Anda di halaman 1dari 61

OPTIMALISASI PEMANFAATAN FASILITAS RUMAH SAKIT

MELALUI PROGRAM HOMECARE DI RSUP

DR. M. DJAMIL KOTA PADANG

TAHUN 2022

Rancangan Disertasi

OLEH

RAHMADIAN__
2130522017

PROGRAM DOKTORAL ILMU MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

2022

DAFTAR ISI

1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Layanan Homecare.........................................................................13
2.2 Tujuan Homecare..........................................................................................15
2.3 Manfaat Homecare........................................................................................18
2.4 Prinsip Layanan Homecare...........................................................................20
2.5 Unsur Utama Layanan Homecare.................................................................21
2.6 Faktor Pendorong Perkembangan Layanan Homecare.................................22
2.7 Jenis Institusi Pemberi Layanan Homecare..................................................23
2.8 Karakteristik Layanan Homecare.................................................................24
2.9 Prosedur Layanan Homecare........................................................................25
2.10 Mekanisme Pelayanan Homecare.................................................................26
2.11 Model Homecare Sebagai Suatu Sistem.......................................................28
2.12 Aturan Penyelenggara Layanan....................................................................30
2.13 Faskes Dan Pelayanan RS Terhadap Homecare...........................................31
2.14 Bentuk Koordinasi Layanan Homecare RS..................................................33
2.15 Indikator Optimalisasi Dan Keberhasilan Layanan Homecare.....................40
BAB III KERANGKA TEORI DAN KONSEP
3.1. Kerangka Teori.............................................................................................44
3.2. Kerangka Konsep .........................................................................................45
3.3. Definisi Operasional....................................................................................46
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian ............................................................................................54
4.2. Informan Penelitian......................................................................................54
4.3. Tempat Penelitian ........................................................................................56
4.4. Waktu Penelitian ......................................................................................56
4.5. Alat Pengumpulan Data............................................................................56

2
4.6. Metode dan Prosedur................................................................................57
4.7. Etika Penelitian.........................................................................................59
4.8. Analisa Data .............................................................................................61
4.9. Keabsahan Data.........................................................................................63

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan juga investasi guna

menunjang kesuksesan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan dapat

dikatakan sebagai penunjang kesuksesan pembangunan. Hal ini disebabkan

pembangunan mustahil dapat dilakukan jika masyarakatnya hidup dengan tingkat

kesehatan rendah. Apabila tingkat kesehatan masyarakat rendah, maka

produktivitas pun akan menurun dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi juga

akan lesu. Oleh karena itu, tak pelak kesehatan masyarakat ini menjadi patokan

utama bagi setiap pemerintahan di dalam melakukan pembangunan. Dalam hal ini

peranan keberhasilan pembangunan kesehatan sangat menentukan (Agoes, 2013).

Penduduk yang sehat bukan saja akan menunjang keberhasilan program

pendidikan, tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan

penduduk. Dari kesemuanya itu, menunjukkan bahwa pembangunan nasional

yang optimal dapat tercapai apabila pembangunan kesehatan masyarakat dapat

terwujud. Keterkaitan keduanya sangat jelas dalam implementasi pelaksanaan

pembangunan nasional (Budiarto, 2017).

RSUP Dr. M. Djamil merupakan rumah sakit pusat Provinsi Sumatera

Barat dimana homecare merupakan salah satu program pelayanan kesehatan

secara komprehensif dan berkesinambungan yang ada di RSUP Dr. M. Djamil dan

diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal, dengan tujuan untuk

meminimalkan dampak penyakit, serta meningkatkan kemandirian pasien dan

keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai

4
masalah kesehatan. Namun di dalam pelaksanaan homecare masih ditemui

berbagai kendala sehingga masih belum optimalnya layanan homecare yang

diberikan oleh rumah sakiit, masih banyak masyarakat sekitar yang belum

mengetahui tentang apa itu homecare, bagaimana cara menghubungi homecare,

dan apa saja syarat-syarat untuk mendapatkan pelayanan homecare. Selain dari

masyarakat yang masih banyak belum mengetahui tentang pelayanan homecare,

dari tenaga pelaksana homecare pun masih sering menemukan kendala ketika

bertugas di lapangan. Selain itu ketidakjelasan informasi awal mengenai kondisi

pasien seringkali menyulitkan tim homecare untuk menentukan perlengkapan dan

jenis obat-obatan yang akan mereka bawa ke rumah pasien (Data RSUP

Dr.M.Djamil, 2020).

Dibalik berbagai kendala di dalam pelaksanaannya, keberadaan homecare

menjadi sangat penting bagi masyarakat saat ini. Karena masalah umum yang

sering ditemui yakni banyaknya rujukan ke rumah sakit khususnya RSUP Dr. M.

DJamil dari masyarakat yang membutuhkan tindakan medis sementara kapasitas

rumah sakit yang terbatas serta beberapa rumah sakit di kota Padan juga menjadi

tempat rujukan bagi pasien-pasien dari daerah lain.

Sebelum adanya homecare masyarakat yang memiliki keluhan kesehatan

harus datang sendiri baik di puskesmas, poliklinik, rumah sakit, maupun unit

pelayanan kesehatan lainnya. Namun setelah adanya homecare, masyarakat yang

ingin mendapatkan pelayanan kesehatan awal cukup menelepon hotline yang telah

disediakan melalui aplikasi RSUP Dr. M. Djamil sehingga lebih membantu

masyarakat dalam hal mendapatkan akses kesehatan. Hal ini diharapkan homecare

menjadi sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat

5
sebelum nantinya mendapat rujukan baik ke puskesmas maupun RSUP Dr. M.

Djamil.

Hal ini semata-mata dilakukan pemerintah untuk memberikan kemudahan

akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang menjelaskan bahwa kesehatan

adalah hak asasi manusia dan salah satu kesejahteraan yang harus diwujudkan

sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non deskriminatif, partisipatif dan

berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta

peningkatan ketahanan dan saing bangsa Indonesia dan peningkatan ketahanan

dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional (Kemenkes, 2018).

Pemerintah harus mengusahakan bidang kesehatan dengan sebaik-baiknya,

yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai dan dapat diakses dengan

mudah oleh masyarakat umum. Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik

untuk meneliti lebih lanjut mengenai optimalisasi pemanfaatan fasilitas rumah

sakit melalui program homecare di RSUP Dr.M.Djamil Kota Padang Tahun 2022.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

yaitu bagaimanakah optimalisasi pemanfaatan fasilitas rumah sakit melalui

program homecare di RSUP Dr. M. Djamil Kota Padang Tahun 2022?

6
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dituliskan di atas maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa

optimalisasi pemanfaatan fasilitas rumah sakit melalui program homecare di

RSUP Dr. M. Djamil Kota Padang Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Layanan Kesehatan

Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan rumah

sakit dalam mempersiapkan pasien yang akan menjalani home care setelah

pulang dari rumah sakit. Sebagai informasi dan data bagi lahan praktik baik

rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya tentang pentingnya home care

bagi pasien lansia untuk mencegah dan memantau perkembangan kondisi

kesehatan pasien di lintas sektoral dalam hal ini layanan home care.

2. Bagi Pendidikan Kesehatan Masyarakat

Diharapkan dapat berkontribusi dalam mengembangkan pendidikan

kesehatan masyarakat mengenai layanan home care di RSUP Dr.M.Djamil

Padang.

3. Bagi Pengembang Kebijakan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi

rumah sakit dan pelayanan kesehatannya lainnya tentang perlunya kebijakan

layanan home care pada pasien yang membutuhkan perawatan yang lama.

7
4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya dan sebagai data

pembanding pada penelitian lanjutan dengan topik yang sama.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa

optimalisasi pemanfaatan fasilitas rumah sakit melalui program homecare di

RSUP Dr. M. Djamil Kota Padang Tahun 2022. Metode penelitian menggunakan

desain deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan cara

diskusi kelompok terarah atau FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara

mendalam (indepth interview) agar ditemukan permasalahan yang lebih terbuka

serta melakukan observasi dan studi dokumentasi.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari Direktur Pelayanan,

Keperawatan dan Penunjang Medik, Direktur SPU (Sumber Daya Manusia,

Pendidikan dan Umum), Direktur Perencanaan, Keuangan, dan BMN), Kasi

Pelayanan Keperawatan, Ka Instalasi Gizi, Ka Instalasi Komite Farmasi, Ka

Instalasi Promosi Kesehatan, Ka Instalasi Rehab Medik, Tenaga Rohaniawan,

pasien geriatri, dan keluarga di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data dianalisa

dengan empat langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan atau verivikasi. Keabsahan data didapatkan dalam proses

triangulasi data.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Layanan Homecare

Perawatan kesehatan dirumah yang merupakan salah satu bentuk

pelayanan kesehatan merupakan suatu komponen rentang pelayanan kesehatan

yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan

keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,

mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat

kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Meningkatnya penyakit

kronis dan paling banyak pada populasi lansia yang membutuhkan perawatan

rutin dan jangka panjang menjadi sesuai bila perawatan yang dilakukan adalah

perawatan berbasis homecare (Markkanen, 2008; A Lang, 2008, 2010).

Pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang

dilaksanakan oleh instasi pemerintah di pusat, daerah, dan lingkungan Badan

Usaha Milik Negara/ Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan perundang undangan (Wijono, 1999). Home Care adalah

suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada klien

individu dan atau keluarga di tempat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk

memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, meningkatkan derajat

kesehatan, upaya pencegahan penyakit dan resiko kekambuhan serta rehabilitasi

9
kesehatan (Warhola dalam Bukit, 2008). National Association for Home Care

(1996) mendefinisikan,

Home Care disediakan kapanpun saat seseorang lebih memilih tinggal di

rumah namun membutuhkan perawatan secara terus menerus yang tidak mudah

dan tidak efektif jika dilakukan sendiri oleh keluarga dan teman. Selanjutnya yang

perlu diperhitungkan untuk melakukan perawatan homecare ini adalah

mendekatkan akses pelayanan antara agensi penyedia pelayanan ini dengan

pasien. Salah satu yang bisa dilakukan adalah pelayanan homecare berbasis

layanan elektronik (e-homecare services). Penggunaan tehnologi ini juga akan

menimbulkan manfaat signifikan dibidang kesehatan dengan kecepatan aksesnya.

(C Liddy, 2008; S V Hoecke, 2010; SH. Landers, 2010).

Terdapat tiga unsur utama dalam Home Care, yakni pengelola pelayanan,

pelaksanaan pelayanan dan klien. Pengelola pelayanan adalah agensi atau unit

yang 8 bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan

dirumah, baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan serta mekanisme

pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Pelaksanaan pelayanan adalah

pelaksana yang terdiri dari tenaga perawatan professional yang merupakan

kolaborasi praktisi kesehatan baik itu perawat, dokter, fisioterapi, ahli gizi dibantu

dengan tenaga-tenaga professional lain terkait dan tenaga non professional. Klien

adalah penerima perawatan kesehatan di rumah dengan melibatkan salah satu

anggota keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila

diperlukan keluarga dapat juga menunjukkan seseorang yang akan menjadi

pengasuh (care–giver) yang melayani kebutuhan sehari – hari dari klien (Prasetyo,

2010).

10
2.2 Tujuan Homecare

Homecare mencakup upaya untuk menyembuhkan, mempertahankan,

memelihara dan meningkatkan kesehatan fisik, mental atau emosi klien. Adapun

tujuan khusus homecare yaitu :

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar bagi klien secara bio, psiko, sosio dan

spiritual.

b. Meningkatnya kemandirian klien dan keluarga dalam pemeliharaan dan

perawatan anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan

(Widyanto, 2014).

2.3 Manfaat Homecare

Layanan yang diberikan meliputi layanan keperawatan dan kesehatan

masyarakat. Layanan keperawatan meliputi diagnosa dan perlakuan terhadap

respon manusia yang menghadapi masalah kesehatan baik potensial maupun

aktual dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sedangkan layanan kesehatan

masyarakat mencakup prevensi primer, sekunder dan tersier. Adapun manfaat

layanan diantaranya :

a. Pelayanan kesehatan yang diberikan menjadi lebih sempurna, holistik

dan komprehensif

b. Pelayanan menjadi lebih profesional

c. Kebutuhan klien dapat terpenuhi sehingga klien akan lebih nyaman dan

puas dengan asuhan yang profesional

11
d. Layanan dapat membantu meringankan biaya rawat inap, mempererat

ikatan keluarga, dan merasa lebih nyaman (Parellangi, 2016).

e. Penerima manfaat layanan menjadi lebih hemat biaya perawatan, hemat

waktu terkait jam perawatan di rumah

f. Anggota keluarga menerima manfaat berupa mendapatkan tambahan

waktu luang bagi masing-masing diri anggota keluarga.

g. Adanya jumlah tambahan waktu yang didedikasikan untuk penerima

manfaat layanan sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan

dengan layanan home care (Mihic, Todorovic, Obradovic, & Mitrovic,

2016).

2.4 Prinsip Layanan Homecare

a. Pengelolaan pelayanan kesehatan di rumah dilaksanakan oleh Tim

tenaga kesehatan yang memiliki keahlian khusus bidang tersebut.

b. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam

praktik.

c. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis, akrat dan

komprehensif secara terus menerus.

d. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa.

e. Mengembangkan rencana asuhan didasarkan pada diagnosa yang

dikaitkan dengan tindakan pencegahan, terapi dan pemulihan.

f. Memberikan pelayanan dalam rangka menjaga kenyamanan,

penyembuhan, peningkatan kesehatan dan pencegahan komplikasi.

g. Mengevaluasi secara terus-menerus respon klien dan keluarga

12
h. Bertanggung jawab terhadap klien dan keluarganya akan pelayanan

yang bermutu melalui manajemen kasus, discharge planning dan

koordinasi dengan sumber-sumber di komunitas.

i. Memelihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar

kegiatan yang dilakukan anggota tim saling mendukung

j. Mengembangkan kemampuan profesional dan berkontribusi pada

pertumbuhan kemampuan profesional tenaga yang lain.

k. Berpartisipasi dalam aktifitas riset untuk mengembangkan

pengetahuan pelayanan kesehatan di rumah.

l. Menggunakan kode etik dalam melaksanakan praktik.

2.5 Unsur Utama Layanan Homecare

a. Pengelola Pelayanan : agensi atau unit yang bertanggung jawab

terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan dirumah baik

penyediaan tenaga, sarana dan peralatan serta mekanisme pelayanan

sesuai standar yang ditetapkan. Perijinan dan sumber daya manusia

juga menjadi tanggung jawab agensi. Unsur pengelola pelayanan

terdiri dari Direktur, manager administrasi, manager pelayanan dan

dokter penanggung jawab.

b. Pelaksanaan Pelayanan adalah pelaksana yang terdiri dari koordinator

kasus dan pelaksanaan pelayanan yaitu tenaga perawatan profesional

yang merupakan kolaborasi praktisi kesehatan meliputi perawat,

dokter, fisioterapi, ahli gizi dan tenaga-tenaga profesional yang terkait

dan non profesional.

13
c. Klien adalah penerima perawatan kesehatan di rumah dengan

melibatkan salah satu anggota keluarga atau care giver sebagai

penanggung jawab yang mewakili klien dalam melayani kebutuhan

sehari-hari klien (Suswati, Setiawan, Prasetyo, & Tilaqsa, 2018).

2.6 Faktor Pendorong Perkembangan Layanan Homecare

a. Ketidakefektifan dan efisien perawatan di rumah sakit bagi pasien

kasus-kasus terminal dalam upaya yang dapat dilakukan untuk

mencapai kesembuhan.

b. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai layanan kesehatan padaa

kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan rehabilitatif

yang relatif lama.

c. Perawatan pasien yang lama (lebih dari 1 minggu) tidak

menguntungkan dan menjadi beban dalam hal manajemen rumah sakit

yang berorientasi pada profit.

d. Pasien yang menjalani perawatan lama di rumah sakit merasakan

bahwa kehidupannya menjadi terbatas dan tidak dapat menikmati

kehidupan secara optimal karena berkaitan dengan aturan-aturan yang

ditetapkan.

e. Sebagian pasien merasakan bahwa lingkungan di rumah lebih terasa

nyaman dibandingkan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat

mempercepat kesembuhan (Widyanto, 2014).

2.7 Jenis Institusi Pemberi Layanan Homecare

a. Institusi Pemerintah

14
Layanan home care dilaksanakan dalam bentuk perawatan

kasus/keluarga resiko tinggi yang dilaksanakan oleh tenaga

keperawatan Puskesmas.

b. Institusi Sosial

Dilaksanakan dengan suka rela dan tidak memungut biaya.

Biasanya dilakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan

penyandang dana dari donatur.

c. Institusi Swasta

Dalam bentuk praktek mandiri baik perorangan maupun

kelompok yang menyelenggarakan pelayanan home care dengan

menerima jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran

melalui pihak ketiga atau asuransi.

d. Home Care Berbasis Rumah Sakit

Perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat di rumah

sakit, dengan beberapa alasan sebagai berikut:

1. Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat sehingga

kesempatan melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang.

2. Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada

klien yang telah lama di rawat di rumah sakit.

3. Peningkatan pasien penyakit kronik sehingga memerlukan biaya

besar untuk perawatan di rumah sakit.

15
4. Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke

rumah, sehingga dapat meningkatkan kepuasan klien maupun

perawat (Kholifah, 2012).

2.8 Karakteristik Layanan Homecare

a. Jenis layanan yang diselenggarakan memprioritaskan pelayanan

promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya pengobatan dan

pencegahan kecacatan. Bentuk kegiatan yang dilakukan lebih banyak

berupa komunikasi, informasi dan edukasi.

b. Tata cara pelayanan dilaksanakan secara terpadu dan

berkesinambungan dalam pemenuhan kebutuhan klien dan tidak

terkotak-kota (fragmanted). Pendekatan penyelenggaraan pelayanan

secara menyeluruh dengan melihat semua sisi yang terkait

(comprehensif approach) (Kholifah, 2012).

c. Ruang lingkup peningkatan keselamatan pasien dan kualitas perawatan

di rumah meliputi 6 bidang:

1) Manajemen obat

2) Pencegahan jatuh

3) Penerimaan rumah sakit yang tidak direncanakan

4) Lingkungan kerja perawat

5) Pencapaian tingkat fungsional dan kualitas hidup

6) Manajemen luka dan tekanan ulkus.

2.9 Prosedur Layanan Homecare

a. Fase Pre-inisiasi atau Persiapan

16
Fase ini dilakukan persiapan perijinan, melengkapkan peralatan

dan memenuhi kebutuhan sumber daya manusia. Fase pertama bagi

perawat untuk mendapatkan data yang akan dikunjungi dari Puskesmas

atau kader kesehatan. Perawat perlu membuat laporan pendahuluan

untuk kunjungan yang akan dilakukan dan kontrak waktu dengan

keluarga.

b. Fase Inisiasi atau Perkenalan

Fase ini memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini

perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan mengetahui

keluarga dalam menanggapi suatu masalah.

c. Implementasi

Pada fase ini, terdapat dua aplikatif pelayanan yang

dilaksanakan yaitu perawatan koordinator kasus dan perawat

pelaksana. Perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Melakukan intervensi

sesuai rencana. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga

terhadap kebutuhan. Berikan pendidikan kesehatan sesuai sumber daya

yang dimiliki keluarga dengan berbagai media yang sesuai.

d. Terminasi

Perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan

penacapaian tujuan. Menyusun rencana tindak lanjut. Fase terminasi

berfokus pada penyelesaian tugas sesuai kontrak dan mendapatkan

finansial setelah pekerjaan diselesaikan.

e. Kunjungan Rumah

17
Perawat membuat dokumentasi lengkap tentang hasil kunjungan

untuk disimpan di pelayanan kesehatan setempat. Dalam fase ini

dilakukan monitoring dan evaluasi kepada klien setelah pelayanan

diberikan (Prasetyo, 2011). Kunjungan rumah bertujuan untuk

pembinaan keluarga rawan kesehatan sehingga dengan adanya

pelayanan kesehatan yang komprehensif dapat memandirikan pasien

dan keluarga, pelayanan kesehatan yang diberikan di tempat tinggal

pasien. Adapun ruang lingkup kunjungan rumah yaitu memberi asuhan

keperawatan secara komprehensif, melakukan pendidikan kesehatan

dan mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga (Suswati et

al., 2018).

2.10 Mekanisme Pelayanan Homecare

a. Proses Penerimaan Kasus

1) Home care menerima pasien dari tiap poliklinik di Puskesmas dan

Rumah Sakit.

2) Koordinator program menunjuk perawat pelaksana untuk

mengelola kasus.

3) Perawat pelaksana membuat surat perjanjian dan proses

pengelolaan kasus.

b. Proses Pelayanan Home Visit

1) Persiapan terdiri dari memastikan identitas pasien, denah tempat

tinggal pasien, lengkap kartu identitas unit tempat kerja,

memastikan perlengkapan pasien untuk di rumah, menyiapkan file

18
asuhan keperawatan, menyiapkan alat bantu media untuk

pendidikan

2) Pelaksanaan terdiri dari perkenalan diri dan menjelaskan tujuan,

observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat,

kelengkapan data hasil pengkajian dasar pasien, membuat rencana

pelayanan, melakukan perawatan langsung, mendiskusikan

kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi, rencana kunjungan

selanjutnya, aktifitas yang akan dilakukan sesuai kondisi pasien

dan pendokumentasian kegiatan.

3) Monitoring dan evaluasi antara lain keakuratan dan kelengkapan

pengkajian awal, kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan,

efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksana.

4) Proses penghentian pelayanan dengan kriteria: tercapai sesuai

tujuan, kondisi pasien stabil, program rehabilitasi tercapai secara

maksimal, keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien,

pasien dirujuk, pasien menolak pelayanan lanjutan, pasien

meninggal dunia.

5) Pembiayaan terdiri dari

(a) Prinsip penentuan tarif antara lain pemerintah/masyarakat,

bertanggung jawab dalam memelihara kesehatan, disesuaikan

dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi,

mempertimbangkan masyarakat berpenghasilan rendah atau

asas gotong royong, pembayaran dengan asuransi ditetapkan

19
atas dasar saling membantu, mencakup seluruh unsur

pelayanan secara proposional.

(b) Jenis pelayanan yang kena tarif antara lain jasa pelayanan

tenaga kesehatan, imbalan atas pemakaian sarana kesehatan

yang digunakan langsung oleh pasien, dana transportasi untuk

kunjungan pasien (Suswati et al., 2018).

2.11 Model Homecare sebagai Suatu Sistem

a. Komponen Masukan (Input)

Menekankan pada aspek struktur yaitu komitmen organisasi

profesi dalam mewujudkan model tersebut dalam suatu bentuk

peraturan yang memuat tentang lisensi praktik dengan model

perawatan di rumah. Evaluasi pada tahap input meliputi 5M (man,

machine, method, money, matherials) meliputi:

1) Man (manusia) merujuk pada manusia sebagai tenaga kerja.

Sumber daya manusia meliputi pengelola layanan, pelaksana

layanan dan klien.

2) Money (anggaran/dana) merujuk pada uang sebagai modal untuk

pembiayaan seluruh kegiatan.

3) Method (metode/prosedur) merujuk pada metode atau prosedur

sebagai panduan pelaksanaan kegiatan. Dalam unsur layanan home

care meliputi prosedur pelaksanaan sesuai SPO. SPO merupakan

sistem yang disusun untuk memudahkan, merapikan dan

menertibkan pekerjaan.

20
4) Machines (mesin) merujuk pada mesin sebagai fasilitas/alat

penunjang kegiatan. Dalam hal ini meliputi sarana dan prasarana

sebagai fasilitas layanan home care untuk mencapai tujuan

implementasi layanan berupa kelengkapan fasilitas dan peralatan di

RS dengan salah satunya penggunaan aplikasi sistem untuk

operasional layanan home care.

5) Materials (bahan baku) merujuk pada bahan baku sebagai unsur

utama untuk diolah sampai menjadi produk akhir untuk diserahkan.

Material dalam layanan home care yaitu bentuk dokumentasi

pelaksanaan.

b. Komponen Proses

Segala kegiatan yang dilakukan terkait pelaksanaan asuhan

perawatan pasien home care. Home care yang dikembangkan di luar

negeri diterapkan dengan metode penugasan perawatan primer.

Seorang perawat primer akan mengetahui dengan jelas perkembangan

kesehatan klien dan meningkatkan hubungan interpersonal yang

terapeutik.

c. Komponen Keluaran (Output)

Mengkaji persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan

keperawatan, kepuasan perawat dalam menjalankan tugas serta

kepuasan pasien secara umum (Kholifah, 2012). Selain itu, persepsi

pasien terhadap manfaat layanan home care, harapan pasien terhadap

implementasi layanan dan komitmen pihak manajemen (Swarjana,

2015).

21
d. Komponen Outcome

Hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan dari optimalisasi

dan komitmen dalam implementasi layanan home care di RSUP Dr.

M. Djamil.

e. Komponen Impact

Hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan dari optimalisasi

dan komitmen dalam implementasi layanan home care di RSUP Dr.

M. Djamil dan memberikan dampak jangka panjang terhadap program

home care.

2.12 Aturan Penyelenggaraan Pelayanan

Permenkes RI No. 79 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan pelayanan

rawatan di rumah sakit berbunyi bahwa jenis layanan yang tertera pada pasal 5

sebagai berikut:

a. Jenis pelayanan tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan

dan kunjungan rumah (home care).

b. Jenis pelayanan tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan,

rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).

c. Jenis pelayanan tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan,

rawat inap akut, kunjungan rumah (home care) dan klinik asuhan siang.

d. Jenis pelayanan tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, klinik asuhan

siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap psikogeriatri,

penitipan pasien (respite care), kunjungan rumah (home care), dan

hospice.

22
Permenkes No. 028/MENKES/PER/I tentang klinik pada pasal 4 ayat 1

bahwa klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pada ayat 2 dinyatakan bahwa pelayanan

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk rawat

jalan, one day care, rawat inap dan/ home care (Kemenkes RI, 2014).

Dalam Instrumen Survei Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi

1.1 Program Nasional (PROGNAS) Sasaran V yaitu Pelayanan pasien dalam

standar 5 menyebutkan rumah sakit menyediakan pelayanan pasien rawat jalan,

rawat inap akut dan rawat inap kronis sesuai dengan tingkat jenis pelayanan.

Maksud dan tujuan standar 5 dan 5.1 adalah pasien dengan multi penyakit

atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan

lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan

pendekatan multi disiplin yang bekerja sama secara interdisiplin. Dengan

meningkatnya sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan maka usia harapan hidup

semakin meningkat, sehingga secara demografi terjadi peningkatan populasi

manusia dan lanjut usia. Sehubungan dengan itu rumah sakit perlu

menyelenggarakan pelayanan pasien sesuai dengan tingkat jenis pelayanan

geriatri: tingkat sederhana, lengkap, sempurna, dan paripurna (SNARS, 2015).

2.13 Fasilitasi Kesehatan dan Pelayanan Rumah Sakit terhadap Layanan


Homecare
a. Menyediakan pertemuan keluarga untuk rencana perawatan

23
b. Mengkoordinasikan tim

c. Mengantisipasi dan mencegah gejala melalui penggunaan obat yang

sesuai dan yang ditargetkan serta modalitas lainnya

d. Mempersiapkan obat-obatan medis dan peralatan medis serta

perawatan

e. Mempersiapkan caregiver

f. Mengembangkan hubungan dan komunikasi secara teratur dengan

layanan masyarakat

g. Memberikan akses untuk konsultasi atau rujukan jika diperlukan

(Witjaksono, 2019).

2.14 Bentuk Koordinasi Layanan Homecare Rumah Sakit

Perlunya koordinasi dengan komitmen yang terbentuk antara rumah sakit

dan fasilitas pelayanan pasca akut seperti layanan home care dapat mengurangi

readmisi pasien beresiko tinggi. Adapun langkah-langkah tersebut meliputi:

a. Identifikasi pasien resiko tinggi dimulai di awal rawat inap akut di

rumah sakit sebelum dipulangkan ke fasilitas perawatan pasca akut.

Identifikasi pasien berdasarkan beban gejala dengan alat prediksi yang

divalidasi, identifikasi usia, komorbiditas medis, gangguan fungsioanl,

informasi demografis dasar, tigkat dukungan sosial dan intervensi

transisi pemanfaatan perawatan kesehatan sebelumnya bagi pasien

resiko tinggi readmisi.

b. Perhatian khusus untuk mempersiapkan pasien ke fase perawatan

berikutnya dalam pengaturan post acute care (PAC), meliputi

rekonsiliasi pengobatan, polifarmasi, dan penghentian pengobatan

24
geriatri beresiko tinggi bila tidak diindikasikan (obat antipsikotik),

kehati-hatian untuk meminimalkan penggunaan kateter urin, sentral

dan perangkat lain yang berpotensi menimbulkan bahaya keselamatan

dan peningkatan resiko.

c. Memulai diskusi perencanaan perawatan lanjutan rutin atau home

care. Tahap ini dimulai dengan memberikan informasi yang memadai

tentang prognosis jangka pendek dan panjang, harapan tentang

pengaturan PAC, diskusi tentang tujuan perawatan untuk memastikan

bahwa keputusan perawatan kesehatan selaras dengan preferensi

pasien meliputi keamanan pengobatan, penjagaan bahaya keselamatan,

perencanaan perawatan lanjutan yang harus diperkuat dalam

pengaturan pasca akut (Kripalani, Theobald, Anctil, & Vasilevskis,

2015).

d. Adanya informasi penyakit meliputi diagnosis, pengobatan, efek

samping, prognosis dan rencana terapeutik.

e. Adanya pertimbangan koordinasi multidisiplin profesional seperti

dokter, perawat, fisioterapis, ahli gizi, dan farmakologi sesuai dengan

tingkat kebutuhan pasien meliputi kebutuhan dasar dan kebutuhan

spesialis.

f. Adanya informasi kontak tenaga profesional.

g. Informasi mengenai perubahan kebutuhan selama lintasan penyakit

(Witjaksono, 2019).

2.15 Indikator Optimalisasi dan Keberhasilan Layanan Homecare

25
Keberhasilan pelaksanaan layanan home care dievaluasi dalam 2 indikator

yaitu:

a. Indikator Kinerja Klinik

Ada 4 indikator dalam menilai keberhasilan kinerja klinik:

1) Indikator input

2) Indikator proses

3) Indikator output (key indicator)

4) Indikator hasil (outcome)

h. Indikator Kinerja Fungsional meliputi standar proses perawatan yang

dilakukan oleh tenaga profesional (Suswati et al., 2018).

Bagan 2.1
Alur Pelayanan Pasien Home Care

Rumah sakit Membuat Dokter Perawat


Keluarga psien meminta tim untuk melakukan
perawat RS untuk layanan
Home care
Home care
Gizi Farmasi

Keluarga Pasien dan Perawat RS


menuju ke Dokter Rehab Medis Rohania
wan

Dokter memberi surat rujukan ke


keluarga pasien

26
Keluarga menuju ke Agency Home 1. Sesuai dengan peraturan
care dengan memberi menunjukan PERMENKES No. 36
surat rujukan dokter Tahun 2009 tentang hak
dan kewajiban pasien
mengenai kesehatan
Agency Menegaskan Case Manager 2. SK Direktur Utama
nomor
YR.01.01/XVI.I/435/2020
Case Manager menilai pengkajian sesuai standar SNARS
awal dan bersama keluarga edisi 1 tentang layanan
menetapkan rencana keperawatan home care

PERMENKES No. 15 Th
Case manager menunda Agency
2018 (Pelayanan
untuk membuat surat kontrak
Kesehatan Tradisional
Komplementer)

Case Maneger ,keluarga dan saksi menuju


ke agency untuk membahas,
menandatangani surat kontrak dan
1. Promotif menyelesaikan administrasi dan edukasi Tim pelaksanan HC melakukan
2. Preventif mengenai HC perawatan dan membuat progres
3. Kuratif report setiap kali kunjungan dan
4. Rehabilitatif melaporkan hasilnya ke case
maneger
Care maneger merujuk Tim
pelaksanan Home care
Case manager membuat laporan
pasca kunjungan dan hasil asuhan
Tim pelaksanan menuju kerumah keperawatan
pasien untuk pengkajian ulang dan
menjalankan rencana
keperawatan yang sudah
direncanakan
selesai

2.16 Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Rumah Sakit Melalui Program


Layanan Homecare

Optimal bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat

sesuatu memadai (Tjiptono dan Chandra, 2015:195) mendefinisikan optimal

sebagai bentuk atau hasil yang baik antara kinerja atau hasil suatu produk dengan

harapan-harapan yang telah ditentukan. Beberapa ahli memaparkan hubungan

antara kualitas pelayanan dengan hasil yang optimal seperti pendapat dalam

Tjiptono (2015) yang menjelaskan bila konsumen tidak memiliki pengalaman

27
sebelumnya dengan suatu perusahan pemberi layanan barang ataupun jasa, maka

persepsinya terhadap kualitas jasa perusahaan tersebut akan didasarkan pada

ekspektasi (harapan pelanggan). Menurut Fattah (2015) kualitas layanan harus

dipandang dalam arti lebih luas, dimana tidak hanya aspek hasil optimal saja yang

ditekankan, melainkan juga proses, lingkungan dan manusia.

Kualitas layanan dan hasil yang optimal menjadi tuntutan bagi penyedia

layanan jasa, baik yang berorientasi profit maupun nonprofit. Penyelenggaraan

pelayanan kesehatan mencapai tujuan yang diinginkan jika memenuhi berbagai

persyaratan antara lain : tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan

wajar, mudah dicapai, terjangkau dan berkualitas. Jadi, sudah selayaknya

pelayanan publik sektor jasa kesehatan memperhatikan kepuasan pasien

(costumer satisfaction), pelayanan yang berkualitas (service quality), komunikasi

(communication), tarif (price), dan kompetensi (competence).

2.17 Manajemen Kesehatan yang Optimal dan Bermutu

Pelayanan kesehatan yang optimal dan bermutu adalah pelayanan

kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai

dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Kepuasan pelanggan

masih sangat relevan dengan kegiatan bisnis dimana pun. Logikanya adalah bila

pelanggan suatu instansi bisnis puas, maka akan semakin membaik pula

kehidupan bisnis tersebut. Hal ini juga berlaku pada dunia kesehatan, bila pasien

28
merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya, maka akan semakin

meningkat pula loyalitasnya untuk senantiasa menggunakan jasa layanan

kesehatan tersebut. Namun memang menjadi penekanan bahwa pelayanan

kesehatan sangat terkait dengan masalah sosial yang seharusnya menjadi perhatian

khusus sehingga pelayanan tetap mengacu pada nilai kemanusiaan yang mengarah

kepada subtansi membantu masyarakat yang mengalami sakit dengan tidak

mengabaikan aturan yang berlaku (Wijono, 2011).

John Naisbitt dan Patricia Aburdane dalam Wijono (2011),

mengemukakan bahwa kini masa keunggulan konsumen di dunia, dan semua

institusi termasuk pelayanan kesehatan harus berorientasi pada kepuasan

pelanggan/ pasien. Kepuasan sangat bersifat subyektif dan unik bagi setiap

pelanggan/ pasien, yang merasa puas adalah mereka yang mendapatkan Value dari

pemberi layanan suatu produk jasa. Value bisa bermakna produk, layanan,

fasilitas, system maupun sesuatu yang bersifat emosional. Kalau pelanggan

mengatakan bahwa value itu adalah produk yang berkualitas, maka kepuasan akan

terjadi jika hanya pelanggan tersebut mendapatkan produk yang berkualitas.

Kalau value itu adalah kenyamanan, maka dia akan puas bila pelayanan yang

diberikan pemberi pelayanan benar-benar nyaman. Pasien yang puas merupakan

pihak yang akan berbagi kepuasan dengan penyedia layanan bahkan mereka akan

berbagi rasa dan pengalaman dengan pihak lain yang akhirnya menjadikan pihak

lain tersebut sebagai para pelanggan baru. Pelanggan dan penyedia jasa sama-

sama akan diuntungkan apabila kepuasan pelanggan terwujud.

29
BAB III

KERANGKA TEORI DAN KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Populasi pasien mengalami peningkatan harapan hidup dengan kondisi

kesehatan yang menurun, menderita penyakit kronis dan degeneratif sehingga

harus menjalani perawatan di rumah sakit. Pasien yang mengalami peningkatan

infeksi nosokomial selama menjalani perawatan di rumah sakit yang dapat

memperpanjang LOS dan lamanya hari rawat pasien di rumah sakit. Layanan

30
home care merupakan salah satu solusi dan pilihan bagi pasien yang tidak

membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit dan hanya membutuhkan

perawatan berkelanjutan setelah menjalani masa rawatan di rumah sakit dengan

kondisi tetap terpantau sehingga dapat meminimalkan kejadian infeksi, efisiensi

biaya dan penurunan distres pasien dan keluarga (Widyanto, 2014).

RSUP Dr. M. Djamil Padang sebagai rumah sakit tertier yang dapat

memberikan pilihan dalam memberikan layanan home care pada pasien namun

saat ini pelaksanaan layanan yang telah di wacanakan sejak tahun 2017 belum

berjalan dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan program nasionalnya, home care

merupakan suatu keharusan dalam pelayanan rumah sakit yang tertulis dalam

standar nasional akreditasi rumah sakit edisi 1.1. Oleh karena itu, berdasarkan

komponen-komponen di bawah ini menjadi indikator penilaian optimalisasi

pemanfaatan fasilitas rumah sakit melalui layanan homecare.

Bagan 3.1
Kerangka Teori
M. Djamil Padang. Pasien Penerima Layanan

Program nasional
PERMENKES No. 79 Tahun 2014 SK Direktur Utama nomor
(PROGNAS) edisi 1.1
penyelenggaraan layanan home YR.01.01/XVI.I/435/2020
tentang penyediaan
care di rumah sakit sesuai standar SNARS edisi 1
layanan homecare.
tentang layanan home care

Fasilitas layanan home care di Rumah Sakit

Perawatan berkesinambungan, meminimalkan dampak penyakit, meningkatkan


kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan kesehatan
31
Optimalisasi fasilitas layanan homecare

(Tim Terpadu Geriatri, 2018).

Keterangan : Variabel Dependen = Optimalisasi

Variabel Independen = Fasilitas layanan homecare

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu diagram yang menjelaskan secara garis

besar alur logika berjalannya sebuah penelitian yang disusun secara singkat untuk

menjelaskan bagaimana sebuah penelitian dimulai dari awal, proses, pelaksanaan,

hingga akhir penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini mengenai optimalisasi

fasilitas layanan home care di RSUP Dr. M. Djamil Padang dilakukan dengan

menganalisa, mendeskripsikan dan menginterpretasikan indikator input, proses,

output, outcome, dan impact. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini

disusun sebagai berikut :

32
Bagan 3.2
Kerangka Konsep Penelitian

INPUT PROSES OUTPUT


1. Regulasi Mekanisme Optimalisasi Fasilitas Layanan Home Monitoring dan
Care Sebagai Berikut : evaluasi
2. SDM
3. Sumber Dana 1. Alur Pelayanan dan Discharge Planning

4. Sistem Dokumentasi 2. Manfaat dan Keuntungan Home Care terhadap

5. Promosi Kesehatan Instansi

6. Sarana dan Prasarana 3. Faktor Penghambat dan Solusi


4. Kriteria Pasien yang Menerima Layanan OUTCOME

5. Bentuk Format Discharge Planning bagi Pasien Inovasi


Home Care
6. Optimalisasi Berdasarkan Pengguna Jasa
Layanan Home care :
DJ CARE
a. Pengetahuan mengenai home care
(DJAMIL CARE)
b. Pengalaman menggunakan home care
c. Manfaat layanan home care
d. Kebutuhan pasien dalam layanan home
care IMPACT
1. Memperluas
e. Kendala dan solusi layanan home care
lapangan
pekerjaan
2. Peningkatan skill
tenaga kesehatan
melalui pelatihan

33
1. Definisi Istilah Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat informan kunci terdiri dari Direktur Medik

dan Keperawatan, Direktur SPU (Sumber Daya Manusia, Prasarana, dan Umum),

Direktur Keuangan dan Perencanaan, Kasi Pelayanan Keperawatan, Ka Instalasi

Gizi, Ka Instalasi Farmasi, Ka Instalasi Promkes, Ka Instalasi Rehab Medis, dan

Tenaga Rohaniawan, serta Informan pendukung yaitu pasien geriatri dan keluarga

pasien.

a. Input

Komponen-komponen yang dibutuhkan untuk menganalisa layanan home

care di RSUP Dr. M. Djamil Padang diantaranya:

1) Regulasi

Definisi : Ketentuan yang menjadi pedoman implementasi layanan

home care di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku

catatan, observasi dan dokumentasi.

Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses

wawancara, mengobservasi respon dan

pendokumentasian, serta mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

2) Sumber Daya Manusia

Definisi : Pengelola layanan, pelaksana dan klien atau orang-orang

yang terlibat langsung dalam implementasi layanan home

care di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

34
Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku

catatan, observasi dan dokumentasi.

Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses

wawancara, mengobservasi respon dan

pendokumentasian, serta mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

3) Sumber Dana

Definisi : Dana anggaran untuk mengimplementasikan layanan

home care di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku

catatan, observasi dan dokumentasi.

Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses

wawancara, mengobservasi respon dan

pendokumentasian, serta mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

4) Sistem Dokumentasi

Definisi : Unsur utama bahan atau bentuk dokumentasi yang

digunakan dalam implementasi layanan home care di

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku

catatan, observasi dan dokumentasi.

35
Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses

wawancara, mengobservasi respon dan

pendokumentasian, serta mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

5) Promosi Kesehatan

Definisi : Unsur utama bahan atau bentuk sarana promosi yang

digunakan dalam memasarkan produk layanan home

care di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku

catatan, observasi dan dokumentasi.

Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses

wawancara, mengobservasi respon dan

pendokumentasian, serta mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

6) Sarana dan Prasarana

Definisi : Alat atau fasilitas yang digunakan untuk implementasi

layanan home care di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku

catatan, observasi dan dokumentasi.

Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses

wawancara, mengobservasi respon dan

pendokumentasian, serta mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

36
b. Proses

Proses kegiatan dalam implementasi layanan home care di RSUP Dr. M.

djamil Padang di analisa dalam mekanisme implementasi layanan geriatri

home care, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Mekanisme implementasi layanan

Definisi : Tahapan dan alur dalam implementasi layanan home care

di RSUP Dr. M. Djamil Padang, terdiri dari alur pelayanan

dan discharge planning, manfaat dan keuntungan home

care terhadap instansi, faktor penghambat dan solusi,

kriteria pasien geriatri yang menerima layanan, bentuk

format discharge planning bagi pasien home care,

persiapan dalam mendirikan layanan home care,

implementasi berdasarkan pengguna jasa layanan home

care (diuraikan di kerangka teori).

Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku catatan,

observasi dan dokumentasi.

Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses wawancara,

mengobservasi respon dan pendokumentasian, serta

mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

c. Output

1) Definisi : Hasil yang diperoleh dari optimalisasi dan

komitmen dalam optimalisasi layanan

37
home care di RSUP Dr. M. Djamil

berupa monitoring dan evaluasi.

Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku

catatan, observasi dan dokumentasi.

Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses

wawancara, mengobservasi respon dan

pendokumentasian, serta mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

d. Outcome

1) Definisi : Hasil yang terjadi setelah pelaksanaan

kegiatan dari optimalisasi dan

komitmen dalam optimalisasi layanan

home care di RSUP Dr. M. Djamil

Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku

catatan, observasi dan dokumentasi.

Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses

wawancara, mengobservasi respon dan

pendokumentasian, serta mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

e. Impact

2) Definisi : Hasil yang terjadi setelah pelaksanaan

kegiatan dan menghasilkan dampak panjang

38
dari optimalisasi dalam implementasi layanan

home care di RSUP Dr. M. Djamil.

Alat ukur : Pedoman FGD dan wawancara, recorder, dan buku

catatan, observasi dan dokumentasi.

Cara ukur : FGD, Wawancara mendalam, merekam proses

wawancara, mengobservasi respon dan

pendokumentasian, serta mencatat hal penting.

Hasil ukur : Data kualitatif

2. Konsep Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group Discussion (FGD)

FGD merupakan salah satu metode riset kualitatif untuk mengumpulkan

data dan informasi yang sistematis dengan cara melakukan diskusi terfokus dari

suatu grup untuk membahas suatu masalah atau isu tertentu. Persiapan dan

desain rancangan FGD

a. Tahap Persiapan

a) Membentuk tim, mencakup:

1) Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami

masalah yang dibahas sesuai tujuan penelitian yang hendak

dicapai.

2) Asisten moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang mengamati

jalannya diskusi secara intensif dan membantu moderator

mengenai waktu, fokus diskusi, pertanyaan penelitian.

39
3) Notulen bertugas mencatat inti permasalahan yang didiskusikan

dan dinamika kelompok.

4) Penghubung peserta, yaitu orang yang mengenal, menghubungi,

dan memastikan informan atau peserta.

5) Penyedia logistik bertugas membantu kelancaran FGD berkaitan

dengan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi, akomodasi, dan

alat dokumentasi.

6) Dokumentasi bertugas mendokumentasikan kegiatan dan

dokumen FGD

b) Menentukan dan mengatur jadwal dan tempat pelaksanaan FGD

c) Menyiapkan logistik

Logistik adalah berbagai keperluan teknis yang diperlukan sebelum,

selama dan sesudah FGD terselenggara.

d) Menentukan kriteria informan atau peserta FGD

e) Menyusun pedoman atau pertanyaan FGD sebagai instrumen

wawanacara.

b. Pelaksanaan FGD

Pelaksanaan FGD agar berjalan baik (terarah/fokus, tidak ramai)

maka moderator memiliki peranan sangat penting untuk mencegah

terjadinya penyimpangan dari tujuan FGD. Adapun tugas-tugas

moderator sebagai berikut:

1) Menjelaskan maksud dan tujuan FGD

2) Menjelaskan topik/isu pokok

40
3) Menjelaskan tata cara pelaksanaan FGD

4) Menciptakan suasana yang kondusif

5) Mengelola dinamika kelompok

6) Mengamati peserta dan tanggap terhadap reaksi peserta

7) Memperhatikan nada suara

8) Menghindari pemberian pendapat pribadi

9) Menghindari komentar yang menyatakan setuju/tidak setuju

10) Mampu mengendalikan waktu yang telah ditentukan

FGD dilakukan secara langsung atau tatap muka dan tidak melalui

alat komunikasi yang dilakukan selama ± 40 menit sesuai dengan

waktu yang disepakati dengan peserta.

41
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi

deskriptif yang menggambarkan fenomena dari perspektif individu (Dharma,

2017), untuk mengetahui sikap, pendapat atau penerimaan program pelayanan

kesehatan (Budiarto, 2013). Pendekatan ini digunakan peneliti untuk

menginterpretasikan analisa optimalisasi fasilitas rumah sakit terhadap layanan

home care. Dalam pandangan fenomenologi, peneliti berusaha memahami arti

peristiwa dalam situasi tertentu dan mengungkap makna konsep atau fenomena

(Saryono & Anggareni, 2013), sehingga dengan mendeskripsikan analisa

imlementasi dan optimalisasi layanan home care sangat penting untuk

meningkatkan perawatan berkelanjutan bagi pasien.

B. INFORMAN

Informan merupakan peserta studi yang bersedia berbagi pengetahuan

dan pengalaman terkait topik penelitian (Tolley, Ulin, Mack, Robinson, &

Succop, 2016). Pengambilan sampel informan dalam penelitian ini

menggunakan teknik non probability sampling dengan cara stratified purposive

42
sampling yaitu pemilihan sampel ditentukan sesuai dengan stratifikasi status

atau posisi dan kriteria tertentu yang ditentukan langsung oleh peneliti.

Informan dipilih berdasarkan tugas pokok masing-masing informan

yang memiliki kontribusi dalam implementasi layanan home care di RSUP Dr.

M. Djamil Padang sehingga diharapkan dapat memiliki informasi akurat sesuai

dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Adapun informan kunci dalam

penelitian ini yaitu pengelola layanan home care dan informan pendukung yaitu

pasien RSUP Dr. M.Djamil.

1. Informan kunci

Tabel 4.1
Informan Kunci Penelitian
NO Kode Jabatan
Informan

1 IF 1 Direktur Pelayanan medik, keperawatan dan


Penunjang

2 IF 2 Direktur SDM, pendidikan dan Umum

3 IF 3 Direktur Perencanaan, Keuangan dan BMN

4 IF 4 Kasi Pelayanan keperawatan

5 IF 5 Ka. Instalasi Gizi

6 IF 6 Kasi Instalasi Komite Farmasi

7 IF 7 Ka. Instalasi Promkes

8 IF 8 Tenaga Rohaniawan

43
9 IF 9 Ka. Rahab Medis

2. Informan Pendukung

Adapun kriteria inklusi informan pasien dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Pasien post rawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

b. Mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar.

c. Bersedia menjadi partisipan.

Kriteria inklusi informan keluarga pasien dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar.

b. Bersedia menjadi partisipan

c. Memiliki anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit

C. TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

D. WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada Tahun 2022.

44
E. ALAT PENGUMPULAN DATA

Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini. Peneliti

mengumpulkan sendiri data melalui wawancara bersama partisipan yang

direkam dengan alat perekam suara, observasi perilaku dan dokumentasi

(Cresswell, 2014). Wawancara dapat berjalan dengan lancar dan komunikasi

dua arah dengan memperhatikan respon dan reaksi informan terhadap

pertanyaan serta memberikan umpan balik yang tepat (Afiyanti & Rachmawati,

2014).

F. METODE DAN PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan diskusi

kelompok terarah atau focus group discussion (FGD) dan wawancara

mendalam. Wawancara merupakan proses interaksi secara langsung yang

mempunyai tujuan dengan mengajukan beberapa pertanyaan informan untuk

mendapatkan informasi dari informan yang diwawancarai. Peneliti

menggunakan jenis wawancara semi terstruktur dengan pertanyaan open-ended

questions atau pertanyaan terbuka yang terdiri dari probes atau daftar

pertanyaan yang dimulai dari isu yang mencakup dalam pedoman wawancara

(Afiyanti & Rachmawati, 2014).

Diskusi kelompok terarah merupakan salah satu bentuk wawancara

dalam kelompok dimana setiap anggota kelompok berperan aktif dalam

45
memberikan pendapat, persepsi, kepercayaan, dan penerimaan (Budiarto,

2013). Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan pertanyaan yang bertujuan

mengetahui analisa implementasi layanan geriatri home care di RSUP Dr. M.

Djamil Padang. Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a) Membentuk tim, mencakup:

1) Moderator : Peneliti

2) Notulen : Tim Peneliti

3) Penghubung peserta : Tim Peneliti

4) Penyedia logistik : Tim Peneliti

5) Dokumentasi : Tim Peneliti

b) FGD dilaksanakan pada bulan Mei 2021 di RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

c) Logistik : note, recorder, konsumsi

2. Pelaksanaan FGD

a) Topik FGD : Optimalisasi Fasilitas Rumah Sakit terhadap layanan

home care di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

b) Tujuan : Menganalisis dan interpretasi layanan home care.

c) Peserta : 7 orang.

d) Tempat : RSUP Dr. M. Djamil Padang.

e) Place setting :

46
a

b c

d e

f g
c
c

h i
c c

Keterangan:

a) Moderator

b) Notulen

c) Peserta

d) Peserta

e) Peserta

f) Peserta

g) Peserta

h) Peserta

i) Peserta

1. Perlengkapan yang dibutuhkan : Agar pelaksanaan FGD berjalan

dengan baik maka perlu juga dipersiapkan terlebih dahulu peralatan-

peralatan maupun perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu

alat untuk mencatat hasil FGD, recorder, dan pedoman wawancara.

2. Desain petunjuk diskusi : Untuk memaksimalkan keefektifan evaluasi.

Fasilitator menanyakan seputar pertanyaan umum sesuai materi diskusi

47
untuk lebih menggali persoalan sehubungan dengan implementasi

layanan home care.

G. ETIKA PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan prinsip – prinsip

etik sebagai landasan dalam penelitian ini. Prinsip etik yang dipenuhi dalam

penelitian ini sebagai berikut (Afiyanti & Rachmawati, 2014) :

1. Menghargai Harkat dan Martabat Partisipan (respect for human dignity)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas, kerahasiaan data, dan

menghormati otonomi serta privacy dan dignity partisipan. Partisipan

memiliki hak untuk tidak menjawab pertanyaan dari peneliti apabila

merasa tidak nyaman dan boleh mengundurkan diri dari penelitian

kapanpun.

2. Memperhitungkan kemanfaatan dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harm and benefits)

Peneliti memperhatikan manfaat dan meniminalkan resiko dalam

penelitian ini. Dalam prinsip ini, peneliti memberikan penjelasan kepada

partisipan mengenai tujuan penelitian, kegiatan wawancara dan manfaat

penelitian.

3. Menghormati privasi dan kerahasiaan (respect for privacy and

confidentiality)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi

untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Berbagai informasi yang

48
menyangkut privasi partisipan perlu dirahasiakan oleh peneliti. Prinsip ini

diterapkan dengan meniadakan identitas seperti nama dan alamat partisipan

yang diganti dengan kode tertentu, untuk menjaga segala informasi agar

tidak terekspos secara luas.

4. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusivenesss)

Prinsip keadilan mengandung makna bahwa peneliti memberikan

keuntungan dan beban secara merata sesuai kebutuhan dan kemampuan

partisipan. Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna

bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan

dilakukan secara profesional.

H. ANALISA DATA

Proses analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam

penelitian. Peneliti melakukan analisa secara cermat dengan membaca ulang

catatan, rekaman, data mentah atau verbatim data, kemudian memahami,

menelaah dan menganalisa makna yang terkandung dalam data untuk

menemukan permasalahan dan mengurangi unsur subyektifitas (Donsu, 2017).

Analisis dan interpretasi data dilakukan secara terus-menerus sepanjang

penelitian sehingga wawasan yang diperoleh dalam analsisi data awal dapat

memandu pengumpulan data di masa mendatang (Lodico et al 2010). Peneliti

kualitatif harus mengatur dan mengkategorikan atau memberikan kode pada

data yang sangat besar hingga dapat dideskripsikan dan diinterpretasikan.

Proses analisis data menghabiskan waktu karena proses panjang menghadapi

catata lapangan, transkrip wawanacara, rekaman audioa, refleksi atau informasi

49
dari dokumen yang sangat banyak sehingga harus diperiksa dan ditafsirkan

(Ary 2010). Menurut Miles and Huberman (2014), analisis terdiri dari 4

langkah kegiatan meliputi :

1. Pengumpulan data

Mencatat semua temuan fenomena di lapangan melalui pengamatan,

hasil wawancara dan dokumentasi.

2. Reduksi data

Reduksi mengacu pada proses pemilihan, pemfokusan,

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data dalam bentuk

catatan lapangan atau transkrip tertulis. Berdasarkan teori Miles, pada

langkah ini peneliti terlebih dahulu menganalisis data dengan menelaah

kembali catatan hasil pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi,

membaca ulang verba, tim kemudian peneliti memilih kalimat atau ucapan

yang berisi deiksis untuk dianalisis atau memisahkan data yang dianggap

penting dan diulangi kembali memeriksa agar tidak ada kekeliruan

pengklasifikasian. Setelah itu peneliti mengkategorikan data berdasarkan

tiga kategori tradisional deiksis yaitu deiksis personal, tempat, dan waktu.

selanjutnya membuat ringkasan untuk memudahkan dalam menganalisis

data dan melanjutkan langkah-langkah berikutnya.

3. Penyajian data

50
Penyajian informasi yang terorganisir dan terkompresi yang

memungkinkan pengambilan kesimpulan dan tindakan. Dalam langkah ini,

peneliti menampilkan data yang mengandung deiksis secara umum, spesifik

dan jelas dengan memperhatikan fokus dan tujuan penelitian. Peneliti

menunjukkan kalimat atau ungkapan yang mengandung deiksis, kategori

deiksis dalam kalimat tersebut dan rasional dari pengkategorian tersebut

kemudian melakukan ekstraksi yang terdapat dalam transkripsi verbatim

peneliti.

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Setelah melakukan reduksi data dan penyajian data, langkah terakhir

untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan.

Kesimpulan akhir mungkin tidak akan muncul sampai pengumpulan data

selesai sehingga tergantung pada ukuran kumpulan catatan lapangan,

metode penyimpanan dan pengambilan kode. Pada tahap ini peneliti

menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah dan teori

deiksis yang digunakan (Miles, Huberman, & Saldana, 2014).

I. KEABSAHAN DATA

Menguji keabsahan data dilakukan untuk menjaga kebenaran dan

objektivitas dari hasil penelitian yang dilakukan dengan audit trail yaitu

melakukan pemeriksaan untuk meyakini bahwa hal – hal yang dilaporkan

memang memiliki kejadian seperti itu. Untuk itu dilakukan dengan empat tahap

menurut (Rukajat, 2018), yaitu:

51
1. Uji Kredibilitas (Credibility)

Uji kredibilitas merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian

kualitatif dapat dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang

sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti melakukan

triangulasi, member check, dan wawancara atau pengamatan secara terus-

menerus atau penguatan kajian hingga mencapai tingkat redundancy.

Triangulasi adalah proses penguatan temuan dengan melakukan

pengecekan silang informasi. Triangulasi dapat diidentifikasi sebagai

berikut:

a. Triangulasi sumber data

Dilakukan dengan pengecekan ulang kebenaran data dengan

membandingkan data dari sumber lain secara vertikal maupun

horizontal. Langkah – langkah dalam melakukan triangulasi data antara

lain membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan dan

memperbanyak sumber data untuk tiap fokus penelitian tertentu

sehingga triangulasi data dilakukan dengan beberapa sumber data

dengan situasi dan keadaan yang berbeda seperti data yang diambil dari

orang yang berbeda, waktu atau tempat yang berbeda.

b. Triangulasi metodologi

Triangulasi sumber data dapat dilakukan dengan menggunakan temuan

dari penelitian yang menggunakan metode yang berbeda.

c. Triangulasi peneliti

52
Dapat dilakukan dengan melibatkan beberapa peneliti berbeda untuk

menganalisis data.

d. Triangulasi teoritis

Dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teori yang berkaitan

dengan penelitian dalam menganalisis data.

Sebagai triangulasi dalam penelitian ini adalah (1) kegiatan

observasi, (2) hasil FGD dan wawancara mendalam, (3) telaah dokumen

untuk dapat memberikan informasi tentang implementasi layanan home

care di RSUP Dr. M. Djamil padang.

Diskusi teman sejawat atau kolega dapat dilakukan dengan

mendiskusikan hasil pengamatan dengan kolega atau pejabat yang potensi

akademisnya bisa dipertanggungjawabkan untuk mendapatkan saran dan

kritikan membangun dalam pertanyaan - pertanyaan penelitian dan catatan

lapangan. Penguatan kajian dengan memanfaatkan referensi sebagai

informasi tambahan di lapangan guna meminimalisir kekeliruan dalam

waancara dengan informan dan member check dilakukan pada setiap akhir

wawancara atau pembahasan bersama dengan informan untuk menghindari

kekeliruan dalam menyimpulkan hasil penelitian.

Kredibilitas hasil hasil penelitian kualitatif dicapai dengan

beberapa cara yaitu peneliti tinggal cukup lama pada situasi penelitian,

observasi dilakukan secara berlanjut dan cermat, melihat fenomena dari

pelbagai sudut pandang, diskusi sejawat.

53
2. Uji Transferabilitas (Transferability)

Mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat

digeneralisasikan atau diaplikaiskan pada situasi lain. Pada penelitian ini

peneliti menggambarkan tidak hanya perilaku dan pengalaman partisipan

saja, namun juga termasuk konteks dan maknanya sehingga fenomena

tersebut bisa bermakna bagi orang lain. Peneliti juga melakukan

wawancara dengan pertanyaan terbuka, sehingga informan dengan bebas

menyatakan persepsinya.

3. Uji Dependibilitas (Dependability)

Dependabilitas merujuk pada apakah hasil penelitian memiliki

keandalan atau reliabilitas. Prinsip ini dipenuhi dengan cara

mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan data, penggunaan

konsep, dan membuat tafsiran atas fenomena.

4. Uji Konfirmasibilitas (Confirmability)

Bermakna yakin atas data penelitian yang diperoleh. Untuk

memenuhi prinsip ini peneliti melakukan beberapa cara, yaitu :

a. Mengundang berbagai pihak untuk mendiskusikan temuan dan draft

hasil penelitian.

b. Mendatangi berbagai pihak untuk melakukan audit trial, berupa jejak

atau sistematika kerja penelitian yang dapat dilacak dan diikuti, serta

melakukan proses kerja secara sistematis dan terdokumentasi, serta

memeriksa secara teliti setiap langkah kerja penelitian.

c. Mengonfirmasikan hasil penelitian dengan para ahli.

54
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif


dalam Riset Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Rajawali Pers.

Adawiyah, Rizqiana. (2015). Gambaran Kualitas Pelayanan Kesehatan Di


Puskesmas Sedan Kabupaten Rembang Jawa Tengah Tahun 2015. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Agoes, A., Agoes, A., & Agoes, A. (2013). Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC.

Balitbangkes. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/1 Desember 2013

Budiarto, E. (2013). Pengantar Epidemologi (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Chan, E. Y. Y., Gobat, N., Kim, J. H., Newnham, E. A., Huang, Z., Hung, H., …
Wong, S. Y. S. (2020). Informal home care providers: the forgotten health-
care workers during the COVID-19 pandemic. The Lancet, 395(10242),
1957–1959. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)31254-X

Chang, B. W., & Hirdes, J. P. (2015). A Cross-Sectional Study to Compare


Caregiver Distress Among Korean Canadian, Chinese Canadian, and Other
Canadian Home Care Clients. SAGE Open, 5(2).
https://doi.org/10.1177/2158244015591824

Chang, H. (2019). Health personnel's experience with resident-centered care in


nursing homes in Korea: A qualitative study. International journal of
nursing sciences, 6(2), 176-181.

Cresswell, J. W. (2014). Peneitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih diantara


Lima Pendekatan (Third). Jakarta: Pustaka Pelajar.

55
Dale, M. C., Drickamer, M. A., & Sloane, P. D. (2020). Geriatric-Specific
Standards for Information Transfer Between Nursing Homes and Acute
Care Hospitals. Journal of the American Medical Directors Association,
21(4), 444–446. https://doi.org/10.1016/j.jamda.2020.02.015

Dalami. (2011). Dokumentasi Keperawatan Dengan Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. (2012). Rencana pembangunan jangka panjang


bidang kesehatan 2005-2025. rancangan RPJK 2005 - 2025.pdf. Diakses
tanggal 26 Juli 2021.

Dewi, S, R. (2016). Spiritualitas dan Persepsi Kesehatan Lansia dengan


Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Mayang Jember. The Indonesian
Journal of Health Science, 6 (2), hlm. 228-236.

Dharma, kelana K. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur:


TIM.

Donsu, J. D. T. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Douglas J. Opel, Douglas S. Diekema, Nancy R. Lee, Edgar K. Marcuse. (2009).


Social Marketing as a Strategy to Increase Immunization Rates. Arch
Pediatri Adolesc Med/vol 163 (no. 5), May 2009.

Ellenbecker, C. H., Samia, L., Cushman, M. J., & Alster, K. (2014). Patient
Safety and Quality in Home Health Care. Patient Safety and Quality: An
Evidence-Based Handbook for Nurses. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21328733

Faisal, Muzakkir, & Maria, W. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat
Home Care pada Lansia Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 12(1), 20–27.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Buku Ajar


Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Hayashi, J., DeCherrie, L., Ratner, E., & Boling, P. A. (2009). Workforce
Development in Geriatric Home Care. Clinics in Geriatric Medicine, 25(1),

56
109–120. https://doi.org/10.1016/j.cger.2008.10.006

Helwiah, R. (2011). Homecare sebagai bentuk praktek mandiri perawat di


rumah. Bandung: Jurnal Keperawatan Universitas Padjadjaran , Vol. 5 No.
IX.

Hidayati, R, N. (2015). Gambaran Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga dalam


Pemeliharaan Kesehatan Lanjut Usia di Dusun Karangnongko Desa
Balongmojo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Jurnal Keperawatan
Bina Sehat, 11 (1).

Hidayat, A. (2011). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Hoecke, Kristof Steurbaut, Kristof Taveirne, Filip De Turck and Bart Dhoedt.
(2010). Design and implementation of a secure and user-friendly broker
platform supporting the end-to-end provisioning of e-homecare services.
Department of Information Technology, Ghent University, Belgium.
Journal of Telemedicine and Telecare 2010; 16: 42–47 DOI:
10.1258/jtt.2009.001011.

Hughes, S. L., Ulasevich, A., Weaver, F. M., Henderson, W., Manheim, L.,
Kubal, J. D., & Bonarigo, F. (2014). Impact of Home Care on Hospital
Days: A Meta Analysis. Health Services Research, 32(4), 415–432.
Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9327811%0Ahttp://www.pubmedcent
ral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC1070203

Jackson, C., & Ball, L. (2018). Continuity of care: Vital, but how do we measure
and promote it? Australian Journal of General Practice, 47(10), 662–664.
https://doi.org/10.31128/AJGP-05-18-4568

Kasim, N., Palu, B., & Ahri, R. A. (2018). Evaluasi Program Layanan Home
Care di Wilayah Kerja Puskesmas Batua kota Makassar. Window of
Health : Jurnal Kesehatan, 1(3), 254–259. Retrieved from
http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh1313

Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79


Tahun 2014. , (2014).

Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. , (2016).

Kementerian Keuangan RI. (2020). Peraturan Menteri Keuangan Republik


Indonesia. Jakarta.

57
Kholifah, S. N. (2012). Home care. Jurnal Keperawatan, V(1), 271–280.

Kripalani, S., Theobald, C. N., Anctil, B., & Vasilevskis, E. E. (2015). Reducing
hospital readmission rates: Current strategies and future directions. Annual
Review of Medicine, 65, 471–485. https://doi.org/10.1146/annurev-med-
022613-090415

Lang, Ariella. (2011). There’s no place like home: research, practice and policy
perspectives regarding safety in homecare. International Journal for Quality
in Health Care 2010; Volume 22, Number 2: pp. 75–77.

Lin, C. J., Cheng, S. J., Shih, S. C., Chu, C. H., & Tjung, J. J. (2012). Discharge
Planning. International Journal of Gerontology, 6(4), 237–240.
https://doi.org/10.1016/j.ijge.2012.05.001

Ma’mur, Wahidin, & Ahmad, M. S. (2019). Evaluasi Program Home care Pada
Puskesmas Bara- Baraya Kota Makassar. Jurnal Adminitrasi Negara, 25(2).

Mahmood, R., & Jeyarajah, R. (2019). Factors Influencing length of stay in


hospitalised elderly patients. Pavilion Publishing and Media Ltd.

Mainake, M. B. (2012). Hubungan antara Tingkat Asupan Energi dengan Status


Gizi Lansia di Kelurahan Mapanget Barat Kecamatan Mapanget Kota
Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam ratulangi:
Manado.

Manullang, M (2009). Dasar-dasar Manajemen. Cetakan Kedua puluh Satu.


Yogyakarta, Penerbit : Gadjah Mada University Press.

Markkanen, Stephanie M Chalupka, Catherine Galligan, Susan R Sama, Rebecca


J Gore, Hyun Kim, Anila Bello, David Kriebel and Margaret Quinn. (2011).
Studying home health care nurses and aides: research design and challenges.
Journal of Research in Nursing 2011 13: 480.
DOI :10.1177/1744987108092055.

Mihic, M. M., Todorovic, M. L., Obradovic, V. L., & Mitrovic, Z. M. (2016).


Can we do better? Economic analysis of human resource investment to
improve home care service for the elderly in Serbia. Clinical Interventions
in Aging, 11, 85–96. https://doi.org/10.2147/CIA.S96778

Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis
A Methods Sourcebook (3rd ed.; Arizona State University, Ed.). United
States of America: SAGE Publications, Inc.

58
Muhtar, M., Haris, A., & Aniharyati, A. (2019). Penerapan Model Discharge
Planning Terstruktur Dan Home Care Dalam Meningkatkan Self Care
Penderita Tuberkulosis Paru Di Rumah Sakit Umum Daerah Bima Nusa
Tenggara Barat. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 22(1), 19–26.
https://doi.org/10.22435/hsr.v22i1.69

Muninjaya, A.A.G. (2011). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta:


EGC.

Murkofsky RL, Alston K. (2011). The Past, Present, and Future of Skilled Home
Health Agency Care. Clinics in Geriatric Medicine 25; Elsevier Inc.

Nur, I. (2015). Pengaruh Peran Keluarga dalam Pemenuhan Activities Daily


Living Kualitas Hidup Lansia di Desa Raharja Kecamatan Wonosari
Kabupaten Boalemo. Jurnal Keperawatan, 3 (3), hlm. 1-14.

Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

OECD. (2021). Elderly Population. https://doi.org/10.1787/8d805ea1-en

OHA. (2010). Ideas and Opportunities for Bending the Health Care Cost Curve.
Distribution, (April), 45.

Opel, DJ, Diekema, DS, Lee, NR, Marcuse, EK. (2009). Social Marketing as a
Strategy to Increase Immunization Rates. Arch Pediatri Adolesc Med, Vol
163, No. 5.

Parasari, G, A, T dan Lestari, M, D. (2015). Hubungan Dukungan Sosial


Keluarga Dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Kelurahan Sading. Jurnal
Psikologi Udayana, 2 (1), hlm. 68-77.

Parellangi, A. (2016). Home Care Nursing. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Parellangi, Haroen, Meilianingsih L. (2017). Peningkatan Kemandirian Keluarga


Setelah Intervensi Pelayanan Home Care. Husada Mahakam J Kesehatan.
2017;3(3):114–22.

Parson, J, Rouse, P, Robinson, EM, Sheridan, N, & Connolly, MJ. (2011). Goal
setting as a feature of homecare services for older people: does it make
difference?. Journal Age and Ageing , 41:24-29.

Prasetyo, Y. B. (2011, March). Konsep dan aplikasi pelayanan home care.

59
Prasetyo Y, Djauhari T, Wardojo. (2016). Homecare Services Potential At The
University Muhammadiyah Malang Hospital: Analysis On The Disease
Cases, Public Social And Economy. J Keperawatan. 2016;7(1):70–8.

Ramadhan, K, Sabrina, I. (2016). Hubungan Personal Hygiene dengan Citra


Tubuh pada Lansia di Desa Sepe Kecamatan Lage Kabupaten Poso. Jurnal
Kesehatan Prima,10 (2), hlm. 1735-1748.

Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018. In


Kementerian Kesehatan RI. Jakarata Pusat.

Roip, P. N. (2017). Perancangan Model Data Sistem Pelayanan Kesehatan


Mandiri (Homecare) Di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Jurnal
Ilmu dan Teknik Teknologi Vol.1, No.3.

Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif (pertama). Yogyakarta:


Deepublish.

Ruliyandari, R., & Tukiyo, I. W. (2020). IMPLEMENTASI PELAYANAN


HOME CARE UNIT LKK-DMT DI RSU PKU. Health Care Media, 4, 80–
84.

Saryono, & Anggareni, M. D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soejono, C. H., & Fitriana, I. (2018). The Difference in Length of Stay, Quality
of Life, and Cost Effectiveness of Care for Geriatric Patients in Acute Care
for Elderly Dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital Before and After
National Health Insurance Program Implementation. EJournal Kedokteran
Indonesia, 6(1). https://doi.org/10.23886/ejki.6.9398.

Strausbaugh, L. J. (2014). Emerging health care-associated infections in the


geriatric population. Emerging Infectious Diseases, 7(2), 268–271.
https://doi.org/10.3201/eid0702.010224.

Stevens LM, Lynm C, Glass RM. (2012). Home Health Care. JAMA.

Suswati, I., Setiawan, F. E., Prasetyo, Y. B., & Tilaqsa, A. (2018).


Interprofessional Education : Panduan Tutorial dan Homevisit Kesehatan
Keluarga (1st ed.). Malang: UMM Press.

Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (2nd ed.). Yogyakarta:


ANDI OFFSET.

60
Taviyanda, D dan Siswanto, A. (2016). Penerapan Fungsi Afektif Keluarga pada
Lansia dalam Pemenuhan Activity Daily Living. Jurnal Penelitian
Keperawatan, 2(2)-144149.

Tim Terpadu Geriatri. (2018). Panduan Pelayanan Geriatri RSUP Dr. M.


Djamil Padang. Padang.

Toh, H. J., Lim, Z. Y., Yap, P., & Tang, T. (2017). Factors associated with
prolonged length of stay in older patients. Singapore Medical Journal,
58(3), 134–138. https://doi.org/10.11622/smedj.2016158

Tolley, E., Ulin, P., Mack, N., Robinson, E., & Succop, S. (2016). Qualitatif
Methods in Public Health: A field Guide for Applied Research (Second
Edi). United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Widyanto, F. C. (2014). Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis


(1st ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiguna M. (2012). Persepsi Kalangan Medis dan Pasien terhadap Gagasan


Produk Pelayanan Kesehatan Rawat Rumah (Home care) di Jakarta.
Majalah Ilmu Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jakarta.

Witjaksono, M. A. (2019). Layanan Home Care Oleh RS Vertikal. In


Menyediakan Rumah Sehat bagi Pasien yang tidak memerlukan perawatan
di Rumah sakit. Jakarta.

Zang SM, Bailey NC. (2013). Home care Manual: Making the Transition.
Lippincott Williams & Wilkins, Inc, USA.

61

Anda mungkin juga menyukai