Anda di halaman 1dari 6

Nama : Peniel Pandapotan Hutauruk

NIM : 16.01.1427

Kelas/ Prodi : V A/ Teologi

Mata Kuliah : Seminar Etika

Dosen : Dr. Dedy Fajar Purba

Keterangan : Bahan Pembanding Seminar Etika Atas nama Fajar Manase H.


Panggabean

Bahan Pembandingan Seminar Etika Atas nama Fajar Manase H. Panggabean yang
Berjudul Perang Dengan Subjudul Suatu Tinjauan Etis Teologis Terhadap Pasifisme,
Aktivisme dan Perang Damai (Just War)

I. Pendahuluan

Etika dapat kita artikan sebagai salah satu dari subdisplin ilmu teologi yang
dispesifikasikan dari Teologi Sistematika yang berkonsentrasi untuk menentukan prinsip atau asas
dalam memandang dan merespons suatu hal. tentang Seminar sendiri merupakan sebuah kegiatan
akademis dalam suatu mata kuliah yang bertujuan untuk melihat, membedah, dan mencari
jawaban atas permasalahan yang diteliti dengan cara interaksi tanya-jawab.

Hal itu berarti penelitian dan materi seminar yang disajikan dalam studi dogmatika
haruslah mengacu pada metodologi penelitian pengetahuan dan teologi, yang bermuara pada
sumbangan ilmu teologi terhadap gereja dan ilmu pengetahuan. Dalam sebuah seminar
pembanding bertugas untuk melaksanakan perihal tersebut meneliti, menganalisis, mengevalasi,
serta memberikan tanggapan dan masukan tentang dan terhadap kebenaran, prosedural, laporan
penelitian serta semua pernyataan dan gagasan atau pandangan si peneliti yang sekaligus
berposisi sebagai penyeminar bahan.

Pada kesempatan kali ini pembanding bertugas untuk melaksanakan perihal tersebut
terhadap seminar, dengan keterangan data sebagai berikut:

a. Nama : Fajar Manase H. Panggabean


1
b. Judul : Perang
c. Subjudul : Suatu Tinjauan Etis Teologis Terhadap
Pasifisme, Aktivisme dan Perang Damai (Just War)
d. Penyerahan Bahan Seminar : Jumat, 16 Oktober 2020, pukul 18. 45 WIB.
e. Tanggal Pemaparan : Rabu, 21 Oktober 2020
II. Isi
II.1. Tanggapan terhadap Judul, Subjudul, dan Latar Belakang Masalah

Pembanding melihat bahwa bahan seminar (dalam hal judul, subjudul dan latar
belakang masalah ini hendak menjawab pergumulan etis-teologis tentang pertanyaan apakah
perang dapat kita benarkan (justified) ? Pembanding meluhat bahwa latar belakang penyeminar
juga berisi paparan yang merumuskan letak duduk permasalahan yang kongruen dengan judul
dan subjudul. Sebagaimana dalam klasifikasi pandangan etis Kristian, sedikitnya terdapat 3
(tiga) golongan yang berpendapat tentang perang secara etis-teologis.

Letak duduk permasalahannya adalah umat Allah dianjurkan untuk mencegah peperangan,
namun situasi/ konteks kehidupan menuntut manusia untuk bertahan memperjuangkan
kehidupannya dari gencatana kejahatan (umpama gencatan senjata/ perang) dari
kelompok/komunitas lain. Dengan kata lain pembanding melihat penyeminar berfikir bahwa
dunia yang kita tempati sudah jatuh ke dalam dosa, dan kekerasan merupakan isu moral yang
tidak pernah dapat dihindari, yang bermuara pada situasi bahwa sering kali kita harus mengakui
bahwa perang atau penggunaan kekerasan demi alasan kemanusiaan dengan segala etika yang
terkandung di dalamnya, adalah pilihan yang harus kita pertimbangkan.

Pembanding melihat penyeminar berupaya untuk memperkenalkan secara singkat, padat,


dan jelas mengenai apa dan bagaimana pandangan ketiga paham yang memahami perihal perang
secara etis-teologis. Pembanding setuju dengan judul, subjudul, dan latar belakang masalah yang
diangkat dan/ atau dielaborasikan oleh penyeminar yang bermuara pada posisi dan/atau
pandangan etis kita terhadap ketiga paham ini (pasifisme, aktivisme dan perang damai (Just
War). Dengan kata lain pembanding melihat dan setuju dengan arah, sasaran, dan kekongruenan
bahasan dari bahan penyeminar yang bermuara pada usaha untuk menjawab pertanyaan dan
pergumulan bagaimana pandangan etis yang ideal orang Kristen tentang perang. Perihal ini akan

2
bermuara pada posisi etika yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya di hadapan Tuhan
sebagai jalan untuk mempermuliakan Allah.

II.2. Tanggapan terhadap Sistematika Kepenulisan


Pembanding sependapat dengan sistematika penyeminar.
II.3. Tanggapan terhadap Isi Bahan Seminar
1. Pembanding melihat bahwa pandangan kelompok-kelompok yang berbeda-beda tersebut
dalam memberi penilaian secara etis terhadap perihal perang juga/turut disebabkan oleh
pendekatan hermeneutik (biblis-teologis) nya. Dengan kata lain pendekatan biblis-teologis
suatu komunitas terhadap nats atau perikop tentang ceritera/ berisi tentang perang dalam
Alkitab mengakibatkan pendekatan dan pandangan etis-teologis yang berbeda. Singkatnya
pandangan biblis-teologis suatu komunitas/ gereja/ orang percaya/ umat Allah akan bermuara
pada pandangan teologi sistematikanya (dalam hal ini etika sebagai studi tentang perihal
yang membahas dasar-dasar umat Allah untuk hidup dan berkarya). Untuk itu, pembanding
idealnya memaparkan perihal yang menyatakan bahwa pandangan etis-teologis suatu
komunitas tak lepas dari pendekatan dan/atau pola hermeutiknya.
2. Pembanding juga melihat bahwa pandangan kelompok-kelompok yang berbeda-beda
tersebut dalam memberi penilaian secara etis terhadap perihal perang juga / turut disebabkan
oleh pendekatan dan/atau pemahaman sosiologis yang berbeda. Dengan kata lain pendekatan
sosiologis suatu komunitas terhadap fenomena sosial juga berpengaruh kepada pandangan
etis-teologisnya. Untuk itu, pembanding idealnya memaparkan perihal yang menyatakan
bahwa pandangan etis-teologis tak lepas dari pedekatan dan/ atau pola sosiologisnya.
3. Memang penyeminar telah memaparkan bahwa perang dilaksanakan sebagai hal yang
dilakukan untuk mencapai sasaran kemanusiaan atau menegakkan keadilan (hadir sebagai
perang yang mempertahankan atau mewujudkan keadilan). Namun dalam hal ini penyeminar
tidak menjelaskan situasi kehidupan dan keadilan apa yang dimaksud dalam hal ini. Untuk
itu penyeminar idealnya mamaparkan apa dan bagaimana situasi kehidupan dan keadilan
yang dimaksud dalam hal ini. Dalam hal ini pembanding melihat bahwa penyeminar maksud
adalah situasi dunia atau kehidupan yang telah jatuh ke dalam dosa, di mana dalam hal ini,
kekerasan merupakan isu moral yang tidak pernah dapat dihindari, sering kali kita harus
mengakui bahwa perang atau penggunaan kekerasan demi alasan kemanusiaan dengan segala
etika yang terkandung di dalamnya, adalah pilihan yang harus kita pertimbangkan.
3
4. Memang penyeminar telah memaparkan di dalam bahagian kesimpulan bahwa secara
prinsipil jalan peperangan ditempuh untuk menegakan keadilan, namun penyeminar tidak
memberikan landasan biblis- teologis dan etis perihal ini. Idealnya, penyeminar mestinya
memaparkan landasan biblis- teologis dan etis perihal ini. Adapun yang menjadi landasan
teologis prinsip etis tersebut antara lain :
1. Allah adalah Allah yang adil yang peduli terhadap keadilan. Adalah kewajiban orang
Kristen untuk bekerja menuju keadilan, terutama bagi orang miskin dan yang tertindas
(Mzm. 98: 1-2; Yes. 10: 1-21; Luk. 1:52).
2. Sifat dosa manusia dan kejatuhan tatanan sosial kita berarti bahwa manusia dan
masyarakat bertindak secara tidak adil. Ada sisi yang serakah dan agresif pada sifat kita
yang perlu dikendalikan (Yak. 4: 1- 6).
3. Kedamaian sejati didasarkan pada hak dan ketertiban masyarakat yang adil (Mzm.
85:10; Yak. 3:18; Yes. 11: 4-11).
4. Allah telah menahbiskan otoritas negara pada peran tertentu dan terbatas dalam
menegakkan ketertiban dan menghukum kejahatan (Rm. 13: 1; 1 Ptr. 2: 13-17).
5. Setiap saat negara tunduk pada otoritas Allah dan prioritas nilai-nilai kemanusiaan
(Why. 13). Perang hanya dapat dilakukan sebagai kejahatan yang lebih ringan,
sedemikian rupa sehingga ‘semangat pembawa damai’ (Mat. 5: 9) dipertahankan. Hal
ini membutuhkan, misalnya, perlakuan manusiawi terhadap para tahanan dan kekebalan
terhadap orang-orang yang tidak berperang yang menghormati perintah ilahi terhadap
penumpahan darah orang yang tidak bersalah (Kel. 20:13; Yes. 59: 7-8; Rm. 3:15; Mat.
27: 4).
6. Salib Kristus menunjukkan kerelaan Allah untuk berperang melawan kuasa kejahatan
sampai pada titik pengorbanan diri (Kol. 2:15; Ef. 6: 10-20).
5. Memang penyeminar telah memaparkan di dalam bahagian kesimpulan bahwa secara
prinsipil orang Kristen harus berpartisipasi dalam jenis perang tertentu sesuai dengan kriteria
minimum (perang yang adil. Sebagaimana di dalam etika Kristen terdapat dasar-dasar
pertimbangan untuk menempu jalan peperangan demi mencapai sasaran kemanusiaan yang
lebih mulia. Namun penyeminar tidak menjabarkan prinsip-prinsip etis itu secara lengkap
dan spesifik di dalam bahagian kesimpulan. Adapun prinsip-prinsip orang Kristen dalam

4
memandang atau memaknai serta merespons perang seperti yang dilontarkan dalam pendapat
teologis Holmes adalah sebagai berikut :
1 .Tidak semua kejahatan dapat dihindari Beberapa kejahatan tidak bisa dihindari.
Kejahatan telah ada dalam kehidupan manusia sejak masa kejatuhan.
2. Sebuah ideal yang normatif untuk semua orang. Hal ini tidak menggambarkan
bagaimana orang selalu bertindak, tetapi menentukan bagaimana mereka seharusnya
bertindak di masa lalu dan harus bertindak di masa sekarang dan masa yang akan datang.
3. Teori perang yang adil tidak mencoba membenarkan perang, melainkan berusaha
membawa perang dalam batas-batas keadilan sehingga jika semua orang dibimbing oleh
prinsip-prinsip ini, banyak perang akan dihilangkan.
4. Individu-individu secara pribadi tidak memiliki hak untuk menggunakan
kekerasan”. Pemerintah adalah pihak yang memiliki hak untuk mendeklarasikan perang
dan orang Kristen, sebagai warga negara harus berpartisipasi dalam perang sebagai agen
pemerintah.
Dengan kata lain perihal peperangan (perang) dalam pandangan etika Kristen berupaya
untuk menetapkan kondisi minimal di mana partisipasi dalam perang dapat selaras dengan
hati nurani Kristen, hal ini memperlihatkan bahwa suara hati (sunedeisis) merupakan salah
satu sumber teologi dan etika Kristen yang turut memberi sumbangsih bagi pemikiran
Kristen untuk menentukan posisi, pandangan, dan sikap nya untuk hidup, berkarya dan
berteologi (bersikap/ beretika), terkhusus dalam memandang, dan memaknai, serta
merespons perang.
III. Kesimpulan
Bahan seminar ini mengkaji secara etis-teologis bagaimana Kristen memandang ,
dan memaknai, serta merespons perang. Dalam hal ini, pembanding telah melihat bahwa
penyeminar telah menjelaskan bahwa kekristenan memiliki dasar-dasar dari prinsip untuk
membenarkan menempuh jalan peperangan dengan tujuan demi mencapai sasaran
kemanusiaan yang lebih mulia. Sebagaimana kita tahu bahwa kekerasan merupakan isu
moral yang tidak pernah dapat dihindari, sebab dunia telah jatuh ke dalam dosa, yang
mengakibatkan manusia memiliki tabiat keberdosaan yang bermuara pada sikap kita untuk
menempuh jalan perang demi alasan kemanusiaan yang lebih luhur dan tegaknya keadilan,

5
dengan segala etika yang terkandung di dalamnya adalah pilihan yang harus kita
pertimbangkan.
Dalam hal ini, pembanding melihat dalam bahagian kesimpulan penyeminar
kurang memaparkan secara spesifik dan lengkap mengenai apa dan bagaimana situasi
kehidupan manusia yang membuat isu etika mengenai perang menjadi sesuatu yang
terhindarkan yang membuat umat Kristen menempuh jalan perang sebagai pilihan yang
harus dipertimbangkan demi alasan kemanusiaan yang lebih luhur dan tegaknya keadilan
bila tidak dapat dicegah dan/atau dihindarkan dengan segala etika yang terkandung di
dalamnya adalah pilihan yang harus kita pertimbangkan. Dengan kata lain, pembanding
melihat bahwa penyeminar perlu menyempurnakan karya ilmiah ini dengan jalan
mengandung hal-hal seperti penjabaran apa dan bagaimana situasi kehidupan yang
menajadikan umat Kristen menjadikan perang sebagai pilihan yang harus dipertimbangkan
dengan segala etika yang terkandung di dalamnya agar semakin optimal dalam
bersumbangsih dalam diskursus etika, terkhusus tentang perang.
IV. Daftar Pustaka
Harrison, R. K., ed., Encyclopedia of Biblical and Christian Ethic, Nashville: Thomas
Nelson, 1987.

Holmes, Arthur F., “The Just War” dalam Robert G. Clouse, War: Four Christian Views,
Downers Grove: InterVarsity 1991.

Anda mungkin juga menyukai