NIM : 16.01.1427
Bahan Pembandingan Seminar Etika Atas nama Fajar Manase H. Panggabean yang
Berjudul Perang Dengan Subjudul Suatu Tinjauan Etis Teologis Terhadap Pasifisme,
Aktivisme dan Perang Damai (Just War)
I. Pendahuluan
Etika dapat kita artikan sebagai salah satu dari subdisplin ilmu teologi yang
dispesifikasikan dari Teologi Sistematika yang berkonsentrasi untuk menentukan prinsip atau asas
dalam memandang dan merespons suatu hal. tentang Seminar sendiri merupakan sebuah kegiatan
akademis dalam suatu mata kuliah yang bertujuan untuk melihat, membedah, dan mencari
jawaban atas permasalahan yang diteliti dengan cara interaksi tanya-jawab.
Hal itu berarti penelitian dan materi seminar yang disajikan dalam studi dogmatika
haruslah mengacu pada metodologi penelitian pengetahuan dan teologi, yang bermuara pada
sumbangan ilmu teologi terhadap gereja dan ilmu pengetahuan. Dalam sebuah seminar
pembanding bertugas untuk melaksanakan perihal tersebut meneliti, menganalisis, mengevalasi,
serta memberikan tanggapan dan masukan tentang dan terhadap kebenaran, prosedural, laporan
penelitian serta semua pernyataan dan gagasan atau pandangan si peneliti yang sekaligus
berposisi sebagai penyeminar bahan.
Pada kesempatan kali ini pembanding bertugas untuk melaksanakan perihal tersebut
terhadap seminar, dengan keterangan data sebagai berikut:
Pembanding melihat bahwa bahan seminar (dalam hal judul, subjudul dan latar
belakang masalah ini hendak menjawab pergumulan etis-teologis tentang pertanyaan apakah
perang dapat kita benarkan (justified) ? Pembanding meluhat bahwa latar belakang penyeminar
juga berisi paparan yang merumuskan letak duduk permasalahan yang kongruen dengan judul
dan subjudul. Sebagaimana dalam klasifikasi pandangan etis Kristian, sedikitnya terdapat 3
(tiga) golongan yang berpendapat tentang perang secara etis-teologis.
Letak duduk permasalahannya adalah umat Allah dianjurkan untuk mencegah peperangan,
namun situasi/ konteks kehidupan menuntut manusia untuk bertahan memperjuangkan
kehidupannya dari gencatana kejahatan (umpama gencatan senjata/ perang) dari
kelompok/komunitas lain. Dengan kata lain pembanding melihat penyeminar berfikir bahwa
dunia yang kita tempati sudah jatuh ke dalam dosa, dan kekerasan merupakan isu moral yang
tidak pernah dapat dihindari, yang bermuara pada situasi bahwa sering kali kita harus mengakui
bahwa perang atau penggunaan kekerasan demi alasan kemanusiaan dengan segala etika yang
terkandung di dalamnya, adalah pilihan yang harus kita pertimbangkan.
2
bermuara pada posisi etika yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya di hadapan Tuhan
sebagai jalan untuk mempermuliakan Allah.
4
memandang atau memaknai serta merespons perang seperti yang dilontarkan dalam pendapat
teologis Holmes adalah sebagai berikut :
1 .Tidak semua kejahatan dapat dihindari Beberapa kejahatan tidak bisa dihindari.
Kejahatan telah ada dalam kehidupan manusia sejak masa kejatuhan.
2. Sebuah ideal yang normatif untuk semua orang. Hal ini tidak menggambarkan
bagaimana orang selalu bertindak, tetapi menentukan bagaimana mereka seharusnya
bertindak di masa lalu dan harus bertindak di masa sekarang dan masa yang akan datang.
3. Teori perang yang adil tidak mencoba membenarkan perang, melainkan berusaha
membawa perang dalam batas-batas keadilan sehingga jika semua orang dibimbing oleh
prinsip-prinsip ini, banyak perang akan dihilangkan.
4. Individu-individu secara pribadi tidak memiliki hak untuk menggunakan
kekerasan”. Pemerintah adalah pihak yang memiliki hak untuk mendeklarasikan perang
dan orang Kristen, sebagai warga negara harus berpartisipasi dalam perang sebagai agen
pemerintah.
Dengan kata lain perihal peperangan (perang) dalam pandangan etika Kristen berupaya
untuk menetapkan kondisi minimal di mana partisipasi dalam perang dapat selaras dengan
hati nurani Kristen, hal ini memperlihatkan bahwa suara hati (sunedeisis) merupakan salah
satu sumber teologi dan etika Kristen yang turut memberi sumbangsih bagi pemikiran
Kristen untuk menentukan posisi, pandangan, dan sikap nya untuk hidup, berkarya dan
berteologi (bersikap/ beretika), terkhusus dalam memandang, dan memaknai, serta
merespons perang.
III. Kesimpulan
Bahan seminar ini mengkaji secara etis-teologis bagaimana Kristen memandang ,
dan memaknai, serta merespons perang. Dalam hal ini, pembanding telah melihat bahwa
penyeminar telah menjelaskan bahwa kekristenan memiliki dasar-dasar dari prinsip untuk
membenarkan menempuh jalan peperangan dengan tujuan demi mencapai sasaran
kemanusiaan yang lebih mulia. Sebagaimana kita tahu bahwa kekerasan merupakan isu
moral yang tidak pernah dapat dihindari, sebab dunia telah jatuh ke dalam dosa, yang
mengakibatkan manusia memiliki tabiat keberdosaan yang bermuara pada sikap kita untuk
menempuh jalan perang demi alasan kemanusiaan yang lebih luhur dan tegaknya keadilan,
5
dengan segala etika yang terkandung di dalamnya adalah pilihan yang harus kita
pertimbangkan.
Dalam hal ini, pembanding melihat dalam bahagian kesimpulan penyeminar
kurang memaparkan secara spesifik dan lengkap mengenai apa dan bagaimana situasi
kehidupan manusia yang membuat isu etika mengenai perang menjadi sesuatu yang
terhindarkan yang membuat umat Kristen menempuh jalan perang sebagai pilihan yang
harus dipertimbangkan demi alasan kemanusiaan yang lebih luhur dan tegaknya keadilan
bila tidak dapat dicegah dan/atau dihindarkan dengan segala etika yang terkandung di
dalamnya adalah pilihan yang harus kita pertimbangkan. Dengan kata lain, pembanding
melihat bahwa penyeminar perlu menyempurnakan karya ilmiah ini dengan jalan
mengandung hal-hal seperti penjabaran apa dan bagaimana situasi kehidupan yang
menajadikan umat Kristen menjadikan perang sebagai pilihan yang harus dipertimbangkan
dengan segala etika yang terkandung di dalamnya agar semakin optimal dalam
bersumbangsih dalam diskursus etika, terkhusus tentang perang.
IV. Daftar Pustaka
Harrison, R. K., ed., Encyclopedia of Biblical and Christian Ethic, Nashville: Thomas
Nelson, 1987.
Holmes, Arthur F., “The Just War” dalam Robert G. Clouse, War: Four Christian Views,
Downers Grove: InterVarsity 1991.