Anda di halaman 1dari 73

PROPOSAL HOME CARE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kewirausahaan

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Abdul Azis Pulungan 201813001

Adelia Fikriyanti 201813002

Desti Nursiam Indiyani 201813014

Miswa Adyra Damayanthi 201813029

Mochamad Bilal 201813030

Nurfitriani 201813033

Sofie Hanipah 201813047

1
Sopiyandi Dwi Kusumah 201813048

SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT II/A


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIJAYA HUSADA
BOGOR
JL. IBRAHIM ADJIE NO. 180, SINDANG BARANG
KOTA BOGOR
2019/2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
bimbingan dan karunianya penulis dapat menyelesaikan proposal
kewirausahaan. Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk mengikuti ujian kompetensi mata pelajaran kewirausahaan.

Pelaksanaan pembuatan proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan


dorongan dari semua pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu
saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Salsa selaku Dosen pembimbing sekaligus yang mengasuh


mata kuliah kewirausahaan.

3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan


proposal

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun bagi pembaca dan mayarakat umum,semoga laporan ini
bermanfaat.

Bogor, 11 November 2019

3
Penulis

4
DAFTAR ISI

5
Cover..............................................................................................................

Kata Pengantar................................................................................................

Daftar Isi…....................................................................................................

BAB I Pendahuluan........................................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................

1.2 Analisa SWOT..........................................................................................

1.3 Visi dan Misi Perusahaan….....................................................................

1.4 Tujuan......................................................................................................

1.5 Strategi…................................................................................................

1.6 Segmen Pasar….......................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka..............................................................................

2.1 Home care...............................................................................................

2.1.1 Pengertian Home Care.........................................................................

2.1.2 Pelayanan Keperawatan Home care.....................................................

2.1.3 Perkembangan Perawat Kesehatan Di Rumah.....................................

2.1.4 Tujuan Perawatan Home Care Di Rumah...........................................

2.1.5 Ruang Lingkup Keperawatan Home Care............................................

6
2.1.6 Biaya dan Pola Tarif............................................................................

2.1.7 Jenis Institusi Pelayanan Home Care....................................................

2.1.8 Bagaimana Merencanakan Institusi HomeCare Swasta........................

2.1.9 Mekanisme Perawatan Kesehatan Di Rumah.......................................

2.1.10 Fase - Fase Keperawatan Home Care..................................................

2.2 Hipertensi.................................................................................................

2.2.1 Pengertian Hipertensi............................................................................

2.2.2 Etiologi..................................................................................................
17

2.2.3 Patofisiologi...........................................................................................
18

2.2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................


18

2.2.5 Komplikasi............................................................................................

2.2.6 Penatalaksanaan Medis..........................................................................

2.2.7 Asuhan Keperawatan Hipertensi...........................................................

2.2.7.1 Pengkajian..........................................................................................

2.2.7.2 Diagnosa , Kriteria Hasil dan Intervensi Keperawatan......................

2.2.7.3 Evaluasi Keperawatan........................................................................

7
2.3 Rencana Keperawatan Home Care Hipertensi.........................................

2.3.1 Fase Persiapan.......................................................................................

2.3.2 Fase Implementasi.................................................................................

BAB III Penutup


...........................................................................................

3.1 Kesimpulan...............................................................................................

3.2 Saran.........................................................................................................

8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan
visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah dikembangkan termasuk
pelayanan kesehatan dirumah.
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu
dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan
masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah atau Home
Care. Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu
dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu
standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola
keperawatan kesehatan di rumah memerluka ijin oprasional. Berbagai faktor yang
mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah atara lain :
Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan,
tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di
rumah.Home care ini sangat cocok jika diberikan kepada pasien dengan penyakit
kronis yang tak kunjung sembuh.
Salah satu penyakit kronis yang di diderita oleh masyarakat dan membutuhkan
waktu yang lama untuk proses kesembuhannya adalah penyakit hipertensi. Penyakit
ini banyak diderita masyarakat dan membutuhkan perawatan yang intensif. Tentu saja
akan membutuhkan biaya yang sangat besar, mulai dari biaya transportasi hingga
biaya untuk perawatan di rumah sakit.

9
Berdasarkan hal di atas penulis tartarik untuk menyusun proposal tentang
rencana perawatan homecare pada penderita hipertensi.
1.2 Analisa SWOT
1). Strength (Kekuatan)

1. Dengan adanya program home care di rumah sakit swasta maka


pelayanan program home care akan semakin efektif.
2. Masyarakat akan semakin tahu tentang program home care.
3. Semakin membuat pasien dan keluarga menjadi mandiri dalam
pemeliharaan kesehatan
2). Weakness (Kelemahan)
1. Petugas masih sedikit di awal usaha sehingga pengaturan jadwal menjadi
lebih ketat.
2. Kantor tetap yang digunakan memanfaatkan rumah salah satu anggota
3). Oportunity (Kesempatan)
1. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan
lingkungan yang tetap sama
2. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga
pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi
rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja perawat akan meningkat.
3. Data dan minat pasien
4).Threat (Ancaman)
1. Kesiapan tenaga dan partisipasi masyarakat
2. Upaya promotif atau preventif
3. SDM perawat
4. Kebutuhan pasien
5. Kependudukan
6. Dana

10
1.3 Visi dan Misi Perusahaan

1). Data Perusahaan

Nama Perusahaan : Home Care

Bidang Usaha : Home Care merupakan suatu usaha yang


bergerak di bidang pelayanan kesehatan Secara
khusus, peroyek ini melayani perawatan
paripurna paska hospitalisasi.
Jenis jasa : Pelayanan kesehatan

No telepon :

Email :

Mulai berdiri :
2).Visi
Menjadi pusat pelayanan kesehatan meningkatkan kemandirian bagi keluarga
dalam kesehatan.
3).Misi

1. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara


mandiri.

2. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

11
1.4 Tujuan
2. Tujuan umum terselenggaranya pelayanan keperawatan secara menyeluruh, efektif
dan efisien yang berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga.

3. Tujuan khusus

a. Memenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko- sosial- spiritual) secara mandiri.

b. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.

c. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

d. Meminimalisir tingkat kematian.


1.5 Strategi
Home care di wilayah Bandung masih dapat dihitung dengan jari dan belum
banyak jumlahnya. Bahkan di wilayah Jawa Barat sendiri pembangunan Home
Care akan menjadi pelopor dan yang pertama. Oleh karena itu Home Care tidak
mengalami permasalahan yang mendalam dalam hal bersaing dengan home care
lain. Namun, banyaknya rumah sakit, rumah bersalin, maupun klinik akan
menjadi pesaing tersendiri karena masyarakat belum mengenal istilah maupun
kinerja dari sebuah home care. Masyarakat masih beranggapan bahwa prosedur
pengobatan dan perawatan sepenuhnya dilakukan dari, oleh, dan di rumah sakit.
Untuk itu Home care “Senyum Sehat Home Care” berusaha untuk
mempromosikan pelayanannya.
Dalam hal biaya untuk 1 kali perawatan, tarif yang dikeluarkan oleh home
care cenderung sedikit lebih mahal dengan biaya perawatan ketika di rumah sakit
maupun klinik kesehatan. Hal ini terjadi karena tim medis home care harus
mendatangi lokasi klien yang menyebabkan waktu, tenaga, dan biaya yang relatif
tidak sedikit. Agar pelanggan loyal terhadap suatu institusi home care, maka
Home Care senantiasa mengutamakan pelayanan sebagai berikut :
 Kemudahan : Meliputi kemudahan untuk dihubungi, mendapatkan

12
informasi, dan kemudahan untuk membuat janji.
 Selalu tepat janji : Sangat penting untuk membina hubungan saling
percaya antara masyarakat dengan institusi home care swasta.
 Sesuai standar yang ditetapkan : Hal ini merupakan ciri professional,
baik dalam melaksanakan tindakan, kualitas tenaga ahli, maupun
manajemen perusahaan
 Responsif : Bersifat responsive terhadap keluhan, kebutuhan, dan harapan
klien.
Relasi : Mengembangkan hubungan kerjasana secara internal dan eksternal untuk
memperbaiki kualitas layanan.
1.6 Segmen pasar
Sasaran yang dipilih Home Care dalam menawarkan jasa diantaranya:
 Klien yang jauh dari pos pelayaan kesehatan

 Klien dengan kasus penyakit terminal yang memerlukan pendampingan


(misal pasca stroke, sakit kronis, dll) dimana sudah tidak memerlukan
tindakan medis yang rumit
 Klien dengan indokasi perawatan luka (post op, luka ulkus, luka tekan, luka
dekubitus, dll)
 Klien dengan bayi baru lahir

 Klien dengan kebutuhan terapi khusus

13
BAB II
TINJAUAN PUSTA

2.1 Home Care


2.1.1 Pengertian Home Care
Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan
jangka panjang (Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional
maupun non profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan kesehatan di
rumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu
komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan
untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit
termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
individual dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi
pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care melalui staf atau pengaturan
berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (Warhola C, 1980).
Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian
integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
individu, keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Sedangkan Stuart (1998) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai
bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari
rencana pemulangan (discharge planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang
dari rumah sakit.

Perawatan di rumah ini biasanya dilakukan oleh perawat dari rumah sakit
semula, dilaksanakan oleh perawat komunitas dimana klien berada, atau dilaksanakan
oleh tim khusus yang menangani perawatan di rumah.

Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan

14
keseatan di rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan
ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat
komunitas, perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat
medikal bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan
di rumah adalah :

 Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan


memandirikan klien dan keluarganya,

 Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan


klien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan
kegiatan pelayanan,

Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi


maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional
dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan (Depkes,
2002).
2.1.2 Pelayanan keperawatan Home Care :
Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder
dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerjasama dengan
keluarga dan tim kesehatan lainnya. Perawatan kesehatan di rumah adalah spektrum
kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah
untuk memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang menderita penyakit
kronis (NAHC, 1994).

15
2.1.3 Perkembangan Perawatan Kesehatan di Rumah
Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam
sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi
lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan
terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan.
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di rumah adalah :
 Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi
apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker
stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk
mencapai kesembuhan,
 Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-
kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama.
Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus yang
memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke
yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan
rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama,
 Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa
perawatan klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak menguntungkan
bahkan menjadi beban bagi manajemen,
 Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan
membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati
kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan,

Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien


dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat
kesembuhan (Depkes, 2002).

16
2.1.4 Tujuan Perawatan Kesehatan Home Care
Perawatan kesehatan di rumah bertujuan :

1) Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan

kualitas hidupnya,

2) Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota

keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan,

3) Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,

4) Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan

perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,

5) Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

2.1.5 Ruang Lingkup Keperawatan Home Care

Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di kelompokkan


sebagai berikut :

1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang


terapeutik

3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

4. Pelayanan informasi dan rujukan

5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan

6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan

7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial

17
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit
dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.
1) Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
a. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
b. Klien dengan penyakit gagal jantung,
c. Klien dengan gangguan oksigenasi,
d. Klien dengan perlukaan kronis,
e. Klien dengan diabetes,
f. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
g. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
h. Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
i. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
j. Klien dengan HIV/AIDS.
2) Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
a. Klien dengan post partum,
b. Klien dengan gangguan kesehatan mental,
c. Klien dengan kondisi usia lanjut,
d. Klien dengan kondisi terminal.
2.1.5 Pembiayaan dan Pola Tarif
Kebijaksanaan Tarif dalam Perawatan Kesehatan di rumah Mengacu pada
prinsip- prinsip yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai berikut:
 Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Tarif pelayanan kesehatan
Perawatan Kesehatan di Rumah harus memperhatikan kemampuan keuangan
dan keadaan sosial ekonomi masyarakat.

18
 Penetapan tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah meskipun
dimungkinkan untuk mencari laba namun harus secara seimbang
memperhatikan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah dengan azas
gotong royong.
 Tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah untuk golongan
masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin (asuransi
kesehatan, JPKM,dll) ditetapkan atas dasar saling membantu melalui suatu
ikatan tertulis.
 Tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah harus mencakup
seluruh unsur pelayanan secara proporsional Jenis Pelayanan yang dikenakan
tarif dalam Perawatan Kesehatan di Rumah Selain memperhatikan kebijakan
yang telah disebutkan, penetapan tarif ditetapkan berdasarkan pertimbangan
antara lain kategori tindakan dari yang sederhana sampai dengan yang
kompleks/canggih. Selain itu pertimbangan klasifikasi pelayanan dari yang
biasa atau sederhana sampai dengan yang dapat dikategorikan mewah. Semua
itu dapat dijadikan pertimbangan dalam memperhitungkan tarif yang layak.
Jenis Pelayanan yang dikenakan tarif meliputi :
Jasa pelayanan kesehatan dan non kesehatan. Adalah imbalan yang diterima
pelaksanaan pelayanan atas jasa yang diberikan kepada klien dalam rangka
pelayanan meliputi :
• Jasa pelayanan kesehatan dan non kesehatan. Adalah imbalan yang
diterima pelaksanaan pelayanan atas jasa yang diberikan kepada klien
dalam rangka pelayanan meliputi :
1) Pelayanan medik meliputi : konsultasi dan tindakan medik
2) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan meliputi konsultasi asuhan
dan tindakan keperawatan serta tindakan medik yang
dilimpahkan.
3) Pelayanan Penunjang Medik (Laboratorium, Radiologi,

19
Fisioterapis, Terapi wicara, refraksionis, dll) meliputi konsultasi
dan tindakan penunjang medik.
4) Pelayanan Penunjang Non Medik meliputi konsultasi oleh petugas
sosial profesional dan pelayanan psikologi dan jiwa.

 Jasa pelayanan sarana/prasarana

Adalah imbalan-imbalan yang diterima oleh pengelola atas pemakaian


sarana, fasilitas, alat kesehatan, obat dan bahan habis pakai yang
digunakan langsung terhadap klien baik dengan sistem sewa maupun
membeli. Kegiatannya meliputi sewa peralatan medik, peralatan
keperawatan dan alat kesehatan lainnya, transportasi klien, konsultasi
per telepon dan sarana komunikasi lainnya, tindakan perbaikan
lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan terapeuti

 Contoh daftar tarif jasa perawatan


TINDAKAN TARIF 1 X TINDAKAN

1. Rawat luka 45.000 – 60.000

2. Nebulizier 35.0000

3. Angkat jahitan 45.000

4. Penanganan nyeri 50.000

5. Pemantauan KKP 50.000

6. Pemantauan Hipertensi 35.000

7. Pemantauan CVA 50.000

8. Pemantauan DM 30.000 – 50.000

20
2.1.6 Jenis Institusi Pelayanan Homecare
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan homecare antara
lain Institusi pemerintah Di Indonesia pelayanan home care yang telah lama
berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi
(baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan
puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya
adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan oleh visiting
nurse.

Institusi sosial yang melaksanakan pelayanan home care dengan sukarela dan
tidak memungut biaya Biasanya dilakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan
dengan penyandang dananya dari donatur, misalnya bala keselamatan yang
melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud
pengabdian pada Tuhan. Institusi swasta dalam bentuk praktik mandiri baik
perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan home care dengan
menerima imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui
pihak ketiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehtan swasta tentu tidak
berorientasi not for profit services.

Hospital home care. Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah
dirawat di rumah sakit, keluarga masih memerlukan bantuan layanan keperawatan,
maka dilanjutkan di rumah.
2.1.7 Bagaimana Merencanakan Institusi Homecare Swasta

Institusi home care swasta baik didirikan secara individu maupun kelompok,
baik untuk satu jenis layanan maupun layanan yang bervariasi. Untuk itu diperlukan
perencanaan yang berdasarkan kebutuhan pasar. Perencanaan berdasarkan kebutuhan
pasar mengharuskan kita untuk melakukan analisa eksternal dan internal.

21
Analisa eksternal memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar
mengharuskan kita untuk melakukan analisa eksternal dan internal. Analisa eksternal
memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar baik jenis maupun jumlahnya.
Misalnya bila kita berada di daerah yang penduduknya kebanyakan berusia produktif,
maka sudah dapat diperkirakan bahwa pasar membutuhkan layanan keperawatan
yang berhubungan dengan masalah reproduksi, bayi serta balita. Analisa eksternal
juga harus melihat pesaing yang ada di sekitar daerah tersebut baik jumlah, jenis
maupun kondisinya.

Analisa internal memperhitungkan tentang ketersediaan sumber (alam,


manusia, dana ) baik yang aktual maupun potensial. Selain ketersediaan dana juga
perlu dianalisa komitmen personal yang ada terhadap rencana pembentukan institusi
home care.

Komitmen personal merupakan persyaratan mutlak yang harus dimiliki untuk


mengawali suatu bisnis baru, Agar pelanggan loyal terhadap suatu institusi home care
maka home care harus memperhatikan hal berikut :

1 Kemudahan meliputi kemudahan untuk dihubungi, untuk mendapatkan


informasi, dan kemudahan untuk membuat janji.

2 Selalu tepat janji, sangat penting untuk membina hubungan saling percaya
antara masyarakat dengan institusi home care swasta

3 Sesuai standar yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan ciri profesional
Bersifat responsif terhadap keluhan, kebutuhan dan harapan klien.

4 Mengembangkan hubungan kerjasama secara internal dan eksternal untuk


memperbaiki kualitas layanan.

22
2.1.8 MEKANISME PERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH.
Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat
merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun
puskesmas . namun pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan
keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh
pelayanan.
Mekanisme yang harus di lakukan adalah sebagai berikut:
1 Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu
oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di
rumah atau tidak.
2 Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di
rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan
staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan dirumah, kemudian
bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan masalahnya, dan membuat
perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan
apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan,
jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
3 selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan
keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau
pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah. Pelayanan
dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator
kasus.
4 Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.

23
2.1.9 Fase- Fase Keperawatan Home Care
1) fase persiapan
Struktur organisasi, yang didalamnya ada pimpinan home care, manager
administrasi, manager pelayanan, koordinator kasus dan pelaksana
pelayanan.
 Perizinan
Mekanisme perizinan pendirian home care sebagai berikut : Berbadan
hukum yg ditetapkan dlm akte notaris Mengajukan ijin usaha Home
care kpd Dinkes Kab/Kota setempat dg melampirkan :
a. Rekomendasi dari PPNI

b. Ijin lokasi bangunan

c. Ijin lingkungan

d. ijin usaha

e. Persyaratan tata ruang bangunan meliputi :


- ruang direktur

- gudang sarana dan peralatan

- sarana komunikasi

- sarana transportasi
f. Ijin persyaratan tenaga meliputi ijin praktek profesi dan sertifikasi
home care Daftar tarif dibuat berdasarkan dengan memperhatikan
standar harga di wilayah tempat berdirinya home care dengan
memperhatikan golongan ekonomi lemah Sarana dan Prasarana,
meliputi set alat yang sering dipakai seperti perawatan luka,
perawatan bayi, nebulizier, aksigen, suction dan juga peralatan
komputer dan perlengkapan kantor.

24
Format askep, meliputi format register, pengkajian, tindakan, rekap
alat/bahan yang terpakai, evaluasi dari perawat ataupun dari
pasien/keluarga. Form informed consent, meliputi persetujuan
tindakan dari pasien dan keluarga, persetujuan pembiayaan dan
keikutsertaaan dalam perawatan.

Surat Perjanjian kerjasama antara profesi lain seperti misalnya


fisioterapi, dokter, laboratorium, radiologi dan juga dinas
sosial.Transportasi terutama untuk perawat home care dan juga
transportasi pasien bila sewaktu-waktu perlu rujukan ke rumah sakit
atau tempat pelayanan lainnya. Sistem gaji/upah personil home
care. Sistem ini harus lebih berorientasi pada kepentingan perawat
pelaksana bukan keuntungan manajemen semata. Sistem penggajian
bisa dalam bentuk bulanan atau dibuat dalam setiap kali selesai
merawat pasien.

2) Fase implementasi
Case manager menugaskan surveyor untuk melakukan pengkajian
kebutuhan klien dan perawat pelaksana untuk merawat klien. Hasil
pengkajian awal sebagai referensi untuk merencanakan kebutuhan klien
selanjutnya dan dibuat kesepakatan dengan keluarga (waktu, biaya dan
sistem perawatan yg dipilih). Surveyor memantau pelaksanaan pelayanan
keperawatan oleh perawat pelaksana.
3) Faseterminasi

Perawat menyelesaikan tugas sesuai kontrak yg disepakati surveyor


menyerahkan rekap peralatan dan biaya selama perawatan. Kolektor melak
kunjungan ke klg untuk penyelesaian administrasi.

25
4) Fase pasca kunjungan

Evaluasi pelayanan home care pada pasien/keluarga dengan

- angket

- pertelepon

- lewat email

- Kunjungan

Mengenai : pely perawtan, komunikasi, sarana, dl


2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau
lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih
dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan
diastolic lebih dari 90 mmHg.
2.2.2 Etilogi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer namun
ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.

26
c. Stress Lingkungan

d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta


pelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti


genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2) Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.


2.2.3 Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel
jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti
jantung.
2.2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan
darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat
suhu tubuh rendah.

27
2.2.5 Komplikasi

Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa
perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal
jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
2.2.6 Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.

1. Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat


menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadari adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan


dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis.

Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulakn intoleransi.

5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

28
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi


seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

Test diagnostic.

a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan


(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.

c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat


diakibatkan oleh

29
pengeluaran kadar ketokolamin.

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal


dan ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian


gelombang adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

2.2.7.1 Asuhan Keperawatan Hipertensi

1. Pengkajian

a) Aktivitas/ Istirahat.

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.


Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung
b) Sirkulasi

Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung


koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit

30
pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler
mungkin lambat/ bertunda.
c) Integritas Ego.

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor


stress multiple hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan
continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d) Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi


atau

31
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.)

e) Makanan/cairan

Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan


tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan
perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun)
f) Riwayat penggunaan diuretic

Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya


edema, glikosuria.
g) Neurosensori

Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu,


sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)
Gangguan
h) penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).

Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi,


pola/isi bicara, efek, proses piker, penurunan keuatan
genggaman tangan.
i) Nyeri/ ketidaknyaman

Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan


jantung),sakit kepala.
j) Pernafasan

Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja


takipnea, ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.

32
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi),
sianosis.
k) Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi


postural.

l) Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis,


penyakit jantung, DM

Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia


Tenggara,

33
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan
alcohol/obat.

Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri


TD/perubahan dalam terapi obat.

2.2.7.2 Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan Diagnosa 1 .

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


vasokontriksi pembuluh darah.

Kriteria Hasil :

Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /


beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu
yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung
stabil dalam rentang normal pasien

Intervensi :

1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan


gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah
vaskuler).
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan
karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi.
Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena).
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada
pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan

34
S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya
krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung kronik).
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
(adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).
5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal

35
jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).

6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas /


keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
(membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi).
7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat
menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah).
8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti
hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).

Diagnosa 2

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak


seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Kriteria Hasil :

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /


diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.

Intervensi :

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan


parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan

36
respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat
pengaruh kelebihan kerja
/ jantung).

2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan


kelemahan

/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada


aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting
untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi
oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah
oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan

37
tiba-tiba pada kerja jantung).

4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi


mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik
penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).

5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.


(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan).

Diagnosa 3

Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan


peningkatan

tekanan vaskuler cerebral.

Kriteria Hasil :

Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol,


mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti
regiment farmakologi yang diresepkan.

Intervensi

1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi /


meningkatkan relaksasi).
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,

misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta

38
teknik relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral
dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya).
3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan
membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler
serebral).
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan
penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat
kondisi klien).

39
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam
setelah makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja
pencernaan).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti
ansietas, diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan
rangsangan saraf simpatis).

Diagnosa 4

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.

Kriteria Hasil :

klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan


kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan /
memprogram olah raga yang tepat secara individu.

Intervensi :

1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi


dengan kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah
tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah
jantung berkaitan dengan masa tumbuh).
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan
makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang
merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya,
stroke, penyakit ginjal, gagal
jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra

40
vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk
penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan
untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali
tidak berhasil).
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).

41
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien,
Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan
masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang
lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan
umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan).
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan
perasaan sekitar saat
makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi
yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk
memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat
mengontrol perubahan).
7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging
dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk
kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis).
8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling
dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).

Diagnosa 5

Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak


efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.

42
Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya,


menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi,
mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari dan mengubahnya.

Intervensi

1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,

43
Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu
untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-
hari).
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi
mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah
yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah
langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).
4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan
partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan
memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama
dalam regiment teraupetik.
5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang
anda inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif
terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja
keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada
kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang

44
membatalkan tujuan diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus
diprioritaskan secara
realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).

Diagnosa 6

Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan


dengan kurangn

45
Kriteria hasil

1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment


pengobatan.

2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi


yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.

Intervensi

3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler


yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari
60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor
resiko
ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler serta ginjal).
4. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
(kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila
klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu,
maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan).
5. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
(mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi
dan mempermudahj dalam menentukan intervensi).

46
6. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan
akibat lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi).

2.2.7.3 Evaluasi Keperawatan

Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas


dapat teratasi, rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang, klien dapat

47
mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat menggunakan
mekanisme koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai
kondisi penyakitnya.

2.1 Rencana Perawatan Home Care Hipertensi

2.1.1 Fase Persiapan Struktur organisasi Pimpinan homecare:


Manajer adminstrasi: 1.

2.

Manajer Pelayanan :1.

2.

Koordinator kasus :1.

2.

Pelaksana Pelayanan:1.

2.

Format askep home care No register: …………

48
Nama pasien:

Umur:

1. Pengkajian

a. Aktivitas/ Istirahat.

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

49
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.

b. Sirkulasi

Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung


koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,
kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego.

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress


multiple hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan

meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola


bicara.

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau


riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.)

e. Makanan/cairan

Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi


garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir
akhir ini (meningkat/turun)

50
Riwayat penggunaan diuretic

Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

f. Neurosensori

Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,


subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan
setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek,

51
proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.

g. Nyeri/ ketidaknyaman

Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit


kepala.

h. Pernafasan

Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,


ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas

tambahan (krakties/mengi), sianosis.

i. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

j. Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit


jantung, DM Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia
Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan
alcohol/obat.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri
TD/perubahan dalam terapi obat.

52
2. Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan Diagnosa 1 .

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


vasokontriksi pembuluh darah.

Kriteria Hasil :

Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /


beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil
dalam rentang

53
normal pasien.

Intervensi

1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan


gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah
vaskuler).
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan
karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi.
Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena).
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada
pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan
S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya
krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung kronik).
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
(adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).
5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal
jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).
6. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat
menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah).
7. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti

54
hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).

Dignosa 2

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak


seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Kriteria Hasil :

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,


melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

55
Intervensi :

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan


parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan
respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat
pengaruh kelebihan kerja
/ jantung).

2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan


kelemahan

/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada


aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting
untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi
oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah
oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung).
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi
mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik
penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan).

Diagnosa 3

56
Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler cerebral.

Kriteria Hasil :

Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol,


mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti
regiment farmakologi yang diresepkan.

57
Intervensi :

1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi /


meningkatkan relaksasi).
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta
teknik relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral
dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya).
3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan
membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler
serebral).
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan
penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat
kondisi klien).
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam
setelah makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja
pencernaan).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti
ansietas, diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan
rangsangan saraf simpatis).

Diagnosa 4

58
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.

Kriteria Hasil :

klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan


kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan /
memprogram olah raga yang tepat secara individu.

Intervensi

1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi


dengan

59
kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi,
kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan masa tumbuh).
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan
makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang
merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya,
stroke, penyakit ginjal, gagal
jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra
vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk
penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan
untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali
tidak berhasil).
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien,
Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan
masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang
lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan
umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan).
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan
perasaan sekitar saat

60
makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi
yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk
memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat
mengontrol perubahan).
7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging
dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk
kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam

61
mencegah perkembangan aterogenesis).

8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling


dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
Diagnosa 5

Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak


efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya,


menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi,
mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari dan mengubahnya. Intervensi
1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu
untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-
hari).
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi
mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah
yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah
langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).

62
4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan
partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan
memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama
dalam regiment teraupetik.
5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang
anda inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif

63
terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja
keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada
kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang
membatalkan tujuan diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus
diprioritaskan secara
realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).

Diagnosa 6

Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan


dengan kurangn

Kriteria hasil

1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment


pengobatan.

2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi


yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.

Intervensi

3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler


yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari
60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor

64
resiko
ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler serta ginjal).
4. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
(kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila
klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu,
maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan).
5. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
(mengidentivikasi

65
tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan
mempermudahj dalam menentukan intervensi).

6. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi


(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan
akibat lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi).

3. REKAP ALAT / BAHAN YANG TERPAKAI

1. Tensi meter

2. Stetoskop

3. Penimbang berat badan

4. Spuit

5. Infus set

6. Obat-obatan Dll………………………….

66
4. EVALUASI

1. Evalusi Perawat

2. Evaluasi pasien / keluarga

FORMAT INFORM CONCENT

Persetujuan dari pasien dan keluarga

67
Persetujuan pembiayaan dan keikutsertaaan dalam perawatan
Persetujuan sistem gaji/upah personil home care.

2.3.2. Fase implementasi Rencana kebutuhan klien Waktu :


Biaya:

Pemantauan Hipertensi 35.000 1 x tindakan Daftar tarif sewa alat


Set hipertensi 10.000 – 20.000 Set oksigen + isi 1 m3 60.000

Penanganan nyeri 50.000

Tarif transportasi

1. Dalam kota kepanjen 1.500 – 15.000 2 . Luar Kota kepanjen


20.000/km

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasn di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa,


home care merupakan bagian integral dari pelayanan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga dan

68
masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang mereka hadapi.

69
Pelayanan keperawatan Home care terdiri dari tiga yaitu primer,
sekunder, dan tersier.

Institusi home care dibedakan menjadi dua. Pertama adalah


hospital home care yang dikelola oleh rumah sakit dan kebanyakan
pasien yang dilayani adalah pasien pasca rawat di rumah sakit tersebut.
Kedua adalah home care swasta (agency) yang dikelola oleh swasta atau
suatu agency dan didirikan oleh yayasan atau lembaga lain yang sudah
disyahkan dengan akta notaris.Keduanya merupakan bentuk pelayanan
kesehatan masa depan karena dengan home care, pasien dapat dirawat
dirumahnya sendiri dengan ditemani oleh anggota keluarga yang lain
sehingga kecemasan pasien dapat diminimalkan. Perawatan di rumah
selain dapat mengurangi kecemasan juga dapat menghemat biaya dari
beberapa segi misal biaya kamar, biaya transpor dan biaya lain-lain yang
terkait dengan penjaga yang sakit.Tetapi perlu diingat bahwa pasien
yang dapat layananhome care adalah pasien yang secara medis
dinyatakan aman untuk dirawat di rumah dengan kondisi rumah yang
memadai.

Pada kasus penyakit hipertensi kebanyakan pasien aman untuk


untuk di rawat, penderita hipertensi memerlukan pengawasan tekanan
darah, pembatasan diet dan panorama BB, dan pengawasan keteraturan
minum obat.

70
3.2 Saran

1. Bagi perawat

Perawat yang menjalankan perawatan home care hendaknya


sudah memiliki SIP, harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung
jawab terhadap tugasnya.

2. Bagi pasien dan keluarga

Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap


perawat home care, manicotti anjuran dari perawa, membantu dalam
proses tindakan

71
keperawatan, dan dapat bersifat kooperatif dalam menerima informasi
dari perawat.

72
73

Anda mungkin juga menyukai