban, melakukan amal,
melindungi rakyat dan memantangkan kenikmatan hawa nafsu.
C. Kasta Vaisya, yang terdiri dari kaum petani, peternak,
pedagang dan sebagainya yang setingkat. Kewajiban mereka
telah mempelajari kitab-ktab Veda, mempersembahkan korban-
korban, dan melakukan amal.
D. Kasta Sudra, yaitu kasta terendah yang terdiri dari kaum
budak dan kaum buruh. Mereka berkewajiban melayani kasta
di atasnya yaitu kasta Brahmana, Ksatriya, Vaisya. 13
2.3.3. Jalan Keselamatan
Ada empat jalan religius untuk menumukan keselamatan
pribadi. Empat jalan untuk keselamatan di dalam Hinduisme
disebut dengan Moksha atau Mukti yang arti dasarnya adalah Mue
yaitu membiarkan pergi bebas dari melepaskan, membebaskan.
Moksha adalah sarana yang dapat digunakan oleh orang untuk
menemukan pembebasan akhir dari lingkaran lahir, hidup dan mati.
Keempat jalan tersebut yaitu: 14
1. Jalan Bhakti
Bhakti adalah ibadat penuh kasih untuk salah satu dewa. Tempat pemujaan
keluarga yang dapat ditemukan disetiap rumah orang Hindu memiliki peranan yang
penting dalam Bhakti karena disitulah setiap orang Hindu melaksanakan puja sebagai
wujud devosi pribadi.15 Jalan Bhakti merupakan penyerahan diri dengan Tuhan.16
13
R. P. Borrong, Materi Etika I,34-35
14
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 58
15
Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 32
16
A.G. Honig Jr., Ilmu Agama, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 140
2. Jalan Karma
Kata karma sebenarnya berarti perbuatan.17Menurut Bhagavad Gita, hukum
moral kehidupan menyatakan bahwa perbuatan baik membuahkan kebaikan
sedangkan perbuatan jahat membuahkan kejahatan.18 Umat Hindu percaya bahwa
apapun yang dilakukan oleh seseorang benar-benar mempengaruhi karma mereka.
Maka dari itu, setiap orang harus berhati-hati agar hanya melakukan perbuatan yang
menghasilkan karma yang baik.19
3. Jalan Jnana
Jnana adalah jalan yang paling sukar bagi seseorang untuk mendapatkan
keselamat. Jalan ini bukan hanya membutuhkan bimbingan terus menerus, dari
seorang guru spritual, melainkan juga kemampuan untuk menguasai kitab suci tugas
yang hampir mustahil.20 Hanya beberapa orang saja yang mampu membebaskan diri
dari keterikatan duniawi melalui penguasaan kitab suci secara mantap.21
4. Jalan Yoga
Adalah disiplin spritualitas terhadap latihan-latihan fisik dan mental. Latihan-
latihan itu dimaksudkan untuk membangun penguasaan diri terhadap pikiran dan
tubuh mereka. Mereka harus mampu mengendalikan diri, tidak melakukan kekerasan,
jujur, suci, menghindari kerasukan,22 tidak mencuri, disiplin diri, dan adanya suatu
hasrat yang sangat kuat untuk mencapai tujuan tersebut.23 Sebenarnya didalam yoga
itu yang menjadi tujuan ialah kelepasan; moksha.24
2.3.4. Artha
17
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 26
18
Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 32
19
Ibid, 32
20
Ibid, 32-33
21
David W. Shenk, Ilah-Ilah Global, (Jakarta:BPK-GM, 2006), 108
22
Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 33
23
Huston Smith, Agama-agama Manusia, (Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1985), 41
24
A.G.Honig Jr, Ilmu Agama, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 135
25
Ida Bagus Sudirga, dkk, Widya Dharma Agama Hindu, (Jakarta: Ganexa Exact, 2007), 59
anaknya dapat merawat khidupan ayahnya dimasa tua dengan baik dan
berkecukupan.26
2.3.5. Dharma
Dharma merupakan kebenaran absolut yang mengarahkan
manusia untuk berbudi pekerti luhur sesuai dengan dasar agama yang menjadi
hidupnya. Dharma itulah yang mengatur dan menjamin kebenaran hidup manusia.
Keutamaan dharma merupakan sumber datangnya kebahagiaan, memberikan
keteguhan budi dan menjadi dasar segala tingkah laku manusia.27
26
https://www.mediahindu.com/ajaran/catur-purusha-artha.html diakses 05-04-2018
27
https://katahindu.wordpress.com/2013/05/09/catur-purusa-artha-tujuan-hidup-manusia/ diakses
05-04-2018
28
A.G.Honig Jr, Ilmu Agama, 145
jalan itu harus dilalui dengan kewajiban-kewajiban. Siapa yang
menyimpang dari kewajiban itu. Ia tidak akan mencapai moksa.
Sebaliknya, siapa yang tidak memenuhi semua kewajiban itu ia akan ters-
menerus disesatkan oleh ketidaktahuan (avidya) dan ia akan menderita
penyakit, tua dan penderitaan lainnya. Dengan kata lain semua kewajiban
di dunia pada akhirnya mengarahkan seseorang menuju nirwana yaitu
moksa (meleburnya roh sendiri atau atman dengan Brahman). Maka
perbedaan antara yang baik dan jahat hanyalah suatu ekses dari suatu
perjalanan atau proses mengalir atau meleburnya Atman dan Brahman. 29
III. Kesimpulan
Kami para penyaji dapat menyimpulkan bahwa etika merupakan prinsip-
prinsip perbuatan yang baik dan buruk. Dan agama Hindu memiliki cara hidup
atau sikap dalam kehidupan yang disebut sistem etika agama Hindu. Dimana
dalam hal ini agama Hindu dituntut supaya berbuat baik yang disebut dengan jalan
keselamatan moksha dan mukti. Moksha adalah sarana yang dapat digunakan oleh
orang untuk menemukan perbuatan akhir dari lingkaran lahir, hidup dan mati.
Orang Hindu percaya bahwa karma yang memupuk dalam kehidupan sebelumnya
pindah ke masa kini dan sangat menentukan wujud kelahiran jiwa kembali.
IV. Daftar Pustaka
....., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Ahmadi, H. Abu, Perbandingan Agama, T,t: Rineka Cipta tt, 2011
Bertens, K., Etika, Jakarta: Gramedia, 2011
Borrong, R. P., Materi Etika I, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Kristen Protestan Departemen Agama, 1998
Darmaputer, Eka, Etika Sederhana Untuk semua, Jakarta: BPK-GM 1989
Dhavamony, Maria Susanti,. Fenomenologi Agama, Yogyakarta: Kanisius
Hadiwijono, Harun, Agama Hindu dan Budha, Jakarta: BPK-GM, 2012
Ida Bagus Sudirga, dkk, Widya Dharma Agama Hindu, Jakarta: Ganexa Exact,
2007
Jr, A. G. Honig, Ilmu Agama, Jakarta: BPK-GM, 2012
Keene, Michael, Agama-agama Dunia, Yogyakarta: Kanisius 2006
Shenk, David W., Ilah-Ilah Global, Jakarta:BPK-GM 2003
Smith,. Huston, Agama-agama Manusia, Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1985
Verkuyl, J., Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta:BPK-GM, 2013
Sumber Lain:
https://www.mediahindu.com/ajaran/catur-purusha-artha.html diakses 05-04-2018
https://katahindu.wordpress.com/2013/05/09/catur-purusa-artha-tujuan-hidup-
manusia// diakses 05-04-2018
29
R. P. Borrong, Materi Etika I 37-38