Anda di halaman 1dari 14

PATOFISIOLOGI KANKER KOLOREKTAL

DISUSUN OLEH :
 Ardian Dwi S (G2A017093)  Alfin Ni’mah R (G2A017102)
 Ameliya Budiyanti (G2A017094)  Muhammad Aris (G2A017103)
 Dimas Bayu N.P. (G2A017095)  Ernawati (G2A017104)
 Fatkhur Rohman (G2A017096)  Vika Nirmala R (G2A017105)
 Novi Ria Saputri (G2A017097)  Aisya Nuriffa I (G2A017106)
 Rizka Della Afrilia (G2A017098)  Syahrul Maarif (G2A017107)
 Arya Bagus Pribadi (G2A017099)  Ratna Yulianingsih (G2A017108)
 Abdurrohman Hadi (G2A017100)  Susi Aprilani (G2A017109)
 Dhian Putri S. P. (G2A017101)  Azzahra Auliana F (G2A017110)
1. Patofisiologi

Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek
karsinogen seseorang, baik yang didapat dari luar ataupun dari dalam
tubuh manusia itu sendiri.
2. Definisi kanker kolorektal

Kanker adalah sebuah proses penyakit yang ditandai dengan adanya


sel abnormal yang ditransformasikan oleh mutasi genetik dari sel DNA
(Smeltzer & Bare, 2002). Kanker kolorektal adalah kanker yang
terdapat pada kolon dan rektum.
Zhang (2008) mengatakan kanker kolorektal merupakan bentuk
keganasan yang terdapat pada kolon asending, transversal,
desending, sigmoid dan rektal. Kanker kolorektal dapat didefinisikan
sebagai keganasan atau pertumbuhan sel abnormal pada area usus
besar (kolon) dan rektum.
3. Definisi Colostomy

Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau


usus besar (Smeltzer & Bare, 2002). Melville & Baker (2010) kolostomi
merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus besar
ke dinding abdomen anterior. Akhir atau ujung dari usus besar yang
dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai stoma. Stoma itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani yang berarti mulut. . Stoma tidak memiliki
ujung syaraf sehingga tidak terlalu sensitif terhadap sentuhan ataupun
nyeri. Akan tetapi stoma kaya akan pembuluh darah dan mungkin
dapat berdarah jika dilakukan pengusapan.
4. Penyebab terjadinya kanker
kolorektal
Ada 2 faktor penyebab kanker colorectal yakni: faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik adalah riwayat KKR (Kanker kolorektal) atau
polip abdomen individual dan keluarga, mutasi gen dipercaya
menjadi salah satu etiologi dari kanker kolorektal yang dapat
diturunkan, yang biasa disebut sebagai Inherited Familial Colorectal
Cancer Syndromes.
5. Penatalaksanaan Kolostomi

 Perawatan Kolostomi
Kolostomi akan mulai berfungsi optimal sekitar 3-6 hari
pascapembedahan (Smeltzer & Bare, 2002). Perawatan kolostomi
yang rutin akan dilakukan oleh pasien ataupun care giver baik di
rumah sakit ataupun di rumah ialah mengganti kantong kolostomi dan
membersihkan stoma. Kantong kolostomi adalah wadah untuk
menampung feses yang keluar dari stoma.
 Perawatan Kulit
Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe ostomi. Pada
kolostomi transfersal, terdapat feses lunak dan berlendir yang
mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden atau kolostomi sikmoit, feses
agak padat dan sedikit mengiritasi kulit. Pasien di anjurkan melindungi
kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan
sabun riangan, memberikan barier kulit protektif disekitar stoma, dan
mengamankannya dengan meletakkan kantung drainase.
 Memasang Kantung Drainase
Stoma di ukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang
kantung harus seiktar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit di bersihkan
sesuai prosedur di atas. Barier kulit peristoma di pasang. Kantung
kemudian di pasang dengan cara membuka kertas perekat dan
menekannya di atas stoma selama 30 detik. Iritasi kulit ringan
memerlukan tebaran bedak karaya pada kulit atau bedak stoma
hesife sebelum kantung di letakan.
 Menangani Kantung Drainase
Kantung kolostomi dapat di gunakan segera setelah irigasi dan di
ganti dengan balutan yang lebih sederhana. Pasien dapat memilih
berbagai bentuk kantung, tergantung pada kebutuhan individu.
Kebanyakan kantung sekali pakai dan tahan bau.
 Mengangkat Alat
Alat drainse di ganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai
seperempat bagian sehingga berat isinya tidak menyebabkan
kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar isinya pasien dapat
memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan dengan perlahan
mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik
kantung ke atas dan menjauh dari stoma. Tekanan perlahan
mencegah kulit dari trauma dan mencegah adanya isi vekal cair
yang tercecer keluar.
 Mengirigasi Kolostomi
Stoma pada abdomen tidak mempunyai otot kontrol volumter
sehingga pengosongannnya dapat terjadi pada interfal waktu yang
tidak teratur. Pengaturan fasase materi vekal di capai dengan irigasi
kolostomi atau membiarkan usus mengefakuasi secara alami tanpa
irigasi. Pilihan sering tergantung pada individu dan sifat dari kolostomi.
Cara melakukan irigasi adalah sebagai berikut (Burch, 2013; Putri, 2011;
Smeltzer & Bare, 2002):
Isi wadah dengan air hangat, tinggikan setinggi bahu (posisi duduk di
toilet)
 Alirkan cairan irigasi hingga ke ujung selang (membuang udara yang
ada di sepanjang selang)
 Posisikan kantong stoma (plastic sleeve) ke toilet
 Olesi pelumas atau pelicin cone (jelly) sebelum masuk ke stoma
 Masukkan cone kedalam stoma dengan perlahan, kemudian alirkan
cairan sebanyak 300-500cc
 Untuk hasil yang maksimal, alirkan kembali 500cc-1000cc, tahan selama
10 detik setelah cairan mengalir
 Biarkan feses, cairan dan flatus keluar dari stoma menuju toilet melalui
sleeve selama 10-15 menit.
 Tutup kantong atau ganti kantong dengan kantong kolostomi biasa dan
bereskan alat
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai