Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK I
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN PERTUSIS

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pembimbing :
Dr. Ratna Hidayati, M. Kep., Sp. Mat.

Oleh :
Kelompok 11

Atika Ziyana Furoida 202001011


Mustika Dwi Kusuma W 202001028
Nur Rahma Putri 202001042
Putri Diah Maharani 202001047
Revi Bintang Gustaman 202001050
Yuliana Kumalasari 202001064

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
KEDIRI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Keperawatan Anak I dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Pertusis” telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Pare, 28 Maret 2022

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ratna Hidayati, M. Kep., Sp. Mat.

ii
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah


memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak I dengan lancar dan tepat waktu.

Adapun judul dari makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Pertusis”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan atau pengetahuan tentang mekanisme dan langkah-
langkah penyusunan asuhan keperawatan pada kasus anak yang mengalami
pertusis. Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat lebih
memahami mengenai hal tersebut.

Dalam menyusun makalah ini penulis mendapatkan banyak bimbingan


dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan kali ini
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dr. Ratna Hidayati, M.
Kep., Sp. Mat., selaku dosen pembimbing dan juga teman-teman yang sudah
memberikan dukungan sekaligus masukan untuk penulis dalam proses
penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengarapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk evaluasi makalah ini sehingga
dapat dijadikan pengalaman untuk penyusunan makalah dimasa yang kan
datang.

Pare, 28 Maret 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................ 2
D. Manfaat ...................................................................................... 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pertusis ......................................................................... 3
B. Etiologi Pertusis ......................................................................... 3
C. Patofisiologi Pertusis................................................................... 3
D. Manifestasi Klinis Pertusis.......................................................... 5
E. Penatalaksanaan Medis Pertusis ................................................. 6
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus dan Pengkajian ................................................................ 7
B. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang ............................................... 8
C. Analisis Data .............................................................................. 10
D. Rencana Asuhan Keperawatan ................................................... 11
E. Implementasi Keperawatan ........................................................ 13
F. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 14
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 16
B. Saran ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17
LAMPIRAN LEMBAR PERNYATAAN .............................................. 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertusis (batuk rejan) disebut juga whooping cough, tussis quinta,


violent cough, dan di Cina disebut batuk seratus hari. Pertusis adalah
penyakit yang sangat menular menginfeksi kekebalan pada manusia dan
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Bordetella pertussis adalah
bakteri Gram-negatif berbentuk kokobasilus (Brady et al., 2011).
Organisme ini menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran
pernapasan dan memberikan efek sistemik berupa sindrom yang terdiri
dari batuk yang spasmodik dan paroksismal disertai nada mengi karena
pasien berupaya keras untuk menarik napas, sehingga pada akhir batuk
disertai bunyi yang khas. Bordetella pertussis merupakan jenis bakteri
yang menginfeksi saluran pernafasan. Penyakit pertusis ini di tandai
dengan batuk yang berlangsung 28 hari sampai dengan 100 hari, individu
yang sangat rentan adalah bayi dan anak-anak muda.

Di Indonesia terdapat kasus Pertusis sebanyak 5.643, tidak


menutup kemungkinan angka tersebut dapat bertambah tiap tahunnya.
Salah satu cara untuk mengurangi jumlah kasus pertusis ini adalah dengan
pemberian vaksin. Vaksin yang digunakan adalah DPT (Diffteri, Pertussis,
Tetanus), vaksin ditujukan untuk menghasilkan sistem pertahanan tubuh
terhadap penyakit ini.

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih


dalam mengenai perawatan paliatif pada pasien kanker payudara dan
menuangkannya dalam makalah yang berjudul, “Asuhan Keperawatan
Pada Anak dengan Pertusis”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimakanah manifestasi klinis dan penatalaksanaan medis kasus
anak dengan pertusis?

1
2. Bagaimanakah mekanisme penyusunan asuhan keperawatan anak
dengan pertusis?
3. Diagnosa keperawatan apakah yang mungkin muncul pada anak
dengan pertusis?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dan penatalaksanaan
medis kasus anak dengan pertusis
2. Mahasiswa mampu memahami penyusunan asuhan keperawatan anak
dengan pertusis
3. Mahasiswa mampu memahami iagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada anak dengan pertusis

D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya:
1. Bagi penulis, hasil makalah ini dapat digunakan sebagai
pedoman dalam memberikan keperawatan dan menyusun asuhan
keperawatan pada anak dengan pertusis.
2. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan, makalah ini dapat digunakan
sebagai referensi dan tambahan informasi dalam peningkatan mutu
pendidikan dimasa yang akan datang tentang asuhan keperawan pada
pasien anak dengan pertussis.
3. Bagi Lembaga Pelayanan Kesehatan, hasil makalah ini diharapkan
menjadi informasi dalam saran dan evaluasi untuk peningkatan mutu
pelayanan yang lebih baik kepada anak dengan pertusis yang akan
datang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Klasifikasi Pertusis

Batuk rejan atau pertusis adalah penyakit pada saluran pernapasan


dan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini sangat
mudah menular dan bisa mengancam nyawa, khususnya bila terjadi pada
bayi dan anak-anak. Batuk rejan (whooping cough) bisa dikenali dengan
rentetan batuk keras yang terjadi secara terus-menerus. Biasanya, batuk ini
sering diawali dengan bunyi tarikan napas panjang melengking khas yang
terdengar mirip “whoop”. Batuk rejan dapat menyebabkan penderita sulit
bernapas.

B. Etiologi Diabetes Melitus

Etiologi pertusis adalah bakteri Bordetella pertussis yang


merupakan bakteri coccobasil gram negatif, tidak motil, tidak berspora,
berkapsul. Pertama kali diisolasi pada abad ke-16. Pada pewarnaan
toluidine blue akan tampak granula metakromatik bipolar.

Patogen penyebab Pertusis, Bordetella pertussis, adalah bakteri


dengan host khusus manusia tanpa adanya reservoir binatang maupun
lingkungan yang lain. Sudah ada 8 spesies Bordetella yang teridentifikasi,
yaitu B. parapertussishu, B. parapertussisov, B. bronchiseptica, B. avium,
B. hinzii, B. holmesii, B. trematum, dan B. petrii. Tiga dari spesies yang
telah disebutkan (B. parapertussis, B. bronchiseptica, dan B. holmesii)
dapat menyebabkan penyakit saluran napas pada manusia.

C. Patofisiologi Pertusis
Berbeda dengan patofisiologi penyakit infeksi lainnya,
patofisiologi pertusis bukan disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis

3
sendiri tapi diakibatkan oleh toksin yang dihasilkan, dicirikan oleh
limfositosis dan leukositosis.

B. pertussis menular via droplet di udara yang tersebar melalui


batuk. Gerbang masuk dari organisme adalah infeksi saluran pernapasan
mukosa saluran atas. Setelah terhirup, B. pertussis kemudian menempel
pada sel epitel (sel mukosa superfisial) dan nasofaring dengan
mengeluarkan beberapa macam protein adesin seperti filamentous
hemagglutinin (FHA). Di tempat ini bakteri tersebut kemudian akan
bermultiplikasi dan memproduksi berbagai toksin untuk merusak sel-sel
lokal. Toksin Pertusis merupakan toksin tipe AB. Toksin ini merupakan
proses utama patogenesis Pertusis. Toksin B berikatan dengan sel epitel
nasofaring kemudian menginjeksikan toksin A ke dalam sel-sel tersebut.

Gambar 2.1. Pathway Pertutis

4
D. Manifestasi Klinis Pertusis
Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8
minggu atau lebih dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu:
1. Stadium Kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal
 Lamanya 1-2 minggu
 Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran
pernafasan bagian atas, yaitu timbulnya rinore dengan lender
yang jernih:
1) Kemerahan konjungtiva, lakrimasi
2) Batuk dan panas ringan
3) Anoreksia kongesti nasalis
 Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold
 Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi
semakin hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan
lengket

2. Stadium Paroksimal / Stadium Spasmodic


 Lamanya 2-4 minggu
 Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop
(batuk yang bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat
penderita menarik nafas pada akhir serangan batuk. Batuk
dengan sering 5 – 10 kali, selama batuk anak tak dapat bernafas
dan pada akhir serangan batuk anak mulai menarik nafas denagn
cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop)
dan diakhiri dengan muntah.
 Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa
bulan tanpa adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.
 Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol,
lidah terjulur, lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher.
 Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal
menangis dan aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).

5
3. Stadium Konvaresens
 Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
 Gejala yang muncul antara lain: Batuk berkurang
 Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
 Anak merasa lebih baik
 Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan
akibat gangguan pada saluran pernafasan.

E. Penatalaksanaan Medis
Anti mikroba Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium
kataralis yang dini. Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat
ini dianggap paling efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol
ataupun tetrasiklin. Dosis yang dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam
4 dosis selama 5-7 hari.
1. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
2. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari
kemudian diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
3. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan pertusis
terutama pada bayi muda dengan seragan proksimal. Salbutamol

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus dan Pengkajian


Pada tanggal 16 Maret 2022, Seorang ibu membawa anaknya yang
berumur 3 bulan, nama An. S, datang kerumah sakit dengan keluhan sering
batuk. Batuk hebat dan demam sejak 4 hari yang lalu batuk yang dialami
pasien disertai dahak sulit dikeluarkan berdurasi sepanjang hari dan mampak
sesak seolah ingin muntah karena terbatuk batuk dan kemampuan menyusui
pasien menurun, tidak terlalu aktif menyusu karena seringkali batuk dan
tersedak saat menyusu. Selain itu pasien juga teerlihat lebih lesu dan lemas
jika dibandingkan dengan sebelum keluhan muncul, tidak ada mual muntah,
tidak ada kejang, BAB dab BAK tidak ada keluhan.
Dari hasil pengkajian didapatkan TTV: TD: 80/50 mmHg, S: 38,3oC,
N: 130x/mnt, RR: 70x/mnt
PENGKAJIAN
A. Data Demografi
Nama : An. S
Umur : 3 bln
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Babtis No. 25 RT 17/RW 03 Surabaya
Tanggal MRS : 16 Maret 2022
Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2022/08.00 WIB
Dx medis : Pertusis

B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama: Keluarga klien yang menyatakan klien mengalami
sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
 Pasien batuk batuk sejak 4 hari yang lalu
 Demam
 Kemampuan menyusu menurun.

7
3. Riwayat Keluarga: Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan
seperti pasien
4. Riwayat Sosial: Tetangga pernah memiliki keluhan serupa

B. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


1. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) GCS : (E4 M5 V6)
3) TTV : TD: 80/50 mmHg, S: 38,3oC, N: 130x/mnt, RR: 70x/mnt
b) Breath (B1)
 Bentuk dada: normal  Retraksi otot bantu
 Pola nafas: tidak nafas (+)
teratur  Alat bantu
 Suara napas: ronchi pernafasan: nasal
 Batuk (+) secret (+) kanul 3 lpm
c) Blood (B2)
 Irama jantung: regular  Bunyi jantung: P1 P2
 Nyeri dada (-)
d) Brain (B3)
 Keluhan pusing (+)  Pendengaran
 Gangguan tidur (+) (telinga): tidak ada
 Penglihatan (mata): gangguan
anemis  Penciuman (hidung):
tidak ada gangguan
e) Bladder (B4)
 Kebersihan : bersih
 Bentuk alat kelamin: normal
 Uretra : normal
f) Bowel (B5)
 Nafsu makan : turun  Porsi makan : tidak
habis 3 kali sehari

8
 Mulut : bersih  Mukosa : lembap
g) Bone (B6)
 Kemampuan pergerakan sendi : bebas

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboratorium Pemerikasan DL
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
13.700 5.000-10.000/ul
Leukosit
Diff Count:
0 0-1%
 Bassofil
0 1-4%
 Eousinofil
0 2-6%
 N. Staff
79 50-70%
 N. Segmen
9 20-40%
 Limfosit
12 2-8%
 Monosit
147.000
Trombosit 150-400x103/ul
Tabel 3.1. Hasil Laboratorium Pemeriksaan DL

b. Hasil Pemeriksaan Foto Thorax

Gambar 3.1. Hasil Foto Thorax terdapat Etelektasis

c. Kultur Bordetella pertusis

Gambar 3.2. Kultur Bordetella pertusis

9
C. Analisis Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Akumulasi secret di Bersihan Jalan
 Keluarga klien saluran nafas Nafas Tidak
menyatakan klien ↓ Efektif
mengalami sesak Obstruksi saluran
nafas pernafasan
 Keluarga klien ↓
menyatakan batuk Menurunnya fungsi
sejak 4 hari lalu pernafasan
Do: ↓
 Sputum berlebih Sesak nafas

 Frekuensi napas berubah


 Pola nafas berubah
2 Ds : Akumulasi secret di Pola Nafas Tidak
saluran nafas
 Keluarga klien Efektif

menyatakan klien Transport O2 ke
paru turun
mengalami sesak ↓
nafas Paru-paru
kekurangan O2
Do :

 Pola napas abnormal Iskemia jar. Paru

 Penggunaan otot bantu Atelaktasis
pernafasan ↓
Terganggunya
fungsi nafas

Peningkatan frekuensi
pernafasan
3 Ds : Bordetella pertusis Resiko Tinggi

 Kemampuan menyusu Infeksi
Inhalasi droplet
menurun (nafsu makan) ↓
Masuk dan melekat
Do :
pada silia epitel di
saluran nafas

10
 Demam ↓
Menghasilkan
toksin pertusis

Iskemic jaringan

Merangsang sel pe
meningkatkan histamin
dan serotonin

Proses inflamasi
saluran pernafasan

Pe meningkatkan
produksi mucus
pada permukaan
silia

Fungsi silia
terganggu

Mudah terjadi
infeksi sekunder
akibat MO lain

D. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Luaran Intervensi
1 Bersihan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Jalan Nafas intervensi, maka Observasi :
Tidak Efektif Bersihan jalan -Monitor pola napas
berhubungan napas meningkat -Monitop bunyi napas tambahan
dengan dengan Kriteria -Monitor sputum
Hipersekresi Hasil:
jalan nafas 1. Produksi Terapeutik :
sputum -Perhatikan kepatenan jalan napas
menurun -Lakukan pengisapan lendir <15
2. Disapnea detik
menurun

11
3. Frekuensi napas Edukasi :
membaik -Anjurkan asupan cairan 700
4. Pola napas mL/hari
membaik
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Pola Nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif intervensi, maka Observasi :
berhubungan Pola Napas -Monitor pola napas
dengan membaik dengan -Monitop bunyi napas tambahan
Hambatan Kriteria Hasil: -Monitor sputum
upaya nafas 1. Disapnea
menurun Terapeutik :
2. Penggunaan -Perhatikan kepatenan jalan napas
otot bantu napas -Lakukan pengisapan lendir <15
menurun detik

Edukasi :
-Anjurkan asupan cairan 700
mL/hari

Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3 Resiko Setelah dilakukan Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
Infeksi intervensi, maka Observasi :
berhubungan Tingkat infeksi -Identifikasi riwayat kesehatan dan
dengan menurun dengan riwayat alergi
Peningkatan Kriteria Hasil : -Identifikasi kontraindikasi

12
paparan 1. Nafsu makan pemberian imunisasi
organisme meningkat -Identifikasi status imunisasi setiap
pathogen 2. Demam kunjungan ke yankes
lingkungan menurun
Terapeutik :
-Berikan suntikan pada bayi di
bagian paha anterolateral
-Dokumentasikan informasi
vaksinasi
-Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat

Edukasi :
-Kelaskan tujuan, manfaat, reaksi
yangterjadi, jadwal, dan efek
samping
-Informaiskan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah

E. Implementasi Keoerawatan
No Tanggal Tindakan Keperawatan
dan
Waktu
1 10 Maret -Monitor pola napas
2022, -Monitop bunyi napas tambahan
08.00 -Monitor sputum
WIB -Perhatikan kepatenan jalan napas
-Lakukan pengisapan lendir <15 detik
-Anjurkan asupan cairan 700 mL/hari
-Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2 10 Maret -Monitor pola napas

13
2022, -Monitop bunyi napas tambahan
08.00 -Monitor sputum
WIB -Perhatikan kepatenan jalan napas
-Lakukan pengisapan lendir <15 detik
-Anjurkan asupan cairan 700 mL/hari
-Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2 10 Maret -Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
2022, -Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
08.20 -Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke yankes
WIB -Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
-Dokumentasikan informasi vaksinasi
-Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
-Kelaskan tujuan, manfaat, reaksi yangterjadi, jadwal, dan
efek samping
-Informaiskan imunisasi yang diwajibkan pemerintah

F. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosis Tanggal Evaluasi Keperawatan


dan
Waktu
1 Bersihan Jalan 10 Maret S : Keluarga klien menyatakan frekuensi
Nafas Tidak 2022, batuk menurun
Efektif 08.20 O : Klien nampak lebih tenang, disapnea
berhubungan WIB menurun, frekuensi nafas membaik, pola
dengan napas membaik
Hipersekresi A : Masalah teratasi sebagian
jalan nafas P : Intervensi dilanjutkan
2 Pola Nafas 10 Maret S : Keluarga klien menyatakan klien lebih
Tidak Efektif 2022, tenang dan sesak berkurang

14
berhubungan 08.20 O : Disapnea menurun, penggunaan otot
dengan WIB bantu nafas menurun
Hambatan upaya A : Masalah teratasi sebagian
nafas P : Intervensi dilanjutkan
3 Resiko Infeksi 10 Maret S : Keluarga klien menyatakan kemauan
berhubungan 2022, menyusu (nafsu makan) membaik
dengan 09.00 O : Demam menurun
Peningkatan WIB A : Masalah teratasi
paparan P : Intervensi dihentikan
organisme
pathogen
lingkungan

15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batuk rejan atau pertusis adalah penyakit pada saluran pernapasan
dan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini sangat
mudah menular dan bisa mengancam nyawa, khususnya bila terjadi pada
bayi dan anak-anak. Batuk rejan (whooping cough) bisa dikenali dengan
rentetan batuk keras yang terjadi secara terus-menerus. Biasanya, batuk ini
sering diawali dengan bunyi tarikan napas panjang melengking khas yang
terdengar mirip “whoop”. Batuk rejan dapat menyebabkan penderita sulit
bernapas.

Asuhan keperawatan pada anak dengan pertusis yang mungkin


muncul adalah berhubungan dengan system respirasi, yaitu:

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


2. Pola Napas Tidak Efektif
3. Resiko Infeksi

B. Saran

Pada anak dengan kasus pertusis atau batuk reja diperlukan


intervensi yang cepat dan tepat. Kolaborasi penggunaan medika mentosa
diperlukan untuk menghambat infeksi Bordetella pertusis. Meninjau dari
kasus fiktif yang dipaparkan, pentingnya kewaspadaan orang tua dan
keluarga untuk menglindungi anak-anak dari potensi paparan infeksi oleh
lingkungan sekitar

16
DAFTAR PUSTAKA

Ainurokhmah, A., Riesmiyatiningdyah, R., Diana, M., & Annisa, F.


(2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK" S" DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)
DI RUANG ASOKA RSUD BANGIL PASURUAN (Doctoral dissertation,
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo).

Handayani, S. (2019). Profil Kekebalan Terhadap Difteri, Pertusis dan Tetanus


pada Anak Umur di Bawah Lima Tahun, Hasil Riskesdas 2013. Buletin
Penelitian Kesehatan, 47(3), 183-190.

KAMAL, S. A. (2020). Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Pada


Anak Yang Mendapatkan Imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis
B, Dan Haemophilus Influenza Tipe B Di Puskesmas Singgani Kota
Palu (Doctoral dissertation, Universitas Tadulako).

Mutiarawati, M. (2016). Status Imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT) Pasien


Difteri yang Dirawat Inap di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2015 (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

PPNI DPD SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosa keperawatandioleh


Indonesia Edisi pada1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi keperawatanpada Indonesia


pada Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran padaKeperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta : DPP PPNI

Susilo, H. (2018). Sistem Pakar Metode Forward Chaining Dan Certainty Factor
Untuk Mengidentifikasi Penyakit Pertusis Pada Anak. Rang Teknik
Journal, 1(2).

17
LAMPIRAN LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami memiliki copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika
makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak. Makalah ini adalah hasil karya
kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang telah dituliskan
dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk
kami. Jika kemudian hari tebukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Pare, 28 Maret 2022

No Nama Mahasiswa NIM TTD


1 Atika Ziyana Furoida 202001011

2 Mustika Dwi Kusuma W 202001028

3 Nur Rahma Putri 202001042

4 Putri Diah Maharani 202001047

5 Revi Bintang Gustaman 202001050

6 Yuliana Kumalasari 202001064

18

Anda mungkin juga menyukai